BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Sartono (2010:122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah : Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama perode tertentu, perusahaan dengan kemampuan menghasilkan laba yang baik menunjukkan kinerja perusahaan yang baik sebab profitabilitas sering dijadikan sebagai ukuran untuk menilai kinerja perusahaan. Adapun pengertian profitabilitas menurut Harapan (2009:304) adalah: Gambaran perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang perusahaan, dan lain sebagainya. Berdasarkan pengertian profitabilitas yang telah disampaikan diatas dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dalam periode tertentu yang diperoleh dari penjualan ataupun aktiva yang dapat menghasilkan keuntungan, dengan tingkat profitabilitas yang semakin tinggi maka menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga semakin tinggi. 14
15 Rasio profitabilitas menurut Van Horne dan Wachowicz (2007:222) adalah rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Dari rasio profitabilitas dapat diketahui bagaimana tingkat profitabilitas perusahaan. Setiap perusahaan menginginkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Untuk dapat melangsungkan hidupnya, perusahaan harus berada dalam keadaan yang menguntungkan (profitable). Apabila perusahaan berada dalam kondisi yang tidak menguntungkan, maka akan sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman dari kreditor maupun investasi dari pihak luar. Secara umum terdapat empat jenis analisis utama yang digunakan untuk menilai tingkat profitabilitas yakni terdiri dari (Kasmir, 2013:199): 1. Net Profit Margin (NPM) Net Profit Margin (NPM) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur margin laba atas penjualan, rasio ini akan menggambarkan penghasilan bersih perusahaan berdasarkan total penjualan. ( ) 2. Return On Assets (ROA) Return On Assets (ROA) merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan, semakin tinggi rasio ini berarti semakin baik keadaan suatu perusahaan.
16 ( ) 3. Earnings Per Share (EPS) Earning Per Share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah uang yang akan dihasilkan dari setiap lembar saham biasa yang dimiliki investor. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, kesejahteraan pemegang saham meningkat. 4. Return On Equity (ROE) Return On Equity merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik. Artinya posisi pemiliki perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya. ( ) Pada penelitian ini penulis akan menghitung tingkat profitabilitas dengan menggunakan tolak ukur Return On Asset (ROA) menurut Kasmir (2013:201) pengertian ROA adalah : Rasio yang menunjukan hasil (return) atas jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Selain itu, ROA memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
17 ROA merupakan pengukuran terbaik karena berkaitan dengan laba yang diperoleh perusahaan dengan memanfaatkan aktiva yang dimiliki. Rasio ini juga dapat digunakan sebagai tolak ukur jika manajemen ingin mengevaluasi seberapa baik perusahaan telah memakai dananya, ini ditunjukkan dengan semakin besar tingkat ROA yang diperoleh semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai oleh perusahaan tersebut dan semakin baik pula posisi perusahaan tersebut dari segi penggunaan aset (Munawir, 2010:89) Rumus dari Return On Asset (ROA) menurut Kasmir (2013:199), adalah sebagai berikut : ( ) Keunggulan Return On Asset (ROA) menurut Munawir (2010: 91) yaitu: 1. Sebagai salah satu kegunaannya yang prinsipiil ialah sifatnya yang menyeluruh. Apabila perusahaan sudah menjalankan praktek akuntansi yang baik maka managemet dengan menggunakan teknik analisa ROI dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang bekerja, efisiensi produksi dan efisiensi bagian penjualan. 2. Apabila perusahaan dapat mempunyai data industri sehingga dapat diperoleh ratio industry, maka dengan analisa ROI ini dapat dibandingkan efisiensi penggunaan modal pada perusahaannya dengan perusahaan lain yang sejenis, sehingga dapat diketahui apakah perusahaannya berada di bawah, sama atau di atas rataratanya. Dengan demikian akan dapat diketahui di mana
18 kelemahannya dan apa yang sudah kuat pada perusahaan tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis. 3. Analisa ini pun dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian yang bersangkutan. 4. Analisa ini juga dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan product cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutan, sehingga dengan demikian akan dapat dihitung profitabilitas dari masing-masing produk. 5. ROI/ ROA selain berguna untuk keperluan control, juga berguna untuk keperluan perencanaan. Misalnnya ROI dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan keputusan kalau perusahaan akan mengadakan expansi. Menurut Munawir (2010:92) mengenai kelemahan Return On Asset (ROA), sebagai berikut : 1. Kesukarannya dalam membandingkan rate of return suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis mengingat bahwa kadang-kadang praktek akuntansi yang digunakan oleh masing-masing perusahaan tersebut adalah berbeda-beda. Perbedaan metode dalam penilaian
19 berbagai aktiva antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain, perbandingan tersebut akan dapat memberi gambaran yang salah. 2. Kelemahan lain dari teknik analisa ini adalah terletak pada adanya fluktuasi nilai dari uang (daya belinya). Suatu mesin atau perlengkapan tertentu yang dibeli dalam keadaan inflasi nilanya berbeda dengan perlengkapan yang dibeli pada waktu tidak ada inflasi, dan hal ini akan berpengaruh dalam menghitung investment turnover dan profit margin. 3. Dengan mengguunakan analisa rate of return atau return on investment saja tidak akan dapat digunakan untuk megadakan perbandingan antara dua perusahaan atau lebih dengan mendapatkan kesimpulan yang memuaskan. 2.1.2 Leverage Operasi Sutrisno (2007:199) menyatakan bahwa leverage operasi merupakan penggunaan aktiva yang menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya tetap tanpa penyusutan. Operating leverage menurut Hanafi (2004:329) bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban tetap operasional. Beban tetap operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misalnya gaji bulanan karyawan). Kebalikan daripada itu adalah beban (biaya) variabel operasional. Komposisi biaya tetap/variabel yang berbeda mempunyai
20 implikasi yang berbeda terhadap risiko dan keuntungan yang diharapkan oleh perusahaan. Operating Leverage dapat terjadi jika sebagian besar dari total biaya perusahaan adalah biaya tetap. Operating Leverage juga terjadi jika adanya Leverage, yang fungsinya untuk mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh utang sehingga operating leverage memiliki fungsi untuk melihat bagaimana sumber dana tersebut digunakan dimana untuk penggunaannya disertai dengan biaya tetap berupa penyusutan dan bunga. Aktiva tetap dan modal kerja yang digunakan oleh perusahaan dalam beroperasi yaitu seperti tanah, bangunan pabrik, mesin, kendaraan dan peralatan lainnya yang mempunyai masa manfaat jangka panjang atau lebih dari satu tahun. Perusahaan juga bukan hanya menggunakan modal sendiri tetapi menggunakan modal pinjaman untuk memenuhi kebutuhan dananya. Pada umumnya Biaya tetap berkaitan dengan perusahaan dan industri yang makin terotomatisasi dan padat modal seperti perusahaan listrik, perusahaan telpon, perusahaan air, dan maskapai penerbangan (Kustiani 2009). Kegunaan dari operating leverage adalah leverage operasi dapat mengukur perubahan pendapatan atau penjualan terhadap keuntungan operasi perusahaan (Irawati 2006:173). Dilihat dari kegunaan operating leverage, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dapat mengetahui perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan, sehingga perusahaan dapat mengetahui keuntungan operasi perusahaan.
21 Untuk mengukur seberapa besar pengaruh perubahan volume penjualan terhadap perubahan EBIT dapat digunakan tingkat leverage operasi degree of operating leverage (DOL). Menurut Warsono (2003:215), secara matematis DOL dapat diformulasikan sebagai berikut : 2.1.3 Struktur Modal Agus Sartono (2010:225) menyatakan bahwa struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan jumlah atau hutang jangka pendek yang bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Subramanyam dan Wild (2011:263) menyatakan bahwa: Struktur modal merupakan pendanaan ekuitas dan utang pada suatu perusahaan yang sering dihitung berdasarkan besaran relatif berbagai sumber pendanaan. Stabilitas keuangan perusahaan dan risiko gagal melunasi utang bergantung pada sumber pendanaan serta jenis dan jumlah berbagai aset yang dimiliki perusahaan. Bearley et. al. (2002:473) menyatakan bahwa secara umum definisi struktur modal adalah pencampuran berbagai jenis dan sumber modal yang digunakan oleh perusahaan untuk membiayai perusahaannya. Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan perbandingan hutang dan ekuitas perusahaan yang berfungsi sebagai informasi dalam pengambilan keputusan pendanaan perusahaan tahun berikutnya. Keputusan pendanaan yang dimaksud yaitu kebijakan seorang manajer dalam menentukan
22 apakah perusahaan akan meminjam dana kepada kreditur, menjual obligasi, atau menjual saham untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Struktur modal menunjukkan tentang keputusan pendanaan dalam sebuah perusahaan. Kebutuhan pendanaan dapat diperoleh dari pihak internal maupun eksternal. Pendanaan internal berasal modal pemilik dan laba ditahan. Sedangkan pendanaan eksternal berasal dari utang dan penerbitan saham baru.oleh sebab itu, struktur modal menyatakan adanya hubungan campuran antara hutang dan modal sendiri dalam struktur keuangan jangka panjang (Sadalia 2010:131). Untuk memperkuat struktur modal suatu perusahaan kita dapat melihat dari segi sumber-sumber dana perusahaan. Jika kebutuhan dana perusahaan untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka pendek maka akan lebih baik jika diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka pendek (short term expenditures) dan jika untuk membiayai aktivitas yang bersifat jangka panjang maka akan lebih baik jika diambil dari yang bersumber pengeluaran jangka panjang (long term expenditures). Fahmi (2014:186) menyatakan bahwa sumber pendanaan terbagi menjadi 2 jenis, yaitu: 1. Sumber dana untuk pengeluaran jangka pendek Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai pengeluaran jangka pendek adalah: a. Pinjaman perbankan yang bersifat jangka pendek
23 b. Utang dagang c. Factoring d. Letter of Credit (LC) e. Pinjaman jangka pendek tanpa jaminan. 2. Sumber dana untuk pengeluaran jangka panjang Adapun sumber-sumber dana yang bisa dipakai untuk membiayai pengeluaran jangka panjang adalah: a. Penjualan obligasi b. Utang perbankan yang bersifat jangka panjang. Struktur modal berkenaan dengan bagaimana modal dialokasikan dalam aktivitas investasi aktiva riil perusahaan, dengan cara menentukan struktur modal antara modal utang dan modal sendiri (Harmono 2011:137). Para akademisi dan praktisi telah mengembangkan beberapa teori mengenai struktur modal, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Teori Modigliani dan Miller (MM Theory) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958 oleh Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (dalam Brigham dan Houston 2013:179), ketika menerbitkan apa yang disebut sebagai artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan, dengan menggunakan sekumpulan asumsi yang patut dipertanyakan, bahwa nilai suatu perusahaan seharusnya tidak dipengaruhi oleh struktur modalnya. Atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM menunjukkan bahwa bagaimana cara perusahaan
24 menandai operasinya tidak memiliki pengaruh, sehingga struktur modal adalah sesuatu yang tidak relevan. Akan tetapi, asumsi-asumsi yang menjadi dasar studi MM bukanlah asumsi yang realistis, sehingga hasil yang mereka peroleh menjadi dipertanyakan. Berikut adalah daftar sebagian asumsi yang mereka ambil: 1. Tidak ada biaya pialang 2. Tidak ada pajak 3. Tidak ada biaya kebangkrutan 4. Investor dapat meminjam dengan tingkat yang sama seperti perusahaan 5. Seluruh investor memiliki informasi yang sama seperti manajemen tentang peluang investasi perusahaan di masa depan 6. EBIT tidak dipengaruhi oleh penggunaan utang. Walaupun adanya fakta bahwa sebagian asumsi di atas kenyataannya tidak realistis, tetapi hasil tidak relevan yang diperoleh MM memiliki arti yang sangat penting. Dengan menunjukkan persyaratan yang membuat struktur modal menjadi tidak relevan, maka MM memberikan petunjuk tentang apa yang dibutuhkan jika struktur modal menjadi relevan dan memengaruhi nilai suatu perusahaan. Hasil karya MM menandai awal penelitian struktur modal modern, dan penelitian berikutnya dipusatkan pada pelonggaran
25 asumsi-asumsi MM agar dapat mengembangkan suatu teori struktur modal yang lebih realistis. b. Teori Pertukaran (Trade-Off Theory) Menurut trade-off teory yang diungkapkan oleh Myers (2001), Perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat hutang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (Financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan hutang. Tingkat hutang yang optimal tercapai ketika penghematan pajak (tax shields) mencapai jumlah yang maksimal terhadap biaya kesulitan keuangan (costs of financial distress). Trade-off theory mempunyai implikasi bahwa manajer akan berpikir dalam kerangka trade-off antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan dalam penentuan struktur modal. Perusahaanperusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi tentu akan berusaha mengurangi pajaknya dengan cara meningkatkan rasio
26 hutangnya, sehingga tambahan hutang tersebut akan mengurangi pajak. Dalam kenyataannya jarang manajer keuangan yang berpikir demikian. Donaldson (1961) melakukan pengamatan terhadap perilaku struktur modal perusahaan di Amerika Serikat. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi cenderung rasio hutangnya rendah. Hal ini berlawanan dengan pendapat trade-off theory. Trade-off theory tidak dapat menjelaskan korelasi negatif antara tingkat profitabilitas dan rasio hutang. c. Teori Sinyal (Signalling Theory) Hanafi (2012:314) menyatakan bahwa konsep signaling dan asimetri informasi berkaitan erat. Teori asimetri mengatakan bahwa pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan tidak mempunyai informasi yang sama mengenai prospek dan risiko perusahaan. Pihak tertentu mempunyai informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak lainnya. Manajer biasanya memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan dengan pihak luar (seperti investor). Karena itu bisa dikatakan terjadi asimetri informasi antara manajer dengan investor. Investor, yang merasa mempunyai informasi yang lebih sedikit, akan berusaha menginterpretasikan perilaku manajer. Dengan kata lain, perilaku manajer, termasuk dalam hal menentukan struktur modal, bisa dianggap sebagai signal oleh pihak luar (investor).
27 Ross (1977) mengembangkan model di mana struktur modal (penggunaan utang) merupakan signal yang disampaikan oleh manajer ke pasar. Jika manajer mempunyai keyakinan bahwa prospek perusahaan baik, dan karenanya ingin agar harga saham meningkat, ia ingin mengomunikasikan hal tersebut ke investor. Salah satu cara yang paling sederhana adalah dengan mengatakan secara langsung bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Tentu saja investor tidak akan percaya begitu saja. Di samping itu, manajer ingin memberikan signal yang lebih lebih dipercaya (credible). Manajer bisa menggunakan utang lebih banyak, sebagai signal yang lebih credible. Jika utang meningkat, maka kemungkinan bangkrut akan semakin meningkat. Jika perusahaan mengalami kebangkrutan, maka manajer akan terhukum, misal reputasi manajer tersebut akan hancur dan tidak bisa dipercaya menjadi manajer lagi. Karena itu, perusahaan yang meningkatkan utang bisa dipandang sebagai perusahaan yang yakin dengan prospek perusahaan dimasa mendatang. Karena cukup yakin, maka manajer perusahaan tersebut berani menggunakan utang yang lebih besar. Investor diharapkan akan menangkap signal tersebut, signal bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik. Dengan demikian utang merupakan tanda atau signal positif. Indikator yang umum digunakan untuk menentukan komposisi struktur modal optimal menurut Harmono (2011:112) adalah sebagai berikut:
28 1. Debt-to Assets Ratio 2. Long Term Debt to Equity Ratio 3. Debt to Equity Ratio Pada penelitian ini penulis akan menghitung struktur modal dengan menggunakan tolak ukur Debt to Equity Ratio (DER). Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio atau perbandingan antara modal sendiri dan modal yang diperoleh dari luar perusahaan atau kreditur. Kasmir (2009:157) mendefinisikan : Debt to Equity Ratio adalah rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Debt to Equity Ratio merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan, hal ini berkaitan dengan keputusan pembiayaan dan menghitung bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk keseluruhan utang (Bambang Riyanto, 2001:333). Debt To Equity Ratio (DER) yang semakin besar menunjukkan bahwa struktur modal
29 yang berasal dari utang semakin besar digunakan untuk mendanai ekuitas yang ada. Kreditor memandang, semakin besar rasio ini akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin terjadi di perusahaan. Semakin kecil rasio ini semakin baik. Untuk keamanan pihak luar, rasio terbaik jika jumlah modal lebih besar dari jumlah utang atau minimal sama, namun bagi pemegang saham atau manajemen rasio ini sebaiknya besar (Kasmir 2009:157). Menurut Harmono (2011:112) Debt to Equity Ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut: 2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Profitabilitas periode sebelumnya merupakan faktor penting dalam menentukan struktur modal. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi akan memiliki dana internal (laba ditahan) yang lebih banyak dari pada perusahaan dengan profitabilitas rendah. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan hutang. Hal ini sesuai dengan pecking order theory, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi lebih memilih menggunakan pembiayaan pertama laba ditahan
30 kemudian utang, dan terakhir penjualan saham baru dalam struktur pendanaannya (Sartono 2010:122). Meningkatnya profitabilitas perusahaan akan menyebabkan perusahaan lebih memilih menggunakan modal sendiri yaitu laba ditahan sehingga nilai hutang perusahaan akan menurun. Dengan kata lain profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal (Nofal 2007:102). Hal ini didukung oleh penelitian Damayanti (2013), Mardiansyah (2013), Shofiyuddin (2015), Sarasati (2013), Sumani (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal. 2.2.2 Pengaruh Leverage Operasi Terhadap Struktur Modal Jika hal-hal yang lain dianggap sama, perusahaan dengan operating leverage yang lebih sedikit memiliki kemampuan yang lebih baik dalam menerapkan leverage keuangan karena perusahaan tersebut akan memiliki risiko bisnis yang lebih kecil. Tingkat pengungkit operasi memiliki pengaruh terhadap risiko bisnis keseluruhan perusahaan. Untuk menurunkan risiko perusahaan yaitu dengan mengurangi penggunaan hutang dimana hutang merupakan bagian daripada struktur modal. Dengan kata lain leverage operasi berpengaruh terhadap struktur modal (Brigham dan Houston, 2013:10). Hal ini di dukung oleh hasil penelitian Sarasati (2013), Winahyuningsih, dkk. (2011), Sumani (2012), Junita, dkk. (2014), Sukmaningtyas dan Asakdiyah (2011) yang menyatakan bahwa leverage operasi berpengaruh terhadap struktur modal.
31 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Profitabilitas (X 1 ) (Kasmir 2013:199) Leverage Operasi (X 2 ) (Warsono 2003:215) Struktur Modal (Y) Harmono (2011:112) 2.3 Hipotesis Penelitian Sugiyono (2016:99) menyatakan bahwa hipotestis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pada suatu penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pernyataan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevann, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka peneliti mengambil hipotesis sementara yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut : H 1 H 2 : Profitabilitas memiliki pengaruh terhadap struktur modal. : Leverage Operasi memiliki pengaruh terhadap struktur modal.