BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengambil keputusan pembelanjaan. Struktur modal merupakan bauran atau

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengambil keputusan pembelanjaan. Struktur modal merupakan bauran atau"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Struktur Salah satu tugas pokok seorang manajer keuangan perusahaan adalah mengambil keputusan pembelanjaan. Struktur modal merupakan bauran atau proporsi pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh utang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa (Horne dan Wachowicz, 2007:232). Menurut Weston dan Copeland, capital structure or capitalization of the firm is the permanent financing represented by long term debt, preferred stock and shareholder s equity. Sedangkan Joel G. Siegel dan Jae K. Shim mengatakan capital structure (struktur modal) adalah komposisi saham biasa, saham preferen, dan berbagai kelas seperti itu, laba yang ditahan, dan utang jangka panjang yang dipertahankan oleh kesatuan usaha dalam mendanai aktiva (Fahmi, 2014:175). Jadi, dapat disimpulkan bahwa struktur modal (capital structure) berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang diukur dengan perbandingan utang dengan modal sendiri. Keputusan struktur modal yang berkaitan dengan pemilihan sumber pendanaan perusahaan yang berasal internal maupun eksternal perusahaan akan menentukan nilai perusahaan. Pendanaan internal perusahaan berupa laba ditahan, sementara pendanaan eksternal perusahaan berasal dari kreditor dan pemilik perusahaan. Setiap sumber pendanaan eksternal perusahaan, baik melalui utang maupun ekuitas mengandung biaya, yang disebut biaya modal. Biaya modal adalah biaya riil yang harus 13

2 dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan modal. Seorang manajer diharapkan mampu menentukan komposisi yang tepat antara utang dan ekuitas untuk membentuk struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal merupakan struktur modal yang meminimalkan biaya modal perusahaan dan karenanya memaksimalkan nilai perusahaan (Horne dan Wachowicz, 2007:237). Menurut Riyanto (2001: 294) struktur modal yang optimal dapat didasarkan pada aturan struktur finansial konservatif yang vertikal yaitu menghendaki agar perusahaan, dalam keadaan bagaimanapun jangan mempunyai jumlah utang yang lebih besar daripada jumlah modal sendiri, atau dengan kata lain Debt Ratio tidak melebihi 50%, sehingga modal yang dijamin (utang) tidak lebih besar dari modal yang menjadi jaminannya (modal sendiri). Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko dan tingkat pengembalian. Penggunaan utang yang lebih besar akan meningkatkan resiko perusahaan dan menyebabkan tingkat pengembalian atas ekuitas akan lebih tinggi. Resiko yang lebih tinggi cenderung menurunkan harga saham, tetapi ekspektasi tingkat pengembalian yang lebih tinggi akan menaikkan harga saham tersebut. Oleh karena itu, struktur modal yang optimal pada suatu perusahaan harus mencapai suatu keseimbangan antara resiko dan pengembalian sehingga dapat memaksimalkan harga saham (Brigham dan Houston, 2006:7). Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat mempengaruhi nilai perusahaan, biaya modal perusahaan, dan harga pasar saham perusahaan. Jika kebijakan pembelanjaan perusahaan dapat mempengaruhi ketiga faktor tersebut, maka kombinasi utang jangka panjang dan 14

3 modal sendiri dapat memaksimalkan nilai perusahaan atau meminimalkan biaya modal perusahaan atau memaksimalkan harga pasar saham perusahaan. Empat faktor utama yang mempengaruhi keputusan struktur modal adalah (Brigham dan Houston, 2006:7) : 1. Resiko bisnis, atau resiko inheren dengan operasi resiko jika perusahaan tidak mempergunakan utang. Semakin tinggi resiko bisnis perusahaan maka semakin rendah rasio utang optimalnya. 2. Posisi perpajakan perusahaan. Salah satu alasan utama menggunakan utang adalah bunganya yang dapat menjadi pengurang pajak, yang selanjutnya akan mengurangi biaya utama efektif. Akan tetapi, jika sebagian besar laba perusahaan telah dilindungi dari pajak karena perlindungan penyusutan pajak, bunga dari utang yang masih beredar saat ini, atau karena kerugian pajak yang dibawa ke tahun berikutnya, maka tarif pajaknya akan rendah, sehingga tambahan utang mungkin tidak akan begitu menguntungkan dibandingkan jika perusahaan memiliki tarif pajak efektif yang lebih tinggi. 3. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk memperoleh modal dengan persyaratan yang wajar dalam kondisi yang buruk. Oleh sebab itu, baik potensi kebutuhan dana akan di masa depan maupun konsekuensi dari kekurangan dana akan mempengaruhi sasaran struktur modal. Semakin tinggi kemungkinan kebutuhan modal di masa mendatang dan semakin buruk konsekuensi dari kekurangan dana, maka neraca perusahaan harus semakin kuat. 15

4 4. Konservatisme atau keagresifan manajemen. Beberapa manajer yang agresif menyebabkan beberapa perusahaan cenderung menggunakan utang sebagai usaha untuk mendorong keuntungan. Faktor ini tidak memiliki pengaruh pada struktur modal optimal yang sebenarnya atau memaksimalkan nilai. Struktur modal dapat diukur dengan Debt to Equity Ratio (DER), yaitu mengukur proporsi dana yang bersumber dari utang untuk membiayai aktiva perusahaan. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir, 2013). DER yang semakin tinggi menunjukkan penggunaan utang oleh perusahaan semakin besar, sehingga resiko yang dihadapi perusahaan pun meningkat. Sebaliknya, DER yang rendah menunjukkan penggunaan utang perusahaan semakin rendah pula karena perusahaan cenderung menggunakan dana internalnya untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Dengan demikian, resiko keuangan yang dihadapi perusahaan pun akan menurun. Struktur modal memiliki beberapa teori dan berikut ini merupakan penjelasan dari masing-masing teori The Irrelevance of Capital Structure (The Modigliani-Miller Theory) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Fraco Modigliani dan Merton Miller menerbitkan salah satu artikel keuangan paling berpengaruh yang pernah ditulis. MM membuktikan dengan sekumpulan asumsi yang sangat membatasi bahwa nilai sebuah perusahaan tidak terpengaruh oleh struktur modalnya. Atau dengan kata lain, hasil yang diperoleh MM 16

5 menunjukkan bahwa bagaimana cara sebuah perusahaan akan mendanai operasinya tidak akan berarti apa-apa, sehingga struktur modal adalah suatu hal yang tidak relevan. Akan tetapi, studi MM didasarkan pada beberapa asumsi yang tidak realistis, termasuk hal-hal berikut ini : 1. Tidak ada biaya pialang 2. Tidak ada pajak 3. Tidak ada biaya kebangkrutan 4. Investor dapat meminjam pada tingkat yang sama dengan perusahaan 5. Semua investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen tentang peluang-peluang investasi perusahaan di masa depan 6. EBIT tidak terpengaruh oleh penggunaan utang Meskipun beberapa asumsi di atas merupakan suatu hal yang tidak realistis, hasil ketidakrelevanan MM memiliki arti yang sangat penting. Dengan menunjukkan kondisi-kondisi dimana struktur modal tersebut tidak relevan, MM juga telah memberikan kepada kita petunjuk mengenai hal-hal yang dibutuhkan agar struktur modal menjadi relevan dan selanjutnya mempengaruhi nilai perusahaan. Hasil karya MM menandai awal penelitian struktur modal modern (Brigham dan Houston, 2006:33). Penelitian MM pada 1963 yang berjudul Corporate Income Taxes and the Cost of Capital : A Correction melonggarkan asumsi tidak adanya pajak perusahaan. Peraturan perpajakan memperbolehkan perusahaan untuk mengurangkan pembayaran bunga sebagai suatu beban, akan tetapi pembayaran dividen kepada pemegang saham tidak dapat menjadi pengurang pajak. Perlakuan 17

6 yang berbeda ini akan mengarah pada terjadinya suatu situasi dimana perusahaan didanai 100 persen oleh utang (Brigham dan Houston, 2006:34). Hasil irrelevansi MM juga tergantung pada asumsi bahwa perusahaan tidak akan bangkrut, sehingga tidak akan ada biaya kebangkrutan. Namun, kenyataannya kebangkrutan terjadi dan harganya mahal. Masalah-masalah yang berhubungan dengan kebangkrutan kemungkinan besar akan timbul ketika sebuah perusahaan memasukkan lebih banyak utang dalam struktur modalnya. Karena itu, biaya kebangkrutan menahan perusahaan mendorong penggunaan utangnya hingga ke tingkat yang berlebihan (Brigham dan Houston, 2006:35-36). Perusahaanperusahaan yang keuntungannya tidak stabil akan menghadapi kemungkinan kebangkrutan yang besar. Oleh sebab itu, sebaiknya penggunaan utang bukan menjadi prioritas utama Trade-Off Theory Menurut Brigham dan Houston (2006), teori trade-off mengemukakan bahwa perusahaan diharuskan mempertimbangkan resiko kebangkrutan antara pembiayaan menggunakan utang dengan pembiayaan melalui penerbitan saham. Perusahaan akan berutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan utang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Model ini merupakan penjabaran dari dalil Modigliani-Miller mengenai irrelevance capital structure hipothesys. MM berpendapat bahwa dalam keadaan 18

7 pasar sempurna maka nilai perusahaan dengan menggunakan utang sama dengan perusahaan yang tidak menggunakan utang. Tetapi mereka merevisi kembali hasil temuan mereka dengan mengatakan bahwa adanya pajak maka utang akan menjadi relevan. Hal ini disebabkan bunga utang yang dibayarkan akan mengurangi tingkat penghasilan yang terkena pajak, sehingga perusahaan akan mampu meningkatkan nilainya dengan menggunakan utang (Nurita, 2012). Trade off Model memang tidak dapat digunakan untuk menentukan modal yang optimal secara akurat dari suatu perusahaan. Tetapi melalui model ini memberikan tiga masukan penting yaitu (Atmaja, dalam Nurita, 2012) : 1. Perusahaan dengan resiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih besar tanpa harus terbebani oleh expected cost of financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan utang lebih besar. 2. Perusahaan dengan tangible assets dan marketable assets seperti real estate seharusnya dapat menggunakan utang lebih besar daripada perusahaan yang memiliki nilai terutama dari intangible assets seperti patent dan goodwill. Hal ini disebabkan karena intangible assets lebih mudah kehilangan nilai apabila terjadi financial distress dibanding standard assets dan tangible assets. 3. Perusahaan di negara dengan pajak tinggi seharusnya memuat utang yang lebih tinggi dalam struktur modal daripada perusahaan yang membayar pajak pada tingkat yang lebih rendah karena bunga yang dibayar diakui pemerintah sehingga mengurangi pajak penghasilan. 19

8 Pecking Order Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Myers dan Maljuf pada Teori ini mendasarkan diri pada informasi asimetrik, yakni suatu situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (lebih baik) tentang prospek perusahaan daripada investor (Brigham dan Houston, 2006:38). Teori ini menyatakan bahwa manajer lebih menyukai internal financing, yakni pendanaan yang berasal dari hasil operasi perusahaan, yaitu laba ditahan. Menurut Husnan (2006:288), jika perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal, manajer cenderung memilih surat berharga yang paling aman, seperti penerbitan utang (obligasi) dibandingkan dengan penerbitan ekuitas (saham). Hal ini dikarenakan kemungkinan true value yang lebih tinggi atau lebih rendah dari harga di bursa mencerminkan ketidakpastian yang dihadapi para pemodal. Meskipun demikian tidaklah berarti perusahaan akan selalu menerbitkan obligasi dan bukan saham baru apabila perusahaan membutuhkan pendanaan eksternal. Alasannya adalah asimetrik informasi yang tidak terlalu penting dan terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi pilihan struktur modal. Perusahaan dapat menumpuk kas untuk menghindari pendanaan dari luar perusahaan. Hal ini dilakukan karena dana internal memungkinkan perusahaan tidak perlu membuka diri terhadap pemodal asing. Pecking order theory menjelaskan mengapa perusahaan yang memiliki keuntungan yang besar justru memiliki utang dan resiko yang lebih rendah. Hal ini dikarenakan perusahaan tidak memerlukan dana eksternal. 20

9 Secara ringkas Pecking order theory pendanaan perusahaan menyatakan sebagai berikut (Brealy, Myers, and Allen, 2006, Corporate Finance, pp ) (Husnan, 2006:288): 1. Dalam pecking order theory, tidak ada satu target debt to equity ratio karena ada dua jenis modal sendiri yang preferensinya berbeda, yaitu internal (laba ditahan) dan eksternal (penerbitan saham). 2. sendiri yang berasal dari dalam perusahaan (laba ditahan, depresiasi) lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan (utang, penerbitan saham). 3. Apabila pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dahulu, yaitu dimulai dengan menerbitkan obligasi terlebih dahulu, kemudian diikuti dengan sekuritas yang berkarakteritik opsi (seperti obligasi konversi), baru kemudian bila masih belum mencukupi saham baru diterbitkan. 4. Kebijakan dividen yang ketat dimana pihak manajemen akan menetapkan jumlah pembayaran dividen dan target divident payout ratio yang konstan dan dalam periode tertentu jumlah tersebut tidak akan berubah, baik perusahaan dalam keadaan rugi maupun untung. 5. Dalam mengantisipasi kekurangan atau kelebihan dari persediaan arus kas dengan adanya kebijakan dividen dan fluktuasi dari tingkat keuntungan Signaling Theory Menurut Brigham dan Houston (2006), signaling theory merupakan suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk 21

10 kepada para investor mengenai bagaimana cara pandang manajemen terhadap prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang sangat menguntungkan akan mencoba untuk menghindari penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru dengan cara-cara yang lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal. Bagi perusahaan dengan prospek yang tidak menguntungkan akan menjual saham, artinya menarik investor-investor baru untuk berbagi kerugian yang mereka alami. Hal ini dikarenakan pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga saham perusahaan tersebut akan menurun dan kemudian dapat menekan harga saham meskipun prospek perusahaan cerah Profitabilitas Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston, 2001:107). Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan (Kasmir, 2010:115). Profitabilitas pada penelitian ini diproksi dengan Return On Asset (ROA). Menurut Sudana (2011:22), ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam mengelola seluruh aktivanya untuk menghasilkan laba setelah pajak. Rasio ini penting bagi pihak manajemen untuk mengevaluasi efektifitas dan efisiensi manajemen dalam mengelola seluruh aktiva perusahaan. Semakin besar ROA, berarti semakin efisien penggunaan aktiva 22

11 perusahaan atau dengan kata lain dengan jumlah aktiva yang sama bisa dihasilkan laba yang lebih besar, dan sebaliknya Likuiditas Menurut Riyanto (2001), likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih. Brigham dan Houston (2010:38) menjelaskan bahwa likuiditas yang tinggi menunjukkan bahwa terdapat aktiva lancar terutama arus kas bebas yang besar. Rasio likuiditas digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban keuangan jangka pendek (Sudana, 2011:21). Salah satu rasio likuiditas adalah current ratio. Current ratio merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan menbayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan (Kasmir, 2010:111). Artinya, rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan membayar utang lancar ditentukan oleh jumlah aktiva lancar yang tersedia. Semakin besar rasio ini menunjukkan bahwa perusahaan semakin likuid. Rasio ini dapat dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin of safety) suatu perusahaan (Kasmir, 2010:111) Struktur Aktiva Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi aktiva lancar dan aktiva tetap. Aktiva lancar merupakan harta atau kekayaan yang segera dapat diuangkan pada saat dibutuhkan dan paling lama satu tahun. Aktiva tetap merupakan harta atau 23

12 kekayaan perusahaan yang digunakan dalam jangka panjang yaitu lebih dari satu tahun (Kasmir, 2010:76-77). Menurut Brigham dan Weston (2005:175), struktur aktiva adalah perimbangan atau perbandingan antara aktiva tetap dan total aktiva. Menurut Riyanto (2001:298) pada umumnya perusahaan industri menanamkan modalnya dalam aktiva tetap, sehingga mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sebagai pelengkap. Weston dan Copeland (1992:175) menyatakan bahwa perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan utang jangka panjang dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Perusahaan dengan aktiva yang besar akan mendorong kreditor untuk memberikan pinjaman karena risiko gagal bayar yang dihadapi kreditor tidak terlalu besar. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian besar aktiva yang dimilikinya berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas masing-masing perusahaan tidak begitu bergantung pada pembiayaan utang jangka panjang dan lebih bergantung pada pembiayaan utang jangka pendek. Pemilihan jenis aktiva oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi struktur modal perusahaan tersebut Growth Opportunity Growth opportunity (peluang pertumbuhan) adalah kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk dapat berkembang dan mencakup kesempatan untuk melakukan investasi di masa mendatang (Brigham & Weston, 2005 : 457). Perusahaan dengan tingkat peluang pertumbuhan yang tinggi berarti kesempatan 24

13 bagi perusahaan untuk bertumbuh juga semakin tinggi yang berakibat pada semakin besarnya dana yang dibutuhkan untuk membiayai investasi dan pertumbuhannya di masa mendatang. Pertumbuhan perusahaan dapat diukur melalui total aktiva yang dimiliki oleh suatu perusahaan Non Debt Tax Shield Mackie-Mason (1990) dalam Natasari (2014) membagi non debt tax shield menjadi dua kelompok yaitu: (a) tax loss carry forward yaitu fasilitas berupa kerugian yang dapat dikompensasikan terhadap laba paling lama lima tahun kedepan dan (b) investment tax credit berupa fasilitas yang diberikan oleh pemerintah yang meliputi pengurangan beban pajak, penundaan pajak, dan pembebasan pajak. Investment tax credit sebagai proksi untuk non debt tax shield pada umumnya diberikan kepada perusahaan yang memiliki tangible asset yang besar sehingga dapat digunakan sebagai collateral bagi pengambilan hutang. Non debt tax shield sebagai penentu struktur modal terhadap laba rugi suatu perusahaan selain dari utang. Menurut Bradley et al., (dalam Krisnanda dan Wiksuana, 2015), non debt tax shield berupa depresiasi aktiva tetap. Depresiasi merupakan pendorong pengurangan utang bagi perusahaan sehingga terjadi penghematan pajak. Depresiasi yang semakin besar menyebabkan penghematan pajak penghasilan juga semakin besar. Dengan demikian, non debt tax shield diukur dengan rasio depresiasi terhadap total aktiva yang menggambarkan manfaat pajak sebagai substitusi interest tax shield. Non debt tax shield yang semakin tinggi pada suatu perusahaan menunjukkan komposisi utang yang 25

14 digunakan dalam struktur modal perusahaannya semakin rendah/sedikit (Krisnanda dan Wiksuana, 2015) Ukuran Perusahaan Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata total penjualan, dan ratarata total aktiva (Seftianne dan Handayani, 2011). Menurut Riyanto (2001: 235), ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dilihat dari besarnya ekuitas, total penjualan, dan total aktiva. Ukuran perusahaan pada penelitian ini didasarkan pada total aktiva perusahaan yang dirumuskan dengan Log natural dari total aktiva. Hal ini menunjukkan bahwa meningkatnya utang perusahaan cenderung disebabkan oleh ekspansi perusahaan, sehingga perusahaan akan cenderung menggunakan utang. Pengelolaan total aktiva yang tepat akan menghasilkan laba yang besar bagi perusahaan. Semakin besar ukuran suatu perusahaan menunjukkan bahwa perusahaan tersebut profitable. Perusahaan yang profitable dinilai mampu memenuhi kewajiban-kewajibannya. Ukuran perusahaan yang semakin besar juga menunjukkan bahwa growth opportunity perusahaan tersebut semakin tinggi. Hal ini dikarenakan laba dan aktiva yang dimiliki perusahaan besar, sehingga perusahaan memiliki kesempatan besar untuk bertumbuh dan berkembang. Aktiva yang besar juga akan menguntungkan perusahaan karena akan memperoleh manfaat pajak melalui depresiasi aktiva tetapnya. Riyanto (2001:279) menyebutkan bahwa besarnya suatu perusahaan juga mempengaruhi struktur modal perusahaan. Hal ini disebabkan perusahaan yang 26

15 semakin besar akan cenderung menggunakan utang yang lebih besar pula karena melakukan ekspansi perusahaan. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki aktiva tetap yang besar pula, sehingga dapat digunakan sebagai jaminan atas utang. Dengan kata lain, perusahaan besar mempunyai tingkat kredibilitas yang tinggi dibandingkan perusahaan kecil, sehingga perusahaan besar lebih mudah mendapatkan pinjaman dari kreditor Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Putu Hary Krisnanda dan I Gusti Bagus Wiksuana (2015) dengan judul Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, dan Non Debt Tax Shield Terhadap Struktur Pada Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Non Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur. Berbeda halnya dengan Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif dan tidak signifikan. Sementara, Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan. Penelitian terdahulu yang mendukung penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Tias Penget Wigati (2014) dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Moderating. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Return On Asset (ROA), Current Asset (CR), Struktur Aktiva berpengaruh positif dan signifikan terhadap Struktur. Sementara, Growth berpengaruh positif tetapi tidak signifikan. Ukuran Perusahaan sebagai variabel moderating memperlemah pengaruh ROA, CR, Struktur Aktiva, dan Growth. 27

16 Penelitian yang dilakukan oleh Yanuar Cristie (2014) dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Moderating. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Growth Opportunity dan Tangibility berpengaruh positif dan signifikan serta Profitabilitas dan Non Debt Tax Shield (NDTS) berpengaruh negatif dan signifikan. Akan tetapi, Cost of Fiancial Distress (RISK) tidak berpengaruh signifikan. Adapun variabel moderating pada penelitian ini, yaitu Ukuran Perusahaan dapat memoderasi pengaruh Profitabilitas, Tangibility, RISK, Growth Opportunity, dan Non Debt Tax Shield (NDTS). Penelitian yang dilakukan oleh Damayanti (2013) dengan judul Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh, dan Profitabilitas Terhadap Struktur (Studi pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Struktur Aktiva, Size dan Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan. Sedangkan Growth berpengaruh positif dan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Michael Dimitri dan Sumani (2013) dengan judul Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, Usia dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, dan Usia Perusahaan tidak berpengaruh signifikan secara simultan. Secara parsial, Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Usia Perusahaan, dan Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan 28

17 pada α= Berbeda halnya dengan Pertumbuhan Perusahaan yang berpengaruh signifikan pada α= Penelitian yang dilakukan oleh Ramzi E.N Tarazi (2013) dengan judul Determinants of Capital Structure: Evidence from Thailand Panel Data. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Struktur Aktiva berpengaruh positif terhadap Struktur. Sedangkan Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif terhadap Struktur. Sementara, Cost of Financial Distress tidak berpengaruh. Penelitian yang dilakukan oleh Seftianne dan Ratih Handayani (2011) dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa Ukuran Perusahaan dan Growth Opportunity berpengaruh negatif signifikan. Kepemilikan Manajerial, dan Struktur Aktiva berpengaruh negatif dan tidak signifikan berpengaruh positif dan tidak signifikan. Sementara, Return On Asset (ROA), Current Ratio (CR), dan Resiko Bisnis. Berikut ini merupakan tabel ringkasan penelitian-penelitian terdahulu. 29

18 No Peneliti, Tahun dan Judul Penelitian 1. Putu Hary Krisnanda dan I Gusti Bagus Wiksuana, 2015 Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, dan Non-Debt Tax Shield Terhadap Struktur Pada Perusahaan Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia 2. Tias Penget Wigati, 2014 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Moderating Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Teknik Penelitian Analisis Regresi independen: Linier Ukuran Berganda Perusahaan, Pertumbuhan Penjualan, dan Non Debt Tax Shield (NDTS) dependen: Struktur independen: Return On Asset (ROA), Current Asset (CR), Struktur Aktiva, dan Growth dependen: Struktur moderating: Ukuran Perusahaan Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian a. NDTS berpengaruh positif dan signifikan b. Pertumbuhan Penjualan berpengaruh positif dan tidak signifikan c. Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan a. ROA, CR, Struktur Aktiva berpengaruh negatif dan signifikan b. Growth berpengaruh positif dan tidak signifikan c. Ukuran Perusahaan memperlemah hubungan ROA, CR, Struktur Aktiva, dan Growth terhadap Struktur 30

19 Tabel Lanjutan 2.1 : Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun dan Judul Penelitian 3. Yanuar Cristie, 2014 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Struktur dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Moderating 4. Damayanti, 2013 Pengaruh Struktur Aktiva, Ukuran Perusahaan, Peluang Bertumbuh, dan Profitabilitas Terhadap Struktur (Studi pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) Penelitian independen: Profitabilitas, Tangibility, Cost of Financial Distress (RISK), Growth Opportunity, dan Non debt tax shield (NDTS) dependen: Struktur moderating: Ukuran Perusahaan independen: Struktur Aktiva, Size, Growth, dan Profitabilitas dependen: Struktur Teknik Analisis Regresi Linier Berganda Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian a. Growth Opportunity dan Tangibility berpengaruh positif dan signifikan b. Profitabilitas dan NDTS berpengaruh negatif dan signifikan c. RISK tidak berpengaruh signifikan d. Ukuran Perusahaan memoderasi pengaruh Profitabilitas, Tangibility, RISK, Growth Opportunity, dan NDTS terhadap Struktur a. Struktur Aktiva, Size dan Profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan b. Growth berpengaruh positif dan signifikan 31

20 Tabel Lanjutan 2.1 : Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun dan Judul Penelitian 5. Michael Dimitri dan Sumani, 2013 Analisis Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, Usia dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Struktur 6. Ramzi E.N Tarazi, 2013 Determinants of Capital Structure: Evidence from Thailand Panel Data Penelitian independen: Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Usia Perusahaan, dan Pertumbuhan perusahaan dependen: Struktur independen: Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva, Cost of Financial Distress, dan Non Debt Tax Shield dependen: Struktur Teknik Analisis Regresi Linier Berganda Multiple Regression Hasil Penelitian a. Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran, Usia, dan Pertumbuhan Perusahaan tidak berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Struktur b. Likuiditas, Profitabilitas, Ukuran perusahaan, Usia perusahaan, dan Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan secara parsial a. Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, Struktur Aktiva berpengaruh positif b. Non Debt Tax Shield berpengaruh negatif dan sigifikan terhadap Struktur c. Cost of Financial Distress tidak berpengaruh 32

21 Tabel Lanjutan 2.1 : Penelitian Terdahulu No Peneliti, Tahun dan Judul Penelitian 7. Seftianne dan Ratih Handayani, 2011 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur pada Perusahaan Publik Sektor Manufaktur Penelitian independen: Profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), Ukuran Perusahaan, Resiko Bisnis, Growth Opportunity, Kepemilikan Manajerial, Struktur Aktiva dependen: Struktur Teknik Analisis Regresi Linier Berganda Hasil Penelitian a. Ukuran Perusahaan berpengaruh positif b. Growth Opportunity, Kepemilikan Manajerial, dan Struktur Aktiva berpengaruh negatif c. ROA, CR, dan Resiko Bisnis berpengaruh positif dan tidak signifikan 2.3. Kerangka Konseptual Struktur modal merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh perusahaan karena merupakan indikator penting dalam menentukan sumber pendanaan perusahaan untuk membiayai kegiatan operasionalnya. Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba (profit) melalui kegiatan operasionalnya. Tingkat pengembalian yang tinggi akan memungkinkan perusahaan untuk membiayai pendanaan mereka secara internal, sehingga cenderung memiliki utang yang rendah. Damayanti (2013) mengungkapkan bahwa tingkat profitabilitas dalam perusahaan mempengaruhi struktur modalnya. Perusahaan dengan profitabilitas tinggi berarti memiliki laba ditahan yang tinggi, sehingga dapat digunakan sebagai sumber pendanaan internal perusahaan. Pernyataan ini sejalan dengan pecking order theory yang 33

22 mengemukakan bahwa perusahaan yang memiliki profit yang tinggi akan memiliki utang yang lebih rendah karena perusahaan mengandalkan sumber pendanaan internalnya terlebih dahulu. Likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaaan memenuhi kewajibannya secara tepat waktu. Rasio likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan hubungan antara kas dan aktiva lancar perusahaan lainnya dengan kewajiban lancarnya ( Brigham dan Houston, 2010: 134). Perusahaan dengan likuiditas yang tinggi cenderung tidak menggunakan pendanaan eksternal melalui utang karena tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan dana internal yang dimiliki perusahaan besar, sehingga perusahaan akan menggunakan dana internalnya terlebih dahulu sebelum menggunakan dana eksternalnya. Semakin tinggi likuiditas suatu perusahaan, maka utang yang dimilikinya pun semakin rendah. Hal ini sesuai dengan pecking order theory dimana perusahaan lebih menyukai internal financing untuk kegiatan operasionalnya. Menurut Riyanto (2001:298) pada umumnya perusahaan industri menanamkan modalnya dalam aktiva tetap, sehingga mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal permanen, yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sebagai pelengkap. Hal ini sesuai dengan struktur finansial konservatif yang vertikal, sehingga struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Dimitri dan Sumani (2013) mendukung pernyataan tersebut dengan menyatakan bahwa struktur aktiva berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Di sisi lain, trade off theory mengungkapkan bahwa adanya korelasi positif antara aktiva tetap dan utang. Perusahaan yang 34

23 memiliki aktiva tetap yang tinggi atas total aktiva cenderung menggunakan leverage yang lebih besar dalam memenuhi kebutuhan dananya. Hal ini dikarenakan aktiva tetap dapat digunakan sebagai jaminan atas utang perusahaan sehingga akan meminimalkan resiko kerugian bagi kreditor jika terjadi likuidasi perusahaan. Oleh karena itu, besarnya aktiva tetap suatu perusahaan merupakan salah satu ukuran penting bagi kreditor dalam menyetujui kredit. Hal ini didukung oleh pernyataan Weston dan Copeland (1992:175) bahwa perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan utang jangka panjang, dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Penelitian yang dilakukan oleh Tarazi (2013) juga mendukung pernyataan tersebut dengan menunjukkan bahwa struktur aktiva memiliki pengaruh yang positif terhadap struktur modal. Perusahaan dengan tingkat peluang pertumbuhan (growth opportunity) yang tinggi akan membutuhkan dana yang besar di masa mendatang untuk membiayai investasi perusahaan dan pertumbuhannya. Oleh sebab itu, perusahaan akan menggunakan sumber pendanaan eksternal, yakni utang. Perusahaan memilih menggunakan utang terlebih dahulu dibandingkan dengan ekuitas saham baru dikarenakan kesenjangan informasi yang tinggi antara investor dan manajer. Adanya kesenjangan informasi tersebut menyebabkan biaya modal ekuitas saham lebih besar dibanding biaya modal utang karena dipandang lebih beresiko dibanding utang, sehingga para investor memberikan isyarat negatif terhadap prospek perusahaan di masa mendatang (Seftianne dan Handayani, 2011). Pernyataan ini sesuai dengan signaling theory yang menyatakan bahwa 35

24 perusahaan dengan prospek yang sangat menguntungkan akan mencoba untuk menghindari penjualan saham dan lebih memilih mendapatkan modal baru dengan cara-cara yang lain, termasuk menggunakan utang di luar sasaran struktur modal yang normal. Selain itu, perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi mempunyai tingkat kepercayaan yang tinggi pula dari kreditor, sehingga perusahaan lebih memilih utang sebagai sumber pendanaan eksternalnya. Penelitian yang dilakukan oleh Tarazi (2013), dan Damayanti (2013) juga mendukung pernyataan tersebut dengan menunjukkan bahwa growth opportunity berpengaruh positif terhadap struktur modal. Penghematan pajak selain berasal dari bunga sebagai akibat penggunaan utang juga berasal dari depresiasi. Non debt tax shield yang semakin tinggi pada suatu perusahaan menunjukkan komposisi utang yang digunakan dalam struktur modal perusahaannya semakin rendah/sedikit. Hal ini sejalan dengan penelitian Tarazi (2013) yang menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Penelitian yang dilakukan oleh Krisnanda dan Wiksuana (2015) menunjukkan bahwa non debt tax shield berpengaruh positif terhadap struktur modal, yakni semakin tinggi depresiasi suatu perusahaan, maka semakin tinggi aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan akan lebih mudah mendapatkan utang dari pihak luar dengan menjaminkan aktiva dari perusahaan. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat dilihat dari total aktiva. Ketika target suatu perusahaan yang harus dicapai semakin besar, maka perusahaan tersebut membutuhkan dana yang semakin besar 36

25 juga. Umumnya, perusahaan yang besar memiliki aktiva yang besar, artinya perusahaan mampu membiayai kegiatan operasionalnya dengan menggunakan sumber pendanaan internal yang lebih banyak dibandingkan sumber pendanaan eksternalnya (Cristie, 2012). Hal ini sesuai dengan pecking order theory yang lebih menyukai pendanaan internal perusahaan. Di sisi lain, ukuran perusahaan yang semakin besar juga dapat meningkatkan cenderung disebabkan oleh ekspansi perusahaan. utang perusahaan. Hal ini Pada umumnya, perusahaan besar akan lebih mudah untuk memperoleh utang dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini terkait dengan tingkat kepercayaan kreditor terhadap perusahaan besar. Perusahaan besar dinilai mempunyai aktiva tetap yang lebih besar sehingga dapat digunakan sebagai jaminan atas utang. Pernyataan ini sesuai dengan trade off theory, sehingga perusahaan besar cenderung mempunyai tingkat leverage yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil. Oleh karena itu, kebijakan utang dipengaruhi oleh ukuran perusahaan. Semakin besar ukuran perusahaan, maka semakin besar pula profitabilitas, likuiditas, struktur aktiva, peluang pertumbuhan, dan non debt tax shield suatu perusahaan. Besarnya ukuran perusahaan menandakan bahwa perusahaan tersebut memiliki tingkat resiko yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki ukuran kecil. Tetapi besarnya ukuran perusahaan dapat mempermudah perusahaan dalam memperoleh utang (Wigati, 2012). Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, dan hasil penelitian sebelumnya, maka dapat disajikan kerangka konseptual sebagai berikut. 37

26 Profitabilitas (ROA) (X 1 ) Likuiditas(CR) (X 2 ) Struktur Aktiva (X 3 ) Struktur (DER) (Y) Growth Opportunity (X 4 ) Non Debt Tax Shield (X 5 ) Ukuran Perusahaan ( Moderating) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4. Hipotesis H1 : Profitabilitas berpengaruh signifikan H2 : Likuiditas berpengaruh signifikan H3 : Struktur Aktiva berpengaruh signifikan H4 : Growth Opportunity berpengaruh signifikan H5 : Non Debt Tax Shield berpengaruh signifikan H6 : Ukuran Perusahaan memoderasi hubungan antara Profitabilitas, Likuiditas, Struktur Aktiva, Growth Opportunity, dan Non Debt Tax Shield terhadap Struktur 38

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori mengenai struktur modal yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Serta argumen yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan antara total utang dan modal sendiri. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal Salah satu isu penting yang di hadapi oleh manajer keuangan adalah Riyanto (2001) mengemukakan modal adalah perimbangan atau perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan, beberapa pakar sepakat bahwa untuk keluar dari krisis ekonomi ini sektor riil harus digerakkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul Studi Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan Property and Real Estate yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal a. Pengertian Modal Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Struktur modal dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori yang berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal harus diimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan menjadi faktor yang sangat penting didalam kegiatan bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai laba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Landasan Teori 2.1.1. Sumber-sumber Pendanaan Menurut Riyanto (2002:209), sumber modal (pendanaan) dapat berasal dari internal perusahaan (pendanaan dari dalam perusahaan) dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Teori Modigliani Miller (MM) Teori struktur modal modern dimulai pada tahun 1958, ketika Profesor Franco Modigliani dan Merton Miller (MM) menerbitkan apa yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa profitabilitas adalah : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Profitabilitas Sartono (2010:122) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Modal dan Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal menurut Riyanto (2011:22) merupakan pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan kegiatan perusahaan, modal yang merupakan hak kepemilikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan kegiatan perusahaan, modal yang merupakan hak kepemilikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal Pada dasarnya perusahaan sangat membutuhkan modal guna untuk menjalankan kegiatan perusahaan, modal yang merupakan hak kepemilikan maupun para pemegang saham.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu

Lebih terperinci

TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal

TEORI STRUKTUR MODAL. A. Pengertian Modal dan Struktur Modal TEORI STRUKTUR MODAL A. Pengertian Modal dan Struktur Modal Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Modal Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari itemitem yang ada disisi kanan suatu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan

BAB II URAIAN TEORITIS. panjang yang digunakan oleh perusahaan, sedangkan struktur keuangan BAB II URAIAN TEORITIS A. Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Dalam pengertiannya, struktur modal dibedakan atas struktur modal dan struktur finansial/ keuangan. Struktur modal adalah paduan sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Variabel Fundamental Menurut Jogiyanto (2009), analisis fundamental atau analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Wachowicz dan Van Horne (2013:176) struktur modal merupakan suatu bauran (proporsi) pembiayaan jangka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan telah dilakakukan oleh: 1. T Mallikarjunappa dan Carmelita Goveas (2007) telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Ketika sebuah perusahaan berkembang, perusahaan tentunya akan membutuhkan modal dan modal tersebut

Lebih terperinci

Unlevered firm Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas. Levered firm Perusahaan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam.

Unlevered firm Perusahaan yang hanya menggunakan ekuitas. Levered firm Perusahaan yang menggunakan bauran ekuitas dan berbagai macam. Struktur Modal : Merupakan pilihan pendanaan antara hutang dan ekuitas. Bauran modal yang optimal dapat menekan biaya modal, yang dapat meningkatkan kembalian ekonomi neto dan meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur Modal (DER) adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah penelitian sebelumnya yang menjadi referensi dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepemilikan Teori keagenan yang dikembangkan Jensen dan Meckling (1976) mengkategorikan pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan, yaitu manajer, pemegang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki investor. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi menurut Brighman dan Houston (1999:35) adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis a. Struktur Modal Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Struktur modal perusahaan terdiri dari kombinasi hutang dan ekuitas. Untuk menguji isu-isu tersebut, banyak teori telah dikembangkan dalam literatur dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, semakin baik investor menilai sebuah perusahaan maka investor tidak

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Harjito dan Martono (2013:256) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam menjalankan usahanya, perusahaan memerlukan pendanaan. Pendanaan dapat berasal dari internal yaitu dari modal sendiri dan eksternal yaitu dari hutang. Pecking

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. perusahaan dimana pemiliknya disebut juga sebagai pemegang saham (shareholder BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Pengertian Saham Samsul (2006:45) menyatakan bahwa saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana pemiliknya disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. informasi antara pihak manajemen dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. informasi antara pihak manajemen dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Signaling Theory (Teori Sinyal) Yasa (2010) menyatakan bahwa teori sinyal menunjukkan adanya asimetri informasi antara pihak manajemen

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive

BAB II URAIAN TEORITIS. minuman yang tercatat di Bursa Efek Jakarta. Pengambilan sampel dan purposive BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2006) mengenai Pengaruh Struktur Modal terhadap Profitabilitas pada Industri Makanan dan Minuman yang Tercatat di Bursa

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 21 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Husnan (2000:275) mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Modal Perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan aktivitasnya. Modal merupakan faktor yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur modal Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada dua kerangka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Struktur Modal 1.1 Pengertian Struktur modal Dalam ilmu ekonomi, modal adalah sebuah konsep yang dipahami secara berbeda, tergantung

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis Penentuan struktur modal banyak dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Konsep teori berkaitan dengan pembahasan dan penelitian masalah tersebut sangat banyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Struktur Modal Berbagai macam teori mengenai struktur modal sudah ada sejak lama dan muncul dari berbagai sudut pandang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu dilakukan oleh Ayu (2011), pada perusahaan makanan dan minuman yang tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan topik pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Signalling Theory Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Michael Spense di dalam artikelnya tahun 1973. Teori tersebut menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan yang tepat. Keputusan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia bisnis semua perusahaan membutuhkan dana yang sekiranya dapat menyokong kegiatan operasional. Untuk memenuhi kebutuhan dana maka diperlukan keputusan pendanaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan perusahaan antar hutang dan ekuitas (Theresia,2007).

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti. BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Guna memudahkan pemahaman atas bahasan mengenai penelitian ini, maka diperlukan tinjauan teoretis. Hal tersebut perlu untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi untuk melakukan kegiatan ekonomi dan mengelola fungsi-fungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam menghadapi persaingan global dituntut untuk dapat mengantisipasi persaingan yang terjadi antar setiap perusahaan. Persaingan yang ketat antar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Fungsi keuangan merupakan salah satu fungsi penting dalam menjalankan perusahaan. Pengelolaan fungsi keuangan ini terkait pengelolaan modal. Modal kerja merupakan investasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : perusahaan. Teori MM berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 Teori Kebijakan Dividen Menurut preferensi investor ada tiga teori yang mendasari kebijakan dividen (Brigham dan Houston 2011:211), yaitu : 1. Teori Dividen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Hutang Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada pihakpihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Menurut Sudana (2011:143) struktur modal (capital structure)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Menurut Sudana (2011:143) struktur modal (capital structure) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Struktur Modal Menurut Sartono (2010:225) struktur modal adalah merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Teori trade-off (trade-off theory) Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko dengan tingkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepada pertumbuhan pasar saham. Menurut Husnan (2012) menyatakan bahwa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Perusahaan Pertumbuhan suatu perusahaan akan lebih mudah terlihat dari adanya penilaian tinggi pihak eksternal perusahaan terhadap aset perusahaan ataupun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Hutang Hutang sering disebut juga sebagai kewajiban, dalam pengertian sederhana dapat diartikan sebagai kewajiban keuangan yang harus dibayar oleh perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. variabel pengembalian yang akan menentukan nilai saham bagi pemilik dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Dividen Dividen merupakan aliran tunai bersih bebas yang didistribusikan perusahaan kepada pemilik saham. Dividen tunai yang diharapkan merupakan variabel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal 2.1.1 Pengertian Modal Modal merupakan sejumlah dana yang menjadi dasar untuk mendirikan suatu perusahaan. Setiap perusahaan tentu akan membutuhkan modal untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Persaingan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang semakin keras telah membuat suatu perusahaan berusaha meningkatkan nilai perusahaan. Meningkatkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor industri di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan dari pendapat beberapa ahli keuangan adalah memaksimalkan nilai perusahaan, maksimalisasikan laba, menciptakan kesejahteraan

Lebih terperinci

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri.

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan selalu membutuhkan modal baik untuk pembukaan bisnisnya maupun pengembangan usahanya. Untuk dapat memenuhi pembiayaan dalam kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS A. Teori Yang Relevan Dengan Kebijakan Deviden Menurut Brigham dan Houston (2001:14) menyebutkan ada tiga teori dari preferensi investor yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan finansial merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial yang diambil oleh manajer

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 23 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dibidang keuangan, serta keseluruhan surat-surat berharga yang beredar. Dalam BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian pasar modal Secara umum, pasar modal adalah sistem keuangan yang terorganisasi, termasuk didalamnya adalah bank-bank komersial dan semua lembaga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Sugiarto (2009). Secara singkat

BAB II LANDASAN TEORI. Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Sugiarto (2009). Secara singkat BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pecking Order Theory Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf (1984) dalam Sugiarto (2009). Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis saat ini telah menciptakan suatu kondisi persaingan yang ketat antar perusahaan. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap perusahaan bertujuan memaksimalkan nilai perusahaan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Fama dan French (2001, dalam Naiborhu, 2014)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan persaingan bisnis yang sangat ketat. Setiap perusahaan memerlukan investasi besar dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Riyanto (2008:22) struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan pengimbangan antara

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang

LANDASAN TEORI. dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang 1 II. LANDASAN TEORI 1.1 Struktur Pendanaan Manajemen pendanaan pada hakekatnya menyangkut keseimbangan finansial di dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang dibutuhkan beserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah klasik dalam urusan pengembangan setiap perusahaan adalah pendanaan. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teori Keputusan Keuangan Sartono (2001) dalam bukunya yang berjudul Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi mengatakan bahwa pada prinsipnya fungsi utama manajer keuangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh peneliti merujuk pada penelitian-penelitian sebelumnya. Berikut ini akan diuraikan beberapa penelitian terdahulu yang menukung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Kebijakan Dividen a. Pengertian Dividen Dividen merupakan bagian dari laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa (earning available for common

Lebih terperinci