BAB IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci : Vektor kecepatan, pola aliran, PIV, pemodelan, pilar jembatan 1 Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 3 Dosen Pembimbing I

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Analisis Gradasi Butiran sampel 1. Persentase Kumulatif (%) Jumlah Massa Tertahan No.

ANALISIS MODEL FISIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL FISIK TERHADAP GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam Pada Aliran Subkritik)

BAB III METODE PENELITIAN. fakultas teknik Universitas Diponegoro Semarang. Penelitian yang dilakukan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Data Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Rencana Penelitian

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

NASKAH SEMINAR 1. ANALISIS MODEL MATEMATIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN DENGAN ALIRAN SUBKRITIK (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

BAB III Metode Penelitian Laboratorium

TUGAS AKHIR ANALISIS MODEL FISIK. GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN (Studi Kasus : Pilar Lingkaran dan Pilar Persegi, Aliran Subkritik)

I-I Gambar 5.1. Tampak atas gerusan pada pilar persegi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE BAK TENGGELAM (CEKUNG) DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Mencapai Jenjang Strata-1 (S1), Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH POLA ALIRAN DAN PENGGERUSAN LOKAL DI SEKITAR PILAR JEMBATAN DENGAN MODEL DUA DIMENSI ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

PENGARUH BENTUK MERCU BENDUNG TERHADAP TINGGI LONCAT AIR KOLAM OLAK MODEL USBR IV (SIMULASI LABORATORIUM)

STUDI EKSPERIMEN AGRADASI DASAR SUNGAI PADA HULU BANGUNAN AIR

HALAMAN PERNYATAAN. Analisis Model Matematik Gerusan Lokal Pada Pilar Jembatan Dengan Aliran Subkritik (Studi Kasus Pilar Kapsul dan Pilar Tajam)

BAB III METODE PENELITIAN LABORATORIUM

TUGAS AKHIR ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR (Studi Kasus Pilar Persegi dan Pilar Lingkaran, Aliran Subkritik)

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE USBR-IV (UJI MODEL DI LABORATORIUM)

BAB I PENDAHULUAN. terbentuk secara alami yang mempunyai fungsi sebagai saluran. Air yang

Studi Pengaruh Sudut Belokan Sungai Terhadap Volume Gerusan

ALIRAN MELALUI LUBANG DAN PELUAP

PENGARUH BENTUK PILAR JEMBATAN TERHADAP POTENSI GERUSAN LOKAL

Cara Mengukur dan Menghitung Debit Saluran

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian

MODEL BANGUNAN PENDUKUNG PINTU AIR PAK TANI BERBAHAN JENIS KAYU DAN BAN SEBAGAI PINTU IRIGASI

Tabel 6.1 Gerusan Berdasarkan Eksperimen. Gerusan Pilar Ys Kanan Kiri. Jenis Aliran Sub kritik Super kritik. Jenis. Satuan. No.

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

Disampaikan pada Seminar Tugas Akhir 2. Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta NIM :

KARAKTERISTIK ALIRAN SEDIMEN SUSPENSI PADA SALURAN MENIKUNG USULAN PENELITIAN DESERTASI

Tugas Akhir. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

DAFTAR ISI Novie Rofiul Jamiah, 2013

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS GERUSAN LOKAL PADA PILAR JEMBATAN MENGGUNAKAN METODE CSU

ANALISIS NUMERIK GERUSAN LOKAL PADA PILAR

BAB 4 PERENCANAAN ALTERNATIF SOLUSI

KAJIAN PENGARUH HUBUNGAN ANTAR PARAMETER HIDROLIS TERHADAP SIFAT ALIRAN MELEWATI PELIMPAH BULAT DAN SETENGAH LINGKARAN PADA SALURAN TERBUKA

ANALISIS GERUSAN DI HILIR BENDUNG TIPE VLUGHTER (UJI MODEL LABORATORIUM)

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE VLUGHTER DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

BAB III LANDASAN TEORI

MODEL ANALISIS ALIRAN PADA SALURAN TERBUKA DENGAN BENTUK PENAMPANG TRAPESIUM PENDAHULUAN

LAPORAN UJI MODEL FISIK

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum. B. Maksud dan Tujuan

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KARAKTERISTIK ALIRAN AIR MELALUI PINTU TONJOL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENGGERUSAN DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

PROSES PEMBENTUKAN MEANDER SUNGAI DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANGKUTAN SEDIMEN (Percobaan Laboratorium) (Dimuat pada Jurnal JTM, 2006)

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENYELIDIKAN OPERASI PINTU INTAKE EMBUNG SAMIRAN DENGAN UJI MODEL HIDROLIK. Dwi Kurniani *) Kirno **)

BAB V ANALISIS HIDROLIKA DAN PERHITUNGANNYA

GROUNDSILL PENGAMAN JEMBATAN KRETEK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan morfologi pada bentuk tampang aliran. Perubahan ini bisa terjadi

Stenly Mesak Rumetna NRP : Pembimbing : Ir.Endang Ariani,Dipl. H.E. NIK : ABSTRAK

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tinjauan Umum

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE MDO DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

MODUL V PINTU SORONG DAN AIR LONCAT

PENGARUH PEMASANGAN KRIB PADA SALURAN DI TIKUNGAN 120 ABSTRAK

STUDI PERENCANAAN HIDRAULIK PEREDAM ENERGI TIPE SCHOKLITSCH DENGAN MODEL FISIK DUA DIMENSI

KAJIAN KEDALAMAN GERUSAN DISEKITAR ABUTMEN JEMBATAN TIPE WING WALL DAN SPILLTHROUGH TANPA PROTEKSI UNTUK SALURAN BERBENTUK MAJEMUK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

KAJIAN HIDROLIK PADA BENDUNG SUMUR WATU, DAERAH IRIGASI SUMUR WATU INDRAMAYU

STUDI PERUBAHAN DASAR KALI PORONG AKIBAT SEDIMEN LUMPUR DI KABUPATEN SIDOARJO TUGAS AKHIR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI NUMERIK PERUBAHAN ELEVASI DAN TIPE GRADASI MATERIAL DASAR SUNGAI

TUGAS AKHIR. Perencanaan Sistem Drainase Pembangunan Hotel di Jalan Embong sawo No. 8 Surabaya. Tjia An Bing NRP

(a). Vektor kecepatan arus pada saat pasang, time-step 95.

STUDI PENGGERUSAN LOKAL DISEKITAR PILAR JEMBATAN AKIBAT ALIRAN AIR DENGAN MENGGUNAKAN MODEL 2 DIMENSI

BAB I ALIRAN MELEWATI AMBANG ( AMBANG LEBAR DAN AMBANG TAJAM )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

TUGAS AKHIR. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1 Teknik Sipil. diajukan oleh. diajukan oleh :

DAFTARISI HALAMAN JUDUL LEMBARPENGESAHAN»» KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR *" DAFTAR LAMPIRAN INTISARI ***

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN» KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN ABSTRAK. 1.

KAJIAN GERUSAN LOKAL PADA AMBANG DASAR AKIBAT VARIASI Q (DEBIT), I (KEMIRINGAN) DAN T (WAKTU)

III. METODOLOGI PENELITIAN. terbuka, dengan penjelasannya sebagai berikut: Test section dirancang dengan ukuran penampang 400 mm x 400 mm, dengan

BAB V RENCANA PENANGANAN

Transkripsi:

BAB IV METODE PENELITIAN A. Studi Literatur Penelitian ini mengambil sumber dari jurnal-jurnal pendukung kebutuhan penelitian. Jurnal yang digunakan berkaitan dengan pengaruh gerusan lokal terhadap perbedaan bentuk pilar, baik penelitian menggunakan model fisik maupun model matematik. Selain itu, sumber penelitian juga diambil dari beberapa tugas akhir tentang gerusan lokal. B. Pengambilan Data 1. Bahan Pada penelitian ini, bahan-bahan yang digunakan sebagai berikut: a. Pasir (sedimen) Pasir yang digunakan memiliki ukuran butiran tidak seragam yaitu berukuran 0,075 mm sampai 2 mm. Volume pasir yang dibutuhkan sebesar 0,23 m 3. b. Air yang digunakan sudah tersedia di Laboratorium Keairan Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Alat Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Keairan Jurusan Teknik Sipil, dengan peralatan sebagai berikut: a. Multy Purpose Teaching Flume Eksperimen dilakukan pada alat flume test dengan panjang saluran 5,0 meter, lebar 0,46 meter dan tinggi 0,4 meter. Bagian utama pada alat ini terbuat dari acrylic dengan tebal 10 milimeter yang dibentuk seperti saluran terbuka dengan penampang persegi. Secara keseluruhan, flume test dibagi menjadi tiga bagian utama, yaitu saluran bagian hulu, saluran area pengamatan dan bagian hilir saluran. Pada bagian flume test sebelum hulu saluran terdapat bagian saluran peredam energi yang terbuat dari bak fiber dengan panjang 1,50 meter dan lebar 0,75 meter. 20

21 Pada bagian ini, turbulensi/olakan air yang dipompa masuk ke dalam flume test dengan pompa air dengan input dari bak penampung diredam menggunakan rumput sintetis sebelum dialirkan masuk bagian hulu saluran. Pada bagian hulu saluran air yang mengalir diberikan ruang untuk kestabilan aliran sebelum memasuki area observasi atau area pengamatan dan selanjutnya mengalir pada bagian hilir saluran. Setelah itu, air yang mengalir akan masuk bagian bak pengukur debit dengan panjang 1,50 meter dan lebar 0,70 meter. Pada bagian ini, jarak 1,00 m dari bagian hulu, terdapat ambang peluap segitiga untuk mengetahui debit air terukur dalam flume test. Air kemudian mengalir ke bak penampung akhir dan kembali dipompa ke bak penampung awal untuk kembali disirkulasi selama proses eksperimen. Gambar 4.1 menunjukkan skema flume test dari tampak atas dan tampak samping.

Saluran pengukur debit 22 1.50 m Peredam energi Hulu Saluran Area pengamatan Hilir saluran 1.50 m 1.25 m 2.50 m 1.25 m Bak penampung akhir Bak penampung awal (a) Tampak atas Flume

(2) (3) (4) (5) 23 (1) (1) (1) (2) (3) (4) (5) Pompa Air Rumput Sintetis Laser Gauge Kamera Peluap Segitiga (b) Tampak perspektif samping Gambar 4.1 Skema flume test

24 b. Stopwatch Alat ini digunakan untuk menentukan waktu tiap satuan waktu yang ditentukan untuk pengambilan data kedalaman gerusan, pola aliran, kecepatan aliran pada saat running. Alat ini juga digunakan bersamasama alat tampung air untuk mngukur debit aliran pada flume test. c. Laser Gauge Alat ini digunakan untuk mengukur elevasi dasar saluran dan kedalaman gerusan. Sebelum digunakan dalam eksperimen dilakukan kalibrasi alat terlebih dahulu dengan cara sebagai berikut: 1) Meletakkan Laser Gauge di atas meja yang sudah diukur ketinggiannya secara manual menggunakan mistar. Laser Gauge diarahkan ke lantai yang diberi balok segitiga sebagai acuan untuk mengukur jarak. Dimana terdapat sensor dan penunjuk laser yang letaknya di bagian bawah laser gauge. 2) Sensor dan petunjuk laser tersebut dicari jaraknya dengan cara seperti di gambar 4.2 bagian (a). sensor laser gauge Tinggi terukur h x penunjuk laser balok segitiga Tinggi terukur tiap sisi segitiga (a) 3) Kalibrasi h sebagai garis tinggi referensi dengan mistar (ukur manual) kemudian kalibrasi jarak sensor ke petunjuk laser x dengan

25 membandingkan data pengukuran Laser Gauge dikurangi tinggi balok segitiga di titik yang ditunjuk laser. 4) Menggeser balok segitiga sehingga didapat b1, b2, b3 kemudian tinggi terukur h dikurang b1, b2, b3 selanjutnya dicocokkan dengan ukuran manual seperti gambar 4.3 bagian (b). b1 b2 (b) Gambar 4.2 Kalibrasi alat Laser Gauge d. Waterpass Alat ini digunakan untuk mengetahui perbedaan ketinggian dari suatu tempat. e. Mistar dan Meteran Alat ini digunakan untuk mengukur tinggi muka air dengan meletakkan mistar tersebut pada dinding saluran transparan pada bagian hulu, tengah dan hilir serta acuan guna pembacaan data kedalaman gerusan di sekitar pilar. Skala di tulis di pilar untuk membaca proses gerusan ketika running. f. Model pilar Model pilar yang digunakan terbuat dari plat besi dengan bentuk dan ukuran model pilar yang digunakan adalah pilar dengan bentuk penampang tajam (belah ketupat) dengan tinggi 15 cm dan panjang diagonal 7,62 cm, pilar dengan bentuk kapsul (gabungan bentuk persegi dan setengah lingkaran) dengan tinggi 15 cm, ukuran sisi persegi 7,62 cm dan diameter lingkaran 7,62 cm. b3

26 15,24 cm 7,62 cm Tampak atas pilar kapsul (a) Tampak perspektif pilar kapsul 7,62 cm 15 cm Tampak atas pilar tajam Tampak perspektif pilar tajam (b) Gambar 4.3 Model pilar, (a) kapsul (b) tajam g. Peluap segitiga (sudut 90 0 ) Alat ini digunakan untuk mengukur debit yang mengalir pada flume test. Peluap segitiga ini terbuat dari bahan acrylic. h. Pompa air Alat ini digunakan untuk memmompa air untuk disalurkan menuju flume i. Sediment tracking Alat ini digunakan untuk menganalisis kecepatan aliaran pada saluran dengan cara menaburkan sediment tracking pada aliran yang sudah stabil. Sediment tracking ini berupa manik-manik berwarna putih dan merah.

27 j. Kamera 120 fps Kamera digunakan untuk pengambilan data serta dokumentasi selama percobaan berlangsung. 3. Persiapan Pelaksanaan Eksperimen a. Pembuatan miniatur pilar yang terbuat dari plat besi dengan bentuk dan ukuran model pilar yang digunakan adalah pilar dengan bentuk penampang tajam (belah ketupat) dengan tinggi 15 cm dan panjang diagonal 7,62 cm, pilar dengan bentuk kapsul tinggi 15 cm, panjang 7,62 dan lebar 7,62 cm. b. Menyiapkan material dasar saluran (pasir) yang berukuran 2 mm sampai 0,075 mm. c. Material dasar saluran disebarkan disepanjang flume dengan tebal 10 cm, lebar saluran 46 cm. d. Melakukan pengecekan terhadap peralatan yang digunakan dalam penelitian, memastikan alat dalam keadaan baik dan layak untuk digunakan. e. Melakukan pengecekan terhadap stopwatch yang akan digunakan. f. Memastikan alur running. 4. Kasus Eksperimen dan Properti Material a. Setelah pasir ditebarkan dalam flume serta miniatur pilar terpasang, pompa dihidupakan dengan debit yang telah ditentukan. b. Kamera yang terpasang pada bagian peluap segitiga, bagian atas saluran, dan dinding saluran siap dihidupkan c. Memastikan tinngi muka air pada saluran dan tinggi air pada peluap segitiga stabil pada menit ke-1, kemudian manik-manik (sediment tracking) siap ditaburkan. d. Running dihentikan apabila kolam penampung sudah penuh selama 7 menit. e. Percobaan dilanjutkan kembali dengan mengganti bentuk pilar. pasir ditebarkan dan diratakan kembali.

28 Pada penelitian ini dilakukan pengujian dalam kondisi aliran subkritis dengan slope 0.004 dan dasar saluran movable bed, jenis dasar saluran movable bed menggunakan material sedimen heterogen dengan diameter berukuran 2 mm sampai 0,075 mm, sepanjang saluran dengan tebal sedimen 10 cm. Kondisi setiap pengujian ditunjukkan oleh Gambar 4.5. Permukaan air Slope 0.004 Gambar 4.4 Ukuran slope alat flume Untuk memperoleh data yang diperlukan, beberapa penyederhanaan dilakukan pada penelitian ini, diantaranya: a. Saluran dimodelkan dengan penampang persegi dan berbentuk lurus memanjang. b. Pengaruh vegetasi pada pengujian tidak dimodelkan. c. Pengujian dalam kondisi movable bed dilakukan penyeragaman dasar saluran (gradasi uniform) pada diameter 1,00 milimeter. d. Bagian awal dan akhir flume test pada kondisi movable bed diberikan peredam gerusan berupa beronjong kerikil untuk meminimalisasi terjadinya gerusan berlebih pada area hulu dan hilir. Sediment tracking Arah aliran Sedimen pada dasar saluran Gambar 4.5 Kondisi dasar saluran pada flume test dengan kondisi dasar saluran terdapat sedimen bergerak

29 5. Metode Eksperimen Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara; pertama pengamatan pergerakan aliran air dan sedimen secara lateral atau memanjang dan yang kedua pengamatan berdasarkan profil potongan melintang pada saluran. Pergerakan aliran air diamati dengan menggunakan bantuan sediment tracking yang ditaburkan ke dalam area flume dalam interval waktu tertentu. Pergerakan aliran air secara lateral atau memanjang dan secara cross sectional atau melintang diamati menggunakan kamera yang diletakkan di atas area observasi untuk merekam dan mengambil gambar pergerakan sediment tracking selama pengujian dilakukan. Pergerakan sediment tracking tersebut kemudian menjadi dasar dalam analisa untuk vektor kecepatan aliran air dalam dua dimensi. Sedangkan pengamatan pada dasar saluran, khususnya untuk pengujian pada dasar saluran dengan sedimen dilakukan pengukuran berkala menggunakan alat laser gauge. pada beberapa section untuk memperoleh potongan melintang dasar saluran. Pengambilan data cross section dilakukan setelah aliran air dalam flume berhenti. Pengukuran debit aliran air dilakukan pada bagian bak penampung akhir. Untuk pengujian pada kondisi movable bed, sedimen yang bergerak karena pengaruh gaya yang diberikan oleh aliran air ditangkap menggunakan sediment trap (kain berpori-pori kecil) pada bagian bak penampung sebelum jatuh mengalir ke area pengukuran debit. Peluap segitiga yang diletakkan di dalam area bak penampung digunakan untuk mengukur debit aliran yang mengalir pada flume test selama pengujian dilakukan. Kalibrasi peluap segitiga dilakukan pada koefisien debit dengan variasi debit aliran terukur sebelum pengujian dilakukan. Tabel 4.1 Perhitungan koefisien debit dan tinggi air Volume (liter) waktu (detik) Tinggi miring (cm) Volume Q H (cm) H (m) (m 3 ) Cd 30 0,03 75 0,0004 5,3 3,746 0,037 0,623 30 0,03 29,12 0,00103 7,7 5,443 0,054 0,631 30 0,03 21,31 0,001408 8,7 6,150 0,061 0,635 30 0,03 8,78 0,003417 12,2 8,624 0,086 0,662 30 0,03 6,9 0,004348 13,5 9,543 0,095 0,654 30 0,03 4,96 0,006048 16 11,310 0,113 0,595 (sumber: hasil perhitungan)

Cd 30 Grafik Hubungan Koefisien Debit (Cd) dan Tinggi Air 0,67 0,66 0,65 y = 0,0408ln(x) + 0,7533 R² = 0,8743 0,64 0,63 0,62 0,61 0 0,02 0,04 0,06 0,08 0,1 0,12 Tinggi Air (m) Gambar 4.6 grafik hubungan koefisien debit dengan tinggi air Gambar 4.6 menunjukkan grafik hubungan koefisien debit dan tinggi air. Berdasarkan grafik tersebut cenderung tinggi permukaan air berbanding lurus dengan koefisien debit (Cd) namun pada tinggi permukaan air 0,095 m dan 0,113 m mengalami penurunan nilai koefisien debit. Pengukuran koefisien debit ini untuk mengetahui debit yang digunakan pada eksperimen. Tabel 4.2 Kondisi aliran hidraulika pada pengujian aliran subkritik Parameter Nilai Debit (m 3 /s) 0,0044 Kemiringan saluran, I 0,0040 Kedalaman aliran, Ho (m) 0,0245 Lebar flume, B (m) 0,4600 Radius Hidraulik, R (m) 0,0221 Berat jenis air (Kg/m 3 ) 1000,0 Berat jenis pasir (kg/m 3 ) 2650,0 g (m/s 2 ) 9,8100 Kecepatan aliran (m/s) 0,3880 d50 butiran (mm) 0,9750 Angka froude, F 0,5596 (sumber: hasil perhitungan)

31 6. Analisis data Hasil perolehan data aliran untuk setiap pilar dengan debit yang sama. Selanjutnya akan diperoleh vektor kecepatan aliran melalui analisis rekaman sediment tracking, selain itu diperoleh data coss section melintang saluran dan memanjang saluran sehingga dapat dianalisis kedalaman gerusan yang terjadi pada setiap pilar. C. Alur Simulasi Model Fisi Mulai Rumusan masalah Studi Literatur Bahan: Pasir Sediment tracking Alat: Flume Test Kamera Laser Gauge Penentuan Parameter Uji: Debit (Q) Waktu simulasi(t) Pengukuran kecepatan dengan PIV: Pilar Kapsul Pilar Tajam Pengukuran kedalaman gerusan : Pengukuran cross section Pembuatan kontur : Kontur gerusan dengan SMS Analisis pola gerusan dan pola aliran Selesai

32