BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan umum yang dihadapi institusi pendidikan dan guru berkaitan dengan salah satu dari tiga perilaku penting dari seorang pegawai dalam sebuah organisasi, adalah perilaku extra-role atau perilaku baik warga organisasi yang popular sebagai Organization Citizenship Behavior (OCB). Pegawai yang menampilkan perilaku kewargaan organisasional (OCB) disebut sebagai pegawai yang baik (good citizen). Pada tingkat persaingan jasa pendidikan yang tinggi sekarang ini, agar tetap menarik minat dan loyalitas peserta didik dalam menggunakan jasa pendidikan di institusi pendidikan tertentu, dalam operasionalnya dibutuhkan adanya perilaku extra-role dari seluruh tenaga pendidik khususnya yang terlibat dalam pelayanan jasa pendidikan. Perilaku kewargaan organisasional merupakan perilaku positif orangorang yang ada dalam organisasi, yang terekspresikan dalam bentuk kesediaan secara sadar dan sukarela untuk bekerja, memberikan kontribusi pada organisasi lebih dari pada apa yang dituntut secara formal oleh organisasi. Perilaku kewargaan organisasional merupakan ekspresi kecintaan, loyalitas, dan rasa memiliki yang tinggi dari anggota organisasi. Jika organisasi memiliki orang-orang yang memiliki Perilaku kewargaan organisasional tinggi, maka dapat diharapkan organisasi tersebut akan mampu menghadapi tantangan yang 1
muncul dari perubahan lingkungan, baik internal maupun eksternal. Masalahnya adalah bagimana memunculkan dan meningkatkan perilaku positif ini. Beberapa determinan penting bagi terbentuknya Perilaku kewargaan organisasional dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan transformasional, komitmen organisasional dan kualitas kehidupan kerja. MacKenzie et al. (2000) mengemukakan bahwa komitmen merupakan suatu keadaan individu dimana individu menjadi sangat terikat oleh tindakannya. Melalui tindakan ini akan menimbulkan keyakinan yang menunjang aktivitas dan keterlibatannya. Robbin (2001) mendefinisikan komitmen organisasional sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu dalam mengidentifikasi keterlibatan kedalam organisasi. Komitmen organisasional ditandai dengan tiga hal, yaitu penerimaan terhadap nilai dan tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan sungguhsungguh atas nama organisasi dan keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi. Schultz dan Ellen (1994) menyatakan bahwa komitmen organisasional dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan operasional. Faktor personal yang mempengaruhi komitmen organisasional adalah sikap yang positif terhadap rekan kerja, sedangkan faktor-faktor operasional yang dapat mempengaruhi komitmen organisasional antara lain pengayaan tugas, pekerjaan, otonomi dan kesempatan untuk menggunakan kemampuan yang dimiliki. Mereka juga menyatakan ada tiga komponen penting dari komitmen organisasional, komponen tersebut adalah penerimaan nilai dan tujuan dari organisasi, 2
keinginan untuk menjadi bagian dari suatu organisasi dan melakukan tugas dengan baik, dan memiliki keinginan kuat untuk tetap berada didalam organisasi. Konsep komitmen organisasional telah menjadi titik perhatian yang penting yang didasarkan bahwa individu membentuk suatu keterkaitan dengan organisasi. Komitmen karyawan pada organisasi merupakan dimensi prilaku yang dapat digunakan untuk mengukur dan mengevaluasi kekuatan karyawan dalam bertahan dan melaksanakan tugas serta kewajiban pada organisasi. Komitmen dipandang sebagai suatu orientasi nilai terhadap organisasi yang menunjukkan individu sangat memikirkan dan mengutamakan pekerjaan dan organisasinya. Individu akan memberikan segala usaha yang dimilikinya dalam rangka membantu organisasi untuk mencapai tujuannya. Keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan tidak lepas dari peran kepemimpinan, karena kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi, menggerakkan, dan mengarahkan suatu tindakan pada diri seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu pada situasi tertentu. Kepemimpinan berperan sebagai penggerak segala sumber daya manusia dan sumber daya lain yang ada dalam organisasi, dan juga sebagai faktor kunci dalam aspek manajerial. Keberadaan pemimpin dalam perusahaan merupakan hal yang terpenting karena merupakan tulang punggung dan memiliki peranan yang strategis dalam mencapai tujuan perusahaan. Gaya kepemimpinan yang tepat dapat menimbulkan motivasi karyawannya untuk berprestasi karena sukses dan tidaknya karyawan dalam 3
mengukir prestasi kerja dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan atasannya. Pemimpin yang efektif akan dapat menjalankan fungsinya tidak hanya ditunjukkan dari kekuasaan yang dimiliki, tetapi juga ditunjukkan oleh sikap untuk memotivasi karyawan dalam menjalankan tugasnya. Kepemimpinan yang efektif akan memotivasi karyawan untuk bertindak mencapai kinerja yang lebih baik. Salah satu faktor situasional yang berpengaruh terhadap efektivitas kepemimpinan adalah relasi antara pemimpin dan pengikut. Interaksi antar pribadi yang berbeda motivasi dan potensi kekuasaan, termasuk di dalamnya ketrampilan dalam mencapai tujuan bersama. Interaksi ini memiliki dua bentuk, yaitu: kepemimpinan transaksional dan transformasional (Gibson et al., 2002). Kepemimpinan transaksional dan transformasional sangat penting dan dibutuhkan dalam organisasi. Organisasi membutuhkan kepemimpinan transaksional yang dapat memberikan arahan, menjelaskan perilaku yang diharapkan, serta memberikan reward dan punishment, yang dimungkinkan dapat berpengaruh pada kinerja karyawan. Sementara itu organisasi juga membutuhkan visi serta dorongan yang dibentuk oleh kepemimpinan transformasional. Esensi nyata dari kepemimpinan transformasional adalah bahwa pemimpin ini menyebabkan pengikut melakukan lebih dari yang diharapkan mereka lakukan, dan pengikut itu mengetahui, serta percaya bahwa pemimpin tidak akan mengambil keuntungan dari mereka. Seseorang yang memiliki kepercayaan yang lebih pada orang lain akan berlaku sesuai dengan apa yang seharusnya, sehingga standar kerja yang diharapkan dapat dicapai. 4
Penelitian ini menguji dan menganalisis pengaruh secara langsung kepemimpinan transformasional terhadap perilaku kewargaan organisasional maupun pengaruh secara tidak langsung yang dimediasi oleh komitmen organisasional dalam konteks dunia pendidikan (sekolah) dengan subjek penelitian adalah Guru dan Staf Tata Usaha SMK Negeri 1 Tasikmalaya. B. Rumusan Masalah Berdasar pada uraian di atas terdapat dua variable yang mempengaruhi Perilaku kewargaan organisasional yaitu Kepemimpinan transformasional dan Komitmen organiasional sebagai mediasi, tetapi hal tersebut merupakan hasil penelitian yang dilakukan diberbagai organisasi yang sifatnya bisnis bukan merupakan organisasi publik atau non profit, oleh karena itu pada penelitian ini penulis tertarik untuk membuktikan apakah hal tersebut berlaku secara konsistem pada organisasi publik/non profit dalam hal ini sekolah. Keberhasilan suatu sekolah sangat dipengaruhi oleh dua hal yaitu kepemimpinan kepala sekolah dan kinerja guru serta karyawan pada umumnya, oleh karena itu setiap komponen sekolah dituntut untuk mampu memberikan yang terbaik dari dirinya untuk dapat terus meningkatkan kualitas layanan yang diberikan sekolah kepada masyarakat. Memberikan yang terbaik dari diri seorang karyawan dalam hal ini guru dan staf tata usaha artinya mereka bekerja bukan hanya untuk memenuhi kewajiban yang melekat pada dirinya saja tetapi mau meningkatkan etos kerja serta kecintaanya kepada pekerjaan sehingga ia akan dengan suka rela 5
memberikan kelebihan waktu dan kemampuannya untuk bekerja semaksimal mungkin. Kenyataan yang terjadi masih banyak kelemahan yang terlihat dari faktor kepemimpinan dan juga dari segi komitemen dan loyalitas guru dan karyawan sehingga prilaku mereka seringkali hanya berusaha memenuhi kewajiban sebagai karyawan dan menjadikan sekolah hanya sebagai tempat bekerja dan mencari nafkah saja, sehingga perilaku kewargaan organisasional guru dan karyawan pun terlihat tidak maksimal. Dari uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan organisasional dengan komitmen afektif sebagai pemediasi (Studi Pada SMK Negeri 1 Tasikmalaya). C. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Apakah kepemimpinan transformasional berpengaruh positif pada perilaku kewargaan organisasional? 2. Apakah komitmen afektif memediasi pengaruh positif kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan organisasional? 6
D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini. 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh kepemimpinan transformasional pada pada perilaku kewargaan organisasional. 2. Untuk menguji dan menganalisis peran pemediasian komitmen afektif terhadap pengaruh kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan organisasional. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan untuk meningkatkan prilaku kepemimpinan transformasional dan komitemen organisasional bawahan dalam hal ini guru dan staf tata usaha sehingga perilaku kewargaan organisasional mereka semakin meningkat. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkuat penelitian selanjutnya terutama yang berkenaan dengan pengaruh kepemimpinan transformasional pada perilaku kewargaan organisasional. 3. Diharapkan juga mampu memperjelas pengaruh komitmen afektif guru dan karyawan pada perilaku kewargaan organisasional mereka. F. Ruang Lingkup atau Batasan Penelitian Dalam penelitian ini penulis membatasi penelitian satu sekolah sebagai objek penelitian yaitu SMK Negeri 1 Kota Tasikmalaya dimana 7
populasi dari penelitian ini adalah Guru dan Staf Tata Usaha baik yang berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) maupun pegawai yang bukan PNS. Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Variabel bebas (X) kepemimpinan transformasional 2. Variabel terikat (Y) perilaku kewargaan organisasional 3. Variabel pemediasi (M) komitmen afektif 8