I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

X. KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Jagung merupakan komoditi yang penting bagi perekonomian Indonesia,

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sedang berkembang, dengan sektor

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Wilayah Produksi dan Potensi Pengembangan Jagung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

I. PENDAHULUAN. Perusahaan umum Bulog mempunyai misi yakni memenuhi kebutuhan pangan

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN. lain yang sesuai dengan kebutuhan ternak terutama unggas. industri peternakan (Rachman, 2003). Selama periode kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Indonesia menurut lapangan usaha pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sektor

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

BAB I PENDAHULUAN. maju dalam produk susu, hal ini terlihat akan pemenuhan susu dalam negeri yang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan Negara agraris, artinya petani memegang peran

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I. PENDAHULUAN A.

4 ANALISIS SISTEM 4.1 Kondisi Rantai Pasok Jagung

ANALISIS PERTUMBUHAN PDB SEKTOR PERTANIAN TAHUN 2005

I. PENDAHULUAN. peran yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional. Di sisi lain

PEMODELAN SISTEM PENDUKUNG PENGAMBILAN KEPUTUSAN CERDAS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOK PRODUK/KOMODITI JAGUNG S U H A R J I T O

I. PENDAHULUAN. perekonomian di Provinsi Lampung. Sektor pertanian terdiri dari. penting diantara subsektor lainnya karena mampu menghasilkan bahan

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai sangat strategis. Dari beberapa jenis daging, hanya konsumsi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di era otonomi daerah menghadapi berbagai

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

BAB I PENDAHULUAN. dalam kebijakan pangan nasional. Pertumbuhan ekonomi di negara negara

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditi perkebunan yang penting dalam perekonomian nasional.

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang memiliki keragaman jenis tanaman. Iklim

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beras/padi. Komoditas yang memiliki nama lain Zea mays merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Produktivitas (Qu/Ha)

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. seperti karbohidrat, akan tetapi juga pemenuhan komponen pangan lain seperti

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

PENDAHULUAN. Peranan studi kelayakan dan analisis proyek dalam kegiatan pembangunan. keterbatasan sumberdaya dalam melihat prospek usaha/proyek yang

VIII. ANALISIS KEBIJAKAN ATAS PERUBAHAN HARGA OUTPUT/ INPUT, PENGELUARAN RISET JAGUNG DAN INFRASTRUKTUR JALAN

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman Jagung. Kulit. Grit Tepung Pati. Pakan Kompos Industri Rokok. Pakan Pangan Bahan Baku Industri

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Lampiran 1 Posisi penelitian manajemen risiko rantai pasok. Metode

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data strategis Kabupaten Semarang tahun 2013, produk sayuran yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik. financial openness). Keuntungan dari keterbukaan

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

I. PENDAHULUAN. pengekspor jagung (net exporter), namun situasi ini secara drastis berubah setelah

RINGKASAN PENELITIAN UNGGULAN PERGURUAN TINGGI

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jagung merupakan jenis tanaman serealia yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, mengingat fungsinya yang multiguna. Jagung dapat dimanfaatkan untuk pangan, pakan, dan bahan baku industri. Jagung merupakan bahan makanan pokok utama di Indonesia, yang memiliki kedudukan sangat penting setelah beras. Namun dengan pesatnya perkembangan industri peternakan, jagung merupakan komponen utama (60%) dalam ransum pakan. Diperkirakan lebih dari 55% kebutuhan jagung dalam negeri digunakan untuk pakan, sedangkan untuk konsumsi pangan hanya sekitar 30%, dan selebihnya untuk kebutuhan industri lainnya dan bibit (Kasryno et al. 2008). Dalam perekonomian nasional, jagung penyumbang terbesar kedua setelah padi dalam subsektor tanaman pangan. Sumbangan jagung terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) terus meningkat setiap tahun, sekalipun pada saat krisis ekonomi. Pada tahun 2000, kontribusi jagung dalam perekonomian nasional mencapai Rp 9,4 trilyun dan pada tahun 2003 meningkat menjadi Rp 18,2 trilyun. Kondisi demikian mengindikasikan besarnya peranan jagung dalam memacu pertumbuhan subsektor tanaman pangan dan perekonomian nasional secara umum. Perluasan areal tanam dan penggunaan benih hibrida dan komposit unggul telah meningkatkan produksi jagung dari 9,35 juta ton pada tahun 2001 menjadi 13,88 juta ton pada tahun 2008, namun belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga impor masih diperlukan. Produksi jagung nasional diproyeksikan tumbuh 4,63% per tahun. Pada tahun 2015 produksi jagung diharapkan telah mencapai 17,93 juta ton. Peluang peningkatan produksi jagung dalam negeri masih sangat terbuka baik melalui peningkatan produktivitas yang sekarang masih rendah (3,43 t/ha) maupun pemanfaatan potensi lahan yang masih luas utamanya di luar Jawa (Zubachtirodin et al. 2007). Namun dalam pengembangan jagung nasional, masih ditemukan beberapa masalah antara lain: 1) Produksi tidak merata setiap bulannya, sehingga pada waktu tertentu pabrik pakan kekurangan bahan baku jagung, 2) Lemahnya permodalan petani, terutama untuk penyediaan sarana produksi pertanian dan 1

2 pada waktu tertentu beberapa sarana itu sulit diperoleh, 3) Produksi jagung sebagian besar dihasilkan pada musim hujan, sedangkan alat pengering dan gudang sangat terbatas, menyebabkan banyak produksi jagung yang mengalami kerusakan, 4) Belum adanya jaminan harga pada saat panen raya, 5) Lemahnya kelembagaan petani jagung, sehingga harga ditentukan oleh konsumen, tengkulak, dan pengumpul, 6) Masih terbatasnya benih hibrida di tingkat petani merupakan salah satu masalah dalam upaya percepatan peningkatan produksi (Purwanto 2007). Pasokan jagung sangat tergantung pada musim tanam sehingga tanpa sistem penyimpanan yang baik bisa dipastikan akan terjadi pasokan berlebihan pada saat panen raya dan kekurangan pasokan pada saat antara panen atau gangguan cuaca buruk dan serangan hama penyakit. Tingkat harga bervariasi tajam akibat fluktuasi pasokan tersebut, sehingga menimbulkan risiko ketidakpastian harga dan pasokan. Pada saat panen raya, suplai melimpah menyebabkan harga jagung dalam negri jatuh dan mendorong pedagang hasil bumi untuk mengekspor ke luar negri. Sebaliknya pada saat paceklik, harga jagung lokal naik dan mendorong pedagang untuk mengimpor jagung. Apabila ikut diperhitungkan dengan faktor nilai tukar rupiah yang sangat fluktuatif, maka harga jagung bisa menjadi sangat mahal, sehingga menimbulkan risiko produksi. Daya simpan untuk menghindari variasi pasokan dan harga di kalangan produsen masih rendah, sehubungan masih sedikit tersedianya silo penyimpanan dan pengeringan jagung di sentra-sentra produksi jagung. Penyimpanan sederhana yang terlalu lama di tingkat petani atau pengumpul akan meningkatkan kandungan aflatoksin pada jagung yang menurunkan kualitas komoditi tersebut, sehingga menimbulkan risiko mutu produk dan penurunan harga. Oleh karena itu perlu antisipasi keadaan ini dengan penguatan produksi jagung nasional dengan penerapan pasca panen dan peningkatan produktifitas di tingkat petani serta kestabilan pasokan jagung dalam negeri. Disamping itu petani umumnya menjual hasil jagung hanya ke pedagang pengumpul atau ke pasar (pedagang penyalur kota atau pengecer di pasar umum). Dengan demikian, harga yang diterima petani relatif lebih rendah dan fluktuatif. Keadaan ini kurang menguntungkan bagi petani, sebab tidak adanya jaminan

3 harga yang layak (Sarasutha et al. 2007). Hal ini memunculkan sejumlah persoalan tidak lancarnya pasokan, tidak proporsionalnya pembagian risiko, nilai tambah dan keuntungan antar pelaku, rendahnya mutu dan keamanan produk, tidak efisiennya biaya sepanjang rantai pasokan serta melonjaknya harga produk. Petani, sebagai penyedia bahan baku adalah pelaku utama yang menderita kerugian dalam distorsi tersebut, yaitu menanggung porsi risiko yang lebih besar dan menerima porsi keuntungan dan nilai tambah yang lebih kecil. Oleh karena itu dibutuhkan suatu model yang dapat digunakan untuk menentukan harga secara bersama-sama dalam jaringan pasokan jagung sehingga tercipta distribusi risiko yang seimbang dengan negosiasi yang adil. Salah satu mekanismenya adalah dengan melakukan manajemen risiko dan penyeimbangan risiko rantai pasok jagung, sehingga tercipta distribusi keuntungan yang seimbang antar tingkatan rantai pasok. Untuk dapat membuat mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok, diperlukan penelitian tetang manajemen risiko rantai pasok dan distribusi jagung nasional dengan melibatkan berbagai stakeholder yang berkepentingan dalam bisnis tersebut. Karena permasalahan manajemen risiko tersebut melibatkan berbagai tingkatan pelaku dalam rantai pasok jagung dan bersifat probabilistik dengan ketidakpastian yang tinggi dan dinamis serta tidak terstruktur yang menyangkut risiko yang dihadapi oleh masing masing stakeholder maka perlu pendekatan sistem dalam penyelesaiannya. Oleh karena itu dalam penelitian ini akan dikembangkan suatu metode pengambilan keputusan cerdas dalam manajemen risiko rantai pasok produk/ komoditas jagung dengan menggunakan pendekatan sistem komputasi lunak (Soft Computing) seperti fuzzy logic, fuzzy inference, optimisasi fuzzy dan kecerdasan buatan. Manajemen risiko rantai pasok oleh Chapman et al. (2002) didefinisikan sebagai identifikasi dan manajemen risiko dalam rantai pasok dan risiko ekternalnya melalui pendekatan koordinasi di antara anggota rantai pasok untuk mengurangi terganggunya rantai pasok secara keseluruhan. Manajemen risiko rantai pasok berfokus pada bagaimana memahami dan menanggulangi pengaruh berantai ketika suatu kecelakaan yang besar atau kecil terjadi pada suatu titik dalam jaringan pasokan. Secara umum, proses manajemen risiko rantai pasok

4 terdiri dari identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko dan mitigasi risiko. Identifikasi risiko disarankan sebagai tahapan fundamental dalam proses manajemen risiko (Hallikas et al. 2004; Norrman & Lindroth 2004). Risiko rantai pasok dapat diakibatkan dari satu perusahaan dalam rantai pasok, atau keterhubungan antar organisasi dalam jaringan pasokan, atau antar jaringan pasokan dan lingkungannya, yang akan menyebabkan kerugian finansial secara menyeluruh atau bahkan mengakibatkan berhentinya kegiatan bisnis. Oleh karena itu perlu pengendalian risiko rantai pasok agar dapat menghindarkan akibat berkelanjutan yang dapat terjadi pada setiap titik dalam jaringan pasokan (Karningsih et al. 2007). Penelitian yang sudah pernah dilakukan berkaitan dengan manajemen risiko rantai pasok adalah Hallikas et al. (2002); Jutner et al. (2003); Harland et al. (2003); Cavinato (2004); Chopra dan Sodhi (2004); Christopher dan Peck (2004); Wu et al. (2006); Li et al. (2007) dan Lee (2008). Kebanyakan penelitian ini mendiskusikan manajemen risiko rantai pasok pada bidang manufaktur. Beberapa studi manajemen risiko rantai pasok bidang agroindustri adalah Diersen dan Garcia (1998); Diaz dan Hansel (2007); Jaffee et al. (2008); Deep dan Dani (2009). Akan tetapi kajian tersebut belum mengidentifikasi risiko setiap tingkatan rantai pasok dan melakukan penyeimbangan risiko antar tingkatan. Oleh karena itu penelitian ini berfokus pada masalah tersebut. 1.2. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah dihasilkannya sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas untuk menajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang efektif dan efisien serta responsif guna membantu pemangku kepentingan pada setiap tingkatan rantai pasok untuk membuat keputusan cerdas secara cepat. Adapun secara khusus tujuan antara dari penelitian ini adalah: a) Untuk mengembangkan model identifikasi evaluasi dan mitigasi risiko rantai pasok yang efektif dan efisien b) Untuk mengembangkan model manajemen risiko, khususnya dalam hal penyeimbangan risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung.

5 c) Mengembangkan basis pengetahuan sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung dengan fokus kajian yang bersifat komprehensif, lintas sektoral dan multi disiplin, sehingga teridentifikasi risiko rantai pasok yang dominan dan prioritas penanganan risiko. d) Mengembangkan model-model cerdas untuk pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung melalui pengembangan model-model yang mampu mengolah pengetahuan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif dengan memanfaatkan kemampuan teknik pengambilan keputusan kriteria jamak dan multi hierarki serta soft computing yang mencakup teknik fuzzy inferences dan fuzzy logic. e) Membuat prototipe sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung pada berbagai strata pengambil keputusan dan tingkatan rantai pasok. 1.3. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dengan tersedianya sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang dihasilkan dari penelitian ini adalah: a) Dapat digunakan untuk menangani risiko rantai pasok dan mengetahui sumber risiko dan dampak risiko yang ditimbulkannya. b) Model pengukuran risiko yang dihasilkan juga dapat digunakan untuk mengukur tingkat kejadian risiko dan dampaknya terhadap kinerja rantai pasok secara keseluruhan. c) Untuk meningkatkan kewaspadaan pada semua pelaku rantai pasok terhadap munculnya risiko yang dapat mempengaruhi kinerja rantai pasok secara keseluruhan. d) Dapat mempermudah melakukan pengawasan risiko dan penanganannya sehingga menajemen risiko menjadi lebih efektif dan efisien. e) Dapat membantu pemangku kepentingan dalam membuat perencanaan manajemen rantai pasok dengan pertimbangan meminimalkan risiko dan optimalisasi keuntungan.

6 f) Sistem manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung berbasis web yang dihasilkan dapat diakses oleh setiap stakeholder rantai pasok, sehingga dapat meningkatkan kewaspadaan akan terjadinya risiko dalam rantai pasok untuk mengantisipasinya secara bersama dan interaktif. g) Strategi dan tindakan penanganan risiko rantai pasok produk dan komoditas jagung, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif solusi bagi setiap stakeholder dalam penanganan risiko rantai pasok. h) Memberikan gambaran pengukuran risiko rantai pasok komoditas jagung terhadap petani, pengumpul, agroindustri dan distributor. 1.4. Perumusan Masalah Penelitian Perancangan sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas menajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung membutuhkan analisis yang komprehensif mengenai faktor-faktor terjadinya risiko, tingkat kejadian risiko dan dampak risiko, pelaku yang menghadapi risiko dan bagaimana menghadapi risiko rantai pasok sehingga diperoleh suatu model pengambilan keputusan yang memadai bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan manajemen risiko rantai pasok. Beberapa pertanyaan penelitian yang akan dijawab melalui penelitian ini diantaranya adalah: a) Bagaimana bentuk model manajemen risiko serta basis pengetahuan yang diperlukan untuk mendukung manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung yang mudah digunakan oleh setiap pemangku kepentingan. b) Faktor dan sumber risiko rantai pasok komoditas jagung apa saja yang perlu dikendalikan oleh tiap tingkatan rantai pasok. c) Bagaimana mekanisme untuk menyeimbangankan risiko rantai pasok, sehingga tercipta distribusi keuntungan pada setiap tingkatan. d) Tindakan apa saja yang perlu dilakukan untuk menangani risiko rantai pasok produk dan komoditas jagung sehingga tercipta ditribusi risiko rantai pasok yang seimbang e) Bagaimana model sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas yang sesuai untuk mendukung pengambilan keputusan manajemen risiko rantai

7 pasok produk atau komoditas jagung sehingga tercipta suatu mekanisme penyeimbangan risiko rantai pasok. 1.5. Ruang Lingkup Guna memfokuskan penelitian dengan berbagai keterbatasan dan kendalanya maka penelitian pemodelan sistem pendukung pengambilan keputusan cerdas manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung mempunyai ruang lingkup sebagai berikut: a) Verifikasi dan validasi model yang dihasilkan dalam penelitian ini digunakan data manajemen risiko rantai pasok jagung di Jawa Tengah. b) Pemodelan manajemen risiko dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif yang berkaitan dengan permintaan (demand), produksi (supply), penggudangan (stocking) dan distribusi jagung untuk mendukung program ketahanan pangan. c) Sistem pendukung keputusan yang akan dirancang merupakan sistem pendukung keputusan manajemen risiko rantai pasok secara vertikal. d) Tingkatan rantai pasok yang dikaji dalam penelitian adalah petani, pengumpul, agroindustri pakan unggas, distributor pakan unggas dan peternak unggas sebagai konsumen.