BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Frekuensi Bertemu dengan Penyuluh

HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakteristik Peternak

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

V. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh Semua Peubah Bebas (Xi) Terhadap Peubah Tidak Bebas (Y)

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. seperti industri, jasa, pemasaran termasuk pertanian. Menurut Rogers (1983),

PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERTANIAN. Penyuluhan Pertanian. Metode.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Wonosari merupakan salah satu dari 7 kecamatan yang ada di

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas maupun kualitasnya. Keberhasilan pembangunan sub sektor

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

HASIL DAN PEMBAHASAN. pemerintahan dalam memberikan pelayanan publiknya wilayah ini dibagi kedalam

PENDAHULUAN Latar Belakang

JENIS - JENIS METODE PENYULUHAN PERTANIAN PENDAHULUAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN. selesai, seekor induk sapi perah harus diafkir, dan diganti dengan induk baru yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. subsektor peternakan. Suatu negara dapat dikatakan sistem

TINJAUAN PUSTAKA. definisi sempit dan pertanian organik dalam definisi luas. Dalam pengertian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METODA DAN TEKNIK PENYULUHAN. Pusat Pengembangan Penyuluhan Badan Pengembangan SDM Kelautan dan Perikanan

BAB VI KESIMPULAN. Di masa Orde Baru, komunikasi pembangunan yang ditujukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENGANTAR. Latar Belakang. merupakan keharusan untuk memenuhi kebutuhan pangan, papan, dan bahan

Modul 4 : Adopsi, Difusi dan Inovasi dalam Penyuluhan Peternakan

BAB II KERANGKA TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UPAYA PENGEMBANGAN AGRIBISNIS TERNAK DOMBA MELALUI PERBAIKAN MUTU PAKAN DAN PENINGKATAN PERAN KELOMPOKTANI DI KECAMATAN PANUMBANGAN KABUPATEN CIAMIS

METODE PENELITIAN Waktu dan Lokasi Penelitian Populasi dan Sampel

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PRIMA TANI OLEH PETANI DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGANNYA

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

program yang sedang digulirkan oleh Badan Litbang Pertanian adalah Program Rintisan dan Akselerasi Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN TINGKAT INTEGRASI PADI-SAPI PERAH DI NGANTANG KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk yang terus

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. bagi masyarakat peternak di Kabupaten Pandeglang. Usaha peternakan kerbau di

BAB VII KESIMPULAN DAN IMPLIKASI PENELITIAN. penelitian, sedangkan pada bagian implikasi penelitian disajikan beberapa saran

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

I. PENDAHULUAN1. dalam kenyataannya tidak terlepas dari bimbingan dan bantuan pemerintah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan pada subsistem budidaya (on farm) di Indonesia

Disusun Oleh : Fitrianti Inayah Anita 444

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

PERANAN PENYULUH PERTANIAN PADA KELOMPOK TANI DI KOTA PEKANBARU

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

PROFIL PETANI KELAPA SAWIT FOLA SWADAYA DI DESA SENAMA NENEK KECAMATAN TAPUNG HULU KABUPATEN KAMPAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dibagikan. Menurut Alim dan Nurlina ( 2011) penerimaan peternak terhadap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Bangsa domba secara umum diklasifikasikan berdasarkan atas hal hal

RINGKASAN EKSEKUTIF DASLINA

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Peternakan sapi potong merupakan salah satu sektor penyedia bahan

DIFS Live F R A N K J O O ST E N, P R O GRAMME C O O R D I N ATO R

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

Diarsi Eka Yani. ABSTRAK

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KETEPATAN ADOPSI INOVASI PETERNAK TERHADAP TEKNOLOGI FERMENTASI JERAMI PADI DI KABUPATEN BULUKUMBA. Agustina Abdullah ABSTRAK

PENDIDIKAN GIZI DAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA

diarahkan untuk memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berinvestasi dengan cara beternak sapi merupakan salah satu cara usaha yang relatif aman,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Lokasi dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

HUBUNGAN PERILAKU KOMUNIKASI IBU RUMAH TANGGA DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INOVASI PENGGEMUKAN SAPI POTONG DI KECAMATAN DANAU TELUK KOTA JAMBI

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

PENDAHULUAN. Keberhasilan usaha ternak sapi bergantung pada tiga unsur yaitu bibit, pakan, dan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Strategis Kementerian Pertanian tahun adalah meningkatkan

PROGRAM AKSI PERBIBITAN DAN TRADISI LOKAL DALAM PENGELOLAAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN SUMBAWA, NUSA TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian berkaitan secara langsung dan tidak langsung

PEMBAHASAN. Persepsi Anggota Tentang Peranan Pemimpin Kelompok. Tabel 12 menunjukkan bahwa persepsi anggota kelompok tentang peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan sektor yang terus. dikembangkan dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

Rancang Bangun Sistem dan Metode Penyuluhan

I. PENDAHULUAN. pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN HIPOTESIS. Sapi adalah ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... xi DAFTAR LAMPIRAN... xiii. I. PENDAHULUAN Latar Belakang... 1 Rumusan Masalah... 5 Tujuan... 6 Manfaat...

III KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Petani Peternak Sapi Petani peternak merupakan orang yang melakukan kegiatan mengembangbiakkan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dari hasil kegiatan tersebut. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsipprinsip manajemen pada faktor-faktor produksi yang di kombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerbau, dan kuda. Sedangkan kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci, dan lain-lain. Berbagai faktor kendala yang mempengaruhi perkembangan peternakan adalah faktor ekologis, biologis dan sosial ekonomis. Faktor ekologis termasuk keadaan tanah dan iklim, biologis meliputi Genotype ternak (reproduksi dan sifat adaptasi), dan pakan ternak (penyakit dan parasit). Faktor-faktor sosial ekonomis termasuk ketersediaan tenaga kerja dan keterampilan pelaku-pelaku peternakan, kesukaan konsumen dan pendapatannya, ketersediaan modal, infrastruktur pasar, kebijaksanaan perdagangan dan harga serta penguasaan tanah (Yasin dan Dilaga, 1993). 16

Menurut Soeprapto dan Abidin (2006), ada beberapa permasalahan yang masih terjadi pada peternak di Indonesia : Produktifitas rendah Populasi rendah Pasokan sapi bakalan tidak stabil Pasokan pakan ternak belum mencukupi Pengetahuan tentang teknologi peternakan masih rendah Perkawinan tidak terkontrol Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh waktu yang telah dialami oleh petani. Petani yang berpengalaman dalam menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya. Lain halnya dengan petani yang belum atau kurang pengalaman, dimana akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut. Semakin banyak pengalaman petani maka diharapkan produktifitas petani akan semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakan usahataninya akan semakin baik dan sebaliknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan (Hasan,I.2000). 2.1.2 Penyuluh Peternakan Penyuluhan peternakan adalah suatu sistem pendidikan di luar sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya serta mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan masyarakatnya. Kata-kata mampu dan 17

sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan profesinya mengandung arti bahwa penyuluhan pertanian harus bertujuan membuat petani sanggup berkorban demi pembangunan nasional. Penyuluh adalah penghubung atau saluran atau jembatan antara lembaga penelitian dengan rakyat tani atau sebaliknya dari rakyat tani kelembaga-lembaga penelitian. Sebagai penghubung penyuluh bertugas menyebar luaskan kepada peternak keterangan yang berguna, cara-cara yang praktis dan efisien dalam bidang peternakan, dan mengumpulkan persoalan/bahan-bahan yang berasal dari peternak untuk dipecahkan oleh jawatan penyuluh atau diteruskan kelembaga-lembaga penelitian (Ginting,M,2008). Penyuluh sebagai kegiatan pendidikan melibatkan pengajar (penyuluh, change agent), pesan/bahan pelajaran (inovasi/teknologi baru), media/saluran yang digunakan, peserta (kelompok, massa), fasilitas fisik, sosial, ekonomi, budaya serta suasana lingkungan tempat pendidikan diselenggarakan dan lain sebagainya (Slamet, 2003). Kartasapoetra (1987), menyatakan bahwa metode pendekatan dalam penyuluhan terdiri atas: 1. Metode Pendekatan Perorangan Penyuluh melakukan hubungan atau pendekatan secara langsung atau tidak langsung kepada sasaran/seorang petani melalui dialog langsung, kunjungan kerumah petani (home visit), kunjungan kesawah/ladang petani (farm visit), anjangsana, surat menyurat, dan hubungan telepon. Metode ini sangat efektif, tetapi banyak menyita waktu, oleh karena itu sebaikya dilakukan oleh penyuluh dalam keadaan senggang atau banyak waktu. 18

2. Metode Pendekatan Kelompok Pendekatan dilakukan melalui kelompok tani dengan membimbing dan mengarahkan anggota kelompok untuk melaksanakan suatu kegiatan tertentu yang lebih produktif secara berkelompok. Metode ini dapat dilakukan dengan diskusi, saling tukar pendapat, pengalaman dan demonstrasi. Kursus, karyawisata, perlombaan kelompok dan kegiatan lainnya yang bersifat kelompok. Metode pendekatan kelompok biasanya lebih berdaya guna dan berhasil guna serta hasilnya lebih mantap. 3. Metode Pendekatan Massal Metode pendekatan massal secara penyampaian informasi sangat baik, tetapi tingkat keberhasilannya kurang efektif, karena hanya dapat menimbulkan kesadaran dan minat sasaran saja. Bila dilakukan dengan baik dan menarik sasaran terhadap suatu yang lebih menguntungkan. Metode ini dapat dilakukan dengan menggunakan media surat kabar (koran), majalah/brosur pertanian, radio televisi, film, slide dan media lainnya. Untuk mementapkan tujuan agar tercapai, maka perlu dilanjutkan dengan pendekatan kelompok atau perorangan. 2.2 Penelitian Terdahulu Penelitian yang dijadikan rujukan mengenai ternak sapi potong adalah penelitian yang dilakukan oleh Bahua M (2011) dengan judul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Peternak Sapi Perah Dalam Penyuluhan. Dimana, hasil penelitian menyatakan bahwa karakteristik peternak yang terdiri dari umur, tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan dan pengalaman usaha mempengaruhi partisipasi peternak dalam penyuluhan. Semakin tinggi umur, 19

tingkat pendidikan, tingkat kosmopolitan dan pengalaman usaha menyebabkan partisipasi peternak dalam penyuluhan semakin menurun. Peternak mempunyai alternatif lain dalam memperoleh sumber informasi selain mengikuti penyuluhan. Menurut peternak, penyuluhan yang ada sekarang ini sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan peternak yang semakin spesifik dan kompleks. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Saragih Ardi (2006), dengan judul Hubungan Antara Karakteristik dan Keaktifan Komunikasi dengan Prilaku Agribisnis menyatakan bahwa terdapat hubungan yang tinggi antara karakteristik dengan prilaku agribisnis. Aspek sikap banyak memiliki hubungan tinggi dengan jumlah tanggungan. Aspek pengetahuan banyak memiliki hubungan tinggi dengan umur, jumlah tanggungan dan pola usaha. Sementara aspek tindakan banyak memiliki hubungan keeratan tinggi pada kepemilikan usaha. 2.3 Landasan Teori 2.3.1 Karekteristik Peternak Karakteristik peternak dapat menggambarkan keadaan peternak yang berhubungan dengan keterlibatannya dalam mengelola usaha ternak. Karakteristik peternak bisa mempengaruhi dalam hal mengadopsi suatu inovasi. Karakteristik peternak sebagai individu yang perlu diperhatikan untuk melihat apakah faktorfaktor ini akan mempengaruhi respon peternak terhadap inovasi yang diperkenalkan. Simamora mengatakan bahwa karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan, bagaimana menginterpretasi informasi tersebut. Menurut Soekarwari (1995), cepat tidaknya petani mengadopsi inovasi sangat bergantung kepada faktor sosial dan ekonomi petani. Faktor sosial 20

diantaranya: umur, tingkat pendidikan, dan pengalaman bertani. Sedangkan faktor ekonomi diantaranya: tingkat pendapatan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimiliki petani. Faktor sosial ekonomi ini mempunyai peranan penting dalam mengelola usahatani. 1. Umur Umur pengajar maupun pelajar merupakan salah satu karakteristik penting yang berkaitan dengan efektivitas belajar dimana kapasitas belajar seseorang tidak merata, tetapi menurut perkembangan umurnya kapasitas belajar akan naik sampai usia dewasa kemudian menurun dengan bertambahnya umur. Kapasitas belajar akan terus menaik sejak anak mengenal lingkungan dimana kenaikan tersebut berakhir pada awal dewasa yaitu umur 25 tahun sampai 28 tahun, kemudian menurun secara drastis setelah umur 50 tahun. Umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam mengelolah usahataninya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan kemampuan berpikir. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang kuat dan dinamis dalam mengelola usahataninya, sehingga mampu bekerja lebih kuat dari petani yang umurnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi kemajuan usahataninya (Syafrudin, 2003). 2. Tingkat Pendidikan Petani Pendidikan merupakan upaya untuk mengadakan perubahan perilaku berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sudah diakui dan direstui oleh masyarakat, lebih lanjut Slamet menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang 21

mempengaruhi tingkat pemahamannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya (Wiraatmadja, 1990). Pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam melakukan suatu kegiatan, karena melalui pendidikanlah pengetahuan dan keterampilan serta perubahan sikap dapat dilakukan. Para ahli pendidikan mengenal tiga sumber utama pengetahuan bagi setiap orang yaitu: a. Pendidikan informal, yaitu proses pendidikan yang panjang yang diperoleh dan dikumpulkan seseorang berupa pengetahuan, keterampilan, sikap hidup, dan segala sesuatu yang diperoleh dari pengalaman pribadi seharihari dari kehidupan di dalam masyarakat. b. Pendidikan formal, yaitu struktur dari sistem pendidikan/pengajaran yang kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai ke perguruan tinggi. c. Pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis yang diorganisir dari luar pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi keperluan khusus seperti penyuluhan pertanian (Suhardiyono, 1990). 3. Pengalaman Beternak Peternak yang sudah lama beternak akan lebih mudah untuk menerapkan anjuran penyuluh dari pada peternak pemula. Dalam menjalankan usahanya, responden telah memiliki ilmu pengetahuan tentang cara beternak yang diperoleh dari keluarga secara turun temurun, selain itu pengalaman menjadi salah satu guru 22

dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman beternak diukur dari sejak dimulainya usaha ternak sapi sampai pada saat dilakukannya penelitian ini (Soekarwati, 1988). 4. Jumlah Ternak Jumlah ternak yaitu jumlah ternak utama yang diusahakan peternak sebagai mata pencarian utama oleh peternak, dihitung dalam satuan ternak (ST). Ternak sapi jantan dewasa dihitung dengan jumlah 1 ST, induk bunting 1 ST, sapi dara 0,5 ST dan pedet 0,25 ST. 5. Jumlah Tanggungan Keluarga Jumlah tanggungan keluarga adalah banyaknya orang yang berada dalam keluarga selain kepala keluarga. Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia yang dimiliki peternak, terutama yang berusia produktif dan ikut membantu usahaternaknya tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban keluarga jika tidak aktif bekerja (Syafrudin, 2003). 2.3.2 Kinerja Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pancapaian pelaksanaan suatu prorgam/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu indikator kinerja harus merupakan suatu yang akan dihitung dan diukur serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau melihat tingkat kinerja. Baik dalam tahap perencanaan, tahap pelaksanaan maupun tahap setelah kegiatan selesai. 23

2.4 Kerangka Pemikiran Perkembangan ternak sapi di Kabupaten Langkat, Kecamatan Stabat merupakan daerah produsen sapi yang memiliki tingkat populasi tertinggi dari tahun 2006 2010. Peternak yang terdapat didaerah penelitian terdiri dari kelompok peternak dan bukan kelompok peternak. Kelompok peternak adalah kumpulan para peternak dimana kelompok merupakan wadah kerja sama, wadah belajar dan wadah pembinaan peternak. Dalam kegiatan penyuluhan peternakan, penyuluh peternakan lapang (PPL) dalam menyampaikan materi-materi penyuluhan adalah bersifat top down (dari atas kebawah) dan battom up (dari bawah keatas) dengan menggunakan metode dan media yang disesuaikan dengan keadaan sasaran. Dalam menerima materi, metode dan media penyuluhan peternakan, peternak menghadapi berbagai masalah. Masalah-masalah yang dihadapi dapat berupa ketidak sesuaian materi yang disampaikan, waktu yang tidak sesuai dengan kondisi peternak, keterbatasan modal yang dimiliki oleh peternak, materi yang disampaikan tidak selalu ada di lapangan. Kinerja penyuluh peternakan oleh PPL diharapkan akan berdampak terhadap tingkat sosial ekonomi peternak meliputi keterampilan beternak, pengetahuan beternak, tingkat kosmopolitan, jumlah ternak yang dijual dan pendapatan dari usah termak. 24

Secara skematis kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut : Sketsa 1. Lingkungan Petani Peternak Penyuluh Karakteristik Peternak - Umur Peternak - Tingkat Pendidikan - Pengalaman Beternak - Jumlah Ternak - Jumlah Tanggungan Keluarga Kinerja Penyuluh Lingkungan Gambar 2. Kerangka Pemikiran. Keterangan : : Menyatakan hubungan : Menyatakan pengaruh 25

Sketsa 2. Lingkungan Umur Peternak Tingkat Pendidikan Pengalaman Beternak Kinerja Penyuluh Jumlah Ternak Jumlah Tanggungan Keluarga Lingkungan Gambar 3. Kerangka Pemikiran. Keterangan : : Menyatakan pengaruh 2.4 Hipotesis Penelitian 1. Perkembangan usaha ternak sapi potong selama 5 tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup besar di Kabupaten Langkat. 2. Karakteristik petani peternak di daerah penelitian adalah beragam. 3. Kinerja penyuluhan di daerah penelitian sesuai dengan pedoman. 4. Adanya pengaruh antara karakteristik petani peternak terhadap kinerja penyuluh. 26