TINJAUAN PUSTAKA Tauge

dokumen-dokumen yang mirip
ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Senyawa 2-Methoxyethanol (2-ME) tergolong senyawa ptalate ester (ester

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehingga mampu

BAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

PENDAHULUAN. Masalah pangan: ketersediaan pangan; kerawanan konsumsi pangan oleh pengaruh kemiskinan, pendidikan rendah & pantangan terhadap makanan

Gambar 1. Cara penggunaan alat pemeras madu. Gambar 2. Alat Pemeras madu. Gambar 3. Alat Penyaring madu Gambar 4. Ruang pengolahan madu 70 %

Teknologi Produksi Bahan Baku Pakan. Program Alih Jenjang D4 Bidang Akuakultur SITH, ITB VEDCA - SEAMOLEC

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan

KONSEP ILMU GIZI DAN PENGELOMPOKAN ZAT-ZAT GIZI. Fitriana Mustikaningrum S.Gz., M.Sc

LOGO VITAMIN DAN MINERAL

I PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

I PENDAHULUAN. dapat diperoleh di pasar atau di toko-toko yang menjual bahan pangan. Abon dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan morfologi kacang hijau (Phaseolus radiatus)

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR:HK TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

PEMANFAATAN KACANG HIJAU (PHASEOLUS RADIATUS L ) MENJADI SUSU KENTAL MANIS KACANG HIJAU

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas pangan yang

BAB I PENDAHULUAN. kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT dengan kekuasaan dan kehendak-nya telah menumbuhkan. berbagai macam tumbuh-tumbuhan di muka bumi ini yang di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Biji-bijian pada umumnya mempunyai bagian-bagian utama, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kesumba mempunyai biji yang biasa digunakan anak-anak untuk

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT (Na2S2O5) DAN LAMA PERENDAMAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KECAMBAH KEDELAI

Komponen Kimia penyusun Sel (Biologi) Ditulis pada September 27, 2012

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

Sejumlah zat gizi wajib dicantumkan dalam Informasi Nilai Gizi berkenaan dengan beberapa kondisi berikut :

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Kecambah Kacang Hijau

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. betina dengan kambing Etawah jantan. Berdasarkan tipe kambing PE digolongkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

I PENDAHULUAN. Tanaman kacang buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan salah satu tanaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Apokat (KBBI: Avokad), alpukat, atau Persea americana Mill merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Karenanya labu kuning yang bisa mencapai ukuran besar ini juga membawa beragam manfaat hebat untuk mencegah beragam penyakit, di antaranya:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan adalah produk fermentasi berbasis susu. Menurut Bahar (2008 :

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di

I. PENDAHULUAN. nilai gizi yang sempurna ini merupakan medium yang sangat baik bagi

Proses Pembuatan Madu

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

2011, No BAB 9 FORMAT

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. ekonomis penting. Ikan mas telah memasyarakat dan tersebar hampir di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya adalah tempe, keju, kefir, nata, yoghurt, dan lainlain.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. dan sekresi kelenjar pelengkap saluran reproduksi jantan. Bagian cairan dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan (2015),

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan bahan utama dalam pembuatan tempe. Tempe. karbohidrat dan mineral (Cahyadi, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan yang serba instan. Sayangnya pengkonsumsian makanan. sehingga berakibat terjadinya penumpukan lemak.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diperlukan dalam kehidupan manusia untuk memberikan bekal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KARYA ILMIAH PEMERIKSAAN KUALITAS MADU KOMERSIAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

GIZI WANITA HAMIL SEMESTER VI - 6 DAN 7

I PENDAHULUAN. Pada pendahuluan menjelaskan mengenai (1) Latar Belakang, (2)

4. PEMBAHASAN 4.1. Analisa Kimia

I. PENDAHULUAN. saji kaya protein yang bersumber dari bahan pangan hewani, memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari emisi pembakaran bahan bakar bertimbal. Pelepasan timbal oksida ke

Madu tidak hanya bermanfaat dalam bidang pangan, tapi juga bermanfaat dalam bidang kesehatan dan kecantikan. Karena kandungan madu yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu

BAB I PENDAHULUAN. bahan pangan lokal, termasuk ubi jalar (Erliana, dkk, 2011). Produksi ubi

UJI KANDUNGAN KARBOHIDRAT PADA PEMBUATAN KECAP DENGAN PENAMBAHAN AIR KELAPA PADA BERBAGAI KONSENTRASI

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 224/Menkes/SK/II/2007 TENTANG SPESIFIKASI TEKNIS MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Statistik pada tahun 2011 produksi tanaman singkong di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bukanlah zat yang bisa dihasilkan oleh tubuh melainkan kita harus

PRODUK LEBAH MADU PROPOLIS ROYAL JELLY POLLEN

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Semen beku merupakan semen cair yang telah ditambah pengencer sesuai

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah penduduk yang disertai dengan meningkatnya kesadaran

I PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.

BAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Volume Semen Domba

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BISNIS BEKATUL KAYA MANFAAT

Tingkat Kelangsungan Hidup

HASIL DAN PEMBAHASAN. domba lokal yang digunakan dalam penelitian inibaik secara makroskopis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pupuk merupakan suatu bahan yang mengandung satu atau lebih unsur hara bagi tanaman. Bahan tersebut dapat berasal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sayur-mayur adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. medan magnetik dan medan listrik. Kedua medan ini bergetar dalam arah

TINJAUAN PUSTAKA. Kacang merah atau kacang jogo tergolong pangan nabati. Kacang merah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tauge Kacang hijau (Phaseolus radiatus) adalah salah satu kacang-kacangan yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Kacang hijau tergolong leguminoceae yang merupakan tanaman berkeping dua dan kaya akan zat gizi sebagai cadangan makanan untuk embrio selama proses perkecambahan. Buah kacang hijau berbentuk polong bulat memanjang dengan ukuran 6-15 cm. Berdasarkan mutunya, kacang hijau terbagi menjadi dua macam yaitu kacang hijau biji besar dan biji kecil. Kacang hijau biji besar digunakan untuk bubur dan tepung, sedangkan yang berbiji kecil digunakan untuk pembuatan tauge (Astawan, 2005). Kacang hijau tergolong sumber bahan pangan nabati yang mempunyai beberapa kelebihan yaitu mudah didapat dan harganya murah (Astawan, 2005), mempunyai kandungan antitripsin yang sangat rendah, paling mudah dicerna serta palingkecil memberi pengaruh flatulensi (Anggrahini, 2009). Kecambah dari kacang hijau dikenal dengan istilah tauge.tauge digunakan sebagai salah satu bahan sayuran yang memiliki nilai gizi tinggi (Wijayanti dkk., 2013). Vitamin yang dapat ditemukan dalam tauge adalah vitamin A, C, E, K dan B6, thiamin, riboflavin, niasin, asam pantothen, folat, kolin dan β-karoten. Mineral yang ditemukan pada tauge adalah kalsium (Ca), besi (Fe), magnesium (Mg), fosfor (P), potasium (K), natrium (Na), seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn) dan selenium (Se). Asam amino esensial yang terdapat di dalam tauge meliputi triptofan, treonin, fenilalanin, metionin, lisin, leusin, isoleusin serta valin (Amilah dan Astuti, 2006). Di dalam tauge terkandung beberapa antioksidan dan zat yang berhubungan dengan antioksidan yaitu fitosterol, vitamin E (α-tokoferol), fenol dan beberapa mineral (selenium,mangan, tembaga,seng dan besi) (Astawan, 2005; Winarsi, 2007). Vitamin E berperan sebagai antioksidan yang dapat melindungi asam lemak tak jenuh agar tidak teroksidasi dan juga sebagai pemelihara keseimbangan intraseluler (Yulfiperius et al., 2003). Kandungan gizi

yang terdapat pada kacang hijau dan tauge per 100 gram berat kering dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1.Kandungan gizi kacang hijau dan tauge per 100 gram berat kering (Persagi, 2009) No. Jenis Zat Gizi Satuan Kacang Hijau Tauge 1. Energi G 382 354 2. Karbohidrat G 67,22 44,79 3. Protein G 27,1 38,54 4. Lemak G 1,78 12,5 5. Serat Mg 8,88 11,46 6. Kalsium Mg 263,91 1729,17 7. Fosfor Mg 377,51 770,83 8. Besi Mg 8,88 8,33 9. Natrium Mg - - 10. Kalium Mg - - 11. Karoten µg 263,91 208,33 12. Thiamin Mg 0,54 0,94 13. Riboflavin Mg 0,18 1,56 14. Niasin Mg 1,78 11,46 15. Vitamin C Mg 11,83 52,08 2.2. Madu Madu adalah pemanis alami yang sering dikonsumsi oleh masyarakat umum karena mempunyai khasiat tertentu bagi tubuh manusia. Madu merupakan cairan kental yangdihasilkan oleh lebah madu dari berbagai sumber nektar. Madu berasal dari berbagai jenis nektar tumbuhan yang dikumpulkan lebah dari berbagai macam tumbuhan kemudian diproses pada tubuh lebah tersebut sampai membentuk larutan gula jenih atau sangat jenuh yang mengandung 17% air, 38% fruktosa, 31% glukosa, 10% gula jenis lainnya serta berbagai macam mikronutrisi, misalnya vitamin-vitamin, asam amino dan mineral-mineral. Pada proses pemasakan nektar menjadi madu, lebah menambahkan enzim invertase yang dapat mengubah sukrosa pada nektar menjadi glukosa dan fruktosa (Bogdanov, 2001). Komponen utama di dalam nektar meliputi sukrosa, fruktosa dan glukosa serta terdapat juga senyawa gula sederhana lainnya, seperti maltosa, melibiosa, rafinosa dan turunan karbohidrat lainnya dalam jumlah yang kecil (Adji, 2004). Madu mempunyai keunikan pada sifatnya yaitu madu memiliki rasa yang manis,

namun madu lebih aman dari gula dalam penggunaannya sehingga madu sering dikonsumsi karena bermanfaat bagi tubuh manusia. Komposisi kimia madu dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu komposisi nektar asal madu, keadaan iklim, topografi, jenis lebah, cara pengolahan serta cara penyimpanannya (Sihombing, 1997). Madu mengandung sebagian besar karbohidrat (gula sederhana) serta air.karbohidrat meliputi fruktosa, glukosa, maltosa dan gula lainnya.pada umumnya, madu mempunyai komposisi yaitu 17% air, 38,19% fruktosa, 31,29% glukosa, 1,31% sukrosa, 8,8% gula lainnya, 0,57% total asam, 0,169% abu, 0,041% nitrogen dan lainnya yaitu 2,43% (Bogdanov, 1997). 2.3. Fisiologi Reproduksi Mencit Jantan (Mus musculus L.) Testis terbentuk dari tubulus-tubulus seminiferus yang bergelung, dimana dindingnya merupakan tempat pembentukan spermatozoa dari sel-sel spermatogonia.kedua ujung setiap tubulus disalurkan ke dalam jaringan duktus dibagian korpus epididimis (Ganong, 2002). Dari tubulus seminiferus testis, spermatozoa melewati saluran mengalir pada epididimis. Selama proses perjalanan ini, spermatozoabersifat motil dan memiliki kemampuan untuk membuahi (Campbell et al., 2004). 2.3.1. Spermatozoa mencit Spermatozoa umumnya mempunyai empat bagian utama, yaitu terdiri atas kepala, akrosom, bagian tengah serta ekor. Kepala terutama terdiri dari nukleus, yang di dalamnya terkandung informasi genetik (Sherwood, 2001). Kemampuan bereproduksi hewan jantan dapat ditentukan dari kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume semen dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi. Kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal serta motilitasnya (Hardjopranoto, 1995). Epididimis terletak di dekat testis dan dikelilingi oleh suatu lipatan tunika vaginalis dan terdiri atas satu saluran panjang yang berkelok-kelok. Spermatozoa merupakan zat setengah cair yang terdiri atas plasma sperma dan sel spermatozoa yang dikeluarkan oleh bermacam-macam kelenjar (Subrata, 1999).

Spermatozoa bergerak dari tubulus seminiferusmelewati duktus eferen menuju ke korpus epididimis. Epididimis merupakan pipa dan berkelok-kelok yang menghubungkan vas eferensia pada testis dengan duktus eferen (vas deferen). Kepala epididimis melekat pada bagian ujung dari testis dimana pembuluh-pembuluh darah dan saraf masuk. Badan epididimis sejajar dengan aksis longitudinal dari testis dan ekor epididimis selanjutnya menjadi duktus deferen yang rangkap dan kembali ke daerah kepala. Epididimis berperan sebagai tempat untuk pematangan spermatozoa sampai pada saat spermatozoa dikeluarkan dengan cara ejakulasi. Spermatozoa belum matang ketika meninggalkan testikel dan harus mengalami periode pematangan di dalam epididimis sebelum mampu membuahi ovum (Frandson, 1995). Kemampuan bereproduksi hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas spermatoza yang dihasilkan. Kualitas spermatozoa meliputi (Wibisono, 2010): a. Morfologi spermatozoa. Spermatozoa dinyatakan normal apabila morfologi normal 30% atau lebih. b. Motilitas spermatozoa terdiri dari: (a) gerak sangat cepat dan maju lurus ke depan, (b) gerak kurang cepat atau pelan maju lurus ke depan, (c) gerak di tempat dan (d) diam atau tidak bergerak. c. Konsentrasi atau jumlah spermatozoa. d. Viabilitas spermatozoa. 2.3.2. Viabilitas spermatozoa Viabilitas merupakan kemampuan spermatozoa supaya dapat bertahan hidup setelah dikeluarkan dari organ reproduksi jantan. Umumnya viabilitas spermatozoa berkaitan dengan persentase spermatozoa yang hidup ataupun yang mati.spermatozoa yang hidup adalah spermatozoa yang tidak menyerap pewarna, sedangkan spermatozoa yang mati adalah spermatozoa yang menyerap pewarna. Kemampuan spermatozoa hidup secara normal setelah keluar dari testis hanya berkisar antara 1-2 menit (Effendy, 1997). Spermatozoa sangat mudah terganggu oleh lingkungan yang berubah. Perubahan ph dapat merusak spermatozoa, terlebih terhadap asam. Kekurangan vitamin E dapat menyebabkan spermatozoa

tidak mempunyai tenaga untuk melakukan pembuahan. Bagi gamet yang membuahi dalam air, ketahanan spermatozoa sangat sedikit sekali ketika mencari ovum. Daya hidup atau viabilitas adalah indikator fertilisasi. Apabila semen tersimpan lama maka sedikit yang motil (Nalbandov, 1990). Kemampuan bereproduksi hewan jantan dapat ditentukan oleh kualitas dan kuantitas semen yang dihasilkan. Produksi semen yang tinggi dinyatakan dengan volume semen yang tinggi dan konsentrasi spermatozoa yang tinggi pula. Kualitas semen yang baik dapat dilihat dari persentase spermatozoa yang normal dan motilitasnya (Hardjopranoto, 1995). Terdapat faktor yang mempengaruhi pembuahan, contohnya viabilitas spermatozoa yang rendah sehingga spermatozoa tersebut tidak memiliki kemampuan untuk mengadakan pembuahan. Faktor hambatan ini dapat berasal dari struktur histologi saluran reproduksi jantan, struktur spermatozoa yang diperoleh selama di dalam alat genital serta enzimenzim yang terdapat di dalam saluran reproduksi jantan dan dalam spermatozoa itu sendiri. Spermatozoa yang belum dewasa maupun bentuk-bentuk yang tidak sempurna tidak bisa membuahi (Ilyas, 2003). Viabilitas dapat diukur dengan melihat persentase motilitas spermatozoa setelah jangka waktu tertentu. Semakin lama semen yang tersimpan maka semakin sedikit yang motil. Penurunan motilitas normal adalah sebagai berikut: a. Dua sampai tiga jam sesudah ejakulasi, 50-60% spermatozoa yang bergerak maju/ml. b. Tujuh jam sesudah ejakulasi, kurang dari 50% spermatozoa yang bergerak maju/ml. Apabila setelah tiga jam yang bergerak kurang dari 50% menandakan adanya gangguan atau kelainan pada genitalia. Spermatozoa yang motilitasnya rendah disebut asthenozoospermia (Yatim, 1994). 2.3.3. Morfologi spermatozoa Spermatozoa matang mempunyai sebuah kepala, akrosom, bagian tengah dan ekor.bagian kepala terdiri dari nukleus yang mengandung informasi genetik spermatozoa. Akrosom, suatu vesikel berisi enzim di ujung kepala, digunakan

sebagai bor enzimatik untuk menembus ovum. Akrosom dibentuk dari agregasi vesikel-vesikel yang dihasilkan oleh kompleks golgi atau retikulum endoplasma sebelum organel-organel ini dibuang. Pergerakan spermatozoa dihasilkan oleh ekor yang panjang. Pergerakan ekor dijalankan oleh energi yang dihasilkan oleh mitokondria yang terkonsentrasi di bagian tengah spermatozoa (Sherwood, 2001). Ciri spermatozoa normal pada mencit yaitu mempunyai bentuk kepala seperti kait mata pancing dan ekor panjang lurus, sedangkan spermatozoa abnormal mempunyai bentuk kepala tidak beraturan, dapat berbentuk seperti kait mata pancing, atau tidak beraturan (amorphous), atau terlalu bengkok dan ekornya tidak lurus bahkan tidak berekor, atau hanya terdapat ekornya saja tanpa kepala. Gambar 1.Morfologi Spermatozoa Mencit (Hayati et al., 2005). Keterangan : Gambar A adalah spermatozoa normal, dengan kepala seperti kait pancing, gambar B, C dan D adalah spermatoza abnormal (B = spermatozoa dengan kepala seperti pisang, C = spermatozoa tidak beraturan, dan D = spermatozoa terlalu bengkok) Pada manusia, spermatogenesis memerlukan waktu sekitar 64 hari, dari spermatogonia menjadi spermatozoa matang dengan produksi spermatozoa sekitar 30 juta spermatozoa per hari sedangkan pada mencit proses ini berlangsung sekitar lima minggu (Sherwood, 2001). Efisiensi spermatogenik pada mamalia, yang diukur melalui produksi spermatozoa harian per gram testis bervariasi dari 2,65 x 10 7 pada kelinci, hingga lebih dari 1,9 x 10 7 spermatoza per gram testis per hari pada kebanyakan spesies lainnya (Peirce and Breed, 2001).

2.3.4. Motilitas spermatozoa Motilitas merupakan gerak maju ke depan dari spermatozoa secara progresif. Motilitas spermatozamemiliki peran penting dalam suksesnya proses konsepsi terutama dalam menembuslendir serviks (Saputri, 2007). Jumlah spermatozoa yang bergerak maju adalah keseluruhan jumlah spermatozoa dikurangi dengan jumlah spermatozoa yang mati. Dianggap normal apabila motil maju lebih besar dari 40%. Menurut Yatim (1994), spermatozoa yang normal, motilitasnya adalah 63%dari kisaran 10-95%. Seseorang yang memiliki gerak maju spermatozoanya lemah sekali disebut dengan asthenozoospermia. Apabila hampir keseluruhan spermatozoayang diperiksa nampak mati dan tak bergerak, disebut dengan necrozoospermia. Tadjudin (1988) mengkategorikan klasifikasi motilitas spermatozasebagai berikut: a. Spermatozoa bergerak cepat dengan lurus ke depan disebut sebagai gerak maju sangat baik. b. Gerakan spermatozoa lambat atau sulit maju lurus atau bergerak tidak lurus disebut sebagai gerak lemah atau sedang. c. Spermatozoa tidak bergerak maju. d. Spermatozoa tidak bergerak.