Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Stimulasi Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KWALITAS DAGING MELALUI PENERAPAN TEKNOLOGI STIMULASI LISTRIK. Oleh: Yetmaneli, Hilda Susanti Fak. Peternakan Universitas Andalas

TINJAUAN PUSTAKA Konversi Otot Menjadi Daging

Pengaruh Jenis Otot dan Lama Penyimpanan terhadap Kualitas Daging Sapi

HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA STIMULASI LISTRIK. Disusun Oleh : Kelompok 3B. Akis Syarif Hidayatullah. Abdullah Naser Amirudi

HASIL DAN PEMBAHASAN

SIFAT-SIFAT FISIK DAN PARAMETER SPESIFIK KUALITAS DAGING

KUALITAS FISIK DAGING LOIN SAPI BALI YANG DIPOTONG DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) MODEREN DAN TRADISIONAL

PENDAHULUAN. Sebagian besar masyarakat Indonesia menyukai daging ayam karena. Sebagai sumber pangan, daging ayam mempunyai beberapa kelebihan lainnya

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

EFEK LAMA STIMULASI LISTRIK DENGAN TEGANGAN BERBEDA TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM PETELUR AFKIR. Oleh: Adnan Syam 1) dan La Ode Arsad Sani 1)

PENGARUH PEMBERIAN ANGKAK SEBAGAI PEWARNA ALAMI TERHADAP PRODUKSI KORNET DAGING AYAM

PENGGUNAAN ENZIM PAPAIN SEBAGAI BAHAN TENDERIZER DAGING. Oleh : Tedi Akhdiat RINGKASAN

Sifat Fisik Daging Domba yang Diberi Perlakuan Stimulasi Listrik Voltase Rendah dan Injeksi Kalsium Klorida

PENGARUH ENZIM PAPAIN TERHADAP MUTU DAGING KAMBING SELAMA PENYIMPANAN

DAYA IKAT AIR (DIA) Istilah lain: Pengertian: Kemampuan daging didalam mengikat air (air daging maupun air yang ditambahkan)

KARAKTERISTIK KARKAS DAN KUALITAS DAGING SAPI PO YANG MENDAPAT PAKAN MENGANDUNG PROBIOTIK

KEEMPUKAN DAYA MENGIKAT AIR DAN COOKING LOSS DAGING SAPI PESISIR HASIL PENGGEMUKAN

I PENDAHULUAN. dikonsumsi khususnya anak anak dalam periode pertumbuhan agar tumbuh

PERBAIKAN MANAJEMEN PEMOTONGAN TERNAK UNTUK MENGHASILKAN DAGING SAPI LOKAL BERKUALITAS IMPOR

THE EFFECT OF DIFFERENT FROZEN STORAGE TIME ON THE CHEMICAL QUALITY OF BEEF

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk dan tingkat kebutuhan gizi

KARAKTERISTIK FISIK DAGING SAPI PERANAKAN ONGOLE PADA BERBAGAI TINGKATAN BOBOT BADAN

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak, April 2017, Hal Vol. 12 No. 1 ISSN :

Pertumbuhan dan Komponen Fisik Karkas Domba Ekor Tipis Jantan yang Mendapat Dedak Padi dengan Aras Berbeda

Endah Subekti Pengaruh Jenis Kelamin.., PENGARUH JENIS KELAMIN DAN BOBOT POTONG TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAGING DOMBA LOKAL

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu - 19 o c

KUALITAS DAGING SAPI BALI PADA LAHAN PENGGEMUKAN YANG BERBEDA

Pengaruh Lama Penyimpanan dalam Lemari Es terhadap PH, Daya Ikat Air, dan Susut Masak Karkas Broiler yang Dikemas Plastik Polyethylen

PENGGUNAAN STIMULASI LISTRIK PADA KAMBING LOKAL TERHADAP MUTU DAGING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR

PENGARUH KUALITAS PAKAN TERHADAP KEEMPUKAN DAGING PADA KAMBING KACANG JANTAN. (The Effect of Diet Quality on Meat Tenderness in Kacang Goats)

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau adalah hewan tergolong memamah biak subkeluarga bovinae dan

EFEK LAMA STIMULASI DAN TEGANGAN LISTRIK TERHADAP KOMPOSISI KIMIA, KUALITAS FISIK, DAN SENSORI DAGING AYAM PETELUR AFKIR

KUALITAS FISIK (DAYA IKAT AIR, SUSUT MASAK, DAN KEEMPUKAN) DAGING PAHA AYAM SENTUL AKIBAT LAMA PEREBUSAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Daging sapi didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk

PENGGUNAAN RESTRAINING BOX DALAM PEMOTONGAN SAPI DI RPH DAN KARAKTERISTIK FISIK DAGING ARIF WICAKSONO

PERBANDINGAN KUALITAS KIMIA (KADAR AIR, KADAR PROTEIN DAN KADAR LEMAK) OTOT BICEPS FEMORIS PADA BEBERAPA BANGSA SAPI

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 1(3):16-20, Desember 2017 e-issn:

PENGARUH BUNGKIL BIJI KARET FERMENTASI DALAM RANSUM TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA PRIANGAN JANTAN

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan Metode

KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING AYAM KAMPUNG DENGAN PEMBERIAN JUS NENAS MUDA DAN LAMA PERENDAMAN BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi meningkat juga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat menuntut produksi lebih dan menjangkau banyak konsumen di. sehat, utuh dan halal saat dikonsumsi (Cicilia, 2008).

Pemotongan Sapi Betina Produktif di Rumah Potong Hewan di Daerah Istimewa Yogyakarta

Jurnal Pertanian ISSN Volume 2 Nomor 1, April PENGARUH VITAMIN B 2 (Riboflavin) TERHADAP DAYA TAHAN SPERMATOZOA DOMBA PADA SUHU KAMAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu

Kualitas Daging Sapi Wagyu dan Daging Sapi Bali yang Disimpan pada Suhu 4 o C

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Brahman Cross Pertumbuhan Ternak

SIFAT ORGANOLEPTIK DAGING ITIK AFKIR YANG DIBERI PERLAKUAN STIMULASI LISTRIK. Harapin Hafid, Nuraini dan Inderawati ABSTRAK

KUALITAS FISIK DAGING SAPI DARI TEMPAT PEMOTONGAN HEWAN DI BANDAR LAMPUNG. Physical Quality of Beef from Slaughterhouses in Bandar Lampung

PENGARUH PENGGUNAAN ASAM CUKA NIRA AREN TERHADAP DAGING SAPI ASAM

PERKEMBANGAN KUALITAS DAGING PADA DOMBA LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

Lilis Suryaningsih Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran ABSTRACT. Keywords : thawing, tenderness,water holding capacity,cooking loss

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP SUSUT BOBOT DALAM PENGANGKUTAN SAPI DARI LAMPUNG KE BENGKULU

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

ABSTRACT. Keywords: nutmeg leaves, clove leaves, goat, ph, cooking shrinkage, water holding capacity ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sapi bali dikenal sebagai sapi lokal yang banyak dipelihara di Pulau Bali karena sangat

KUALITAS DAGING SAPI SEGAR DI PASAR TRADISIONAL KECAMATAN PONCOKUSUMO KABUPATEN MALANG

Pengaruh penambahan tepung kemangi (Ocimum basilicum) terhadap komposisi kimia dan kualitas fisik daging broiler

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus

Pengaruh lama istirahat terhadap karakteristik karkas dan kualitas fisik daging sapi Brahman Cross Steer

Karakteristik Kualitas Daging Sapi Peranakan Ongole yang Berasal dari Otot Longissimus Dorsi dan Gastrocnemius

SIFAT FISIK DAGING DADA AYAM BROILER PADA BERBAGAI LAMA POSTMORTEM DI SUHU RUANG SKRIPSI

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi potong merupakan salah satu komoditas ternak yang potensial dan

Karakteristik Fisik Daging Sapi Bali dan Wagyu

I. PENDAHULUAN. dan semua produk hasil pengolahan jaringan yang dapat dimakan dan tidak

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASlL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengukuran secara obyektif untuk ph (derajat keasaman) dagingusie Reubohn dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Nova Nurfauziawati Kelompok 11 A V. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. alot (Chang et al., 2005). Daging itik mempunyai kandungan lemak dan protein lebih

TINJAUAN PUSTAKA. Kerbau (Bubalus bubalis)

PENGARUH PENAMBAHAN AMPAS Virgin Cococnut Oil (VCO) DALAM RANSUM TERHADAP KUALITAS FISIK DAGING AYAM BROILER

SIFAT FISIK DAGING DOMBA EKOR TIPIS JANTAN YANG DIBERI RANSUM DENGAN BERBAGAI LEVEL PENAMBAHAN KULIT SINGKONG SKRIPSI ADE IRMA SURYANI HARAHAP

PENGOLAHAN DAGING PENGEMPUKAN (TENDERISASI) Materi 7 TATAP MUKA KE-7 Semester Genap BAHAN KULIAH TEKNOLOGI HASIL TERNAK

PENGARUH BERBAGAI KONSENTRASI SARI BUAH MARKISA KUNING

TINJAUAN PUSTAKA. dari pada daging domba dan sapi sehingga tingkat konsumsi daging itik di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut para ahli dibidang pemasaran, seperti yang dikemukakan oleh Kotler

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kandang Hewan Percobaan, Laboratorium fisiologi dan biokimia, Fakultas

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG AREN ( Arenga pinnata) TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN AKSEPTABILITAS KORNET IRIS ITIK PETELUR AFKIR

BAB III MATERI DAN METODE. Ransum terhadap Sifat Fisik Daging Puyuh Jantan dilaksanakan bulan Juni

PENAMPILAN PRODUKSI DAN KUALITAS DAGING KERBAU DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK, KUNYIT DAN TEMULAWAK PADA PAKAN PENGGEMUKAN SKRIPSI NOVARA RAHMAT

HUBUNGAN BOBOT KARKAS DENGAN LUAS URAT DAGING MATA RUSUK PADA SAPI BRAHMAN CROSS JANTAN DI RUMAH POTONG HEWAN (RPH) LUBUK BUAYA PADANG SKRIPSI.

Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Ongole dengan Pemberian Asam Askorbat dan Penyimpanan pada Suhu 5 0 C

KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK DAGING SAPI BALI PADA BEBERAPA RUMAH POTONG HEWAN (RPH) DI SULAWESI SELATAN

DAYA MENGIKAT AIR DAN SUSUT MASAK DAGING SAPI BLANSIR YANG DIKERINGKAN DALAM OVEN DAN DIKEMAS VAKUM. John Ernst Gustaaf Rompis

Perubahan Sifat Fisik Daging Ayam Broiler Post Mortem Selama Penyimpanan Temperatur Ruang

KARAKTERISTIK FISIK DAGING DOMBA YANG DIGEMUKKAN SECARA FEEDLOT DENGAN PAKAN KOMPLIT BERKADAR PROTEIN DAN ENERGI YANG BERBEDA

PENGARUH LAMA PELAYUAN, TEMPERATUR PEMBEKUAN DAN BAHAN PENGEMAS TERHADAP KUALITAS KIMIA DAGING SAPI BEKU

SUSUT MASAK DAN ph DAGING ITIK LOKAL AFKIR BERDASARKAN SISTEM PEMELIHARAAN DAN LOKASI YANG BERBEDA

KAJIAN PENAMBAHAN TETES SEBAGAI ADITIF TERHADAP KUALITAS ORGANOLEPTIK DAN NUTRISI SILASE KULIT PISANG

Karakteristik Organoleptik Daging Domba yang Diberi Stimulasi Listrik Voltase Rendah dan Injeksi Kalsium Klorida

KEEMPUKAN, SUSUT MASAK, DAYA MENGIKAT AIR DAN ph DAGING DOMBA JANTAN MUDA PADA LAMA PENGGEMUKAN SATU, DUA DAN TIGA BULAN SKRIPSI GALUH KUSUMASTUTI

TEKNOLOGI PENGOLAHAN HEWANI. ENDRIKA WIDYASTUTI, S.Pt, M.Sc, MP

APLIKASI MODEL ARRHENIUS UNTUK PENDUGAAN PENURUNAN MASA SIMPAN DAGING SAPI PADA PENYIMPANAN SUHU RUANG DAN REFRIGERASI BERDASARKAN NILAI TVB DAN ph

Transkripsi:

Jurnal Peternakan Indonesia, Oktober 2012 Vol. 14 (3) ISSN 1907-1760 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Listrik dan Lama Pelayuan yang Berbeda Physical Quality of Simmental Cross Beef with Different Electric Stimulation and Chilling Period Treatments Rusdimansyah dan Khasrad Program Studi Peternakan Fakutas Peternakan Universitas Andalas email: rusdimanyah@gmail.com (Diterima: 28 Agustus 2012 ; Disetujui: 14 Oktober 2012 ) ABSTRACT This research was conducted to observe the influence of electric stimulation and chilling period on meat of Simmental cross. This experiment used factorial design with 5 blocks. The first factor was electric stimulation (with and without electric stimulation), the second factor was chilling period (0, 12 and 24 hours). Around 7.5 kg Simmental cross meat (Tricep brachii) from 5 head were used on this research. The observed variables were ph, cooking loss and tenderness. The results showed that there was no interaction of electric stimulation and chilling period (up to 24 hours) on all of observed variables. Electric stimulation treatment was significant improved tenderness of Simmental cross beef but it was not significant on ph and cooking loss. There was significant influenced of chilling period on ph, cooking loss and tenderness of Simmental cross beef. Key words: electric stimulation, chilling period, ph, cooking loss, tenderness PENDAHULUAN Laju pertumbuhan penduduk yang cukup pesat berakibat pada peningkatan kebutuhan protein hewani. Peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap protein hewani terutama daging, meningkat setiap tahunnya dan ini harus diimbangi dengan peningkatan produktivitas ternak. Salah satu permasalahan dalam usaha pemenuhan kebutuhan daging adalah produksi daging yang belum mencukupi kebutuhan masyarakat. Produksi daging nasional pada tahun 2011 mencapai 2,631 juta ton (Dirjen Peternakan, 2012). Ternak sapi merupakan salah satu sumber penghasil bahan pangan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Untuk mendapatkan kualitas yang baik dari ternak sapi, maka perlu ditingkatkan produktivitas dan reproduktivitasnya. Salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam hal ini adalah penggunaan bibit ternak yang berkualitas baik, agar diperoleh daging dengan mutu bagus. Daging sapi merupakan salah satu bahan pangan asal hewan yang cukup disukai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan protein hewani. Hal ini dikarenakan daging sudah dikenal sebagai salah satu bahan makanan yang hampir sempurna, karena mengandung zat gizi yang lengkap dan dibutuhkan oleh tubuh, yaitu protein hewani, energi, air, mineral dan vitamin serta memiliki rasa dan aroma yang enak. Saat ini, konsumen cukup selektif dalam memilih daging, sehingga perlu diupayakan beberapa usaha untuk meningkatkan kualitas daging sapi. Beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas daging adalah dengan memberi perlakuan stimulasi listrik dan pelayuan daging setelah pemotongan (Soeparno, 2005). Beberapa penelitian mendapatkan bahwa stimulasi listrik dapat memperpendek waktu rigormortis dan meningkatkan kualitas daging. Perlakuan stimulasi listrik dengan tegangan 110 volt dan 220 volt dapat meningkatkan kualitas daging sapi Pesisir, dilihat dari peningkatan keempukan daging, penurunan ph cepat, penurunan kadar air dan kadar lemak (Yetmaneli dan Susanti, 2009). Pelayuan pada daging juga dapat meningkatkan 454 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad)

keempukan dan flavor daging (Soeparno, 2005). listrik dan pelayuan terhadap daging telah dikenal mampu meningkatkan kualitas daging sapi dan kerbau. Namun selama ini perlakuan stimulasi listrik maupun pelayuan terhadap daging masih dilakukan secara terpisah. Berdasarkan permasalahan tersebut maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat interaksi dari perlakuan stimulasi listrik dan pelayuan terhadap kualitas daging sapi peranakan Simmental. METODE Materi Penelitian. Penelitian ini menggunakan 7,5 kg daging sapi peranakan Simmental (dari 5 ekor sapi) jantan yang dipotong di RPH Bandar Buat. Pengambilan sampel dilakukan pada otot Tricep brachii. Pelaksanan Penelitian Prosedur penanganan sapi sebelum pemotongan mengikuti penanganan sapi di RPH Bandar Buat, setelah disembelih, lalu diambil daging dari otot Tricep brachii ± 1,5 kg (dari tiap ekor sapi). Bagian otot ini dibagi menjadi 2 bagian dan salah satu bagian diberi perlakuan stimulasi listrik dengan tegangan 220 volt. Selanjutnya masing-masing bagian (stimulasi listrik dan tanpa stimulasi listrik) dibagi lagi menjadi 3 bagian lalu sampel dengan total 6 bagian tersebut dibawa ke Laboratorium Ternak Potong untuk mendapatkan pelakuan pelayuan dengan menggunakan suhu (0-3 0 C), selanjutnya dilakukan pengukuran peubah yang diamati. Peubah yang Diamati ph daging Analisis ph daging menggunakan metode Apriyanto et al. (1989). Prosedur kerjanya adalah sebagai berikut : 10 g sampel daging dihaluskan, kemudian ditambahkan 20 ml aquades lalu diaduk rata dan kemudian didiamkan ± 15 menit. Kemudian ph daging diukur dengan ph meter dengan cara mencelupkan ujung katoda. Daging yang telah dimasukan ke dalam aquades diaduk-aduk setelah itu dibiarkan selama 15 menit. Susut Masak (%) Pengujian susut masak dilakukan prosedur kerja sebagai berikut: Daging dipotong menjadi sampel dengan ukuran berat ± 100 gram, kemudian direbus sampai suhu dalam daging 81 0 C. Angkat daging dan didinginkan, dilap dengan tissue dan dilakukan penimbangan kembali untuk mendapatkan berat daging setelah dimasak. Penghitungan berat yang hilang selama pemasakan atau susut masak adalah menurut Separno (2005). Keempukan Daging (kg/cm 2 ) Pengukuran keempukan daging sapi dilakukan menggunakan alat pemutus warner-bratzler (WB), daging direbus sampai temperatur dalam daging mencapai angka 81ºC, kemudian daging diangkat dan didinginkan. Sampel daging dibuat menjadi berbentuk balok empat persegi panjang dengan potongan searah serabut otot. Pengujian daya putus otot, dengan luas penampang sampel adalah 1,5x0,67 cm = 1cm 2 (Soeparno, 2005) Analisis Data Penelitian ini menggunakan percobaan berfaktor 2x3 dalam blok. Faktor I adalah stimulasi listrik (a 0 =tanpa stimulasi listrik, a 1 = dengan stimulasi listrik), faktor ke-2 adalah lama pelayuan (b 0 = 0 jam, b 1 = 12 jam, b 2 = 24 jam). Model linier aditif yang digunakan adalah menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006). Data yang diperoleh dianalisis dengan analisis sidik ragam (ANOVA), jika terdapat pengaruh terhadap peubah yang diukur maka akan dilanjutkan dengan uji Duncan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dilaksanakan di Laboratorium Ternak Potong Fakultas Peternakan Universitas Andalas pada Juni s/d Juli 2012. HASIL DAN PEMBAHASAN ph Daging Rataan ph daging sapi peranakan Simmental hasil penelitian ditunjukkan pada Tabel 1. Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad) 455

Tabel 1. Rataan ph Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Listrik dan Lama Waktu Pelayuan Lama Pelayuan (Jam) Tanpa stimulasi Rataan 0 5,89±0,11 5,88±0,05 5,89±0,08 a 12 5,67±0,25 5,67±0,15 5,67±0,20 b 24 5,61±0,23 5,68±0,15 5,65±0,18 b Rataan 5,73±0,23 5,74±0,15 5,73±0,19 Keterangan: Angka dengan superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Analisis statistik menunjukan bahwa tidak terdapat interaksi antara stimulasi listrik dengan lama pelayuan (P>0,05), faktor stimulasi listrik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap ph, sedangkan faktor lama pelayuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P<0,05) terhadap nilai rataan ph daging sapi peranakan simmental Berdasarkan faktor tunggal perlakuan, faktor stimulasi listrik tidak berpengaruh terhadap nilai ph daging sapi peranakan Simmental, hal ini terlihat dari nilai rataan ph pada daging yang diberi perlakuan stimulasi dan tanpa stimulasi listrik menunjukkan perbedaan yang tidak signifikan dengan nilai rataan berturut-turut 5,73±0,23 dan 5,74±0,15. Hal ini disebabkan pengaruh antemortem atau faktor sebelum pemotongan yakni stres pada ternak sebelum pemotongan. Hasil ini mendukung pendapat Bouton et al. (1971) dalam Soeparno (2005) bahwa stres sebelum pemotongan, injeksi adrenalin, atau insulin dan tremolin akan menghasilkan ph daging ultimat yang tinggi karena cadangan glikogen otot menjadi cepat habis. Swatland (1984) menyatakan bahwa resistensi karkas terhadap perlakuan stimulasi listrik dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut; (1) tenggang waktu antara pemotongan ternak dengan stimulasi listrik, (2) jarak antara elektroda, (3) kontak area permukaan elektroda dengan daging, (4) ukuran karkas, apakah karkas utuh, belahan karkas atau potongan karkas, (5) lokasi stimulasi listrik, (6) lama waktu dan voltase stimulasi listrik. Faktor lama pelayuan memperlihatkan pengaruh yang nyata (P<0,05) pada nilai ph daging sapi. Rataan ph daging dengan perlakuan lama pelayuan yang berbeda (0, 12, dan 24 jam) berturut-turut adalah 5,89±0,08; 5,67±0,20 dan 5,65±0,18. Hasil ini menunjukkan bahwa lama pelayuan sampai 24 jam dapat menurunkan ph. Menurut Soeparno (2005), setelah hewan dipotong akan terjadi penurunan ph pada daging, ph ultimat akan tercapai setelah 24 jam setelah pemotongan. Menurut pendapat Forrest et al. (1975) yang menyatakan bahwa penurunan ph terjadi karena terhentinya aliran darah sehingga suplai oksigen juga terhenti dan tidak tersedianya oksigen untuk menangkap ion hydrogen yang dibebaskan dalam proses glikolisis dan siklus TCA (tricarboxylic acid). Nilai ph pada pelayuan 0 jam lebih tinggi dibandingkan dengan pelayuan 12 jam dan 24 jam, disebabkan pada perlakukan ini ph daging baru mengalami penurunan awal pada ph. Penurunan ph dari daging akan dipengaruhi oleh kondisi ternak sebelum dipotong. Hasil ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2005), yang menyatakan bahwa ternak yang mengalami perjalanan jauh, sebelum dipotong harus diistirahatkan dan kemudian dipuasakan selama 12-18 jam. Pelayuan selama 12 dan 24 jam tidak menunjukkan perbedaan nyata, hal ini disebabkan nilai ph daging pada pelayuan 12 jam sudah mendekati ph ultimat sehingga pada pelayuan 24 jam tidak mengalami penurunan ph yang terlalu besar. Biasanya ph ultimat didapat saat glikogen tidak ditemukan lagi pada daging. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Lawrie (2003) yang menyatakan bahwa glikogen tidak ditemukan pada ph an- 456 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad)

tara 5,4 5,5 dan biasanya ph ultimat dipengaruhi oleh enzim-enzim glikolitik. ph ultimat daging adalah ph yang tercapai setelah glikogen otot menjadi habis atau setelah enzim-enzim glikolitik menjadi tidak aktif pada ph rendah atau setelah glikogen tidak lagi sensitif terhadap serangan-serangan enzim glikolitik. Menurut Aberle et al. (2001) nilai ph otot setelah hewan mati akan menurun dari 7,4 (awal) menjadi 5,6 5,7 pada jam ke-6 sampai jam ke-8, kemudian nilai ph tersebut akan menurun mencapai ph akhir sekitar 5,3 5,7 pada jam ke-24 postmortem. Nilai ph awal daging biasanya diperoleh dalam waktu 45 menit setelah pemotongan. Untuk mendapatkan ph akhirnya, ph daging diukur setidak-tidaknya setelah 24 jam. Hal ini sesuai dangan pendapat Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa ph daging tidak dapat diukur segera setelah pemotongan (biasanya dalam waktu 45 menit) untuk mengetahui penurunan ph awal. Pengukuran selanjutnya biasa dilakukan setidak-tidaknya setelah 24 jam untuk mengetahui ph akhir daging. Susut masak Susut masak merupakan fungsi dari temperatur dan lama pemasakan. Disamping itu susut masak bisa dipengaruhi oleh ph, panjang sarkomer serabut otot, panjang potongan serabut, status kotraksi myofibril, ukuran dan berat sampel daging dan penampang lintang daging (Bouton et al.,1978). Nilai rataan susut masak daging sapi peranakan Simmental dari perlakuan stimulasi listrik dan lama pelayuan dapat dilihat pada Tabel 2. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara stimulasi listrik dengan lama pelayuan dan faktor tunggal stimulasi listrik terhadap nilai susut masak, sedangkan pada faktor lama pelayuan memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap nilai persentase susut masak daging sapi peranakan Simmental. Analisis sidik ragam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara stimulasi listrik dengan lama pelayuan dan faktor tunggal stimulasi listrik terhadap nilai susut masak, sedangkan pada faktor lama pelayuan memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap nilai persentase susut masak daging sapi peranakan Simmental. Faktor stimulasi listrik tidak berpengaruh nyata (P>0,05) dengan nilai persentase susut masak pada perlakuan tanpa stimulasi dan dengan stimulasi listrik berturut-turut sebesar 33,51±3,20% dan 35,24 ±2,41%. Hal ini disebabkan tingkat stres pada ternak dan juga terlihat pada nilai rataan ph (Tabel 1). Nilai ph antara perlakuan stimulasi listrik dan tanpa stimulasi listrik menunjukkan tidak berbeda nyata secara statistik. Hasil ini menunjukkan bahwa perlakuan stimulasi listrik tidak berpengaruh terhadap nilai susut masak daging sapi peranakan Simmental. Hal ini dikarenakan ph daging juga berhubungan dengan susut masak daging. Ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2005) yang menyatakan bahwa ph daging yang berhubungan dengan daya ikat air, kesan jus daging, keempukan dan susut masak, juga biasa berhubungan dengan warna dan sifat mekanik daging (daya putus WB, kompresi, adhesi dan kekuatan tarik), kenaikan ph daging akan meningkatkan jus daging (kenyataan jus dan daya ikat air) dan menurunkan susut masak otot SM dan LD domba secara linear. Faktor lama pelayuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap nilai susut masak. Persentase susut masak untuk pelayuan 0, 12, dan 24 jam berturut-turut adalah sebesar 32,79±3,30, 33,79±1,84 dan 36,55±2,19%. Hal ini disebabkan pengaruh daya ikat air yang terlalu besar selama waktu pelayuan sehingga pada proses thawing tidak berlangsung dengan baik dan hal ini juga dipengaruhi oleh lamanya waktu thawing. Waktu thawing juga harus diperhatikan, karena lama pelayuan harus dibedakan juga waktu penyegarannya hal ini disebabkan jumlah cairan yang terdapat pada daging dengan pelayuan 0, 12 dan 24 jam juga berbeda. Keempukan Keempukan merupakan faktor penting yang dipertimbangkan dalam atribut palatibilitas daging dan berkaitan erat dengan tingkat penerimaan konsumen (Chambers dan Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad) 457

Tabel 2. Rataan Susut Masak Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Listrik dan Lama Waktu Pelayuan (%) Lama Pelayuan Rataan (jam) Tanpa stimulasi 0 31,46±3,45 34,12±2,87 32,79±3,30 a 12 32,61±1,39 34,96±1,49 33,79±1,84 ab 24 36,45±2,24 36,65±2,40 36,55±2,19 b Rataan 33,51±3,20 35,24±2,41 34,38±2,92 Keterangan :Angka dengan super skrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Tabel 3. Rataan Keempukan Daging Sapi Peranakan Simmental dengan Perlakuan Listrik dan Lama Pelayuan (kg/cm 2) Lama Pelayuan (Jam) Tanpa stimulasi Rataan 0 6,92±1,31 8,47±0,92 7,69±1,34 a 12 8,98±0,88 10,18±0,26 9,58±0,88 b 24 7,88±2,40 8,91±1,48 8,40±1,95 ab Rataan 7,93±1,76 b 9,19±1,21 a 8,56±1,62 Keterangan :Angka dengan super skrip yang berbeda pada kolom/baris yang sama menunjukkan hasil yang berbeda nyata (P<0,05) Bower, 1993). Keempukan sering kali menyebabkan ketidakpuasan konsumen terhadap kualitas daging sapi (Purchas et al., 2002). Menurut (Suryati et al., 2008) keempukan sangat berkaitan dengan penerimaan konsumen terhadap produk olahan daging. Berdasarkan hal tersebut dapat dipastikan bahwa keempukan merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam industi daging dan pengolahannya. Nilai rataan keempukan daging sapi peranakan Simmental dengan perlakuan stimulasi listrik dan pelayuan dapat dilihat pada Tabel 3. Analisis sidik ragam menunjukkan tidak ada pengaruh interaksi antara perlakuan stimulasi listrik dan pelayuan (P>0,05), sedangkan faktor tunggal stimulasi listrik dan lama pelayuan berpengaruh nyata terhadap keempukan daging sapi peranakan Simmental. Faktor stimulasi listrik berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap keempukan daging sapi peranakan Simmental, dimana nilai daya putus yang menggunakan alat Warner Bratzler untuk daging yang diberi stimulasi listrik (7,93±1,76) lebih rendah dibandingkan dengan tanpa pemberian stimulasi listrik (9,19±1,21). Hal ini disebabkan daging yang mendapat perlakuan stimulasi listrik akan mencegah pemendekan otot sehingga otot yang dihasilkan menjadi regang dan mempercepat laju glikolisis postmortem sehingga mampu menghasilkan daging dengan tingkat keempukan yang lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan pendapat McCollum dan Henrickson (1977) dalam Soeparno (2005), yang menyatakan bahwa stimulasi listrik mampu mempercepat glikolisis postmortem, mencegah pemendekan otot karena temperatur dingin yang disebut cold 458 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad)

shortening dan meningkatkan keempukan daging pada domba serta mampu memperbaiki keempukan serta flavor pada daging sapi. Faktor lama pelayuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap keempukan daging. Hal ini terlihat dari nilai daya putus pada 0, 12 dan 24 jam berturut-turut adalah sebesar 7,69±1,34, 9,58±0,88 dan 8,40±1,95. Faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan nilai daya putus dari 0, 12 dan 24 jam dipengaruhi oleh ph, dimana ph pada 0 jam lebih tinggi dibandingkan dengan ph pada pelayuan 12 dan 24 jam, sehingga pada ph yang tinggi tingkat keempukannya lebih tinggi. Hasil ini sesuai dengan pendapat Penny et al. (1963); Bouton et al. (1971) yang menyatakan bahwa daging dengan ph tinggi mempunyai keempukan yang lebih tinggi dari pada daging dengan ph rendah. Hasil berbeda didapatkan oleh Forrest et al. (1975) yang menyatakan bahwa meningkatnya keempukan daging selama pelayuan terutama pada suhu 4 0 C selama seminggu disebabkan penurunan ph daging sehingga enzim-enzim katepsin menjadi aktif dan dapat memecah protein daging, akibatnya daging menjadi lebih empuk. Terjadinya peningkatan nilai daya putus yang terlalu besar pada lama pelayuan 12 jam yaitu karena daya ikat air yang terlalu besar dan tidak terlalu didukung dengan lama waktu pelayuan, sehingga pada proses thawing jumlah cairan yang keluar tidak sempurna atau keluar secara keseluruhan dan juga mempengaruhi jus daging selama pemasakan berlangsung. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Soeparno (2005), yang mengemukakan bahwa hilangnya cairan pada saat penyegaran kembali sebagai drip akan menurunkan daya ikat air daging, sehingga mempengaruhi jus daging masak. KESIMPULAN Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi antara perlakuan stimulasi listrik dengan lama pelayuan terhadap nilai ph, susut masak dan keempukan daging sapi peranakan Simmental. Perlakuan stimulasi listrik dapat meningkatkan keempukan daging namun tidak berpengaruh pada ph dan susut masak. Lama pelayuan sampai 24 jam dapat menurunkan ph serta meningkatkan susut masak dan tidak berpengaruh terhadap keempukan daging sapi peranakan Simmental. DAFTAR PUSTAKA Aberle, E. D., J. C., Forrest, D. E., Gerrard and E. W. Mills. 2001. Principles of Meat Science. W. H/Freeman and Co. San Fransisco. Apriyanto, A.D., Fardiaz, N.L., Puspitasari., Sedamawati., dan S. Budiyanto. 1989. Analisa Pangan. PAU dan pangan Gizi. IPB Pres Bouton, P.E., A.L. Ford, P.V. Harris dan F.D. Shaw. 1978. Effect of low voltage stimulation of beef carcasses on muscle tenderness and ph. J. Fd. Sci. 43:1392-1396. Chamber.E., and J.R. Bower. 1993. Consumer preconception of sensory quality in muscles food. Food technology 47: 116-120 Direktorat Jenderal Peternakan. 2011. Statiktik peternakan dan kesehatan hewan 201. Live Stock and Animal Healt Statistic. http://ditjennak.deptan. go.id. Di akses tanggal 24 Agustus 2012. 20:35 Forrest, G.J., Aberle, H.B. Hendrick, M.D. Judge dan R.A. Merkel. 1975. Principles of Meat Science. W.H. Freeman and Company, San Francisco. Lawrie RA. 2003. Ilmu Daging. Edisi Kelima. Terjemahan: Parakkasi. Jakarta: Universitas Indonesia McCollum, P.D. dan R.L. Henrickson. 1977. In Animal Science Research Report. Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad) 459

Editor R.H. Thayer dan J.R. Cozart. Oklahoma State University dan USDA. Mattjik, A.A dan I.M. Sumertajaya. 2006. Perancangan Percobaan dengan Aplikasi SAS dan Minitab. IPB. Bogor. Purchas, R.W., D.L. Burham and S.T. Morris. 2002. Efects of growth potential and growthpath on tenderness of beef logissimus muscle from bulls and steer. Journal of Animal Science. 80:3211-3221 Soeparno. 1995. Ilmu dan Teknologi Daging. Gajah Mada University Press. Yogya karta. Suryati, T., I. I. Arif and B.N. Polii. 2008. Correlation and categories of meat tenderness based on aquipment and panelis test. Journal of Animal Production. 3: 188-193. Swatland, H.J. 1984. Strukture and Development of Meat Animals. Prentice-Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey. Yetmaneli dan H. Susanty. 2009. Peningkatan kualitas daging sapi melalui penerapan teknologi stimulasi listrik. Lembaga Penelitian Universitas Andalas. Padang 460 Kualitas Fisik Daging Sapi Peranakan Simmental (Rusdimansyah dan Khasrad)