BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1.Surat Penunjukan Dosen Pembimbing II dan Judul Penelitian.

DAFTAR ISI. Halaman HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSEMBAHAN ii HALAMAN MOTTO. iii HALAMAN PERNYATAAN. iv HALAMAN BIMBINGAN. v HALAMAN PENGESAHAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Bandung, Puskesmas Pakel, dan Puskesmas Kauman pada bulan

BAB III METODE PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN PENDERITA TENTANG TUBERKULOSIS PARU DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT

BAB I PENDAHULUAN. di negara berkembang. Badan kesehatan dunia, World Health Organitation

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP. TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... HALAMAN PRAKATA... DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN

Kegiatan Pemberantasan Tuberkulosis Paru di Puskesmas Sakti Kabupaten Pidie Tahun 2010)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB III METODE PENELITIAN

I. Identitas Informan Nama : Umur : Tahun Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan Pendidikan Terakhir : Tanggal Wawancara :

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu

BAB III METODA PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif, dengan rancangan

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

Identifikasi Faktor Resiko 1

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LEMBAR INFORMASI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional, yaitu mengambil variabel independent dan variabeldependent pada

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan. kepada orang lain (Adnani & Mahastuti, 2006).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian Desain yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode potong lintang (cross-sectional).

METODE PENELITIAN Data yang Digunakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IX ANALISIS KEBERHASILAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini menggunakan metode. adanya perlakuan dari peneliti (Nursalam, 2013).

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan penelitian cross sectional untuk menentukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Data Demografi Responden Dalam penelitian ini yang datanya diambil pada bulan Agustus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif komparatif. Komparatif merupakan penelitian non-eksperimen

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti karena menular. Menurut Robins (Misnadiarly, 2006), tuberkulosis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 2003). Rancangan penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional,

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif dengan metode

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

BAB III METODE PENELITIAN. adalah cross sectional yaitu suatu penelitian dengan cara pendekatan,

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PEMBERIAN INFORMASI OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS REMAJA SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. setelah katarak. Pada tahun 2013, prevalensi kebutaan di Indonesia pada

METODE. n = Z 2 P (1- P)

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak

PENATALAKSANAAN TUGAS KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan metode explanatory

BAB III METODE PENELITIAN. faktor pangaruh dan faktor terpengaruh dengan cara pendekatan, observasi,

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan terutama di Negara berkembang seperti di Indonesia. Penyebaran

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental secara analitik korelasi dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif yang. Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. diri dengan kualitas hidup pada penderita penyakit kanker.

Cara kerja penelitian Faktor yang Berhubungan dengan Gagal Konversi Pasien TB Paru Kategori I pada Akhir Pengobatan Fase Intensif di Kota Medan

BAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan membuktikan hubungan tingkat pengetahuan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PROFIL TINGKAT PENGETAHUAN PENDERITA KUSTA TENTANG PENYAKIT KUSTA DI PUSKESMAS KEMUNINGSARI KIDUL KABUPATEN JEMBER

5. HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Pemilihan Pondok Pesantren Modern Purposive. Santri telah tinggal 1 tahun di pondok pesantren. Laki-laki. Perempuan.


BAB III METODE PENELITIAN. melakukan pembelajaran dari beberapa buku-buku literatur yang membahas. merupakan formula baku bersumber dari pustaka.

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

6. Pekerjaan : 1). Bekerja 2). Tidak bekerja

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian kuesioner, pill count dan data sekunder yang diperoleh dari rekam medis pasien. 3. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 8 Februari 07 di Puskesmas Teladan Kota Medan. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang melakukan pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Kota Medan. 3.3.Sampel penelitian Sampel penelitian adalah objek yang diteliti dan dapat mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 0). Subjek dalam penelitian ini adalah pasien yang melakukan pengobatan tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Kota Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah : a. Pasien yang mengidap penyakit tuberkulosis paru dan sedang melakukan pengobatan di Puskesmas Teladan Kota Medan. 9

b. Pasien yang sedang menjalani pengobatan tuberkulosis paru lebih dari minggu. Kriteria eksklusi adalah : a. Pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik. b. Pasien yang sudah selesai menjalani pengobatan. c. Pasientidak bersedia bekerjasama dalam penelitian. 3.4 Instrumen Penelitian 3.4. Sumber Data Sumber data yang digunakan di dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner yang telah diisi oleh pasien dan pill count dengan cara menghitung sisa jumlah obat pasien. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dengan cara menghitung sisa jumlah obat yang dibawa pasien dan membagikan kuesioner kepada pasien yang berobat di Puskesmas TeladanKota Medan. Kuesioner terdiri dari bagian yaitu: a. Data demografi pasien berupa biodata pasien yang terdiri dari 4 poin, yaitu jenis kelamin, umur, pendidikan, dan pekerjaan. b. Pengetahuan pasien terdiri dari 5 poin pertanyaan yang meliputi pengetahuan umum mengenai tuberkulosis paru, yakni pengertian, penyebab, gejala, penularan, dan pencegahan. 0

Data sekunder adalah data yang diambil secara tidak langsung, yaitu data yang diambil dari data yang sudah ada di tempat penelitian dengan menggunakan rekam medis pasien. 3.5 Kuesioner Pengetahuan Kuesioner ini menggunakan instrumen penelitian oleh Arifandi (06). Penilaian tingkat pengetahuan dilakukan dengan cara sebelum menentukan kategori baik dan tidak baik terlebih dahulu menentukan kriteria tolak ukur yang dijadikan penentuan skor pada setiap jawaban. Setiap jawaban yang benar diberi nilai dan untuk jawaban yang salah diberi nilai 0. Kuesioner pengetahuan dapat dilihat pada lampiran 0. Peneliti menggunakan nilai mean sebagai cut off point dalam menentukan hasil ukur yang artinya jika nilai pasien lebih rendah dari nilai mean maka dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan tidak baik, dan jika nilai pasien lebih dari nilai mean maka dikategorikan memiliki tingkat pengetahuan baik. 3.6 Pill Count Metode pill count ini dilakukan dengan cara menghitung sisa obat yang didapatkan pasien selama terapi dalam jangka waktu tertentu. Menghitung jumlah sisa tablet secara langsung dengan menggunakan rumus : Jumlah obat Sisa obat Kepatuhan = X 00 % Jumlah obat

3.7 Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Data kuantitatif akan disajikan dalam bentuk tabel sedangkan data kualitatif akan disajikan dalam bentuk uraian. Data dianalisa menggunakan program SPSS. Awalnya data dilakukan uji normalitas untuk mengetahui uji yang dilakukan. Uji statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah chi-square (p<0.05) untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara karakteristik pasien terhadap tingkat pengetahuan dan tingkat kepatuhan serta uji spearman (p<0.05) untuk mengetahui adakah hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat, dengan kriteria tingkat hubungan (koefisien korelasi) antar variabel berkisar antara 0,00 sampai ±,00, adapun kriteria penafsirannya adalah: a. 0,00 sampai 0,0, artinya hampir tidak ada korelasi. b. 0, sampai 0,40, artinya korelasi rendah. c. 0,4 sampai 0,60, artinya korelasi sedang. d. 0,6 sampai 0,8, artinya korelasi tinggi. e. 0,8 sampai,00, artinya korelasi sempurna (Raharjo, 05). 3.8 Prosedur Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan prosedurseperti berikut : a. Menyiapkan kuesioner penelitian yang akan diisi oleh responden. b. Meminta surat permohonan izin Dekan Fakultas Farmasi USU kepada Dinas Kesehatan Medan untuk melakukan penelitian dengan responden di Puskesmas Teladan Kota Medan.

c. Meminta surat izin Dinas Kesehatan Medan untuk melakukan penelitian dengan responden dipuskesmas Teladan KotaMedan. d. Menghubungi Kepala Puskesmas tersebut untuk mendapatkan izin melakukan penelitian. e. Membagikan kuesioner penelitian kepada responden dan menghitung sisa jumlah obat yang dibawa pasien. f. Mengumpulkan data penelitian. g. Mengolah data penelitian. 3.9 Definisi Operasional Tabel 3. Definisi operasional yang dilakukan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3. Definisi Operasional dari Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Variabel Definisi operasional Cara ukur Alat ukur Parameter Jenis kelamin Jenis kelamin dari subjek Observasi Lembar kuesioner a. Laki-laki b. Perempuan Umur Total lama Observasi Lembar a. 6-5 hidup subjek kuesioner b. 6-35 c. 36-45 d. 46-55 e. 56-65 f. 66-75 Pendidikan terakhir Jenis pekerjaan Jenjang pendidikan dari subjek Aktifitas mata pencaharian subjek Observasi Observasi Lembar kuesioner Lembar kuesioner a. SD b. SLTP c. SLTA d. PT/Akademi a. Pelajar b. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga d. dll 3

Tabel 3. (Lanjutan) Variabel Tingkat pengetahuan Tingkat kepatuhan Definisi operasional Penilaian pengetahuan pasien tentang tuberkulosis Penilaian perilaku dalam mengkonsumsi obat Cara ukur Observasi Observasi Alat ukur Lembar kuesioner Hitung jumlah sisa obat pasien Parameter a. baik b. tidak baik a. Patuh 00% b. Tidak patuh <00% 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan antara karakteristik dari pasien (jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan) dengan tingkat pengetahuan dan kepatuhan, serta melihat hubungan antara tingkat pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat pada pasien. 4. Data Demografi pengetahuan. Data demografi pasien terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, dan Tabel 4. Distribusi Frekuensi Pasien Tuberkulosis Paru Berdasarkan Karakteristik Pasien Demografi pasien Jumlah pasien Persentase (%) Jenis kelamin c. Laki-laki d. Perempuan 6 68,4 3,6 Total 38 00 Umur g. 6-5 h. 6-35 i. 36-45 j. 46-55 k. 56-65 l. 66-75 5 8 3 3 5 4 39,5, 7,9 7,9 3, 0,5 Total 38 00 Pendidikan e. Tidak Sekolah f. SD g. SLTP h. SLTA i. PT/Akademi 3 6 0 8,6 0,5 3, 5,6, Total 38 00 Pekerjaan e. Pelajar f. Wiraswasta g. Ibu rumah tangga h. Dll 4 4 0 0 0,5 36,8 6,3 6,3 Total 38 00 5

Tabel 4. (Lanjutan) Demografi Pasien Jumlah Pasien Persentase (%) Penggunaan obat : a. RHZE b. RH 5 33 3,6 86,84 Total 38 00 Berdasarkan Tabel 4. menunjukkan frekuensi pasien tuberkulosis paru berdasarkan jenis kelamin adalah lebih banyak diderita oleh laki-laki yaitu sebanyak 6 orang atau (68,4%) dibandingkan dengan jumlah penderita tuberkulosis paru pada perempuan sebanyak atau (3,6%). Hal ini dikarenakan sebagian besar laki-laki merokok pada setiap harinya, sehingga laki-laki banyak menderita penyakit tuberkulosis paru.merokok dapat menurunkan daya tahan dari paru-paru sehingga relatif akan mudah terkena tuberkulosis paru (Depkes RI,0). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh berbagai macam umur dari respondenmaka dikelompokkan menjadi enam kelompok, dan kelompok umur yang paling tinggi menderita tuberkulosis paru adalah kelompok umur 6-5 tahun sebanyak 5 orang(39,5%).hal ini dapat disebabkan karena pada kelompok umur tersebut lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah untuk melaksanakan aktivitas sehinggadengan kondisi lingkungan yang kurang baik maka dapat menjadi faktor pendukung untuk seseorang terpapar penyakit tuberkulosis (DepkesRI, 0). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa rata-rata pasien dengan tingkat pendidikan yang paling tinggi di Puskesmas Teladan Medan adalah SLTA sebanyak 0 orang dan terendah adalah tidak 6

sekolah sebanyak orang. Berdasarkan pekerjaan maka diperoleh kesimpulan bahwa bila dilihat dari karakteristik responden maka, penderita tuberkulosis paru di Puskesmas Teladan Medan paling banyak diderita olehwiraswasta yaitu sebanyak 4 orang (36,8%). Berdasarkan obat yang digunakan, maka obat yang paling banyak digunakan yaitu RH (Rifampisin, Isoniazid) sebanyak 33 orang (86,84%) yang merupakan tahap lanjutan dari pengobatan tuberkulosis paru dan yang melakukan pengobatan tahap awal yaitu RHZE (Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid, dan Etambutol) sebanyak 5 orang (3,6%) di Puskesmas Teladan Kota Medan. 4. Pengetahuan PasienTentang Tuberkulosis Paru Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat gambaran distribusi skor penilaian mengenai pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru, pertanyaan terdiri dari 5 pertanyaan. Tabel 4. Distribusi Data Pengetahuan Pasien Tentang Tuberkulosis Paru Skor Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) 0,6 4,6 6 4 0,5 8 3 7,9 0 7 8,4 3 34, 4 7 8,4 6 5,3 Total 38 00 Mean (rata-rata) Minimum Maksimum Standar Deviasi 0,68 8 6 3,580 Berdasarkan Tabel 4. diatas, dapat dilihat bahwa nilai mean (rata-rata) dari pengetahuan pasien tuberkulosisparu di Puskesmas Teladan Kota Medan 7

sebesar 0,68. Peneliti menggunakan nilai mean sebagai cut off point dalam menentukan hasil ukur (Arifandi, 06). Tabel 4.3 Kategori Pengetahuan Pasien Tentang Tuberkulosis Paru Pengetahuan Tentang TB Paru Frekuensi Persentase (%) Baik 57,89 Tidak Baik 6 4,0 Total 38 00 Berdasarkan Tabel 4.3 diatas bahwa skor penilaian tingkat pengetahuan responden tentang tuberkulosis yang mendapat skor lebih tinggi dari nilai mean (0,68) sebanyak orang (57,89%) yaitu berpengetahuan baik dan responden yang mendapat skor kurang dari nilai mean (0,68) sebanyak 6 orang (4,0%) yaitu berpengetahuan tidak baik. Hasil dari jawaban kuesioner dan wawancara diketahui bahwa pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru adalah 57,8% baik, hal ini dikarenakan petugas Puskesmas selalu memberikan pengarahan seputar penyakit tuberkulosis dan pengobatannya kepada penderita tuberkulosis paru. Menurut penelitian yang dilakukan Arifandi (06), diperoleh hasil bahwa tingkat pengetahuan 70,% tergolong baik dan 9,78% tergolong tidak baik. Penelitian yang dilakukan Junita (0), diperoleh hasil pengetahuan pasien yang tergolong baik 77,5% dan,5% kurang baik. Penelitian yang dilakukan oleh Tuturop dan Yufuai (06), diperoleh hasil pengetahuan pasien yang tergolong baik sebanyak 5% dan 48% tergolong tidak baik dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien dengan tingkat pengetahuan yang tergolong baik lebih dominan dari pasien dengan tingkat pengetahuan tidak baik. Hal ini juga sesuai dengan hasil yang di peroleh peneliti dalam penelitian. 8

Sumber pengetahuan penderita selain didapat dari petugas Puskesmas, juga didapat melalui baik sumber informasi yang berasal dari pemerintah maupun informasi yang berasal dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Informasi tersebut dapat berupa penyuluhan, maupun brosur-brosur yang memuat tentang informasi yang terkait dengan penyakit tuberkulosis agar dapat melakukan pengobatan secara maksimal, informasi juga bisa didapatkan melalui media elektronik seperti televisi, radio dan surat kabar, bahkan internet. 4.3 Perilaku Kepatuhan Minum Obat Pasien Tuberkulosis Paru Hasil dari penelitian ini memberikan gambaran distribusi skor penilaian prilaku kepatuhan minum obat pasien TB paru di Puskesmas Teladan Medan. Tabel 4.4 Distribusi Tingkat Kepatuhan Pasien dalam Minum Obat Nilai Kepatuhan Berdasarkan Frekuensi Persentase(%) metodepill count Patuh 34 89,5 Tidak Patuh 4 0,5 Total 38 00 Berdasarkan hasil analisis deskriptif dari data perilaku kepatuhan minum obat di Puskesmas Teladan Medandengan menggunakan pill count menunjukkan bahwa hampir semua responden mempunyai tingkat kepatuhan minum obat patuh yaitu sebanyak 34 pasien dari 38 responden atau setara dengan (89,5%),namun masih ada yang belum patuh minum obat yaitu sebanyak 4 pasien dari 38responden atau setara dengan (0,5%).Menurut Pameswari, dkk (06), ada beberapa hal yang menyebabkan pasien tuberkulosis paru tidak mengkonsumsi obat yaitu obat TB paru harus dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang, penderita akan merasakan sembuh karena berkurang atau hilangnya gejala penyakit setelah menjalani terapi - bulan atau lebih sehingga penderita malas 9

untuk meneruskan pengobatan kembali, serta efek samping yang ditimbulkan oleh obat tuberkulosis paru tersebut.menurut Ali, dkk (05), berbagai faktor yang mempengaruhi tingkat kepatuhan yaitu tingkat kemiskinan, persediaan obat terganggu, jarak tempat tinggal yang jauh dari layanan kesehatan, salah persepsi tentang pengobatan, toksisitas obat, migrasi atau perubahan tempat tinggal, lingkungan sosial, alkoholisme, dan faktor psikologis. Menurut penelitian yang dilakukan Arifandi (06), diperoleh hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah 80,9% tergolong tinggi, 4,9% tergolong sedang dan 4,3% tergolong rendah. Penelitian yang dilakukanjunita (0), didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat 67,6% tergolong patuh dan 3,4% tergolong tidak patuh. Penelitian yang dilakukan oleh Tuturop dan Yufuai (06), didapatkan hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat sebanyak 76% tergolong patuh dan sebanyak 4% tergolong tidak patuh. Penelitian yang dilakukan oleh Pameswari, dkk (06)diperoleh hasil bahwa tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat adalah 55,6% tergolong patuh, 33,33% tergolong cukup patuh dan,% tergolong tidak patuh dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pasien dengan tingkat kepatuhandalam minum obat yang tergolong tinggi lebih dominan dari pasien tidak patuh dengan tingkat kepatuhan dalam minum obat yang tergolong rendah. Hal ini sesuai juga dengan hasil yang diperoleh peneliti dalam penelitian. 4.4 Hubungan Karakteristik Pasien Dengan Tingkat Pengetahuan Hasil analisis menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap 30

karakteristik pasien tuberkulosis paru dengan tingkat pengetahuan mengenai tuberkulosis. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-square. Tabel 4.5 Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru Dengan Tingkat Pengetahuan (n=38) Variabel Tingkat pengetahuan Baik Tidak Baik p Value Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Umur a. 6-5 b. 6-35 c. 36-45 d. 46-55 e. 56-65 f. 66-75 Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD c. SLTP d. SLTA e. PT/Akademi 5 (68,%) (68,8%) 9 (60%) 5 (55,6%) (50%) (66,7%) 3 (60%) (50%) 0 (0%) (33,3%) 4 (66,7%) (55%) 6 (75%) 7 (3,8%) 5 (3,%) 6 (40%) 4 (44,4%) (50%) (33,3%) (40%) (50%) (00%) (66,7%) (33,3%) 9 (45%) (5%) 0,970 0,64 0,503 3

Pekerjaan a. Pelajar b. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga Dll (dan lain-lain 6 (60%) 8 (57,%) (50%) 6 (60%) 4 (40%) 6 (4,9%) (50%) 4 (40%) 0,986 BerdasarkanTabel 4.5, untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,970; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi 0,64; untuk kategori pendidikan terakhir dan pekerjaan diperoleh nilai signifikansi 0,503 dan 0,986. Nilai tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat pengetahuan. Namun dilihat dari nilai persentase terdapat perbedaan pada setiap kategori dengan perbedaan nilai persentase yang cukup jauh, yaitu pada kategori umur semakin besar umur maka semakin tinggi tingkat pengetahuannya, tetapi terjadi penurunan pada umur 56-65. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor penuaan, begitu juga pada kategori pendidikan, semakin tinggi pendidikan pasien maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuannya, pada kategori pekerjaan, pelajar dan lain-lain mempunyai nilai tingkat pengetahuan baik dengan persentase 60%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan)tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan. 4.5 Hubungan Karakteristik Pasien Tuberkulosis Dengan Tingkat Kepatuhan Minum Obat Hasil analisis ini menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji 3

chi-square. Pada uji chi-square dilihat nilai signifikansinya, jika nilai signifikansinya < 0,5 maka nilai tersebut adanya hubungan namun jika nilai signifikansinya diatas 0,5 maka terdapat hubungan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepaatuhan dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. Tabel 4.6 Hasil Analisis Hubungan Karakteristik Pasien Tuberkulosis Paru dengan Tingkat Kepatuhan (n=38) Variabel Tingkat Kepatuhan Patuh Tidak Patuh p Value Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan Umur a. 6-5 b. 6-35 c. 36-45 d. 46-55 e. 56-65 f. 66-75 Pendidikan a. Tidak Sekolah b. SD c. SLTP d. SLTA e. PT/Akademi 3 (88,5%) (9,7%) (80%) 8 (88,9%) (00%) 3 (00%) 5 (00%) 4 (00%) (00%) 3 (00%) 5 (83,3%) 8 (90%) 7 (87,5%) Pekerjaan a. Pelajar 9 (90%) 3 (,5%) (8,3%) 3 (0%) (,%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%) (6,7%) (0%) (,5%) (0%) 0,65 0,679 0,945 0,660 33

b. Wiraswasta c. Ibu rumah tangga d. Dll (dan lain-lain) 3 (9,9%) 4 (00%) 8 (80%) (7,%) 0 (0%) (0%) Berdasarkan Tabel 4.6, untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,65; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,679; untuk kategori pendidikan terakhir diperoleh nilai signifikansi adalah 0,945; untuk pekerjaan diperoleh nilai signifikansi 0,660. Nilai signifikansi (p>0.05) tersebut menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya Diana, dkk (04), diperoleh untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,4; untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi adalah 0,948; untuk kategori pendidikan terakhir diperoleh nilai signifikansi adalah 0,4; untuk pekerjaan diperoleh nilai signifikansi,000. 4.6 Hubungan Pengetahuan Pasien Tentang Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kepatuhan Minum Obat Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan uji Spearman didapat hasil koefisien korelasi 0,386, dengan nilai koefisien korelasi antara 0, sampai 0,40, artinya terdapat hubungan (korelasi rendah) antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan pasien dalam minum obat. Menurut penelitian yang dilakukan Arifandi (06), diperoleh hasil bahwa terdapat terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru dan pada penelitian yang dilakukan Junita (0), diperoleh hasil bahwa terdapat adanya hubungan tingkat pengetahuan 34

pasien dengan tingkat kepatuhan pasien minum obat anti tuberkulosis paru. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru dengan kata lain semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien mengenai tuberkulosis maka semakin patuh pasien dalam mengkonsumsi obat anti tuberkulosis. 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan : a. Karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) tidakmempengaruhi tingkat pengetahuan pasien. b. Karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan) tidakmempengaruhi kepatuhan pasien dalam minum obat. c. Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan minum obat namun, nilai koefisien kolerasinya rendah yaitu 0,386 maka semakin tinggi tingkat pengetahuan pasien tentang TB Paru maka semakin baik pula perilaku kepatuhan pasien dalam meminum obat. 5. Saran Diharapkan tenaga kerja kesehatan dapat bekerjasama dengan pasien dan keluarga pasien dalam mengobati penyakit tuberculosis dengan memberikan konseling dan pengetahuan mengenai tuberkulosis kepada pasien dan keluarga sebagai perawat pasien di rumah. 36