BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERTUMBUHAN ANAK DOMBA DARI INDUK YANG DICEKOK JAMU VETERINER SELAMA PERIODE KEBUNTINGAN LEO SEPALENI SOINBALA

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. penting di berbagai agri-ekosistem. Hal ini dikarenakan kambing memiliki

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

xanthorrhiza Roxb atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah, 2005). Kandungan temulawak yang diduga bertanggung jawab dalam efek peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boerawa merupakan hasil persilangan antara kambing Boer jantan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi tetapi akibat buruk penggunaan antibiotik sebagai imbuhan pakan

dapat dimanfaatkan untuk mengatasi gangguan kurangnya nafsu makan adalah Curcuma xanthorrhiza atau lebih dikenal dengan nama temulawak (Afifah et

PEMBAHASAN. Zat Makanan Ransum Kandungan zat makanan ransum yang diberikan selama penelitian ini secara lengkap tercantum pada Tabel 4.

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

optimal merupakan keberhasilan dari zat gizi yang tersedia dan yang dibutuhkan oleh tubuh sedangkan ketidakseimbangan diantaranya menyebabkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

0,00% 0,25% 0,50% 0,75% 1,00% Perlakuan Daun Kayu Manis

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performans Bobot Lahir dan Bobot Sapih

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

Tingkat Kelangsungan Hidup

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan jumlah ransum yang tersisa (Fadilah, 2006). Data rataan konsumsi ransum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

PENGARUH BINDER MOLASES DALAM COMPLETE CALF STARTER BENTUK PELLET TERHADAP KONSENTRASI VOLATILE FATTY ACID DARAH DAN GLUKOSA DARAH PEDET PRASAPIH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ternak perah adalah ternak yang diusahakan untuk menghasikan susu

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

HASIL DAN PEMBAHASAN 482,91 55, ,01 67,22

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

I. PENDAHULUAN. kebutuhan pakan ternak sehingga diperlukan penggunaan pakan alternatif. Sumber

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

I. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara

BAB I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sebagai salah satu sumber protein hewani untuk

Pemberian Pregnant Mare Serum Gonadotropin Sebelum Perkawinan dan Jamu Selama Kebuntingan untuk Memperbaiki Performa Anak Domba

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pedaging yang sering disebut sebagai ayam broiler merupakan jenis

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kombinasi Pemberian Starbio dan EM-4 Melalui Pakan dan Air Minum terhadap Performan Itik Lokal Umur 1-6 Minggu

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 6. Kondisi Kandang Penelitian

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini pengembangan di bidang peternakan dihadapkan pada masalah kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan NDF. dengan konsumsi (Parakkasi,1999). Rataan nilai kecernaan NDF pada domba

PENDAHULUAN. terhadap lingkungan tinggi, dan bersifat prolifik. Populasi domba di Indonesia pada

TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat Indonesia. Domba merupakan ternak ruminansia kecil yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

I. PENDAHULUAN. produk yang bernilai gizi dan ekonomis tinggi. Pertambahan berat badan yang. maupun kuantitasnya (Supratman dan Iwan, 2001).

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN

2014 PENGARUH EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. Kandungan Nutrien Silase dan Hay Daun Rami (%BK)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Susu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

tepat untuk mengganti pakan alami dengan pakan buatan setelah larva berumur 15 hari. Penggunaan pakan alami yang terlalu lama dalam usaha pembenihan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. japanese quail (Coturnix coturnix japonica) mulai masuk ke Amerika. Puyuh terus

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki ciri-ciri fisik antara lain warna hitam berbelang putih, ekor dan kaki

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 8. Rataan Hasil Pengamatan Konsumsi, PBB, Efisiensi Pakan Sapi PO selama 48 Hari Pemeliharaan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan jumlah konsumsi pakan pada setiap perlakuan selama penelitian dapat. Perlakuan R1 R2 R3 R4 R5

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah anak, rataan bobot lahir, bobot sapih, total bobot lahir, dan jumlah anak sekelahiran pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner. Parameter Kontrol Dosis 15 Dosis 30 Jumlah anak (ekor) 5 7 6 Rataan bobot lahir 3,11±0,52 a 3,78±0,68 a 4,10±0,69 a (kg) Total bobot lahir 15,53 26,55 24,55 Per induk (kg) Rasio anak per 1,67±0,58 a 2,33±0,58 a 2,00±0,00 a Induk Tingkat kematian 40,00 14,29 0,00 Prasapih (%) Rataan bobot 11,49±0,47 a 13,52±0,49 b 13,61±0,75 b badan sapih (kg) Total bobot 34,47 81,14 81,63 badan sapih (kg) Rasio anak 1,00±1,00 2,00±0,00 2,00±0,00 yang disapih per induk Ket: Superskrip berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0.05)

15 Jumlah anak domba dari yang tertinggi sampai terendah adalah 7, 6, dan 5 masing-masing untuk kelompok dosis 15 ml/ekor, dosis 30 ml/ekor, dan kontrol. Perlakuan pemberian jamu veteriner pada induk setelah 1 bulan kebuntingan tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada peningkatan bobot lahir anak domba dan rasio anak per induk (p>0.05). Meskipun demikian, dengan mengabaikan jumlah anak per kelahiran, pemberian jamu veteriner mampu meningkatkan bobot lahir anak domba sebesar 21,07% (3,11 vs 3,94) dibanding kontrol. Rasio anak per induk pada kelompok yang diberi jamu veteriner juga mengalami peningkatan sebesar 22.92% (1.67 vs 2.16) dibanding kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa anak dari induk dengan pemberian jamu veteriner memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibanding kelompok kontrol. Perkembangan fetus periode prenatal menjadi penentu pertambahan bobot lahir dan pertumbuhan anakan pada periode berikutnya (Adriani et al. 2004). Peningkatan ini diduga dipengaruhi oleh kandungan kimia yang terdapat dalam bahan-bahan penyusun jamu veteriner, yaitu lempuyang dan kayu manis. Lempuyang diketahui mempunyai khasiat sebagai penambah nafsu makan. Hal ini diduga disebabkan oleh senyawa zerumben, koriofler, kanfersionil. Selain itu, Lempuyang juga diketahui memilki daya antimikroba (Hariana 2007; Sari 2006). Menurut Purwanti et al. (2003) kandungan minyak atsiri yang terdapat dalam lempuyang mengandung senyawa α-caryophyllene yang memiliki aktivitas antimikroba yang sangat kuat. Akibatnya, nafsu makan induk meningkat dan aktivitas mikroorganisme patogen dapat terhambat sehingga berdampak positif bagi kesehatan induk dan fetus. Sementara itu, kayu manis diketahui mempunyai aktivitas dalam memperbaiki sistem peredaran darah dan sebagai antiinflamasi (Wang et al. 2009). Kandungan minyak atsiri kayu manis juga diketahui berkhasiat sebagai penghangat lambung dan efektif untuk antidiare (Kartasapoetra 2004). Efek tersebut diduga berperan penting dalam efisiensi pencernaan induk domba sehingga dapat meningkatkan bobot lahir anak domba.

Rataan Bobot Anak (Kg) 16 Selanjutnya, rataan bobot badan anak (kg) pada awal kelahiran sampai bulan ke-3 pada kelompok domba kontrol dan perlakuan dengan pemberian jamu veteriner disajikan pada Gambar 6. 16 14 12 10 8 6 4 2 0 0 1 2 3 Bulan Pertumbuhan Anak Domba Gambar 6. Rataan bobot lahir dan bobot badan anak pada bulan ke-1 sampai ke-3 pada kelompok domba kontrol ( ), pemberian jamu veteriner dosis 15 ml/ekor ( ), dan pemberian formula jamu veteriner dosis 30 ml/ekor ( ). Perlakuan pemberian jamu veteriner pada induk domba terbukti dapat meningkatkan pertambahan bobot badan anak bulan ke-1 sampai bulan ke-3. Pada perlakuan pemberian dosis jamu veteriner 15 ml/ekor terjadi peningkatan bobot badan anak domba bulan ke-1 sampai bulan ke-3 sebesar 23,43% dibandingkan kontrol. Sementara itu, pada perlakuan dosis jamu veteriner 30 ml/ekor terjadi peningkatan bobot badan anak domba bulan ke-1 sampai ke-3 sebesar 12,65% dibandingkan kontrol. Peningkatan ini diduga dipengaruhi oleh asupan susu yang baik dari induk domba. Anak domba sepenuhnya bergantung pada susu induk hingga 7-8 minggu setelah lahir (Devendra & Burn 1994). Produksi susu induk selama laktasi dipengaruhi oleh ketersediaan glukosa dan asetat terutama sebagai sumber energi. Kadar glukosa hanya tinggi saat 1 jam setelah makan dan selanjutnya

17 menurun pada minggu ketiga sampai minggu keempat setelah laktasi. Efek ini terjadi lebih tajam pada induk dengan jumlah anak yang banyak (Mege et al.2007; De Blasio et al. 2007). Asupan pakan yang baik menentukan level glukosa dalam darah. Kandungan zerumben yang terdapat dalam jahe (Rapuru 2008) dan Lempuyang (Zingiber) diketahui mampu meningkatkan nafsu makan (Hariana 2007; Sari 2006). Akibat meningkatnya asupan pakan, terjadi peningkatan level glukosa. Sejalan dengan hal tersebut, jamu veteriner juga diduga dapat memperbaiki metabolisme glukosa. kandungan methylhydroxychalcone yang terdapat dalam kayu manis yang diduga menjadi penyebabnya. Hasil penelitian Taylor et al. (2001) berhasil membuktikan bahwa derivate methylhydroxychalcone mempunyai efek kerja yang menyerupai insulin dalam meningkatkan pengambilan glukosa. Hal ini menyebabkan induk domba perlakuan pemberian jamu veteriner yang memiliki rasio anak yang tinggi kemungkinan tetap memiliki produksi susu yang lebih baik dibandingkan kontrol. Pertambahan bobot badan anak domba dari induk yang diberi jamu veteriner dosis 15 ml/ekor lebih tinggi dibandingkan anak domba dari induk yang diberi jamu veteriner dosis 30 ml/ekor. Peningkatan kadar sambiloto dalam jamu veteriner dosis 30 ml/ekor diduga menjadi penyebab pertambahan bobot badan dosis 30 ml/ekor lebih rendah dari dosis 15 ml/ekor. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Ridwan (2006) yang menunjukan bahwa pemberian ekstrak sambiloto dosis rendah lebih baik dalam meningkatkan pertambahan bobot badan dan nilai konversi pakan dibandingkan dosis sedang dan tinggi. Selain itu, konsumsi sambiloto dalam jumlah yang besar juga dapat menyebabkan efek embriotoksik yang berakibat pada hambatan pertumbuhan, malformasi, hingga kematian intrauterin (Setyawati 2009). Perlakuan pemberian jamu veteriner terbukti menurunkan tingkat kematian prasapih. Tingkat kematian prasapih dari yang tertinggi ke terendah adalah 40%, 14.29%, dan 0%, masing-masing untuk kelompok kontrol, dosis 15 ml/ekor, dan dosis 30 ml/ekor. Rasio anak yang disapih per induk juga mengalami peningkatan. Rasio anak yang disapih per induk pada kelompok dosis 15 ml/ekor dan dosis 30 ml/ekor dua kali lebih tinggi dibandingkan kontrol. Sutama et al. (1993) menyatakan

18 bahwa tingkat mortalitas berbanding lurus dengan jumlah anak per kelahiran. Tingkat mortalitas meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah anak per kelahiran. Meskipun demikian, jamu veteriner terbukti dapat menekan tingkat mortalitas sekalipun pada jumlah anak per kelahiran yang tinggi. Rasio anak pada kontrol, perlakuan dosis 15 ml/ekor, dan 30 ml/ekor masing-masing adalah 1,67, 2,33, dan 2,00. Hal ini mengindikasikan bahwa jamu veteriner berperan dalam meningkatkan kesehatan induk dan anak. Perpaduan zat-zat yang terdapat dalam jamu veteriner diduga merupakan penyebabnya. Minyak atsiri Lempuyang diketahui mengandung senyawa α-caryophyllene. Senyawa ini memiliki aktivitas antimikroba yang sangat kuat (Purwanti et al. 2003). Selain itu, Jahe diketahui memiliki potensi sebagai antikanker dan antiinflamasi. Khasiat ini ditimbulkan oleh kurkuminoid yang terkandung dalam jahe (Suhirman et al. 2006). Senyawa-senyawa berkhasiat tersebut diduga berperan dalam meningkatkan kesehatan fetus selama periode prenatal, postnatal, dan periode pertumbuhan. Rataan bobot sapih anak domba pada kelompok kontrol, pemberian jamu veteriner dosis 15 ml/ekor, dan 30 ml/ekor berturut-turut ialah 11,49 kg, 13,52 kg, dan 13.61 kg. Secara statistik rataan bobot sapih kelompok anak domba dengan pemberian jamu veteriner berbeda nyata dibandingkan kontrol (p<0,05). Sejalan dengan data tersebut, total bobot sapih anak domba pada kelompok domba dengan pemberian jamu veteriner juga mengalami peningkatan. Total bobot sapih anak domba dengan pemberian jamu veteriner dosis 15 ml/ekor lebih tinggi 57,52 % dibandingkan kontrol. Sementara itu, pada kelompok jamu veteriner 30 ml/ekor total bobot sapih lebih tinggi 47,16 %. Hal ini diduga merupakan pengaruh dari sambiloto yang tetap bertahan hingga masa sapih. Sambiloto diketahui mempunyai daya antibakteri untuk mencegah diare. Tipakorn (2002) berhasil membuktikan daya antidiare dari zat aktif utama sambiloto, yaitu andrografolidolid. Efek lain dari androgrofolid adalah menekan nilai konversi pakan sehingga dapat meningkatkan bobot badan (Ridwan 2006). Hal ini sejalan dengan Rasyaf (1999) yang menyatakan bahwa nilai konversi pakan yang rendah mengindikasikan efisiensi pakan yang semakin baik. Efisiensi pakan yang baik akan semakin meningkatkan bobot badan

19 anak domba. Selain itu, peningkatan bobot sapih juga diduga akibat efek dari merica dalam jamu veteriner. Merica mengandung Piperine (1-piperoylpiperidine) yang diduga dapat meningkatkan metabolisme dan laju absorbsi nutrisi anak domba (Szallasi 2005).