BAB III METODE PENELITIAN. penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara variabel Hubungan Resiliensi dengan Stres Kerja Anggota. Gambar 3.1. Hubungan antar Variabel

BAB III METODE PENELITIAN. Oleh karena itu, peneliti telah menetapkan tiga variable dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional. Metode korelasional adalah metode penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. menekankan analisanya pada data-data numerical (angka) yang di olah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Setiap kegiatan penelitian tentu memusatkan perhatiannya pada beberapa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan diuraikan mengenai metode yang akan digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. data dan mengkorelasikan variabel tanpa melakukan treatmen selama

BAB III METODE PENELITIAN. dan menampilkan hasil berupa angka-angka. Sedangkan metode dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. variabel-variabel yang diambil dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. antara komunikasi interpersonal anak-orangtua (X) dengan manajemen konflik

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor- faktor yang berperanan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. maka penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. sampel tertentu, teknik pengambilan sampel biasanya dilakukan dengan cara random,

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel-variabel Penelitian. tergantung, adapun variabel-variabel tersebut adalah:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini pada dasarnya adalah penelitian kuantitatif, penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. korelasional. Penelitian ini mengukur hubungan kepercayaan diri (X) dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN. metode statistika (Azwar, 2010). Variabel penelit ian yang digunakan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. suatu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain,

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN. A. Orientasi Kancah dan Persiapan. kecerdasan emosi dengan kecenderungan perilaku bullying pada siswa


BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. fenomena atau gejala utama dan pada beberapa fenomena lain yang relevan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian yang telah ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau penuntun pada

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan komparasi, yaitu penelitian yang menekankan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. variabel yang diukur dalam penelitian ini adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Penelitian ini terdiri atas tiga variabel, yaitu dua variabel bebas dan satu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 2.

BAB 3 METODE PENELITIAN. analisisnya pada data data numerikal (angka angka) tentang perilaku. yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 2010).

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasi. Menurut Arikunto (2002 ) penelitian kuantitatif

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000). Penelitian mengenai gambaran resiliensi pada siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Azwar (2000), metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Sesuai dengan judul penelitian yaitu gambaran resiliensi pada siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan ini, maka variabel penelitian, yaitu resiliensi.

B. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing - masing variabel penelitian (Hadi, 2000). 1. Resiliensi Resiliensi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu kemampuan untuk bertahan dan bangkit dalam menghadapi berbagai kesulitan hidup. Terdapat tujuh kemampuan yang membentuk resiliensi, yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan pencapaian. b. Regulasi Emosi Regulasi emosi adalah mampu untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan, mampu untuk mengatur emosi dengan baik dan mengekspresikan emosi secara tepat. c. Pengendalian Impuls Pengendalian impuls adalah mampu untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri, dan mampu menguji keyakinan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat rasional. d. Optimisme Optimisme adalah mampu untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi di masa depan, memiliki kepercayaan bahwa situasi yang sulit suatu saat akan

berubah menjadi situasi yang lebih baik dan memegang kendali atas arah kehidupan. e. Analisis Penyebab Masalah Analisis penyebab masalah adalah mampu untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang dihadapi, mampu untuk memfokuskan dan memegang kendali penuh pada pemecahan masalah, mengatasi permasalahan yang ada, mengarahkan hidup, dan bangkit dan meraih kesuksesan. f. Empati Empati adalah mampu untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain, mampu untuk membaca tanda-tanda kondisi emosional dan psikologis orang lain. g. Efikasi diri Efikasi diri adalah memiliki keyakinan bahwa mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan. h. Pencapaian Pencapaian adalah mampu untuk meraih aspek positif atau mengambil hikmah dari kehidupan setelah kemalangan yang menimpa, mampu untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya, dan berani mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupan. Resiliensi dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu pada skala resiliensi. Jika semakin tinggi skor skala resiliensi yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying. Demikian sebaliknya,

jika semakin rendah skor skala resiliensi yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying. C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Kelompok yang besar yang berkepentingan dalam penelitian adalah populasi, kelompok kecil individu yang berpartisipasi dalam penelitian adalah sampel (Gravetter & Forzano, 2006). Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang dimilikinya (Kuncoro, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Methodist 1 Medan. Karakteristik sampel dalam penelitian ini adalah siswa yang mengalami bullying. Sampel adalah bagian dari populasi. Artinya, sampel merupakan sekelompok individu yang dipilih dari populasi yang dimaksudkan sebagai wakil populasi dari suatu penelitian. Sampel harus memiliki sedikitnya satu sifat yang sama agar dapat dilakukan generalisasi (Kaplan & Saccuzo, 2005). Subjek penelitian menurut Azwar (2009) adalah sumber utama data penelitian, yaitu mereka yang memiliki data mengenai variabel yang akan diteliti. Karakteristik subjek penelitian diperlukan untuk menjamin homogenitasnya. Karakteristik subjek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Termasuk remaja awal. Remaja awal menurut Monks (1999) berusia 12-15 tahun.

b. Siswa yang mengalami bullying - Verbal bullying Berbentuk name-calling (memberi nama julukan), taunting (ejekan), belittling (meremehkan), cruel criticsm (kritikan yang kejam), personal defamation (fitnah secara personal), racist slurs (menghina ras), sexually suggestive (bermaksud/bersifat seksual) atau sexually abusive remark (ucapan yang kasar). - Physical bullying Meliputi menampar, memukul, mencekik, mencolek, meninju, menendang, menggigit, menggores, memelintir, meludahi, merusak pakaian atau barang dari korban. - Relational bullying Meliputi perilaku pengabaian, pengisolasian, pengeluaran, dan penghindaran. Responden dalam penelitian ini diperoleh melalui teknik incidental sampling dimana pemilihan sampel dari populasi didasarkan pada faktor kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yang sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Pada penelitian ini sampel diambil dengan cara memilih subjek dengan bantuan guru sekolah SMP Methodist 1 Medan untuk mengumpulkan subjek dalam satu kelas dan mendatangi subjek secara langsung untuk mengisi skala yang sudah disediakan. Sebelum skala penelitian atau skala resiliensi disebar, terlebih dahulu disebar skala bullying. Skala bullying ini tidak diuji coba karena hanya digunakan

untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying disebar kepada siswa yang merupakan subjek penelitian, kemudian skala bullying tersebut di skoring dan subjek dikategorikan dengan menggunakan standard error measurement. Standard error measurement membagi sampel menjadi 2 kategori, yaitu kategori tinggi dan rendah. Dalam penelitian ini siswa yang mengalami bullying adalah siswa yang memiliki skor tinggi pada skala bullying. Siswa yang mengalami bullying akan dilihat resiliensinya dan siswa yang tidak mengalami bullying tidak akan digunakan dalam penelitian. Menurut Azwar (2009), secara tradisional statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. Namun, sesungguhnya tidak ada angka yang dapat dikatakan dengan pasti. Oleh sebab itu, sampel dalam penelitian ini berjumlah 63 orang. D. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode self-reports. Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa : 1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.

Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000). Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan, yaitu: 1. Skala Bullying Skala bullying ini hanya digunakan untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan karaktersitik bullying yang dikemukakan oleh Coloroso (2006). Skala perilaku bullying menggunakan skala model Likert. Skala ini terdiri dari 7 aitem dengan menggunakan 5 pilihan jawaban, yaitu: tidak pernah menjadi korban perilaku bullying, hanya terjadi satu sampai dua kali dalam beberapa bulan terakhir, dua sampai tiga kali dalam sebulan, kira-kira sekali seminggu, dan beberapa kali dalam seminggu. Penilaian untuk respon yang diberikan subjek untuk setiap pernyataan berturut-turut adalah 1,2,3,4,5. Kemudian siswa akan dikategorikan mengalami bullying atau tidak dengan menggunakan kategorisasi standard error measurement.

2. Skala Resiliensi Skala Resiliensi disusun berdasarkan 7 (tujuh) kemampuan yang membentuk resiliensi yang dikemukakan oleh Reivich dan Shatte (2002), yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan reaching out. Variabel dalam skala Resiliensi ini diukur dengan model skala yang dirancang sendiri oleh peneliti dengan menggunakan model skala Likert yaitu 5 (lima) pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Skala disajikan dalam bentuk pernyataan mendukung (favorable) dan tidak mendukung (unfavorable) dan di skoring 1, 2, 3, 4, 5. Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur ini juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh responden. Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi resiliensi yang dimiliki oleh siswa korban bullying, begitu juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah resiliensi yang dimiliki oleh oleh siswa korban bullying.

Tabel 2. Blue Print Skala Resiliensi No. Aspek Resiliensi Aitem Jumlah Favorable Unfavorable 1. Regulasi Emosi 13, 25, 26, 40 2, 7, 23, 31 8 2. Pengendalian Impuls 4, 15, 42, 47 11, 36, 38, 55 8 3. Optimisme 18, 27, 32, 53 3, 33, 39, 43 8 4. Analisis Penyebab Masalah 12, 19, 21, 48 1, 41, 44, 52 8 5. Empati 10, 34, 37, 46 24, 30, 50, 54 8 6. Efikasi diri 5, 28, 29, 49 9, 17, 20, 22 8 7. Pencapaian 6, 8, 14, 56 16, 35, 45, 51 8 Total 56 E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menentukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai suatu tes (Azwar, 2009). Peneliti akan melakukan uji coba pada alat ukur berupa skala Resiliensi pada sejumlah responden, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.

1. Uji Validitas Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2009). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2009). Setelah skala Resiliensi diujicobakan pada sejumlah sampel, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2009). Peneliti menggunakan formula koefisien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala kepercayaan

(trust). Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2009). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS versi 16.00 for Windows akan diperoleh aitemaitem yang memenuhi persyaratan. Menurut Azwar, (2009) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal r ix 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik. 2. Uji Reliabilitas Menurut Azwar (2009) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedaan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersamasama (Azwar, 2009). Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan prosedur hanya memerlukan satu kali penggunaan tes kepada sekelompok individu sebagai subjek. Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach. Pengujian reliabilitas

ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala Resiliensi. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (r xx ) yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1.00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas. Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Versi 16.00 for Windows. F. Hasil Uji Coba Alat Ukur Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala Resiliensi diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk melihat daya diskriminasi aitem dan reliabilitas aitem. Uji coba ini dilakukan dengan menggunakan aplikasi komputer spss versi 14. Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 23 Februari 2012 dan 30 Februari 2012 diujicobakan pada 300 siswa-siswi SMP Raksana dan SMP Darussalam di kota Medan. Adapun distribusi hasil uji coba skala dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Hasil Uji Coba Skala Resiliensi No. Aspek Resiliensi Aitem Total Favorable Unfavorable 1 Regulasi Emosi 13, 26-2 2 Pengendalian Impuls 4, 15, 42, 47 36 5 3 Optimisme 32, 53-2 4 Analisis Penyebab Masalah 12, 19, 48-3 5 Empati 10, 37 50 3 6 Efikasi diri 5, 28, 29, 49-4 7 Pencapaian 6, 8, 14, 40,56-5 Total 22 2 24 Berdasarkan hasil uji coba sebanyak 56 aitem skala Resiliensi dengan 300 orang subjek (n=300), terdapat 24 aitem yang memiliki koefisien korelasi item total yang memenuhi syarat untuk dapat digunakan dalam penelitian (r > 0,148) dengan reliabilitas Alpha (α) sebesar 0,99. Koefisien determinasi aitem-aitem yang valid bergerak dari 0,155 hingga 0,342. Aitem-aitem yang ada pada skala ini dilakukan perubahan tata letak urutan nomor aitem-aitem. Hal ini dilakukan karena aitem yang gugur dan tidak terpilih tidak diikutsertakan lagi dalam skala penelitian. Distribusi aitem-aitem yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada di bawah ini:

Tabel 4. Penomoran Baru Skala Resiliensi No. Aspek Resiliensi Aitem Total Favorable Unfavorable 1 Regulasi Emosi 7, 11-2 2 Pengendalian Impuls 1, 9, 18, 19 15 5 3 Optimisme 14, 23-2 4 Analisis Penyebab Masalah 6, 10, 20-3 5 Empati 5, 16 22 3 6 Efikasi diri 2, 12, 13, 21-4 7 Pencapaian 3, 4, 8, 17,24-5 Total 22 2 24 G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari 3 tahap. Adapun ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data. 1. Tahap Persiapan Penelitian Dalam rangka pelaksanaan penelitian ini ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan oleh peneliti, antara lain : a. Rancangan alat ukur penelitian

Pada tahap ini peneliti menyusun alat ukur penelitian, yaitu skala Resiliensi. Skala ini berupa skala Likert dengan pilihan respon yang telah disederhanakan oleh peneliti menjadi 5 pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), N (Netral), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Penyusunan skala ini didahului dengan membuat blue print yang kemudian dilanjutkan dengan operasionalisasi dalam bentuk aitem-aitem pernyataan. Skala Resiliensi dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 yang terdiri dari pernyataan-pertanyaan dan setiap pernyataan memiliki 5 alternatif jawaban. b. Permohonan izin Sebelum melakukan persiapan dalam hal perizinan peneliti menentukan tempat penelitian. Kemudian peneliti meminta surat izin pengambilan data kepada pihak Fakultas Psikologi dan mengantarkannya ke sekolah yang menjadi tujuan penelitian adapun dalam hal ini yaitu SMP Methodist 1 Medan sebagai lokasi untuk pengambilan data penelitian, SMP Raksana Medan dan SMP Darussalam untuk melaksanakan tryout skala penelitian. c. Uji Coba Alat Ukur Setelah alat ukur selesai disusun, maka selanjutnya peneliti mendiskusikan aitem yang telah dikonstruksi dengan dosen pembimbing untuk melihat validitasnya. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validasi validitas isi dalam penelitian ini dilakukan dengan professional judgement yakni oleh dosen pembimbing. Kemudian, skala tersebut diujicobakan terlebih dahulu kepada siswa SMP Raksana Medan pada tanggal 23 Februari 2012

dan SMP Darussalam pada tanggal 30 Februari 2012. Adapun jumlah sampel untuk tryout adalah sebanyak 300 orang d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala resiliensi. Pembuatan alat ukur dimulai dengan mengkaji teori-teori maupun hasil penelitian yang berkaitan dan dilanjutkan dengan membuat aspek-aspek untuk memudahkan dalam penjabarannya. Penyusunan skala ini dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk item-item pernyataan. Setelah item tersusun, peneliti meminta penilaian ahli yaitu pada dosen pembimbing untuk mendiskusikan apakah item yang telah dibuat dapat diterima oleh subjek penelitian secara umum. Aitem-aitem tersebut kemudian diujicobakan kepada sampel yang mirip dengan sampel penelitan. Dari hasil uji coba dapat dilihat aitem mana saja yang memiliki nilai korelasi yang baik dan aitem tersebut lah yang digunakan sebagai alat pengambilan data dalam penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Setelah skala penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem-aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya, aitem-aitem yang sudah lulus penyaringan dijadikan alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya. Dalam penelitian ini, semua eksemplar skala yang disebarkan tersebut kembali dan semuanya layak untuk dianalisis lebih lanjut. Penelitian dilakukan di SMP Methodist 1 Medan pada tanggal 23 Maret. Sebelum skala penelitian disebar, terlebih dahulu disebar skala bullying. Skala bullying ini tidak

diuji coba karena hanya digunakan untuk screening atau memisahkan sampel yang mengalami bullying dan yang tidak. Skala bullying disebar kepada 160 siswa. Kemudian skala bullying tersebut di skoring dan subjek dikategorikan dengan menggunakan standard error measurement. Dapat dilihat dari 160 siswa tersebut, siswa yang mengalami bullying adalah sebanyak 63 orang. Sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 orang. 3. Tahap Pengolahan Data Data diolah dengan analisis deskriptif dengan menghitung frekuensi, nilai maksimum, nilai minimum, range, standard deviasi (σ), serta mean (µ) untuk masing-masing kemampuan pembentuk resiliensi. Kemudian subjek akan dikategorikan dengan kategorisasi berdasar model distribusi normal yaitu kategorisasi jenjang (ordinal). Berikut adalah rumus untuk masing-masing kategori. x < (µ - 1,0σ) kategori rendah (µ - 1,0σ) x < (µ + 1,0σ) kategori sedang (µ +1,0σ) x kategori tinggi Sebelum membagi subjek ke dalam kategori terlebih dahulu dilakukan uji normalitas. Hal ini merupakan syarat dalam menggunakan kategorisasi jenjang (ordinal). Uji normalitas dilakukan dengan One-sample Kolmogorov Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai p >

0.05. Adapun nilai p yang didapat dalam penelitian ini adalah 0,271 sehingga p < 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini terdistibusi normal. H. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau membandingkan dengan kelompok lain. Penelitian dilakukan atas satu kelompok dalam satu hal variabel (Purwanto, 2008). Hadi (2000) menyatakan bahwa penelitian deskriptif akan menganalisa dan menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah dipahami dan disimpulkan. Kesimpulan yang diberikan selalu jelas dasar faktualnya sehingga semuanya selalu dapat dikembalikan langsung pada data yang diperoleh. Azwar (2009) juga menyatakan bahwa uraian kesimpulan dalam penelitian deskriptif didasari oleh angka yang diolah secara tidak terlalu mendalam. Analisa data pada penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan yang akan disajikan adalah ukuran tengah meliputi nilai mean dan ukuran variasi meliputi standar deviasi, minimum dan maksimum. Mean adalah angka rata-rata. Nilai maksimum dan nilai minimum digunakan untuk mengetahui range (selisih antara nilai maximum dan minimum). Nilai kuadrat penyimpangan dari nilai mean disebut dengan varian. Agar satuan varian sama dengan mean, maka dikembangkan ukuran variasi yang disebut dengan standar deviasi. Standar deviasi merupakan

akar dari varian, dimana standar deviasi yang semakin besar menunjukan variasi yang semakin besar pula (Hastono, 2001).

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan menguraikan gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian yang dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada. A. Gambaran Umum Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Methodist 1 Medan dengan jumlah sampel sebanyak 63 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan kelasnya. 1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 5 di bawah ini: Tabel 5. Persentase Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Usia Jumlah (orang) Persentase (%) Laki-Laki 24 38,1 Perempuan 39 61,9 Jumlah 63 100

Tabel 5 menunjukkan jumlah subjek laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek perempuan. Subjek laki-laki berjumlah 24 orang (38,1%), sedangkan subjek perempuan berjumlah 39 orang (61,9%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada grafik 1. Grafik 1. Penyebaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin 2. Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas Berdasarkan kelas, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel 6 di bawah ini: Tabel 6. Persentase Subjek Berdasarkan Kelas Kelas Jumlah (orang) Persentase (%) I 22 34,9 II 27 42,9 III 14 22,2 Jumlah 63 100

Tabel 6 menunjukkan jumlah subjek yang berada di kelas II (42,95) lebih banyak dibandingkan dengan jumlah subjek di kelas I (34,9%) dan III (22,2%). Penyebaran subjek berdasarkan jenis kelas dapat dilihat pada grafik 2. Grafik 2. Penyebaran Subjek Berdasarkan Kelas B. Hasil Penelitian Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variabel yang diteliti. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna (Hastono, 2001). 1. Gambaran Umum Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Berikut ini akan disajikan deskripsi umum skor resiliensi subjek penelitian. Data ini penting dalam pengolahan data dalam mengkategorikan subjek ke dalam tiga kelompok subjek yang dimaksudkan. Deskripsi umum skor

maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi resiliensi siswa yang mengalami bullying dapat dilihat pada tabel 7. Tabel 7. Deskripsi Umum Skor Maksimum, Minimum, Mean, dan Standar Deviasi Skor Resiliensi Variabel Data N Min Maks Mean Standard Deviasi Resiliensi Data Empirik 63 55 105 81,70 12,144 Dari hasil tersebut maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi resiliensi yaitu : rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel di bawah ini: Tabel 8. Pengkategorian Resiliensi Rumus Kategori X < (µ - 1,0 σ) Rendah (µ - 1,0 σ) X < (µ + 1,0 σ) Sedang X (µ + 1,0 σ) Tinggi Keterangan : X : Skor yang didapatkan oleh subjek µ : Mean empirik skala σ : Standard deviasi Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 8 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 7 di atas maka diperoleh penggolongan resiliensi siswa serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel di bawah ini:

Tabel 9. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Variabel Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (N) Persentase (%) X < 70 Rendah 11 17,5 Resiliensi 70 X < 94 Sedang 40 63,5 X 94 Tinggi 12 19 Jumlah 63 100 Tabel 10. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Subjek dengan kategorisasi resiliensi Min Maks Mean SD N Rendah 55 69 64,18 4,665 11 Sedang 71 93 80,82 5,755 40 Tinggi 95 105 100.67 3,339 12 Jumlah 63 Pada tabel 9 dapat dilihat bahwa siswa korban bullying memiliki resiliensi pada tingkat sedang yaitu sebanyak 40 orang (63,5%) sedangkan resiliensi yang tergolong tinggi sebanyak 12 orang (19%) dan resiliensi rendah sebanyak 11 orang (17,5%). Grafik kategorisasi dapat dilihat di bawah ini:

Grafik 3. Kategorisasi Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan 2. Gambaran Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Gambaran resiliensi siswa korban bullying juga dapat dilihat dari aspekaspek resiliensi yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, empati, analisis penyebab masalah, efikasi diri, dan pencapaian. Kategorisasi resiliensi siswa korban bullying secara keseluruhan ditinjau dari tiap-tiap aspek dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Secara Umum Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Aspek Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (orang) Regulasi Emosi Pengendalian Impuls Persentase (%) X < 5 Rendah 13 20,6 5 X < 8 Sedang 37 58,8 X 8 Tinggi 13 20,6 Jumlah 63 100 X < 13 Rendah 7 11,1 13 X < 20 Sedang 44 69,8 X 20 Tinggi 12 19,1 Jumlah 63 100 Optimisme X < 6 Rendah 7 11,1 Analisis Penyebab Masalah 6 X < 10 Sedang 47 74,6 X 10 Tinggi 9 14,3 Jumlah 63 100 X < 7 Rendah 6 9,5 7 X < 12 Sedang 42 66,7 X 12 Tinggi 15 23,8 Jumlah 63 100 Empati X < 8 Rendah 8 12,7 8 X < 12 Sedang 37 58,8 X 12 Tinggi 18 28,6 Jumlah 63 100 Efikasi diri X < 11 Rendah 6 9,5 11 X < 16 Sedang 41 65,1 X 16 Tinggi 16 25,4 Jumlah 63 100 Pencapaian X < 14 Rendah 7 11,1 14 X < 21 Sedang 43 68,3 X 21 Tinggi 13 20,6 Jumlah 63 100

Pada tabel 11 dapat dilihat bahwa secara umum setiap aspek resiliensi siswa korban bullying berada pada tingkat sedang. Pada aspek regulasi emosi 37 orang siswa berada di tigkat sedang (58,8%), pada aspek pengendalian impuls 44 orang siswa berada di tingkat sedang (69,8%), pada aspek optimisme terdapat 47 rang siswa yang berada di tingkat sedang (74,6%), pada aspek empati siswa yang berada di tingkat sedang sebanyak 37 orang atau 58,8%, aspek analisis penyebab masalah 42 orang atau 66,7%, pada aspek efikasi diri 41 orang atau 65,1%, dan pada aspek pencapaian sebanyak 43 orang atau 68,3% siswa berada di tingkat sedang. Gambaran tiap aspek resiliensi yang berada pada tingkat sedang dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 12. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Pada Tingkat Sedang Aspek Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (orang) Regulasi Emosi Pengendalian Impuls Persentase (%) X < 4 Rendah 3 7,5 4 X < 7 Sedang 23 57,5 X 7 Tinggi 14 35 Jumlah 40 100 X < 14 Rendah 5 12,5 14 X < 19 Sedang 28 70 X 19 Tinggi 7 17,5 Jumlah 40 100 Optimisme X < 6 Rendah 4 10 6 X < 9 Sedang 24 60 X 9 Tinggi 12 30 Jumlah 40 100 Analisis X < 8 Rendah 4 10

Penyebab Masalah 8 X < 11 Sedang 25 62,5 X 11 Tinggi 11 27,5 Jumlah 40 100 Empati X < 8 Rendah 3 7,5 8 X < 12 Sedang 27 67,5 X 12 Tinggi 10 25 Jumlah 40 100 Efikasi diri X < 12 Rendah 3 7,5 12 X < 16 Sedang 30 75 X 16 Tinggi 7 17,5 Jumlah 40 100 Pencapaian X < 15 Rendah 3 7,5 15 X < 20 Sedang 31 77,5 X 20 Tinggi 6 15 Jumlah 40 100 Tabel 13. Kategorisasi Aspek-Aspek Resiliensi Siswa Korban Bullying di SMP Methodist 1 Medan Pada Tingkat Sedang No. Aspek Resiliensi Min Maks Mean SD N 1. Regulasi Emosi 3 9 5,78 1,593 2. Pengendalian Impuls 11 20 16,40 2,228 3. Optimisme 4 10 7,65 1,545 4. Analisis Penyebab Masalah 5 13 9,68 1,639 5. Empati 6 13 10,05 1,921 40 6. Efikasi diri 10 18 13,83 1,960 7. Pencapaian 11 23 17,43 2,352 Total 40

Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki resiliensi sedang pada tiap aspeknya berada pada kategori sedang. Pada aspek regulasi emosi, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 23 orang (57,5%), dan kategori tinggi sebanyak 14 orang (35%). Pada aspek pengendalian impuls, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 5 orang (12,5%), kategori sedang sebanyak 28 orang (70%), dan kategori tinggi sebanyak 7 orang (17,5%). Pada aspek optimisme, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 4 orang (10%), kategori sedang sebanyak 24 orang (60%), dan kategori tinggi sebanyak 12 orang (30%). Pada aspek analisis penyebab masalah, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 4 orang (10%), kategori sedang sebanyak 25 orang (62,5%), dan kategori tinggi sebanyak 11 orang (27,5%). Pada aspek empati, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 27 orang (67,5%), dan kategori tinggi sebanyak 10 orang (25%). Pada aspek efikasi diri, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 30 orang (75%), dan kategori tinggi sebanyak 7 orang (17,5%). Sedangkan pada aspek pencapaian, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%), kategori sedang sebanyak 31 orang (77,5%), dan kategori tinggi sebanyak 6 orang (15%).

C. Pembahasan Hasil utama penelitian yang terdiri dari 63 subjek ini, dapat diketahui bahwa gambaran resiliensi siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan secara umum tergolong sedang yaitu sebanyak 40 orang (63,5%), sedangkan yang tergolong tinggi sebanyak 12 orang (19%), dan yang tergolong rendah sebanyak 11 orang (17,5%) (lihat tabel 9). Pada penelitian ini dapat dilihat bahwa siswa SMP khususnya di SMP Methodist 1 Medan memang mengalami bullying, hasil penelitian ini menguatkan penelitian yang dilakukan oleh Sonia (2009) mengenai perbedaan depresi ditinjau dari kategori bullying dan jenis kelamin dan penelitian Tampubolon (2010) pertama mengenai hubungan persepsi terhadap budaya sekolah dengan perilaku bullying pada siswa Sekolah Menengah Pertama di Medan. Karakteristik siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang tersebut dapat digambarkan berdasarkan jawaban-jawaban subjek pada skala resiliensi yang digunakan dalam penelitian ini (lihat tabel 12). Pada tabel 13 dapat dilihat bahwa nilai mean yang paling besar pada kategorisasi sedang terdapat pada aspek pencapaian, yaitu sebesar 17,43. Artinya, bahwa siswa yang mengalami bullying di SMP Methodist 1 Medan cenderung menunjukkan kemampuan yang tinggi untuk meningkatkan aspek-aspek yang positif dalam kehidupannya yang mencakup pula keberanian seseorang untuk mengatasi segala ketakutan-ketakutan yang mengancam dalam kehidupannya (Reivich & Shatte, 2002). Hal ini juga menunjukkan bahwa siswa tidak hanya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan dan bangkit dari keterpurukan, tetapi juga faktor yang terakhir dari resiliensi yaitu pencapaian. Selain pada aspek pencapaian, siswa korban bullying

di SMP Methodist 1 Medan juga menunjukkan skor yang tinggi pada aspek pengendalian impuls, yaitu sebesar 16,40. Hal ini menunjukkan bahwa siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan memliki kemampuan yang tinggi untuk mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, serta tekanan yang muncul dari dalam diri. Pada tabel 13 juga dapat dilihat bahwa siswa-siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang menunjukkan mean yang rendah pada aspek regulasi emosi (5,78%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa kurang memiliki kemampuan untuk tetap tenang di bawah kondisi yang menekan ataupun kurang mampu untuk mengatur emosinya dengan baik dan memahami emosi orang lain. Selain itu siswa korban bullying ini juga menunjukkan mean yang rendah pada aspek optimisme (7,65%). Hal ini menunjukkan bahwa siswa korban bullying kurang memiliki kepercayaan bahwa dirinya memiliki kemampuan untuk mengatasi kemalangan yang mungkin terjadi di masa depan. Optimisme bukanlah sebuah sifat yang terberi melainkan dapat dibentuk dan ditumbuhkan dalam diri individu (Siebert, 2005), sehingga diharapkan guru atau orang dewasa terdekat dapat membantu siswa untuk menumbuhkan aspek optimis dalam dirinya. Pada tabel yang sama juga dapat dilihat bahwa siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang menunjukkan mean yang sedang pula pada aspek analisis penyebab masalah (9,68%), empati (10,05%), dan aspek efikasi diri (13,83%). Siswa korban bullying memiliki kemampuan analisis penyebab masalah yaitu kemampuan untuk mengidentifikasikan secara akurat penyebab dari permasalahan yang mereka hadapi tetapi kemampuan ini masih perlu ditingkatkan dan dioptimalkan. Hal yang sama juga berlaku pada aspek empati yaitu adalah

kemampuan untuk memahami dan memiliki kepedulian terhadap orang lain dan pada aspek efikasi diri yaitu keyakinan bahwa individu mampu memecahkan masalah yang dialami dan mencapai kesuksesan. Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa dalam aspek regulasi emosi siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah sebanyak 3 orang (7,5%), pada aspek pengendalian impuls sebanyak 5 orang (12,5%), pada aspek optimisme sebanyak 4 orang (10%), pada aspek analisis penyebab masalah adalah sebanyak 4 orang (10%), dan pada aspek empati siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%). Pada aspek efikasi diri, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori rendah adalah sebanyak 3 orang (7,5%) sedangkan pada aspek pencapaian, sebanyak 3 orang (7,5%). Apabila karakteristik resiliensi telah berkembang, maka siswa tersebut dapat menjadi pribadi yang dapat beradaptasi dengan baik ketika berhadapan dengan masalah sehingga dapat melampaui kemungkinan kegagalan dan akhirnya mampu melanjutkan kehidupannya dengan baik. Mungkin masih ada kekecewaan dan halangan yang akan dihadapi, tetapi siswa tersebut akan menjadi pribadi yang tangguh dan selalu bangkit kembali dari masalah yang dihadapi. Hal ini sejalan dengan studi literatur yang dilakukan oleh Cole, E., Eiseman, M., dan Popkin, J.S. (2005) yang menemukan bahwa karakteristik individu membantu anak menghadapi stres yang dialaminya. Siswa korban bullying yang resiliensi ini tentu saja memiliki sikap dan kemampuan yang baik. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wade (2007) yang menemukan bahwa siswa korban bullying adalah siswa yang optimis, menggunakan metode coping yang baik, memiliki self-

concept dan self-esteem yang baik, memiliki kemampuan sosial, serta memiliki dukungan sosial yang tinggi. Dalam penelitian ini dapat dilihat bahwa siswa korban bullying di SMP Methodist 1 memiliki resiliensi tingkat sedang. Hal ini dapat dijelaskan dari penelitian Bowes, dkk (2010) yang menemukan bahwa faktor keluarga mempengaruhi resiliensi korban bullying. Lebih lanjut Bowes, dkk (2010) mengatakan bahwa hubungan yang hangat dalam keluarga dan lingkungan rumah yang positif membantu siswa korban bullying untuk bangkit dari masalahnya. Siswa korban bullying berada pada kategori resiliensi sedang dimungkinkan karena lingkungan tinggal atau keluarga siswa memberikan dukungan emosional kepada siswa korban bullying tersebut sehingga siswa dapat bangkit dari masalah yang dialaminya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini yang kemudian akan dilanjutkan dengan saran-saran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini. A. Kesimpulan ini: Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian 1. Dari 63 subjek penelitian didapat bahwa 11 orang memiliki resiliensi yang berada pada kategori rendah, 40 orang berada pada kategori sedang, dan 12 orang berada pada kategori tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa resiliensi siswa korban bullying di SMP Methodist 1 Medan secara umum tergolong pada kategori sedang. 2. Dari hasil penelitian, siswa korban bullying yang memiliki resiliensi sedang secara umum setiap aspeknya berada pada kategori sedang pula. Pada aspek regulasi emosi, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori sedang sebanyak 23 orang (57,5%), pada aspek

pengendalian impuls, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang berada di kategori sedang sebanyak 28 orang (70%), pada aspek optimisme, siswa yang berada di kategori sedang sebanyak 24 orang (60%). Pada aspek analisis penyebab masalah, siswa yang memiliki resiliensi sedang yang kategori sedang sebanyak 25 orang (62,5%), pada aspek empati sebanyak 27 orang (67,5%), pada aspek efikasi diri sebanyak 30 orang (75%), dan pada aspek pencapaian sebanyak 31 orang (77,5%). B. Saran Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran-saran yang dikemukakan oleh peneliti diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah. 1. Saran Metodologis a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengungkap aspek lain dalam pengambilan data penelitian seperti jenis kelamin, suku, agama, status ekonomi, kondisi fisik, dan lain sebagainya, sehingga diperoleh data yang cukup komprehensif mengenai resiliensi siswa korban bullying. b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperbanyak literatur mengenai resiliensi dan bullying.

2. Saran Praktis a. Pihak sekolah dan guru diharapkan untuk lebih menjaga keamanan siswa di sekolah agar siswa tidak mengalami bullying. Selain itu pihak sekolah dan guru dapat menyelenggarakan sosialisasi, seminar atau diskusi tentang bullying dan usaha pencegahannya, sehingga siswa dapat saling menjaga satu sama lain dan menghindari perilaku yang termasuk dalam perilaku bullying. b. Orang tua, guru, dan orang dewasa yang berada di sekitar siswa diharapkan dapat membantu siswa yang mengalami bullying agar siswa tersebut dapat segera bangkit dan memiliki karakteristik resiliensi di dalam dirinya. Siswa yang memiliki skor rendah pada aspek-aspek resiliensi dapat dioptimalkan dengan cara memberikan dukungan eksternal dan memberikan kasih sayang dan dukungan emosional kepada anak. Menerapkan aturan dan rutinitas yang jelas, menjadi role model dan bagaimana cara melakukan sesuatu, dan mendorong anak untuk melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain.