BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

HASIL DAN PEMBAHASAN. diberi Fructooligosaccharide (FOS) pada level berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.

SISTEM PEREDARAN DARAH

PRAKTIKUM II : DARAH, PEMBULUH DARAH, DARAH DALAM BERBAGAI LARUTAN, PENGGOLONGAN DARAH SISTEM ABO DAN RHESUS.

HIBAH KOMPETITIF PENELITIAN SESUAI PRIORITAS NASIONAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANFIS SISTEM HEMATOLOGI ERA DORIHI KALE

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

HASIL DAN PEMBAHASAN

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

Darah 8 % bb Komposisi darah : cairan plasma ± 60 % Padatan 40-45% sel darah merah (eritrosit), sel darah putih, trombosit

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. lain. Salah satu fungsi darah adalah sebagai media transport didalam tubuh, volume darah

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

TINJAUAN PUSTAKA. genetis ayam, makanan ternak, ketepatan manajemen pemeliharaan, dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semua bagian dari tubuh rusa dapat dimanfaatkan, antara lain daging, ranggah dan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

PS-S1 Jurusan Biologi, FMIPA, UNEJ (2017) JARINGAN IKAT SYUBBANUL WATHON, S.SI., M.SI.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Ilmu Pengetahuan Alam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. rawat inap di RSU & Holistik Sejahtera Bhakti Kota Salatiga. kanker payudara positif dan di duga kanker payudara.

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

MENJELASKAN STRUTUR DAN FUNGSI ORGAN MANUSIA DAN HEWAN TERTENTU, KELAINAN/ PENYAKIT YANG MUNGKIN TERJADI SERTA IMPLIKASINYA PADA SALINGTEMAS

Sistem Transportasi Manusia L/O/G/O

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

bio.unsoed.ac.id I. PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

STORYBOARD SISTEM PEREDARAN DARAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Volume Usus Besar Pasca Transportasi

Gambar 1 Rata-rata Jumlah Sel Darah Putih Ikan Lele Dumbo Setiap Minggu

SISTEM IMUN (SISTEM PERTAHANAN TUBUH)

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui pengetahuan yang baik tentang pentingnya dan manfaat kolostrom

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah

BAB I PENDAHULUAN. unggul. Telur itik Mojosari banyak digemari konsumen. Walaupun bentuk badan itik

I PENDAHULUAN. yang bisa menyesuaikan tubuh dengan lingkungannya. Karena itik termasuk ke

BAHAYA AKIBAT LEUKOSIT TINGGI

5 Sistem. Peredaran Darah. Bab. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat suatu sistem yang berfungsi untuk mengedarkan makanan dan O 2

Makalah Sistem Hematologi

BAB I PENDAHULUAN. kurang dari angka normal sesuai dengan kelompok jenis kelamin dan umur.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tomat dapat dijadikan sebagai bahan dasar kosmetik atau obat-obatan. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. penelitian yang dilakukan oleh WHO (2013). Di Indonesia sendiri, didapatkan bahwa anemia pada balita cukup tinggi yaitu 28%.

PENDAHULUAN. segar seperti diolah menjadi sosis, nugget, dendeng, kornet dan abon.

Kompetensi SISTEM SIRKULASI. Memahami mekanisme kerja sistem sirkulasi dan fungsinya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

- - SISTEM PEREDARAN DARAH MANUSIA - - dlp5darah

I. PENDAHULUAN. Kolesterol adalah salah satu komponen lemak yang dibutuhkan oleh tubuh dan

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah. Tabel 7. Pengaruh Perlakuan terhadap Berat Basah Usus Besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tubuh, membawa nutrisi, membersihkan metabolisme dan membawa zat antibodi

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

UPT Balai Informasi Teknologi LIPI Pangan & Kesehatan Copyright 2009

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Rata-rata peningkatan jumlah eritrosit. Jumlah eritrosit darah (juta/ mm 3 ) ulangan ke

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh rata-rata jumlah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bawah 5 tahun tapi ada beberapa daerah dengan episode 6-8 kali/tahun/anak. 1 Hasil

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Total Protein Darah Ayam Sentul

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Darah adalah suspensi dari partikel dalam larutan koloid cair yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh Variasi Dosis Tepung Ikan Gabus Terhadap Pertumbuhan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Obat adalah zat yang digunakan untuk terapi, mengurangi rasa nyeri, serta

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oksigen. Darah terdiri dari bagian cair dan padat, bagian cair yaitu berupa plasma

PATOGENISITAS MIKROORGANISME

BAB I PENDAHULUAN. negara maju maupun negara berkembang adalah anemia defisiensi besi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. absorpsi produk pencernaan. Sepanjang permukaan lumen usus halus terdapat

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 1 Nilai (rataan ± SD) PBBH, FEC, dan gambaran darah domba selama masa infeksi Parameter Amatan Domba

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang jumlah penduduknya terus

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Protein Hati Broiler

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Histologi jaringan usus halus

I. PENDAHULUAN. putih (leukosit). Eritrosit berperan dalam transpor oksigen dan. Sebagian dari sel-sel leukosit bersifat fagositik, yaitu memakan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kedu merupakan jenis ayam kampung yang banyak dikembangkan di

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIAlatihan soal 11.3

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Jumlah dan Komposisi Sel Somatik pada Kelompok Kontrol

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Survei morbiditas yang dilakukan oleh (Sub Direktorat) Subdit Diare,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Review Sistem Hematology

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Rataan Konsumsi Ransum, Provitamin A dan Kandungan Vitamin A di Hati

TEORI SISTEM IMUN - SMA KELAS XI SISTEM IMUN PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Penentuan Formula Sinbiotik Terpilih Aktivitas antimikroba formula yogurt sinbiotik dilakukan dengan metode kontak dimana kombinasi formula yogurt sinbiotik yang dibuat dikontakkan dengan kultur bakteri selama 2, 4, dan 6 jam. Berdasarkan hasil uji metode kontak, aktivitas antimikroba formula yogurt sinbiotik dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Metode kontak 2, 4, dan 6 jam Formula F1 F2 F3 F4 Keterangan : Rata-Rata Nilai Kematian (log cfu/ml) Uji kontak Uji kontak Uji kontak Rata-rata uji kontak 2 jam 4 jam 6 jam 2.78 ±0.54 a 3.02±0.25 a 3.98±0.26 a 3.2623±0.6358 a 2.73±0.23 a 3.15±0.50 a 4.07±0.48 a 3.3197±0.6863 a 2.69±0.30 a 3.54±0.38 a 4.31±0.88 a 3.4319±0.8218 a 2.51±0.72 a 3.61±0.23 a 4.19±0.43 a 3.3593±0.8430 a Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) Data pada Tabel 5 menunjukkan bahwa aktivitas antimikroba dari yogurt Formula 3 (F3) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan formula lainnya walaupun hasilnya tidak berbeda nyata. Hal ini ditunjukkan dengan rata-rata nilai log kematian -nya bernilai 3.4319. Hasil ANOVA (Lampiran 2) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata terhadap rata-rata nilai log kematian. Namun, berdasarkan hasil tersebut, terdapat kecenderungan nilai log kematian yang terbesar dimiliki oleh yogurt dengan penambahan probiotik L. fermentum atau yogurt F3. Sementara itu, dilihat dari penampakannya (teksturnya), yogurt F3 juga memiliki penampakan yang relatif paling bagus karena whey yang dihasilkan relatif sedikit (Gambar 9). Sehingga berdasarkan hasil uji metode kontak dan teksturnya, yogurt F3 memiliki konsistensi yang paling baik. Gambar 9. Penampakan yogurt F1, F2, F3, dan F4 Selain itu, berdasarkan tingkat keasamannya, yogurt F3 memiliki nilai ph 4.51 (Tabel 6) yang mendekati nilai ph rata-rata yogurt komersial yaitu 4.5 (Rahman et al. 1992). Oleh karena itu secara organoleptik, yogurt F3 dapat diterima dan digunakan sebagai yogurt terpilih untuk analisis secara in vivo.

Tabel 6. Nilai ph formula yogurt Formula ph Ulangan 1 Ulangan 2 Rata-Rata F1 4.45 4.77 4.61 F2 4.24 4.50 4.37 F3 4.46 4.56 4.51 F4 4.20 4.64 4.42 Berdasarkan penelitian, yogurt F1 merupakan yogurt konvensional yang terdiri dari L. bulgaricus dan S. thermophilus. Beberapa laporan menyatakan bahwa L. bulgaricus dan S. thermophilus tidak tahan terhadap kondisi asam lambung dan garam empedu. Oleh karena itu L. bulgaricus tidak dapat menempel pada permukaan usus dan berkompetisi dengan bakteri patogen pada saluran pencernaan. Oleh sebab itu, yogurt yang hanya terdiri dari L. bulgaricus dan S. thermophilus tidak dapat digunakan untuk mencegah diare (Chandan et al. 2006). L. fermentum yang terdapat pada yogurt F3 berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bao et al. (2010) memiliki karakter probiotik yang potensial. Hal ini disebabkan bakteri ini memiliki ketahanan terhadap ph yang rendah, dapat menstimulasi enzim yang terdapat pada saluran pencernaan, dan menstimulasi pengeluaran garam empedu. Oleh sebab itu yogurt yang dipilih sebagai yogurt probiotik untuk dikembangkan selanjutnya adalah yogurt F3. 4.2 Pertumbuhan Berat Badan Tikus Pertumbuhan berat badan tikus percobaan dapat dilihat pada Gambar 10. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa keseluruhan kelompok tikus mengalami kenaikan berat badan selama pemeliharaan. Hasil ANOVA (Lampiran 3) menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap kenaikan berat badan tikus. Dari gambar tersebut dapat terlihat bahwa kecenderungan kenaikan berat badan terkecil terlihat pada kelompok kontrol positif yaitu kelompok tikus yang diinfeksi. Hal ini mungkin disebabkan tikus tersebut mengalami infeksi pada saluran pencernaannya akibat adanya pemberian sehingga menyebabkan penyerapan zat-zat gizi menjadi terhambat. Kenaikan berat badan (gram) 8.50 8.00 7.50 7.00 6.50 6.00 5.50 5.00 4.50 4.00 Keterangan : 7.58 a 7.83 a 7.53 a 7.30 a 7.46 a Negatif Sinbiotik Sinbiotik + Positif Prebiotik Konvensional Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) Gambar 10. Kenaikan berat badan tikus selama 21 hari percobaan

Enteropatogenic E. coli () adalah salah satu bakteri penyebab diare terutama pada anakanak. dapat mengakibatkan rusaknya mikrovili usus sehingga menimbulkan gangguan penyerapan makanan yang mengakibatkan hambatan pertumbuhan. Infeksi menyebabkan kerusakan mikrovili usus akibat adanya aktivitas proteolitik dari bakteri (Murtini et al. 2005). Adanya dapat menyebabkan gangguan penyerapan makanan. Hal ini terlihat dari kurva berat badan dimana dari lima kelompok tikus yang diuji, maka kelompok yang diinfeksi (kontrol positif) mengalami kenaikan berat badan yang paling rendah di antara yang lainnya walaupun secara statistik tidak berbeda nyata dengan kelompok perlakuan lainnya. Pelekatan bakteri patogen pada usus akan mengakibatkan kolonisasi, kerusakan sel, gangguan mekanisme pengaturan sel, pertumbuhan dan perkembangbiakan intraseluler (Collado et al. 2007). Efek diare pada pertumbuhan dapat disebabkan penurunan selera makan, penurunan penyerapan nutrisi, atau kenaikan kebutuhan metabolik. Diare dapat menurunkan penyerapan pada saluran pencernaan sebagai hasil dari beberapa mekanisme langsung yaitu entereocyte dan crypt cell pada saluran pencernaan secara langsung dirusak oleh enteropatogen, toksin atau oleh respon immun dari individu tersebut yang menyebabkan penurunan penyerapan makanan dan penurunan jumlah garam empedu karena kenaikan frekuensi buang air besar. Data berat badan tikus masing-masing kelompok dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari Gambar 10 juga terlihat bahwa pemberian yogurt sinbiotik dapat mengoptimalkan penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh. Ini ditandai dengan kecenderungan kenaikan berat badan kelompok yogurt sinbiotik adalah yang tertinggi. Hal ini memperlihatkan bahwa pemberian yogurt sinbiotik dapat menjaga keseimbangan mikroflora saluran pencernaan. Walaupun pemberian yogurt sinbiotik tidak secara nyata meningkatkan daya tahan tubuh secara signifikan namun terlihat bahwa adanya yogurt sinbiotik dapat meminimalkan pengaruh buruk akibat diare. Dapat dikatakan bahwa yogurt sinbiotik dapat mengoptimalkan penyerapan zat-zat gizi dalam usus. 4.3 Kejadian Diare pada Tikus Terinfeksi Menurut WHO (2009) diare adalah buang air besar bersama feses yang tidak berbentuk atau cair dengan frekuensi lebih dari tiga kali selama 24 jam atau lebih sering daripada orang sehat pada umumnya. Diare terjadi jika penyerapan air pada kolon terganggu yang disebabkan oleh kerusakan pada kolon atau terjadinya inflamasi. Perlekatan pada sel epitel inang akan merusak mikrovili sel-sel mukosa inang yang mengakibatkan hilangnya kemampuan mukosa untuk mengabsorbsi air sehingga terjadi diare akut berair yang persisten, selain kadang-kadang disertai demam ringan dan muntah. Kerusakan pada sel-sel mukosa ini yang mungkin bertanggungjawab pada terjadinya diare karena. Kejadian diare pada tikus percobaan dimulai sejak hari ke-6 setelah pemberian yang berlangsung secara terus-menerus. Hal ini terlihat dari kondisi feses yang dikumpulkan pada minggu III pemeliharaan (hari ke-19 dan ke-20). Hasil ANOVA (Lampiran 5) menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan berpengaruh nyata terhadap kadar air feses tikus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 6) menunjukkan bahwa kelompok tikus kontrol positif memiliki kadar air feses tertinggi dan berbeda nyata (p<0.05) dengan kelompok tikus yogurt sinbiotik dan kelompok tikus kontrol negatif (Gambar 11). Hal ini juga terlihat pada Gambar 12 bahwa feses tikus yang diinfeksi (kontrol positif) berwarna agak coklat, lembek dan agak berair. Tikus yang sehat (diberi yogurt sinbiotik) tidak mengalami diare dengan kadar air feses sebesar 56.01%, tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan kadar air kelompok tikus kontrol negatif sebesar 55.93%. Feses kelompok tikus kontrol positif terlihat lebih lembek dan agak berair, berbeda dengan feses kelompok tikus lainnya yang cukup keras dan lebih hitam. Hal ini menunjukkan bahwa tikus kontrol positif mengalami infeksi pada saluran pencernaannya akibat adanya.

Kadar Air Feses (%) 68.00 66.00 64.00 62.00 60.00 58.00 56.00 54.00 52.00 50.00 55.93 a 56.01 a Negatif Sinbiotik 64.85 b Sinbiotik + Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 11. Grafik kadar air feses tikus 66.87 b Positif 63.62 ab Prebiotik Konvensional Secara umum kejadian diare yang dialami oleh tikus percobaan masih termasuk diare tahap sedang. Ditandai dengan feses yang cukup lunak, sedikit berair dan berwarna coklat tetapi belum terlihat sisa feses pada bagian ekor tikus atau feses yang berwarna kuning akibat diare yang cukup parah (akut). Dari Gambar 11 juga terlihat bahwa kadar air tertinggi adalah pada kelompok tikus kontrol positif, kemudian diikuti oleh kelompok tikus yogurt sinbiotik +. Feses kelompok tikus yogurt sinbiotik + agak lebih keras daripada kelompok tikus kontrol positif karena setelah diinfeksi oleh dilanjutkan dengan pemberian yogurt sinbiotik. Penurunan kadar air feses kelompok tikus yogurt sinbiotik + dibandingkan dengan feses kelompok kontrol positif menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian yogurt sinbiotik terhadap feses tikus walaupun tidak berbeda nyata dengan kontrol positif. Hal ini sesuai dengan penelitian Sazawal et al. (2004) yang menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik berupa GOS (galaktoologosakarida) dan B. lactis HN019 juga tidak memperlihatkan pengaruh yang signifikan terhadap kejadian diare namun berpengaruh nyata terhadap penyakit disentri. Pemberian yogurt prebiotik konvensional juga tidak terlalu berpengaruh terhadap diare. Hal ini karena yogurt prebiotik konvensional hanya terdiri dari L. bulgaricus dan S. thermophilus yang tidak tahan terhadap kondisi asam lambung dan garam empedu. Sementara itu pemberian prebiotik tanpa diiringi probiotik tidak seefektif dengan adanya probiotik. Sama halnya dengan penelitian Asahara et al. (2001) menggunakan B. breve dan GOS dapat mengurangi translokasi dan ekskresi fecal Salmonella enterica, tetapi penggunaan GOS saja tidak memberikan pengaruh yang berarti. Untuk lebih jelasnya, penampakan feses tikus seluruh kelompok dapat dilihat pada Gambar 12.

Adanya bakteri probiotik yang mampu melekat dan berkolonisasi pada epitel usus, serta prebiotik yang dapat memicu pertumbuhan bakteri probiotik dapat digunakan untuk membantu mencegah diare. BAL probiotik memiliki kemampuan dalam melindungi usus dari bakteri-bakteri enterik patogen () dengan cara memproduksi senyawa-senyawa penghambat seperti asam-asam organik, hidrogen peroksida, dan bakteriosin, memblokade sisi penempelan melalui kompetisi pada permukaan epitel usus, berkompetisi dalam perolehan nutrisi, mendegradasi reseptor toksin, serta menstimulir sistem imun (Collado et al. 2007) Kelompok A U1 Kelompok A U2 Kelompok B U1 Kelompok B U2 Kelompok E Kelompok C U1 Kelompok C U2 Kelompok D U1 Kelompok D U2 Gambar 12. Feses tikus pada minggu terakhir sebelum terminasi. Keterangan tikus : Kelompok A (kontrol negatif), kelompok B (yogurt sinbiotik), kelompok C (yogurt sinbiotik + ), kelompok D (kontrol positif), dan kelompok E (yogurt prebiotik konvensional)

4.4 Hematologi Hematologi berasal dari bahasa Yunani yaitu "haima" yang berarti darah, adalah cabang kedokteran internal yang difokuskan pada fisiologi, patologi, laboratorium klinis kerja, dan pediatri yang berkaitan dengan studi tentang darah, yang membentuk darah, dan penyakit darah. Hematologi meliputi studi tentang etiologi, diagnosis, pengobatan, prognosis, dan pencegahan penyakit darah (Anonim 2010). Hasil pemeriksaan hematologi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7. 4.4.1 Eritrosit Eritrosit merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu mililiter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran eritrosit dalam tubuhnya. Penghitungan eritrosit digunakan untuk menentukan apakah jumlah eritrosit rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa, dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa. Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin turun. Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang mieloid yang terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit, dan megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur eritrosit kurang lebih 120 hari. Eritrosit menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum endotelium, terutama dalam limfa dan hati. Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan untuk pembentukan eritrosit lagi. Sisa hem dari hemoglobin diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak pada luka memar. Tabel 7. Rataan eritrosit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Jumlah Eritrosit (juta/µl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif 6.51 6.93 7.26 sinbiotik 6.48 6.97 7.47 sinbiotik + 6.39 7.49 6.86 positif 6.32 6.74 7.51 prebiotik konvensional - - 7.01 Gambar 13 menunjukkan jumlah eritrosit berbagai kelompok perlakuan tikus pada hari ke-21. Hasil ANOVA (Lampiran 8) pada hari ke-21menunjukkan bahwa perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap jumlah eritrosit. Dari hasil uji statistik terlihat bahwa kelompok yogurt sinbiotik tidak berbeda nyata dengan kelompok kontrol positif. Walaupun ada kecenderungan peningkatan jumlah eritrosit pada minggu kedua, namun peningkatan tersebut sangat sedikit serta masih fluktuatif dari waktu ke waktu. Perbedaan jumlah eritrosit pada tiap kelompok perlakuan secara statistik juga tidak berbeda nyata, walaupun menunjukkan sedikit variasi. Jumlah eritrosit dapat dipengaruhi oleh faktor umur, jenis kelamin, aktivitas tubuh, gizi, volume darah dan keadaan lingkungan. Oleh karena itu agar hasil pengujian tidak bias oleh faktor-faktor tersebut, semua tikus percobaan dijaga agar berada pada kondisi yang sama.

Jumlah eritrosit (juta/µl) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 7.26 a negatif 7.47 a sinbiotik 6.86 a sinbiotik + 7.51 a 7.01 a positif prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama tidak menunjukkan adanya perbedaan nyata(p<0.05) Gambar 13. Rataan jumlah eritrosit tikus perlakuan dan kontrol (juta/µl) pada hari ke-21 Pada Tabel 7 dan Gambar 13 dapat dilihat bahwa secara umum jumlah rata-rata eritrosit pada tiap kelompok perlakuan selama masa percobaan adalah 6.32 7.51 juta/µl. Hal ini masih berada kisaran normal tikus percobaan yaitu 6.6 9.0 juta/µl (Campbell 2004). Hal tersebut tidak dipengaruhi oleh pemberian yogurt, karena kelompok kontrol yang tidak diberi yogurt juga memperlihatkan hal serupa. Kondisi ini mungkin disebabkan oleh umur tikus yang masih muda dan kondisi lingkungan percobaan yang menghambat pembentukan dan pematangan eritrosit. 4.4.2 Leukosit Leukosit merupakan unit yang aktif dari sistem pertahanan tubuh yang cepat bereaksi terhadap infeksi dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh (Guyton 1996). Leukosit terbagi atas dua golongan besar, yaitu granuler (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranuler (limfosit dan monosit), dimana pembagiannya berdasarkan pada ada tidaknya butiran dalam sitoplasma (Frandson 1996). Jumlah total leukosit per mililiter darah adalah refleksi dari keseimbangan antara persediaan dan kebutuhan berbagai jaringan terhadap leukosit. Aktivitas yang cukup akan mempengaruhi jumlah total leukosit dalam keadaan sehat. Dalam keadaan normal sebagian leukosit bersirkulasi dalam seluruh aliran darah, kira-kira tiga kali jumlah leukosit yang disimpan dalam sumsum tulang (Guyton 1996). Dalam keadaan normal jumlah leukosit tikus berkisar 6630-20350 sel/µl (Car et al. 2006). Tabel 8. Rataan leukosit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Jumlah Leukosit (sel/µl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif 5767 4367 2333 sinbiotik 6100 4500 3700 sinbiotik + 5200 4733 5167 positif 4133 4667 6900 prebiotik konvensional - - 5000

Jumlah leukosit (sel/µl) 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2333 a negatif 3700 b sinbiotik 5167 c sinbiotik + 6900 d positif 5000 c prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 14. Rataan jumlah leukosit tikus perlakuan dan kontrol (sel/µl) pada hari ke-21 Jumlah leukosit tikus percobaan berdasarkan perlakuan dapat dilihat pada Tabel 8. Hasil ANOVA (Lampiran 9) pada hari ke-21 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah leukosit tikus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 10) menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata (p<0.01) lebih tinggi dengan kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt prebiotik konvensional. Dari Tabel 8 pada kolom minggu pertama (hari ke-7) diketahui bahwa jumlah leukosit pada tikus kelompok kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt sinbiotik berada pada jumlah leukosit normal tikus Sprague Dawley yaitu 6630-20350 sel/µl, dan untuk kelompok kontrol positif juga mempunyai jumlah leukosit yang berada pada kisaran normal. Kemudian pada hari ke-14 dan hari ke-21, terlihat bahwa jumlah leukosit pada tikus kelompok kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt sinbiotik mengalami penurunan. Adanya jumlah leukosit yang tinggi di hari ke-7 mungkin disebabkan karena kelompok tikus tersebut masih mengalami stress karena pemberian yogurt atau air dengan cara disonde. Adapun mekanisme peningkatan jumlah leukosit ketika terjadi gangguan fisiologis (stress) adalah kondisi stress akan menstimulir sistem saraf pusat (terutama hypothalamus) untuk menghasilkan CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang keberadaannya akan merangsang hipofisia anterior untuk melepaskan ACTH (Adreno Corticotropin Hormone) yang akan menggertak kortek adrenal untuk menghasilkan hormon steroid yaitu kortikosteroid (Guyton 1995). Adanya kortikosteroid ini menyebabkan tubuh memproduksi leukosit lebih banyak, akan tetapi belum jelas jenis sel leukosit mana yang meningkat jumlahnya. Namun setelah beberapa minggu, jumlah leukosit kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt sinbiotik mulai menurun hingga mendekati jumlah leukosit normal. Hal ini karena tikus tersebut sudah terbiasa dengan perlakuan yang dilakukan dan keadaan lingkungannya. Selain itu ada pengaruh nyata jumlah leukosit tikus kelompok yogurt sinbiotik dengan leukosit kelompok tikus kontrol positif (p<0.05). Hal ini mungkin karena probiotik bertindak sebagai immunomodulator (imunostimulan) yang dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh (Tannock 1999). Selain itu Walker (2008) juga menambahkan bahwa penempelan probiotik dapat merangsang aktifnya sel-sel epithelia dan fungsi limfosit sehingga dapat meningkatkan kapasitas perlindungan pada sistem pertahanan mukosa. Bakteri probiotik dapat melekat pada permukaan usus untuk meningkatkan pertahanan saluran percernaan inang. Probiotik dapat melindungi inang dari kolonisasi bakteri yang bersifat patogen dengan mekanisme yang berbeda-beda (Walker 2008). Berbeda dengan ketiga kelompok tersebut, kelompok tikus kontrol positif malah mengalami peningkatan jumlah leukosit dari hari ke-7 hingga hari ke-21 mencapai 6900 sel/µl darah. Adanya peningkatan leukosit secara signifikan disebabkan oleh reaksi pertahanan tubuh terhadap masuknya

benda benda asing. Leukosit mempunyai peranan dalam pertahanan seluler dan humoral organisme terhadap benda-benda asing. Peningkatan dan penurunan jumlah leukosit dapat terjadi karena pengaruh fisiologis atau patologis. Peningkatan jumlah leukosit dalam darah disebut leukositosis. Leukositosis yang terjadi karena faktor fisiologis dapat disebabkan oleh aktivitas otot, rangsangan ketakutan, dan gangguan emosional. Sedangkan pengaruh patologis dapat disebabkan oleh proses apatologis dalam tanggapan terhadap serangan penyakit. Jumlah leukosit di atas kisaran normal dapat menjadi indikasi adanya infeksi (Ganong 1999). Adanya peningkatan permeabilitas dinding pembuluh darah akan menyebabkan leukosit bermigrasi ke dalam jaringan yang mengalami perlukaan atau infeksi. Secara fisiologis hal ini terjadi akibat peningkatan jumlah sel neutrofil atau sel limfosit di dalam sirkulasi darah sehingga menyebabkan peningkatan jumlah leukosit total dan nilai absolut kedua sel tersebut. Peningkatan sekresi epinefrin dan kortikosteroid yang terjadi pada kondisi stress, baik secara fisik maupun emosional atau akibat penyakit yang diderita dapat menyebabkan peningkatan jumlah leukosit. Sedangkan dalam leukosit patologis, peningkatan leukosit dalam darah disebabkan oleh leukosit aktif dalam melawan infeksi dalam tubuh. Kondisi dapat meningkatkan jumlah leukosit hingga 20000-40000 sel/µl (Doxey 2002). Adanya infeksi akan merangsang pelepasan hormon adrenal yang mempengaruhi peningkatan sirkulasi leukosit. Leukosit memiliki dua fungsi yaitu menghancurkan agen penyerang dengan proses fagositosis dan membentuk antibodi (kekebalan) (Guyton 1996). Pemberian 10 9 cfu/ml L. acidophilus (HN017), L. rhamnosus (HN001), atau B. lactis selama 10-28 hari pada tikus (Schiffrin et al (1997) dan pemberian Lactobacillus fermentum AD1 pada burung puyuh yang dipapar E. coli (Strompfova et al. 2005) juga dapat menyebabkan peningkatan leukosit secara signifikan jika dibandingkan dengan pemberian susu tanpa BAL (Schiffrin et al (1997). 4.4.3 Hemoglobin Hemoglobin (Hb) merupakan pigmen eritrosit yang terdiri dari protein kompleks terkonjugasi yang mengandung besi. Protein hemoglobin adalah globin, sedangkan warna merah disebabkan oleh warna heme. Heme adalah suatu senyawa metalik yang mengandung satu atom besi (Guyton dan Hall 1997). Heme mengandung protoporphirin dan ion Fe yang disintesis dalam mitokondria. Kandungan zat besi yang terlepas ketika hemoglobin mengalami perusakan, akan segera menuju ke hati, kemudian akan dipergunakan kembali untuk pembentukan hemoglobin baru (Ganong 1995). Globin adalah suatu polipeptida untuk pembentukan hemoglobin yang disintesis dalam sitoplasma eritrosit. Tabel 9. Rataan hemoglobin tikus pada hari ke-7, 14, dan 21 Kadar hemoglobin (g/dl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif 13.17 13.57 13.83 sinbiotik 13.13 13.87 14.27 sinbiotik + 12.97 14.27 13.80 positif 12.90 13.17 14.37 prebiotik konvensional - - 13.73 Rerata kadar hemoglobin selama perlakuan dapat dilihat pada Tabel 9 dan Gambar 15. Secara umum kadar hemoglobin pada tiap kelompok perlakuan antara 12 14 g/dl. Hal ini masih berada pada kisaran normal tikus percobaan yaitu 13.2-14.64 g/dl. Hasil ANOVA (Lampiran 11) pada hari ke-21 menunjukkan bahwa perlakuan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap kadar hemoglobin. Secara statistik, perlakuan yang berbeda pada kelompok tikus tidak berpengaruh terhadap kadar hemoglobin, namun ada pengaruhnya dari waktu ke waktu pada masing-masing kelompok perlakuan (p>0.05). Hal tersebut menunjukkan bahwa pemberian yogurt dapat meningkatkan kadar hemoglobin, namun tidak

dipengaruhi oleh formula yogurt yang diberikan. Peningkatan dan penurunan yang terjadi, berbedabeda antar kelompok perlakuan. Jumlah Hb (g/dl) 16.00 14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 13.83 a 14.27 a negatif sinbiotik 13.80 a sinbiotik + 14.37 a 13.73 a positif prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata (p<0.05) Gambar 15. Rataan jumlah Hb tikus tikus perlakuan dan kontrol (g/dl) pada hari ke-21 Tabel 9 menunjukkan adanya peningkatan kadar hemoglobin pada semua kelompok pada hari ke-7, ke-14 dan hari ke-21. Hal ini disebabkan adanya pemberian pakan setiap harinya dan mampu diserap dengan baik oleh tikus percobaan. Menurut fungsinya, hemoglobin merupakan media transport oksigen dari paru-paru ke jaringan tubuh. Seperti kita ketahui bersama, oksigen merupakan bagian terpenting dari metabolisme tubuh untuk menghasilkan energi. Hemoglobin juga berfungsi membawa karbondioksida hasil metabolisme dari jaringan tubuh ke paru-paru untuk selanjutnya dikeluarkan saat bernafas. 4.4.4 Trombosit Trombosit adalah bagian terkecil dari unsur seluler sumsum tulang dan berperan penting dalam hemostasis dan pembekuan darah. Trombosit berasal dari sel multipotensial yang akan berubah menjadi megakarioblas bila terdapat rangsangan trombosit (Megakaryocyte Colony Stimulating Factor). Megakarioblas ini akan berubah menjadi megakariosit. Kemudian inti megakariosit mengalami pembelahan tetapi sel itu sendiri tidak mengalami pembelahan (endomitosis), kemudian sitoplasma sel akhirnya memisahkan diri menjadi sejumlah trombosit (Wilson dan Price 1995). Trombosit mempunyai diameter 1-4 µ dan berumur kira kira 10 hari. Tabel 10. Rataan trombosit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Jumlah Trombosit (ribu/µl) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif 409 444 395 sinbiotik 446 521 338 sinbiotik + 293 358 376 positif 298 382 487 prebiotik konvensional - - 388

Jumlah trombosit (ribu/µl) 610 510 410 310 210 110 10 395 b negatif 338 a sinbiotik 376 b sinbiotik + 487 c positif 388 b prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 16. Rataan jumlah trombosit tikus perlakuan dan kontrol (ribu/µl) pada hari ke-21 Jumlah rataan trombosit tikus percobaan dapat dilihat pada Tabel 10 dan Gambar 16. Hasil ANOVA (Lampiran 12) pada hari ke-21menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah trombosit tikus. Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 13) menunjukkan bahwa kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata (p<0.01) lebih tinggi dengan kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt prebiotik konvensional. Pada Tabel 10 terlihat kelompok tikus yang mengalami penurunan dan peningkatan jumlah trombosit. Kelompok tikus kontrol positif mengalami peningkatan yang cukup tinggi, dapat dilihat dari hari ke-21 tikus kontrol positif memiliki jumlah trombosit paling tinggi dibandingkan kelompok tikus yang lain. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya aktivitas patogen yang dapat melisis dinding mukosa usus dan menyebabkan pendarahan. Karena terjadi luka maka trombosit jaringan yang rusak akan mengeluarkan trombosiplastin yang akan bereaksi dengan protrombin dan kalsium membentuk thrombin. Trombin yang terbentuk akan bereaksi dengan fibrinogen menutup fibrin lalu menutup jaringan yang luka. Karena adanya pendarahan akibat diare maka tubuh membentuk trombosit untuk menutupi luka sehingga jumlahnya menjadi tinggi. Pada hari ke-14 terlihat bahwa kelompok tikus yogurt sinbiotik memiliki jumlah trombosit tertinggi yaitu 521 ribu/µl. Hal tersebut mungkin menunjukkan bahwa yogurt sinbiotik dapat meningkatkan jumlah trombosit, dan peningkatan tersebut berbeda pada tiap kelompok perlakuan. Peningkatan trombosit mungkin disebabkan oleh pengaruh bakteri probiotik dan prebiotik yang terkandung dalam yogurt terhadap faktor perangsang koloni megakariosit. Megakariosit merupakan sel raksasa di dalam sumsum tulang. Sel tersebut membentuk trombosit dengan mengeluarkan sedikit sitoplasma ke dalam sirkulasi darah. Satu sel megakariosit berpotensi membentuk 4000 sel trombosit (Frandson 1996). Dapat dilihat juga pada Gambar 16 bahwa adanya pemberian yogurt sinbiotik dapat mempertahankan jumlah trombosit dalam kisaran normal. Lactobacillus fermentum dapat bertahan secara in vivo dalam saluran pencernaan. BAL tersebut juga memiliki sifat yang menguntungkan inangnya dengan meningkatkan proliferasi limfosit dan menurunkan jumlah patogen (E. coli, B. cereus, S. thyphimurium, dan S. aureus) (Nuraida et al. 2008).

4.4.5 Hematokrit Hematokrit merupakan penghitungan konstanta darah dan jumlah sel. Nilai hematokrit adalah perbandingan antara sel-sel darah dengan volume darah keseluruhan setelah dilakukan pemusingan dan dinyatakan dalam persen. Pada keadaan normal, nilai hematokrit mempunyai hubungan yang positif dengan jumlah eritrosit dan hemoglobin. Nilai hematokrit akan meningkat pada individu pria dewasa sejalan dengan meningkatnya sekresi androgen yang juga akan meningkatkan jumlah dan volume eritrosit. Meningkatnya kadar hemoglobin akibat terselamatkannya sel eritrosit dari kerusakan mikroba patogen akan berakhir pada meningkatnya nilai hematokrit. Sejalan dengan terjadinya diare maka gambaran nilai hematokrit juga diukur. Gambaran pengaruh pemberian yogurt terhadap nilai hematokrit disajikan pada Tabel 11 dan Gambar 17. Hasil ANOVA (Lampiran 14) pada hari ke-21 menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata terhadap nilai hematokrit tikus. Tabel 11. Rataan hematokrit tikus percobaan pada hari ke-7, 14, dan 21 Nilai hematokrit (%) Hari ke-7 Hari ke-14 Hari ke-21 negatif 33.87 34.37 34.70 sinbiotik 34.57 35.07 34.23 sinbiotik + 34.40 36.20 35.03 positif 34.73 34.23 37.37 prebiotik konvensional - - 34.57 Jumlah hematokrit (%) 38.00 37.00 36.00 35.00 34.00 33.00 32.00 31.00 30.00 34.70 a 34.23 a negatif sinbiotik 35.03 a sinbiotik + 37.37 b positif 34.57 a prebiotik konvensional Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang nyata (p<0.05) Gambar 17. Rataan nilai hematokrit tikus perlakuan dan kontrol (%) pada hari ke-21 Hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 15) menunjukkan bahwa hematokrit kelompok kontrol positif berbeda sangat nyata (p<0.01) lebih tinggi dengan kelompok tikus lainnya. Sementara itu kelompok tikus kontrol negatif, kelompok yogurt sinbiotik, kelompok yogurt sinbiotik +, dan kelompok yogurt prebiotik konvensional tidak berbeda nyata. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa kondisi diare dapat menyebabkan peningkatan nilai hematokrit darah. Peningkatan nilai hematokrit terjadi pada saat tikus mengalami diare dengan tingkat keparahan sedang. Pada saat diare, feses menjadi lunak dan tidak berbentuk akibat konsentrasi air dalam feses tinggi. Tingginya konsentrasi air dalam feses menyebabkan kandungan air dalam tubuh berkurang yang berakibat dalam peningkatan hematokrit. Meningkatnya jumlah hemoglobin akibat terselamatkannya eritrosit dari kerusakan bakteri patogen akan berakhir pada meningkatnya nilai hematokrit (Dharmawan 2002).