BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN. Kelompok Vol. EDTA 0.01 M Vol. Magnesium ml 11.3 ml 14.1 ml 12 ml 11.3 ml 11.3 ml

TITRASI PEMBENTUKAN KOMPLEKS. Drs. DJADJAT TISNADJAJA, M.Tech.

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Sophie Damayanti / SF ITB

Laporan Praktikum TITRASI KOMPLEKSOMETRI Standarisasi EDTA dengan CaCO3

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Chapter 7 Larutan tirtawi (aqueous solution)

Penentuan Kesadahan Dalam Air

PERCOBAAN 3 TEKNIK PEMISAHAN DENGAN ZAT PELEPAS-TOPENG (DEMASKING AGENT) PADA PENETAPAN MAGNESIUM, MANGAN, DAN ZINK DALAM SAMPEL SECARA TITRIMETRI

kimia ASAM-BASA III Tujuan Pembelajaran

UJIAN PRAKTIKUM KI2121 DASAR-DASAR KIMIA ANALITIK PENENTUAN KADAR KALSIUM DALAM KAPUR TULIS

ASAM, BASA, DAN GARAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Judul Percobaan B. Tujuan Percobaan

Bab VIII Reaksi Penetralan dan Titrasi Asam-Basa

Ikatan kimia. 1. Peranan Elektron dalam Pembentukan Ikatan Kimia. Ikatan kimia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANALTIK DASAR TITRASI KOMPLEKSOMETRI. Pembimbing : Dewi Widyabudiningsih. Oleh. Kelompok V. Indra Afiando NIM

PENYISIHAN KESADAHAN dengan METODE PENUKAR ION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.

Soal-Soal. Bab 7. Latihan Larutan Penyangga, Hidrolisis Garam, serta Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. Larutan Penyangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tablet adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak berbentuk rata. Karbonat dan zat lain yang cocok.

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

: Komposisi impurities air permukaan cenderung tidak konstan

L A R U T A N _KIMIA INDUSTRI_ DEWI HARDININGTYAS, ST, MT, MBA WIDHA KUSUMA NINGDYAH, ST, MT AGUSTINA EUNIKE, ST, MT, MBA

LOGO TEORI ASAM BASA

LOGO ANALISIS KUALITATIF KATION DAN ANION

ANALISISN AIR METODE TITRIMETRI TENTANG KESADAHAN AIR. Oleh : MARTINA : AK

MATERI KIMIA KELAS XI SEMESTER 2 Tinggalkan Balasan

Asam Basa dan Garam. Asam Basa dan Garam

PETA KONSEP. Larutan Penyangga. Larutan Penyangga Basa. Larutan Penyangga Asam. Asam konjugasi. Basa lemah. Asam lemah. Basa konjugasi.

Analisa Klorida Analisa Kesadahan

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR BAB VI IKATAN KIMIA

Reaksi Dan Stoikiometri Larutan

STOKIOMETRI BAB. B. Konsep Mol 1. Hubungan Mol dengan Jumlah Partikel. Contoh: Jika Ar Ca = 40, Ar O = 16, Ar H = 1, tentukan Mr Ca(OH) 2!

ASAM -BASA, STOIKIOMETRI LARUTAN DAN TITRASI ASAM-BASA

Reaksi dan Stoikiometri Larutan

Tablet Khusus. (dibuat dalam rangka memenuhi Tugas mata Kuliah TFSP)

III. REAKSI KIMIA. Jenis kelima adalah reaksi penetralan, merupakan reaksi asam dengan basa membentuk garam dan air.

PENENTUAN KOMPOSISI MAGNESIUM HIDROKSIDA DAN ALUMINIUM HIDROKSIDA DALAM OBAT MAAG

TES AWAL II KIMIA DASAR II (KI-112)

LARUTAN PENYANGGA DAN HIDROLISIS

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab17. Kesetimbangan Asam-Basa dan Kesetimbangan Kelarutan

BAB III TATA NAMA SENYAWA DAN PERSAMAAN REAKSI


BAB IV BILANGAN OKSIDASI DAN TATA NAMA SENYAWA

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

SOAL KIMIA 1 KELAS : XI IPA

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

Review II. 1. Pada elektrolisis larutan NaCl dengan elektroda karbon, reaksi yang terjadi pada katoda adalah... A. 2H 2

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA BAHAN AJAR KIMIA DASAR

PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT DALAM ASAM CUKA DENGAN ALKALIMETRI

No. BAK/TBB/SBG201 Revisi : 00 Tgl. 01 Mei 2008 Hal 1 dari 8 Semester I BAB I Prodi PT Boga BAB I MATERI

Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi. Bab 16. Asam dan Basa

1. Tragedi Minamata di Jepang disebabkan pencemaran logam berat... A. Hg B. Ag C. Pb Kunci : A. D. Cu E. Zn

kimia ASAM-BASA I Tujuan Pembelajaran

HASIL DAN PEMBAHASAN. Lanjutan Nilai parameter. Baku mutu. sebelum perlakuan

SIMULASI UJIAN NASIONAL 2

PRESENTASI POWERPOINT PENGAJAR OLEH PENERBIT ERLANGGA DIVISI PERGURUAN TINGGI. BAB 16. ASAM DAN BASA

LEMBAR AKTIVITAS SISWA ( LAS )

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kali ini adalah penetapan kadar air dan protein dengan bahan

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. IV.1 Sintesis dan karaktrisasi garam rangkap CaCu(CH 3 COO) 4.6H 2 O

LARUTAN ASAM-BASA DAN LARUTAN PENYANGGA

Penentuan Kadar Vitamin C dengan Titrasi Iodometri Langsung

Pemisahan dengan Pengendapan

Bab 4. Reaksi dalam Larutan Berair

Nova Nurfauziawati Kelompok 11A V. PEMBAHASAN

BAB 7. ASAM DAN BASA

Redoks dan Elektrokimia Tim Kimia FTP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

Modul 1 Analisis Kualitatif 1

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Nilai Indikator. Larutan Asam-Basa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KIMIA KUALITATIF

Reaksi dalam larutan berair

Pengendapan. Sophi Damayanti

PAKET UJIAN NASIONAL 8 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Tabel Periodik. Bab 3a. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi 2010 dimodifikasi oleh Dr.

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS KUALITATIF ANION

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Moffat, dkk., (2004), uraian tentang tramadol adalah sebagai

LATIHAN ULANGAN TENGAH SEMESTER 2

MAKALAH KIMIA KOORDINASI SENYAWA KOMPLEKS EDTA DALAM TITRASI KOMPLEKSOMETRI PENENTUAN KESADAHAN AIR

Antiremed Kelas 11 Kimia

LOGO. Analisis Kation. By Djadjat Tisnadjaja. Golongan V Gol. Sisa

Bab III Metodologi Penelitian. Sintesis CaCu(CH 3 COO) 4.xH 2 O. Karakterisasi. Penentuan Rumus kimia

TITRASI DENGAN INDIKATOR GABUNGAN DAN DUA INDIKATOR

KESADAHAN AIR. ADINDA DWI AYU D. RASYIDMUAMMAR FAWWAZ S.Farm.,M.Si.,Apt

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

VALIDASI DAN PENGEMBANGAN PENETAPAN KADAR TABLET BESI (II) SULFAT DENGAN METODE TITRASI PERMANGANOMETRI DAN SERIMETRI SEBAGAI PEMBANDING SKRIPSI

BAB 6. Jika ke dalam air murni ditambahkan asam atau basa meskipun dalam jumlah. Larutan Penyangga. Kata Kunci. Pengantar

Kesetimbangan Kimia. Chapter 9 P N2 O 4. Kesetimbangan akan. Presentasi Powerpoint Pengajar oleh Penerbit ERLANGGA Divisi Perguruan Tinggi

KIMIA. Sesi POLIMER. A. LOGAM ALKALI a. Keberadaan dan Kelimpahan Logam Alkali. b. Sifat-Sifat Umum Logam Alkali. c. Sifat Keperiodikan Logam Alkali

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

Ensiklopedi: 27 dan 342. Asam, basa dan garam. dikelompokkan berdasarkan. Alat ukur

Regina Tutik Padmaningrum, Jurdik Kimia, UNY

KIMIA (2-1)

SKL 2 RINGKASAN MATERI. 1. Konsep mol dan Bagan Stoikiometri ( kelas X )

I. PENDAHULUAN. senyawa kompleks bersifat sebgai asam Lewis sedangkan ligan dalam senyawa

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Terak Baja terhadap Sifat Kimia Tanah

MAKALAH KIMIA ANALIS TITRASI IODIMETRI JURUSAN FARMASI

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tablet Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. Selain bahan pengisi digunakan juga zat tambahan lain yang berfungsi sebagai bahan tambahan, pengikat, pelicin, pembasah atau zat lain yang cocok (Ditjen POM, 1995). Tablet kunyah dimaksudkan untuk dikunyah memberikan rasa yang enak dalam rongga mulut, mudah ditelan dan tidak meninggalkan rasa pahit atau tidak enak. Jenis tablet ini digunakan dalam formulasi tablet untuk anak, terutama formulasi multivitamin, antasida dan antibiotik tertentu. Tablet kunyah dibuat dengan cara dikempa, umumnya menggunakan manithol, sorbitol atau sukrosa sebagai bahan pengikat dan bahan pengisi, mengandung bahan pewarna dan bahan pengaroma untuk meningkatkan penampilan dan rasa (Ditjen POM, 1995). 2.2 Antasida Antasida adalah obat yang menetralkan asam lambung sehingga berguna untuk menghilangkan nyeri tukak peptik. Antasida tidak mengurangi volume HCl yang dikeluarkan lambung, tetapi peninggian ph akan menurunkan aktivitas pepsin. Beberapa antasida, misalnya magnesium hidroksida diduga 4

menghambat pepsin secara langsung. Kapasitas menetralkan asam dari berbagai antasida pada dosis terapi bervariasi, tetapi umumnya ph lambung tidak sampai diatas 4 (Estuningtyas dan Arif, 2007). 2.2.1 Penggolongan antasida Antasida dibagi dalam 2 golongan yaitu antasida sistemik dan antasida nonsistemik. Antasida sistemik, misalnya natrium bikarbonat, diabsorpsi dalam usus halus sehingga menyebabkan urin bersifat alkalis. Pada pasien dengan kelainan ginjal dapat terjadi alkalosis metabolik (Estuningtyas dan Arif, 2007). Antasida nonsistemik hampir tidak diabsorpsi dalam usus sehingga tidak menimbulkan alkalosis metabolik. Contoh antasida nonsistemik adalah sediaan magnesium, aluminium, dan kalsium (Estuningtyas dan Arif, 2007). 2.2.2 Sediaan antasida Antasida tersedia dalam sediaan sirup maupun tablet, antasida juga tersedia sebagai obat generik maupun obat paten (Anief, 1991). Kandungan dari sediaan antasida yaitu: kandungan aluminium dan magnesium, kandungan natrium bikarbonat, serta kandungan kalsium karbonat. Simeticone diberikan sendiri atau ditambahkan pada antasida sebagai anti buih untuk meringankan kembung (flatulen) (Sukandar, dkk., 2008). 2.3 Pemeriksaa Mutu Tablet Pemeriksaan mutu tablet dilakukan dengan uji kekerasan tablet, kerapuhan tablet, waktu hancur, keragaman bobot dan penetetapan kadar. 5

2.3.1 Uji kekerasan tablet Masing-masing sediaan diletakkan pada tempat yang tersedia pada alat Hardness tester (Coplay) dengan posisi tidur, alat diatur, kemudian ditekan tombol start, pada saat sediaan pecah dicatat angka yang tertera pada layar digital. Syarat : Kekerasan tablet secara umum 4 s/d 8 dan 7 s/d 12 untuk tablet kunyah (Soekemi, 1987). 2.3.2 Uji kerapuhan tablet Alat : Friabilator (Roche) Cara : ditimbang 20 tablet yang dibersihkan dari debu, dicatat beratnya (a gram), dimasukkan ke dalam alat, lalu alat dijalankan selama 4 menit (100 kaliputaran), setelah batas waktu yang ditentukan, tablet dikeluarkan dan dibersihkan dari debu, lalu ditimbang lagi (b gram), maka friabilitas (F)= (a-b)/ a x 100% Syarat : Kehilangan berat 0,8% (Voigt, 1994). 2.3.3 Waktu hancur Alat : Disintegration Tester ( Erweka). Cara : Dilakukan pada 6 tablet. Dimasukkan 1 tablet pada masing-masing tabung darikeranjang, dimasukkan 1 cakram pada tiap tabung. Digunakan air bersuhu ± 37 0 sebagai media kemudian alat dijalankan. Waktu hancur tablet dicatat yaitu sejak tablet dinaik turunkan sampai tablet hancur. Tablet dinyatakan hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal di kasa. 6

Persyaratan : Menurut Farmakope Indonesia edisi III tahun 1979 tablet memenuhi syarat jika waktu hancur tablet tidak lebih dari 15 menit. Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya : tidak kurang 16 tablet dari 18 tablet yang di uji harus hancur semua (Ditjen POM, 1995). 2.3.4 Uji kergaman bobot Menurut Farmakope Indonesia edisi IV bahwa kadar zat aktif 50 mg atau lebih besar dari 50 mg yang merupakan 50% atau lebih dari bobot satuan sediaan, maka uji keseragaman sediaan dilakukan dengan cara keragaman bobot. Cara : Pilih tidak kurang dari 30 tablet dan timbang seksama 10 tablet, satu persatu dan dihitung bobot rata-rata kemudian ditentukan kadarnya. Dari hasil penetapan kadar dihitung jumlah zat aktif dari masing-masing 10 tablet dengan anggapan zat aktif terdistribusi homogen (Ditjen POM, 1995). 2.3.5 Uji kadar magnesium hidroksida Menurut USP Vol III tahun 2009, timbang seksama 20 tablet sampel, gerus, timbang serbuk setara dengan 75 mg magnesium hidroksida, dimasukkan kedalam erlenmeyer, ditambahkan 2 ml asam klorida 2 N, ditambahkan 100 ml air, ditambahkan natrium hidroksida 1 N, cek ph hingga mencapai 10 dengan menggunakan indikator universal, ditambahkan 5 ml ammonium klorida dan 50 mg indikator eriochrom black dan titrasi dengan dinatrium EDTA 0,05 M hingga terjadi warna biru. 1 ml Na 2 EDTA 0,05 M ~ 2,916 mg Mg(OH) 2 (USP, 2009). 7

2.4 Magnesium Hidroksida Rumus Molekul : Mg(OH) 2 Berat Molekul : 78,00 Magnesium hidroksida yang telah dikeringkan pada suhu 105 0 selama 2 jam mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih dari 100,5% Mg(OH) 2 (Ditjen POM, 1995). 2.4.1. Teori kompleksometri Reaksi pembentukan kompleks dianggap sebagai reaksi asam-basa Lewis dengan ligan bekerja sebagai basa dengan memberikan sepasang elektron kepada kation yang merupakan suatu asam (Day dan Underwood, 1981). Ligan dari kata Latin ligare, yang berarti mengikat. Atom pada ligan yang memberikan pasangan elektron pada ion logam dinamakan atom donor sedangkan ion logamnya disebut akseptor. Ligan dalam kompleks dapat berupa anion atau molekul netral yang mengandung sebuah atom atau lebih dengan paling sedikit mempunyai sepasang elektron yang dapat diberikan pada ion logam (Brady, 1999). Ligan diklasifikasikan atas dasar banyaknya titik lekat kepada ion logam. Ligan monodentat, yaitu ligan itu terikat pada ion logam hanya pada satu titik oleh penyumbangan satu pasangan elektron menyendiri kepada logam. Ligan multidentat mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-diaminoetanatetraasetat (EDTA) yang mempunyai dua atom nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul yang merupakan heksadentat (Basset, dkk., 1991). 8

Schwarzenbach menyatakan bahwa ion asetat mampu membentuk kompleks-kompleks asetat yang rendah kestabilannya dengan hampir semua kation polivalen dan sifat ini diperkuat dengan efek sepit, maka komplekskompleks yang jauh lebih kuat akan terbentuk oleh kation ion logam. Ia menemukan asam-asam aminopolikarboksilat merupakan zat-zat pengkompleks yang baik (Basset, dkk., 1991). Berbagai nama trivial (nama khusus) digunakan untuk asam etilenadiaminatetraasetat dan garam natriumnya meliputi: Trilon B, Komplekson III, Sekuestrena, Versena, dan Khelaton 3 (Basset, dkk., 1991). EDTA mendapat aplikasi umum yang paling luas dalam analisis karena aksi mengkompleksnya yang sangat kuat dan tersedia secara komersial (Basset, dkk., 1991). Dalam perdagangan yang sering digunakan bentuk garamnya yaitu dinatrium edetat dengan struktur kimia dibawah ini. Struktur ruang anionnya yang mempunyai enam atom penyumbang memungkinkan untuk memenuhi bilangan koordinasi enam yang sering dijumpai diantara ion-ion logam. Kompleks-kompleks yang dihasilkan mempunyai struktur serupa, tetapi berbeda satu sama lain dalam hal muatan 9

yang dibawa. Satu struktur kompleks dengan suatu ion divalen dapat dilihat pada gambar berikut ini. CO O CH 2 2 O CO CH 2 O N M N CO CH 2 CH 2 CH 2 (Basset, dkk., 1991). O CH 2 CO Untuk menyerdehanakan pembahasan berikut, EDTA diberi rumus H 4 Y; maka garam dinatriumnya adalah Na 2 H 2 Y, dan memberi ion pembentuk kompleks H 4 Y 2- dalam larutan air; ia bereaksi dengan semua logam dalam rasio 1:1. Reaksi dengan kation dapat ditulis sebagai: M 2+ + H 2 Y 2- MY 2- + 2H + (1) M 3+ + H 2 Y 2- MY - + 2H + (2) M 4+ + H 2 Y 2- MY + 2H + (3) Rumus Umum: M n+ + H 2 Y 2- (MY) (n-4)+ + 2H + (4) (Basset, dkk., 1991). Dalam semua kasus satu mol H 2 Y 2- yang membentuk kompleks akan bereaksi dengan satu mol ion logam, dan selalu terbentuk dua mol ion hidrogen. Nampak dari persamaan (4) bahwa disosiasi kompleks akan ditentukan oleh ph larutan; menurunkan ph akan mengurangi kestabilan kompleks logam-edta. Semakin stabil kompleks, semakin rendah ph pada 10

mana suatu titrasi EDTA dari ion logam bersangkutan dapat dilaksanakan (Basset, dkk., 1991). Tabel di bawah ini menunjukkan nilai ph minimum untuk eksistensi kompleks EDTA dari beberapa logam pilihan. ph Minimum Adanya Kompleks 1 3 4 6 8 10 Logam Pilihan Zr 4+ ; Hf 4+ ; Th 4+ ; Bi 3+ ; Fe 3+ Pb 2+ ; Cu 2+ ; Zn 2+ ; Co 2+ ; Ni 2+ ; Mn 2+ ; Fe 2+ ; Al 3+ ; Cd 2+ ; Sn 2+ Ca 2+ ; Sr 2+ ; Ba 2+ ; Mg 2+ Jadi terlihat bahwa pada umumnya kompleks EDTA dengan ion logam divalen stabil dalam larutan basa atau sedikit asam, sementara kompleks dengan ion logam tri dan tetravalen terjadi dalam larutan-larutan dengan keasaman yang jauh lebih tinggi (Basset, dkk., 1991). 2.4.2 Metode kompleksometri 1. Titrasi langsung Larutan yang mengandung ion logam yang akan ditetapkan, dibuferkan sampai ph yang dikehendaki dan titrasi langsung dengan larutan baku EDTA. Untuk mencegah pengendapan hidroksida logam (garam basa) dengan menambahkan sedikit zat pengkompleks pembantu seperti tartrat atau sitrat atau trietanolamina. Pada titik ekuivalen, besarnya konsentrasi ion logam yang sedang ditetapkan turun mendadak. Ini umumnya ditetapkan dari perubahan warna dari indikator logam yang berespons (Basset, dkk., 1991). 11

2. Titrasi balik (Tidak Langsung) Karena berbagai alasan, banyak logam tak dapat dititrasi langsung; mungkin mengendap dari dalam larutan dalam jangkau ph yang perlu untuk dititrasi, atau mungkin membentuk kompleks-kompleks yang inert, atau indikator logam yang sesuai tidak tersedia. Dalam hal ini ditambahkan larutan baku EDTA berlebih, kemudian larutan di buffer pada ph yang diinginkan, dan kelebihan pereaksi dititrasi kembali dengan larutan baku ion logam; yaitu larutan ZnCl 2 / ZnSO 4 atau MgCl 2 / MgSO 4. Titik akhir titrasi dideteksi dengan bantuan indikator logam yang memberi respon terhadap ion logam yang terdapat dalam titrasi kembali (Basset, dkk., 1991). 3. Titrasi penggantian (Substitusi) Titrasi substitusi dapat digunakan untuk ion logam yang tidak bereaksi (bereaksi dengan tak memuaskan) dengan indikator logam, atau untuk ion logam yang membentuk kompleks EDTA yang lebih stabil dari pada kompleks EDTA dari logam-logam lainya seperti magnesium dan kalsium. Kation logam M n+ yang akan ditetapkan dapat diolah dengan kompleks magnesium EDTA, pada mana reaksi berikut terjadi: M n+ + MgY 2- (MY) (n-4)+ + Mg 2+ Jumlah ion magnesium yang dibebaskan ekuivalen dengan kation-kation yang berada disitu, dapat dititrasi dengan suatu larutan baku EDTA dan indikator logam yang sesuai (Basset, dkk., 1991). 12

4. Titrasi alkalimetri Bila suatu larutan dinatrium etilenadiaminatetraasetat (Na 2 H 2 Y), ditambahkan pada larutan yang mengandung ion-ion logam, terbentuklah komplekskompleks dengan disertai pembebasan dua ekuivalen ion hidrogen: M n+ + H 2 Y 2- (MY) (n-4)+ + 2H + Ion hidrogen yang dibebaskan dapat dititrasi dengan larutan baku natrium hidroksida dengan menggunakan indikator asam-basa. Pilihan lain, suatu campuran iodat-iodida ditambahkan disamping larutan EDTA, dan iod yang dibebaskan dititrasi dengan larutan baku tiosulfat. Larutan logam yang akan ditetapkan harus dinetralkan dengan tepat sebelum dititrasi; ini hal yang sukar yang disebabkan oleh hidrolisis banyak garam, dan merupakan segi lemah dari titrasi alkalimetri (Basset, dkk., 1991). 2.4.3 Indikator ion logam Keberhasilan suatu titrasi EDTA bergantung pada penetapan titik akhir secara cermat. Persyaratan bagi sebuah indikator ion logam untuk digunakan pada pendeteksian visual dari titik-titik akhir meliputi: 1. Reaksi warna harus sedemikian sehingga sebelum titik akhir, bila hampir semua ion logam telah berkompleks dengan EDTA, larutan akan berwarna jelas. 2. Reaksi warna itu haruslah spesifik (khusus), atau sedikitnya selektif. 3. Kompleks indikator-logam harus memiliki kestabilan yang cukup, jika tidak, tak akan diperoleh perubahan warna yang tajam. Namun kompleks indikator logam harus kurang stabil dibanding kompleks logam-edta 13

untuk menjamin pada titik-akhir, EDTA melepaskan ion-ion logam dari kompleks indikator-logam. Perubahan dalam kesetimbangan dari kompleks indikator-logam ke kompleks logam-edta harus tajam dan cepat. 4. Warna yang kontras antara indikator bebas dan kompleks indikator-logam harus sedemikian sehingga mudah diamati. 5. Indikator harus sangat peka terhadap ion logam sehingga perubahan warna terjadi sedekat mungkin dengan titik ekuivalen. 6. Persyaratan diatas harus dipenuhi dalam jangkau ph pada mana titrasi dilakukan (Basset, dkk., 1991). 14