TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit diperkirakan berasal dari Afrika Barat dan Amerika Selatan. Tanaman ini lebih berkembang di Asia Tenggara. Bibit kelapa sawit pertama kali masuk ke Indonesia pada tahun 1848 yang berasal dari Mauritus dan Amsterdam sebanyak empat tanaman yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli, Sumatera Utara (Lubis, 2008). Taksonomi dari tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut : Divisio : Tracheophyta Subdivisi : Pteropsida Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledoneae Ordo : Cocoideae Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis Species : Elaeis guineensis Jacq. Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman, serta penyangga tegaknya pohon hingga umur tanaman 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit yaitu akar serabut yang terdiri atas akar primer, sekunder, tersier, dan kuartier. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) diameter akar primer berkisar antara 8 dan 10 mm, panjangnya dapat mencapai 18 m. Akar sekunder tumbuh dari akar primer, dengan diameter 2-4 mm. Akar tersier tumbuh dari akar sekunder yang berdiameter 0.7-1.5 mm dan panjangnya dapat mencapai 15 cm. Akar kuartener tumbuh dari akar tersier yang berdiameter 0.1-0.5 mm dan panjangnya sampai 1-4 mm. Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yang batangnya tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang ini berfungsi sebagai penyangga tajuk dan menyimpan serta mengangkut bahan makanan. Batang
kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter 0.5 m pada tanaman dewasa. Tanaman yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Karena sifatnya yang heliotropi (menuju cahaya matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih tinggi, tetapi diameter (tebal) batang akan lebih kecil. Menurut Lubis (2008) perbedaan kecepatan tumbuh kelapa sawit tidak sama tergantung pada kondisi pada tahun tersebut seperti pupuk yang diberikan, umur, iklim, kerapatan tanam dan lain-lain. Produksi pelepah tergantung pada umur tanaman. Produksi pelepah daun pada tanaman selama setahun dapat mencapai 20-30 pelepah kemudian akan berkurang sesuai umur menjadi 18-25 pelepah atau kurang. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m tergantung pada tipe varietasnya dan pengaruh kesuburan tanah. Pada tiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri kanan tulang daun utama (rachis). Jumlah anak daun pada tiap isi dapat mencapai 125-200. Berat satu pelepah dapat mencapai 4.5 kg berat kering. Pada satu pohon dewasa dapat dijumpai 40-50 pelepah (Lubis, 2008). Tanaman kelapa sawit di lapangan mulai berbunga pada umur 12-14 bulan, tetapi baru ekonomis untuk dipanen pada umur 2.5 tahun. Pembungaan kelapa sawit termasuk monocious artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat pada satu pohon tetapi tidak pada satu tandan yang sama. Namun terkadang dapat ditemukan dalan satu tandan bunga memiliki dua jenis kelamin yaitu jantan dan betina yang disebut dengan bunga hemaprodit. Bunga jantan ataupun bunga betina keluar pada ketiak pelepah daun. Satu tandan bunga jantan memiliki 100-250 spikelet yang panjangnya 10-20 cm dan diameter 1-1.5 m. Tiap spikelet berisi 500-1 500 bunga kecil yang akan menghasilkan tepung sari jutaan banyaknya. Tiap tandan bunga jantan akan dapat menghasilkan tepung sari sebanyak 40-60 gram. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan tiap spikelet memiliki 15-20 bunga betina. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600-2 000 buah tergantung pada besarnya tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15-25 tandan/pokok/tahun pada tanaman muda dan pada tanaman dewasa atau tua berkisar 8-12 tandan. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah.
Proses pembentukan buah sejak saat penyerbukan sampai buah matang ± 5-6 bulan. Jumlah per tandan dapat mencapai 1 600 buah, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya sampai 30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas eksokarp (exocarp) atau kulit buah, mesokarp (mesocarp) disebut daging buah yang mengandung minyak sawit (CPO = Crude Palm Oil) dan biji. Eksokarp dan mesokarp disebut pericarp (pericarp). Biji terdiri atas endokarp (endocarp) atau cangkang, dan inti (kernel) yang mengandung minyak inti (PKO = Palm Kernel Oil), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm (endosperm) atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium, dan bakal akar (radicula). Syarat Tumbuh Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada suhu 27 o C dengan suhu maksimum 33 o C dan suhu minimum 22 o C. Curah hujan rata-rata tahunan yang memungkinkan untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 1 250-3 000 mm yang merata sepanjang tahun, curah hujan optimal berkisar 1 750-2 500 mm. Lama penyinaran matahari optimal adalah 6 jam per hari dan kelembaban nisbi untuk kelapa sawit pada kisaran 50-90 % (optimal 80 %). Elevasi untuk pengembangan kelapa sawit adalah kurang dari 400 m dari permukaan laut. Tanaman kelapa sawit dapat diusahakan pada tanah yang memiliki tekstur agak kasar sampai halus yaitu antara pasir berlempung sampai lempung berliat (Buana, et.al., 2006). Sifat fisik tanah yang baik menurut Lubis (2008) untuk kelapa sawit adalah : 1. Solum tebal 80 cm (merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga efisien penyerapan hara tanaman akan lebih baik). 2. Tekstur ringan yang memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, dan liat 20-25 %. 3. Perkembangan struktur baik, konsistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang. 4. ph tanah yang terbaik pada 5-5.5. 5. Kandungan unsur hara tinggi.
Jenis Tanaman Kelapa Sawit Menurut Lubis (2008) varietas tandan kelapa sawit cukup banyak dan diklasifikasikan dalam berbagai hal. Misalnya dibedakan asal tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain-lain. Berdasarkan warna buah dikenal tiga varietas, yaitu sebagai berikut : 1. Nigrescens yaitu buahnya berwarna violet sampai hitam waktu muda dan menjadi merah-kuning (orange), sesudah matang. 2. Virescens yaitu buahnya berwarna hijau waktu muda dan sesudah matang berwarna merah-kuning (orange). 3. Albescens yaitu buah muda berwarna kuning pucat, tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten. Baik nigrescens maupun virescens buahnya memiliki carpel tambahan (bersayap=mantled) atau dikenal sebagai Diwakka-wakka. Varietas yang dipakai pada tanaman komersial adalah nigrescens sedangkan varietas lainnya hanya dipakai pada program pemuliaan tanaman atau sebagai koleksi. Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozigot tunggal yaitu Dura yang bercangkang tebal jika disilangkan dengan Pisifera yang bercangkang tipis jika keduanya disilangkan akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Skema persilangannya adalah : Dura x Dura 100 % Dura Dura x Pisifera 100 % Tenera Dura x Tenera 50 % Dura + 50 % Tenera Tenera x Pisifera 50 % Tenera + 50 % Pisifera Tenera x Tenera 25 % Dura + 50 % Tenera + 25 % Pisifera Bahan tanaman kelapa sawit yang umum digunakan di perkebunan komersial merupakan benih hasil penyerbukan buatan antara pohon induk dura (D) dengan pisifera (P). Berkaitan dengan tingkat produktivitas minyak, kelapa sawit tipe tenera memiliki proporsi kandungan minyak di dalam mesokarp 30 % lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura. Hal ini dapat dipahami kerena persentase mesokarp per buah tipe tenera lebih tinggi dibandingkan dengan tipe dura, dan memiliki sifat heterosis (hybrid vigor) hasil persilangan dura x pisifera. Lain halnya dengan kelapa sawit tipe pisifera, meskipun persentase mesokarp per
buahnya sangat tinggi, tetapi karena sebagian besar memiliki sifat mandul betina (female steril), kelapa sawit tipe ini tidak digunakan sebagai bahan tanaman. Tabel 2. Perbedaan Tebal Cangkang beberapa Varietas Kelapa Sawit Cangkang (mm) Pericarp (mm) Varietas Cangkang (%/buah) Mesokarp (%/buah) 2-5 2-6 Dura 25-50 20-65 4-20 1-2.5 3-10 Tenera 3-20 60-90 3-15 - 5-10 Pisifera 92-97 3-8 Inti (%/buah) (a) (b) (c) Gambar 1. Kelapa Sawit Jenis (a) Dura, (b) Pisifera, dan (c) Tenera. Perkecambahan Benih Kelapa Sawit Biji kelapa sawit terdiri dari sebuah embrio yang berada di dalam endosperma dan dikelilingi lapisan biji tipis yang disebut testa. Inti ini diseliputi oleh cangkang (pada dura dan tenera) yang memiliki lubang kecambah. Di antara embrio dan cangkang terdapat lapisan endosperma dan testa tipis yang disebut operkulum. Ketika kecambah mulai tumbuh, embrio keluar melalui lubang kecambah. Pada saat yang sama, ujung embrio bagian dalam (haustorium) memanjang dan menyerap endosperma. Selama beberapa minggu awal perkembangannya, kecambah bergantung pada suplai dari endosperma, kandungan utama berupa lemak (minyak inti) yang habis sekitar 80 % setelah 90 hari perkecambahan. Lemak yang diserap melalui haustorium ini akan diubah menjadi gula dan disalurkan ke akar dan tunas kecambah. Beberapa karbon pada benih akan digunakan untuk respirasi dan untuk pertumbuhan akar dan tunas (Williyatno, 2007). Benih kelapa sawit termasuk benih yang mengalami masa dormansi cukup lama sebelum berkecambah. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) menyatakan
bahwa ketika baru dipanen, benih kelapa sawit mengalami dormansi dan perkecambahan alami sangat jarang terjadi selama lebih dari beberapa tahun. Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) juga berpendapat pemecahan dormansi dapat dilakukan dengan pemanasan benih pada suhu 40 o C selama 80 hari. Prinsip pematahan kondisi dorman dengan pemanasan inilah yang diterapkan sekarang oleh instansi-insntansi penyedia kecambah kelapa sawit. Di samping pemecahan dormansi, kadar air juga berpengaruh terhadap perkecambahan benih kelapa sawit. Perlakuan panas yang diberikan pada saat kadar air benih cukup rendah dapat membantu perkecambahan dan selanjutnya perkecambahan akan segera terjadi setelah kadar air meningkat. Selain itu suplai oksigen harus terjamin. Kelapa sawit mempunyai tipe perkecambahan hypogeal artinya selama perkecambahan, kotiledon tetap tinggal di dalam kulit benih dan di dalam tanah tetapi plumula menembus permukaan tanah. Menurut Chairani (1991) ciri-ciri kecambah kelapa sawit yaitu 1) radikula berwarna kekuning-kuningan dan plumula berwarna keputih-putihan, 2) radikula lebih panjang dari plumula, 3) radikula dan plumula tumbuh lurus serta berlawanan arah, 4) panjang maksimum radikula adalah 5 cm dan plumula 3 cm. Produksi Benih Produksi benih merupakan salah satu bidang kegiatan teknologi benih yang bertujuan untuk memperbanyak benih bermutu. Menurut Sutopo (2004) teknologi benih adalah suatu ilmu pengetahuan mengenai cara-cara untuk dapat memperbaiki sifat-sifat genetik dan fisik dari benih, yang mencakup kegiatan-kegiatan seperti pengembangan varietas, produksi benih, pengolahan, penyimpanan, pengujian dan sertifikasi. Benih bermutu dihasilkan melalui prosedur produksi benih yang berawal dari persiapan lahan yang menjamin bebas dari kontaminasi genetik, penyediaan benih sumber yang dijamin mutunya, sampai dengan pengolahan benih setelah dipanen, dan penanganannya hingga di tangan konsumen. Proses tersebut harus dilaksanakan sempurna dengan memperhatikan faktor lingkungan dan benih itu sendiri untuk menjamin benih
yang dihasilkan memiliki mutu tinggi dalam kualifikasi genetik, fisiologis, dan fisik. Produksi benih bermutu memerlukan keterampilan teknik yang tinggi dan kemapuan finansial yang memadai. Selama proses produksi benih, pemeliharaan kemurnian genetik dan spesifikasi mutu benih lainnya harus mendapat perhatian yang ketat. Lembaga atau perusahaan yang terlibat dalam pengadaan benih bermutu harus mampu memproduksi benih tersebut dengan menggunakan teknik produksi, penanganan dan pengendalian mutu yang dapat menjamin bahwa benih yang dihasilkannya benar-benar lebih baik daripada benih yang dihasilkan pekebun dan mendistribusikan benih tersebut hingga ke tangan pekebun. Untuk menjamin bahwa benih yang dihasilkan oleh produsen benih adalah benih unggul, maka pemerintah, berdasarkan kesepakatan produsen benih, sedang menyiapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk benih kelapa sawit. Dalam rancangannya mengharuskan benih yang diproduksi mempunyai mutu genetik yang baik selama masa pengujian atau progeny test. Beberapa karakteristik penting yang menjadi standar kriteria seleksi menurut Buana et.al. (2006) antara lain : a. Produksi tandan buah segar (TBS) 150 kg/pohon/tahun dan atau 6 ton minyak (CPO + PKO)/ha/tahun yang dihitung dengan basis 136 pohon/ha, rata-rata selama 3 tahun produksi (umur 4-6 tahun dan 7-9 tahun setelah tanam). b. Rendemen pabrik 23 %, yang dihitung berdasarkan hasil rendemen laboratorium x 0.855. c. Pertumbuhan meninggi 80 cm/tahun, yang diukur setelah tanaman berumur 6 tahun setelah tanam Pemasaran Pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain (Kotler, 2004). Pemasaran pertanian mencakup segala
kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak milik dan fisik dari barang-barang hasil pertanian dari tangan produsen ke tangan konsumen, termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan tertentu yang menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang ditujukan untuk lebih mempermudah penyalurannya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada konsumennya (Limbong dan Sitorus dalam Gumilar, 2008). Informasi Industri (Kumpulan Penjual) Barang/Jasa Uang Industri (Kumpulan Pembeli) Komunikasi Gambar 2. Sistem Pemasaran Sederhana (Kotler, 2004). Gambar 2 memperlihatkan bahwa pertukaran merupakan konsep inti dari pemasaran mencakup perolehan produk yang diinginkan dari seseorang dengan menawarkan sesuatu sebagai gantinya. Terdapat lima persyaratan yang harus dipenuhi agar muncul potensi pertukaran diantaranya : 1. Sekurang-kurangnya ada dua pihak. 2. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang bernilai bagi pihak lain. 3. Masing-masing pihak mampu berkomunikasi dan menyerahkan sesuatu. 4. Masing-masing pihak bebas menerima atau menolak tawaran pertukaran. 5. Masing-masing pihak yakin bahwa bertransaksi dengan pihak lain merupakan hal yang tepat dan diinginkan.