BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

Lampiran 1. Besaran tarif retribusi Tabel 1. Besaran tarif retribusi tempat rekreasi Kebun Buah Mangunan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, diperoleh kesimpulan

persepsi pengunjung yang telah dibahas pada bab sebelumnya. VIII. PROSPEK PENGEMBANGAN WISATA TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN WISATA AGRO GUNUNG MAS PUNCAK BOGOR

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Lampiran 1 Karakteristik Pengunjung Obyek Wisata Situ Lengkong Panjalu

VI KARAKTERISTIK RESPONDEN PENGUNJUNG TAMAN REKREASI KAMPOENG WISATA CINANGNENG

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman kondisi fisik yang tersebar di seluruh Kabupaten, Hal ini menjadikan

V. GAMBARAN UMUM Bujur Timur dan antara Lintang Selatan. Batas wilayah. 19 sampai dengan 162 meter.

BAB III POTENSI OBYEK WISATA BATU SERIBU. A. Lokasi Obyek Wisata Batu Seribu. Kota Sukoharjo. Secara geografis sebagian besar merupakan wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan lautan dan pesisir yang luas. memiliki potensi untuk pengembangan dan pemanfaatannya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan

GAMBARAN UMUM KARAKTERISTIK RESPONDEN Gambaran Umum Pengunjung (Wisatawan) ada pengunjung yang berasal dari luar negeri (wisatawan mancanegara)

PENGEMBANGAN KOMPONEN PARIWISATA PADA OBYEK-OBYEK WISATA DI BATURADEN SEBAGAI PENDUKUNG PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. kelompok responden akan dijelaskan pada sub bab di bawah ini.

VII. PROSES KEPUTUSAN KONSUMEN BERKUNJUNG KE OBJEK WISATA AGRO GUNUNG MAS

BAB I PENDAHULUAN. persaingan antar produsen untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumen serta. pelayanan kepada konsumen dengan sebaik-baiknya.

BAB II MENEMUKENALI SPESIFIKASI TIRTA UJUNG DI KARANGASEM

Pulau Lombok. Sedangkan saluran informasi melalui audiovisual diperoleh dari televisi, compact disk (rekaman lokasi dan gambaran berbagai macam obyek

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pariwisata sudah menjadi salah satu industri pelayanan dan jasa yang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 4 Tahun 2007 Seri E Nomor 4 Tahun 2007 NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN JASA LINGKUNGAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

I. PENDAHULUAN. obyek wisata yang apabila dikelola dengan baik akan menjadi aset daerah bahkan

ANALISIS JASA LINGKUNGAN EKOWISATA AIR TERJUN LAHUNDAPE DI KAWASAN TAHURA NIPA-NIPA

I. PENDAHULUAN. untuk memotivasi berkembangnya pembangunan daerah. Pemerintah daerah harus berupaya

VI. ATRIBUT-ATRIBUT YANG MEMPENGARUHI WISATAWAN UNTUK BERKUNJUNG KEMBALI KE CV ALAM SIBAYAK

BAB I PENDAHULUAN. Khususnya di Provinsi Jawa Barat, terdapat banyak objek wisata yang dapat

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

Lampiran 1. Kuesioner untuk Pengunjung Kawasan Danau Linting

BAB I PENDAHULUAN. npembangunan nasional. Hal ini dilakukan karena sektor pariwisata diyakini dapat

Pancar termasuk tinggi. Proporsi responden mengenai penilaian terhadap tingkat. Persepsi Pengunjung Presentase (%) Tinggi.

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi persaingan pariwisata dengan daerah lainnya. Dalam hal ini, peran

Laporan Survei Indeks Kepuasan Masyarakat Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Tahun 2016

PERENCANAAN LANSKAP BUMI PERKEMAHAN RANCA UPAS BERDASARKAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI MUHAMMAD ICHWAN A

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis khatulistiwa

IV. METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

1.3 Manfaat Perancangan Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh berbagai manfaat yang berguna

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latarbelakang Masalah. Indonesia adalah salah satu Negara Berkembang yang sedang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survey.

Lampiran. Kepada Yth: Bapak/Ibu/Saudara/Saudari Di Tempat

Kecamatan Salahutu. 1. Pantai Natsepa

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN KONSUMEN RESTORAN KHASPAPI

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi daerah yang ada untuk mewujudkan pembangunan dan pertumbuhan wilayah

I. PENDAHULUAN. dikembangkan potensinya, baik panorama keindahan alam maupun kekhasan

Berdasarkan, Juknis LLAJ, Fungsi Terminal Angkutan Jalan dapat ditinjau dari 3 unsur:

VIII. DAMPAK EKONOMI KEBERADAAN LOKASI TAMAN WISATA TIRTA SANITA Analisis Dampak Ekonomi Kegiatan Wisata Taman Wisata Tirta Sanita

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

Lampiran 1 Kuesioner untuk pengunjung KHDTK Cikampek

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menarik wisatawan datang ke kota ini. Selain itu Kota Bogor

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu Provinsi terbesar di Indonesia yang letak

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas dan mobilitas di daerah tersebut yang sebaliknya akan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Maluku dengan kondisi geografis yang terdiri dari pulau-pulau kecil dan tanah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata pada saat ini, menjadi harapan bagi banyak negara termasuk

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB 1 PENDAHULUAN. Di Indonesia, JABODETABEK adalah wilayah dengan kepadatan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

TAMAN REKREASI SERULINGMAS DI BANJARNEGARA Dengan Penekanan Desain Arsitektur Neo Vernakular

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Berdasarkan hasil perhitungan indeks kepuasan pelanggan, diperoleh nilai

BAB I PENDAHULUAN. salah satu kemajuan ekonomi suatu negara adalah sektor pariwisata. Berdasarkan

6 KONDISI PENGELOLAAN WISATA PANTAI PANGANDARAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i ABSTRACT... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMA KASIH... iii DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR...

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN REKREASI PANTAI KARTINI REMBANG Penekanan Desain Waterfront

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan sosial. Menurut definisi pada Undang-undang no 10 tahun 2009

A. JUDUL PENINGKATAN PARIWISATA DESA WANA WISATA SEGOROGUNUNG DENGAN PENGGUNAAN WEBSITE

DANAU SEGARA ANAK. Gambar 1. Lokasi Danau Segara Anak di Pulau Lombok. Gambar 2. Panorama Danau Segara Anak Rinjani dengan kerucut Gunung Barujari.

BAB IV KESIMPULAN. Lembah Manding, hutan pinus, kearifan lokal, dan briefing di basecamp sebelum

alami maupun buatan. Perancangan wisata alam memerlukan ketelitian dalam memilih objek wisata yang akan dikembangkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

12 Tempat Wisata di Pulau Lombok yang Indah

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata merupakan salah satu tujuan favorit bagi wisatawan. Untuk

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 5.1 Kesimpulan Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil yang telah dijelaskan pada bab-bab

BAB I PENDAHULUAN. nafkah di tempat yang dikunjungi, tetapi semata- mata untuk menkmati

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada kawasan RTH Taman Bunga,

BAB III METODE PENELITIAN

2015 STRATEGI PENGEMBANGKAN FASILITAS DIJATILUHUR WATER WORLD(JWW) KAB.PURWAKARTA

BAB IV ANALISIS TINGKAT PELAYANAN TERMINAL LEUWIPANJANG BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT SEBAGAI PENGGUNA

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. 5.1 Kondisi Umum Kawasan Muaro Silokek Durian Gadang. Kawasan Musiduga terletak di Kanagarian Muaro, Kanagarian Silokek,

Transkripsi:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Potensi Kawasan Wisata Potensi Sumberdaya Alam Berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Nusa Tenggara Barat No.2 Tahun 1989 kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani merupakan salah satu dari 15 lokasi yang memiliki potensi pengembangan wisata alam dan menjadi daerah tujuan wisata di Propinsi Nusa Tenggara Barat. TNGR memiliki enam lokasi wisata yang menjadi tujuan rekreasi bagi masyarakat. Ke enam lokasi tersebut yaitu pertama Puncak Gunung Rinjani yang merupakan obyek wisata pendakian. Kegiatan pendakian secara besar-besaran dilakukan pada bulan Juli sampai dengan pertengahan Agustus dimana pendakian didominasi oleh kalangan mahasiswa dan pelajar dari seluruh Indonesia. Kedua, Danau Segara Anak yang merupakan obyek pemandangan alam danau yang berbentuk seperti bulan sabit dengan luasan sekitar 1.100 Ha. Ketiga, Senaru yang merupakan obyek wisata air terjun dengan ketinggian ± 25 m dan Desa Adat (perkampungan) dari rumah adat tradisional suku sasak bayan yang tetap dijaga keasliannya. Keempat, Air Terjun Jeruk Manis merupakan obyek wisata air terjun dengan ketinggian ± 30 m yang berada di Desa Kembang Kuning bagian selatan kawasan TNGR. Kelima, Sebau yang merupakan lokasi pemandian air panas yang didukung dengan panorama pemandangana lam sekitar lokasi dan panorama sepanjang jalur trail menuju lokasi pemandian. Sembalun, Timbenuh (merupakan jalur-jalur pendakian). Dan yang terakhir adalah Otak Kokok Gading yang merupakan obyek wisata air terjun dengan pemandangan alam yang indah dan sejuk. Otak Kokok Gading berada di Resort Joben, seksi pengelolaan Taman Nasional Gunung Rinjani wilayah II Lombok Timur. Alasan pengambilan lokasi wisata ini adalah karena lokasi wisata ini merupakan lokasi dengan jumlah pengunjung paling banyak jika dibandingkan dengan lima lokasi wisata dari TNGR lainnya.

Tabel 4 Rekapitulasi pengunjung TNGR tahun 2010 Senaru (org) Sembalun (org) Sebau (org) Kembang Kuning (org) Timbenuh (org) Otak Kokok Gading (org) 3.020 4.460 266 1.805 300 181.032 Sumber: Balai Taman Nasional Gunung Rinjani Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat perbedaan jumlah pengunjung dari ke enam lokasi. Jumlah pengunjung di Otak Kokok Gading merupakan yang terbanyak dan jauh melebihi lokasi yang lainnya. Dari wawancara dengan responden wisata Otak Kokok sebanyak 16,67% pengunjung datang ke lokasi khusus untuk menikmati wisata air terjun ini saja. Jumlah ini tidak terlalu besar karena memang sebagian besar kedatangan pengunjung bukan hanya terpusat pada wisata pemandian air terjun saja namun sekalian dengan yang obyek wisata yang lainnya. Gambar 2 Air Terjun di obyek wisata Otak Kokok Gading. Sumberdaya Wisata Buatan Obyek dan tujuan wisata di Otak Kokok bukan hanya air terjun saja tetapi juga di lokasi tersebut juga dibangun fasilitas wisata seperti kolam renang dan tempat-tempat berkumpul dan istirahat, selain itu terdapat pula musholla, aula pertemuan, kamar mandi serta warung-warung tenda yang menyediakan beragam jenis makanan ringan dan beberapa makanan khas Pulau lombok. Kolam renang yang ada menjadi tambahan daya tarik bagi kawasan wisata ini. Terdapat dua buah kolam renang dengan ukuran yang berbeda, satu untuk dewasa dan satu lagi khusus untuk anak-anak. Mandi di kolam renang ini menjadi kegiatan utama bagi pengunjung dewasa dan anak-anak, sementara untuk orang

tua atau lanjut usia lebih banyak beraktivitas di air terjun dengan tujuan penyembuhan penyakit sesuai dengan mitos yang ada di masyarakat. Dari wawancara dengan responden wisata sebanyak 13,33% pengunjung datang ke obyek wisata ini khusus untuk menikmati obyek wisata kolam renang. Gambar 3 Kolam Renang di obyek wisata Otak Kokok Gading. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang menjadi bagian penting dari lokasi wisata ini yaitu tempat-tempat berkumpul dan istirahat yang biasa disebut gazebo, aula, musholla, kamar mandi, parkiran serta warung-warung makanan. Sarana dan prasarana ini diharapkan dapat menunjang kebutuhan pengunjung dalam melakukan aktivitas rekreasinya. Gazebo merupakan tempat yang digunakan pengunjung untuk istirahat, makan dan berkumpul dengan keluarga, kerabat dan teman. Terdapat 11 gazebo dan 1 buah aula yang bisa digunakan dengan lokasi yang tersebar di sekitar lokasi wisata. Ukuran gazebo yang ada bervariasi sesuai dengan lokasinya dan bisa digunakan oleh lebih dari satu keluarga. Jika dilihat dari jumlah pengunjung yang datang, jumlah gazebo yang tersedia masih kurang apalagi untuk hari-hari libur, satu buah gazebo bisa ditempati dua sampai 3 keluarga. Namun jika dilihat dari lamanya para pengunjung di lokasi wisata yaitu sekitar 1-3 jam, jumlah gazebo masih bisa memenuhi kebutuhan tempat bagi para pengunjung. Sementara untuk aula biasanya digunakan oleh pengunjung yang datang dengan rombongan besar dan mengadakan sebuah kegiatan khusus di lokasi wisata, misalnya acara reuni, perpisahan dan lain-lain.

Gambar 4 Gazebo dan aula sebagai tempat istirahat pengunjung di Otak Kokok Gading. Pada lokasi wisata ini juga terdapat dua buah musholla yang bisa digunakan untuk beribadah bagi pengunjung muslim. Ukuran untuk musholla ini tergolong kecil dan kurang bersih, dilihat dari kondisi alat-alat solat yang berserakan dan tidak teratur serta kotor. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran pengunjung untuk merapikan kembali dan meletakkan alat-alat solat pada tempatnya sehingga tetap rapi dan bersih. Gambar 5 Dua buah Musholla di obyek wisata Otak Kokok Gading. Pada setiap lokasi wisata pasti terdapat warung-warung penjualan makanan. Dan di lokasi wisata ini terdapat banyak warung makan yang menyediakan beragam jenis makanan ringan ataupun makanan khas daerah tersebut contohnya Sate Bulayak. Penjual dari warung-warung yang ada di lokasi wisata adalah masyarakat sekitar yang memang oleh pengelola diutamakan dibandingkan dengan masyarakat di luar lokasi atau jauh dari lokasi walaupun banyak yang berminat membuka usaha disana. Untuk setiap harinya tidak semua warung berjualan, hanya ada beberapa warung saja, hal ini setelah ditanyakan memang disesuaikan dengan kapan jadwal ramainya pengunjung dan pada hari libur bisa dipastikan semua warung berjualan.

Gambar 6 Warung-warung makan dan sate bulayak khas Otak Kokok Gading. Keberadaan kamar mandi tidak akan bisa dilepaskan dari sebuah lokasi wisata, apalagi jika lokasi wisatanya marupakan lokasi pemandian seperti Otak Kokok ini. Jumlah kamar mandi di lokasi wisata ini yaitu 16 buah yang tersebar di dua lokasi yaitu 6 kamar mandi di dekat musholla dan 10 kamar mandi di dekat kolam renang. Selain kamar mandi tertutup, terdapat juga ruang bilas untuk pengunjung di areal terbuka dekat dengan lokasi air terjun. Penggunaan kamar mandi dikenakan biaya Rp 1.000 per orang setiap satu kali masuk dan setiap kamar mandi dijaga oleh satu orang petugas yang merupakan bagian dari masyarakat sekitar lokasi. Kondisi kamar mandinya sendiri cukup bersih karena memang kebanyakan hanya digunakan untuk mengganti pakaian setelah mandi baik di lokasi air terjun maupun di kolam renang. Jumlah kamar mandi untuk saat ini memang masih kurang jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung yang datang terutama ketika hari-hari libur. Gambar 7 Kamar mandi dan tempat bilas di obyek wisata Otak Kokok Gading.

Tempat parkir penting keberadaannya bagi sebuah lokasi wisata. Pada loksai wisata Otak Kokok ini terdapat tempat parkir yang luas yang sampai sejauh ini cukup untuk menampung banyaknya jumlah kendaraan pengunjung yang datang. Untuk hari-hari biasa tempat parkir ini sangat cukup untuk menampung kendaraan pengunjung baik roda dua, roda empat atau lebih. Namun pada hari libur perlu penataan yang lebih baik dan rapi sehingga daya tampung tempat parkir bisa maksimal. Tempat parkir ini dijaga dan dikelola oleh beberapa petugas yang berasal dari masyarakat sekitar lokasi wisata, dimana mengatur tempat parkir ini menjadi salah satu mata pencahariannya. Gambar 8 Tempat parkir di obyek wisata Otak Kokok Gading. Persepsi dan Motivasi Motivasi pengunjung untuk datang ke objek wisata Otak Kokok Gading belum bisa dikatakan bervariasi. Sebagian besar datang untuk menikmati fasilitas pemandian dan yang lain hanya menikmati keindahan alam. Menurut hasil wawancara ada mitos yang mendukung pengunjung untuk mandi di pemandian Otak Kokok Gading, dipercaya sumber air disana bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit. Tabel 5 Karakteristik pengunjung berdasarkan penilaian terhadap daya tarik objek wisata Otak Kokok Gading Objek Wisata yang menarik Jumlah (org) % a. Pemandangan alam 4 13,33 b. Air terjun 5 16,67 c. Kolam Berenang 4 13,33 b dan c 11 36,67 a dan c 6 20

Objek wisata Otak Kokok Gading sangat menarik untuk dikunjungi. Hal ini terbukti dengan kedatangan pengunjung yang selalu ada di objek wisata ini dari pagi ketika baru dibuka sampai sore menjelang tutup. Dari hasil wawancara diperoleh jumlah pengunjung wisata terbanyak adalah yang memilih objek wisata ini karena air terjun dan kolam renangnya sebesar 36,67%. Bisa dilihat bahwa motivasi pengunjung datang ke objek wisata Otak Kokok Gading bukan hanya untuk satu tujuan saja karena disana terdapat beberapa objek wisata yang bisa dinikmati. Untuk frekuensi kedatangan, jika seseorang semakin tinggi frekuensinya datang ke suatu objek wisata, maka orang tersebut sangat memahami dan mengenal objek wisata tersebut. Dari wawancara yang dilakukan sebanyak 63,33% pengunjung sudah datang ke Otak Kokok Gading lebih dari tiga kali, dan hanya 3,33% saja yang baru pertama kali datang. Biasanya mereka berkunjung pada hari libur dan untuk beberapa responden berkunjung juga dilakukan pada hari-hari kerja karena lokasi objek wisata yang mudah dijangkau dan bisa dikatakan objek wisata ini merupakan tujuan utama untuk setiap rekreasi yang mereka lakukan. Persepsi responden wisata Objek Wisata Otak Kokok Gading, meliputi: persepsi tentang keindahan alam, kondisi lingkungan, aksesibilitas, fasilitas,dan kondisi keamanan. Keindahan kawasan Otak Kokok Gading merupakan salah satu daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke tempat ini. Pengunjung yang menjadi responden pada umumnya mengganggap keindahan alamnya menarik sebanyak 60%, cukup menarik sebanyak 33,33%, dan kurang menarik sebanyak 6,67%. Kondisi lingkungan kawasan wisata sangat mempengaruhi orang untuk berkunjung. Hal ini disebabkan pengunjung menginginkan sesuatu yang indah dipandang dan nyaman di tempat objek wisata. Pengunjung harus setidaknya merasakan ada sesuatu yang indah di dalamnya. Walaupun demikian, seseorang akan menilai baik dan buruk suatu lingkungan tergantung dari sudut pandang masing-masing. Berdasarkan persepsi responden, sebagian besar menyatakan kondisi lingkungan objek wisata Otak Kokok Gading baik sebanyak 90% dan sebagian kecil menyatakan cukup baik sebanyak 6,67% dan menyatakan kurang baik sebanyak 3,33%. Lokasi wawancara dengan responden akan mempengaruhi

persepsi responden terhadap kondisi lingkungan karena mereka akan cenderung melihat kesekeliling saat ditanyakan. Dan responden yang sudah sering berkunjung akan lebih mengetahui kondisi lingkungan di Otak Kokok Gading ini. Untuk mencapai suatu lokasi objek wisata, aksesibilitas menuju kawasan sangat penting sebagai pertimbangan seseorang untuk mengunjungi lokasi tersebut atau tidak. Aksesibilitas ini terkait kondisi jalan dan kemudahan transportasi untuk mencapai lokasi wisata. Sebagian responden menyatakan aksesibilitas mudah sebanyak 80% karena jalan bisa dilalui oleh kendaraan roda dua sampai enam seperti bus. Sebagian lagi 20% menyatakan cukup mudah karena memang tidak tersedia angkutan umum yang melalui akses ke lokasi hanya saja kondisi jalannya yang baik dan tidak rusak. Tabel 6 Penilaian pengunjung terhadap fasilitas di lokasi obyek wisata Otak Kokok Gading Fasilitas Jumlah (org) % a. Sangat lengkap 6 20 b. Lengkap 17 56,67 c. Kurang lengkap 7 23,33 Berdasarkan tabel di atas secara umum dapat disimpulkan bahwa 76,67% responden menyatakan fasilitas objek wisata Otak Kokok Gading tergolong lengkap. Mereka merasa sudah cukup dengan fasilitas yang ada saat ini. Dan sebagian lagi sebanyak 23,33% menyatakan kurang lengkap dan beranggapan masih perlu fasilitas penunjang lainnya, supaya pengunjung bisa menikmati lebih banyak jenis wisata di tempat ini, seperti sarana hiburan dan sarana bermain anakanak. Publikasi Wisata TNGR Publikasi dalam rangka mempromosikan lokasi-lokasi wisata di TNGR oleh pengelola dilakukan dalam beberapa bentuk publikasi, baik yang sudah terlaksana maupun rencana-rencana publikasi untuk ke depannya. Kegiatan publikasi yang sudah dilakukan yaitu pembuatan buku seri, poster, mengadakan pameran konservasi sumberdaya alam, pembuatan website dan publikasi profil wisata pada majalah. Adapun rencana-rencana untuk publikasi yang belum dilaksanakan yaitu pencetakan leaflet, brosur TNGR, buletin, pembuatan film atau slide dokumenter, dan tukar-menukar informasi dengan TN lain baik di dalam atau luar negeri.

Gambar 9 Buku Informasi TNGR yang diproduksi langsung oleh Balai TNGR. 5.2 Nilai Ekonomi Kawasan Manfaat kawasan taman nasional sebagai sumber daya alam dilihat dari bentuk dan wujudnya dapat dibedakan menjadi manfaat langsung dan manfaat tidak langsung. Manfaat langsung merupakan manfaat yang dapat dirasakan dan dinikmati secara langsung, contohnya rotan, bambu, buah-buahan, air dan lainlain. Sedangkan manfaat tidak langsung merupakan manfaat yang tidak langsung dinikmati tetapi dapat dirasakan keberadaannya seperti mengatur tata air, mencegah erosi, rekreasi dan lai-lain. Manfaat kawasan yang akan dilihat pada penelitian ini adalah dari aspek wisata oleh pengunjung dan masyarakat, dan aspek pemanfaatan air oleh masyarakat sekitar kawasan. Bagi pengunjung keberadaan kawasan wisata Otak Kokok Gading merupakan sumberdaya lingkungan yang potensial dan berharga serta memberikan manfaat yang cukup besar. Dari wawancara yang dilakukan hampir semua pengunjung datang ke lokasi wisata untuk menikmati keindahan panorama alam, melepas penat dan untuk sejenak menikmati udara segar. Pada intinya semua pengunjung datang untuk mencari hiburan setelah melakukan semua aktivitas sehari-hari. Sementara bagi masyarakat sekitar yang terlibat langsung dalam kegiatan wisata, keberadaan kawasan ini memberikan lapangan kerja baru sebagai sumber pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Bukan hanya keberadaan obyek wisata yang memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar kawasan, pada kawasan ini terdapat banyak sumber air yang juga digunakan oleh masyarakat untuk pemenuhan kebutuhan air bersih seharihari. Sumber air ini bukan hanya dimanfaatkan oleh masyarakat disekitar kawasan

tetapi juga masyarakat dari beberapa daerah lain dengan difasilitasi oleh PDAM. Jika masyarakat di sekitar kawasan memanfaatkan sumber air secara gratis maka masyarakat yang memperoleh air melalui jasa PDAM harus membayar sejumlah uang atas pemanfaatan air yang diperoleh. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai ekonomi wisata dan air dari kawasan obyek wisata Otak Kokok Gading dengan menggunakan pendekatan kesediaan membayar pengunjung dan masyarakat atas manfaat wisata dan air yang diperoleh. Kesediaan membayar ini akan memperlihatkan besarnya manfaat keberadaan dari wisata dan air tersebut bagi pengunjung dan masyarakat. 5.2.1 Nilai Ekonomi Wisata Karakteristik Responden Wisata Objek Wisata Otak Kokok Karakteristik pengunjung objek wisata Otak Kokok bervariasi dengan variabel-variabel yaitu tingkat pendidikan, status menikah, asal daerah, pekerjaan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Pada umumnya, pendidikan besar pengaruhnya terhadap tingkat pengetahuan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka seseorang akan semakin matang dalam memutuskan sesuatu. Tabel 7 Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah (org) % SD 4 13,33 SMP 5 16,67 SMU 11 36,67 PT 10 33,33 Dari hasil penelitian ini, responden wisata yang berkunjung ke Otak Kokok sudah berpendidikan. Jumlah responden terbanyak, yaitu pada tingkat pendidikan SLTA sebanyak 36,67% responden. Mereka sudah mempunyai pengetahuan akan pentingnya pemeliharaan objek wisata. Kegiatan wisata yang mereka lakukan bisa dikatakan sudah menjadi suatu kebutuhan hidup. Sehingga mereka merasa perlu untuk adanya objek wisata yang dapat dinikmati seperti objek wisata Otak Kokok ini.

Dari hasil pengisisan kuesioner, pengunjung kebanyakan memiliki status sudah menikah sebanyak 76,67%. Pengunjung ini kebanyakan datang dengan rombongan keluarganya. Sedangkan pengunjung dengan status belum menikah sebanyak 23,33% dan pengunjung ini kebanyakan datang bersama temantemannya. Selain itu, pengunjung yang datang ke Objek Wisata Otak Kokok kebanyakan berasal dari Lombok Timur yaitu 83,33% dan sisanya 16,67% berasal dari Lombok Tengah. hal ini dipengaruhi oleh lokasi dari Objek Wisata Otak Kokok yang memang di daerah Lombok Timur. Tabel 8 Karakteristik pengunjung obyek wisata Otak Kokok Gading berdasarkan tingkat pendapatan Pendapatan (Rp) Jumlah (org) % < Rp 100.000 4 13,33 Rp 100.000 - Rp 200.000 3 10 Rp 200.000 - Rp 400.000 6 20 Rp 400.000 - Rp 800.000 4 13,33 Rp 800.000 - Rp 1.000.000 4 13,33 > Rp 1.000.000 9 30 Pengunjung yang datang sebagian besar memiliki pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 60% dan paling sedikit yaitu 10% sebagai mahasiswa. Jenis pekerjaan tiap responden memang bervariasi tetapi mereka datang dengan tujuan yang sama yaitu untuk bermain dan menikmati Objek Wisata Otak Kokok Gading. Dari tabel diatas dapat dilihat untuk tingkat pendapatan, jumlah responden terbanyak yaitu pada tingkat pendapatan lebih besar dari Rp. 1.000.000 sebanyak 30%. Tingkat pendapatan ini menjadi karakteristik yang penting bagi pengunjung karena diduga mempengaruhi kesediaan membayar pengunjung demi pelestarian kawasan Otak Kokok Gading. Tingkat pendapatan pengunjung sangat mempengaruhi dalam melakukan kegiatan wisata serta mau membayar untuk kegiatan tersebut. Jumlah tanggungan keluarga mempengaruhi alokasi pendapatan pengunjung untuk biaya rekreasi atau kegiatan wisata. Semakin banyak tanggungan keluarga akan semakin besar pengeluaran untuk wisata. Sebagian besar pengunjung objek wisata Otak Kokok Gading memiliki jumlah tanggungan yang kecil, yaitu sampai 3 orang.

Analisis Nilai Wisata Alam untuk Memperoleh Kesediaan Membayar per orang Kunjungan dan Nilai Wisata Total per tahun. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar responden atas kepuasan atau pengalaman wisata selama di kawasan Otak Kokok Gading yang bisa juga diartikan sebagai keinginan responden membayar sejumah uang untuk menjaga kelestarian lingkungan dan untuk menghindari penurunan kualitas lingkungan tersebut. Untuk mengetahui kesediaan membayar responden penelitian, responden pengunjung dan masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan kawasan Otak Kokok Gading. 1. Pendugaan Kesediaan Membayar Rata-rata Responden pengunjung wisata yang memiliki kesediaan membayar sama dengan retribusi masuk objek wisata Otak Kokok Gading untuk pengelolaan dan pelestarian kawasan senilai Rp 4.000 (sesuai dengan harga tiket yang diberlakukan pada saat penelitian) sebanyak 16 orang. Nilai ini lebih tinggi dibandingkan dengan nilai kesediaan yang lain, yaitu Rp 2.000, Rp 3.000. selain itu kesediaan membayar responden pengunjung wisata sebesar Rp 5.000 sebanyak 4 orang, dan Rp 10.000 sebanyak 2 orang. Nilai kesediaan membayar pengunjung ini dipengaruhi oleh karakteristik pengunjung sendiri, seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Responden yang tergolong memiliki pendapatan tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cenderung bersedia membayar lebih dari harga tiket masuk. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayar dan dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap besarnya kesediaan membayar. Dari perhitungan hasil wawancara diperoleh rata-rata kesediaan membayar responden pengunjung wisata sebesar Rp 4.133 per orang per kunjungan. Besarnya nilai kesediaan membayar ini diperoleh dengan menggunakan perhitungan rumus di atas, yaitu dengan menjumlahkan nilai kesediaan membayar semua responden wisata dibagi dengan jumlah responden wisata itu sendiri. 2. Nilai Wisata Nilai wisata untuk Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp 748.205.256 dengan jumlah pengunjung 181.032 orang. Jika dibandingkan

dengan besarnya pendapatan dari penerimaan tiket masuk Objek Wisata Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp 725.400.000. Nilai tersebut lebih kecil dari nilai kesediaan membayar pengunjung pada tahun yang sama. Dengan nilai kesediaan membayar pengunjung yang lebih besar ini, maka dapat dikatakan bahwa pengunjung memiliki tingkat kepuasan wisata yang besar dan memahami pentingnya menjaga kelestarian kawasan Otak Kokok. Dari data sekunder jumlah pengunjung pada tahun sebelumnya yaitu 2007 sampai dengan 2009, dapat dilihat trend yang terjadi pada nilai wisata Objek Wisata Otak Kokok Gading dengan asumsi besarnya kesediaan membayar sama untuk setiap tahunnya. Tabel 9 Nilai wisata otak kokok gading berdasarkan jumlah pengunjung 2007 2008 2009 2010 WTP Rata-rata (Rp) 4.133 4.133 4.133 4.133 Jumlah pengunjung (Org) 149.639 167.627 175.891 181.032 Nilai wisata (Rp) 618.457.987 692.802.391 726.957.503 748.205.256 80000000 Nilai Wisata 60000000 40000000 20000000 0 2006 2007 2008 2009 2010 Tahun Nilai Y Linear (Nilai Y) Gambar 10 Tren nilai wisata Otak Kokok Gading tahun 2007-2010. Berdasarkan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi kenaikan nilai wisata setiap tahunnya, dimana nilai kesediaan membayar sama dengan jumlah pengunjung yang datang meningkat setiap tahunnya. Model regresi linear dari nilai wisata berdasarkan hasil perhitungan yaitu 42339691,9 X 84342665397. Sedangkan untuk persen peningkatan nilai wisata setiap tahunnya megalami penurunan yaitu untuk tahun 2008 sebesar 10,73%, tahun 2009 sebesar 4,70% dan tahun 2010 sebesar 2,84%.

5.2.2 Nilai Ekonomi Air Air merupakan produk nyata yang dihasilkan kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani yang digunakan seluruhnya untuk hajat hidup orang banyak, kebutuhan akan air semakin lama semakin meningkat dengan semakin banyaknya jumlah penduduk. Kondisi sumber air di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani tersebar di berbagai lokasi, hal ini menyesuaikan dengan luas Taman Nasional Gunung Rinjani yang masuk ke dalam tiga daerah yaitu Lombok Barat, Lombok Utara dan Lombok Timur. Pada penelitian ini dispesifikkan untuk sumber air yang ada di Lombok Timur, khususnya lagi untuk sumber air yang sama dengan lokasi wisata tempat penelitian yaitu obyek wisata Otak Kokok ini. Di lokasi ini terdapat lebih dari satu lokasi sumber air yang bisa dimanfaatkan. Untuk saat ini pemanfaatan sumber air yang ada dilakukan oleh masyarakat sekitar dan oleh PDAM disekitar daerah tersebut. Bisa dikatakan pemanfaatan sumber air ini dilakukan secara langsung oleh masyarakat sekitar dan melalui perantara atau jasa PDAM untuk masyarakat yang cukup jauh dari lokasi sumber air. Masyarakat yang memanfaatkan air bersih dari kawasan secara langsung merupakan masyarakat yang tinggal tidak jauh dari kawasan wisata. Khususnya untuk desa asal responden masyarakat pengguna air, semua masyarakatnya menggunakan sumber air dari kawasan. Sistem yang digunakan untuk mengalirkan air ke rumah masing-masing yaitu dengan memasang pipa dari lokasi sumber air ke tempat penampungan yang sengaja dibuat bersama oleh masyarakat. Karakteristik responden masyarakat pengguna air Otak Kokok cukup bervariasi. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan sebanyak dengan porsi umur terbesar yaitu 26-40. Pada umur seperti ini, masyarakat disana kebanyakan sudah bekerja karena hampir semuanya sudah berumah tangga. Tidak ada perbedaan yang mendasar antara keharusan laki-laki atau perempuan yang bekerja, di Desa Perian pasangan suami istri bekerja secara bersama-sama. Jumlah responden masyarakat pengguna air yang sudah menikah sebanyak 23 dari 30 orang responden. Tingkat pendidikan dari responden masyarakat pengguna air yang paling banyak, yaitu tingkat SLTP dengan pendapatan masyarakat pengguna air paling banyak berkisar antara Rp 200.000 - Rp 400.000 per bulannya. Hampir

semua responden memiliki tanggungan termasuk juga responden yang belum menikah, biasanya menanggung biaya sekolah adik atau anggota keluarganya yang lain. Pemanfaatana air di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan saja tetapi juga oleh masyarakat yang jauh dari kawasan. Pemanfaatan oleh masyarakat yang jauh dari kawasan ini menggunakan jasa dari PDAM yang sumber airnya berasal dari kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani. Masyarakat yang memanfaatkan air melalui jasa PDAM harus membayar sejumlah uang setiap bulannya sesuai tarif PDAM dan sesuai dengan jumlah pemakaian. Tabel 10 Pemanfaatan air oleh PDAM berdasarkan Seksi Pengelolaan Wilayah (SKW) No Pengguna Peruntukkan Lokasi SKW I Lombok Barat 1 PDAM Bayan PDAM Sungai Lekok Puluk SKW II Lombok Timur 2 PDAM PDAM Jeruk manis 3 PDAM PDAM Otok Kokok Gading Analisis Nilai Manfaat Air bagi Masyarakat Desa Perian Kecamatan Montong Gading dengan Menduga Kesediaan Membayar Rata-rata per meter kubik dan Nilai Manfaat Total Air untuk Masyarakat. Pendugaan nilai ekonomi ini merupakan besarnya tingkat kesediaan membayar masyarakat di sekitar kawasan Otak Kokok Gading yang bisa juga diartikan sebagai keinginan masyarakat membayar sejumah uang untuk menjaga kelestarian sumber air dan untuk menghindari penurunan kualitas sumber air tersebut. Untuk mengetahui kesediaan membayar masyarakat, responden dari masyarakat diberikan kuesioner yang diisi untuk mengetahui pandangan mereka tentang keberadaan sumber air pada kawasan tersebut. 1. Pendugaan Kesediaan Membayar Rata-rata untuk Penggunaan Air Semua responden masyarakat bersedia membayar sejumlah uang atas pemanfaatan air bersih dari kawasan. Kesediaan membayar bervariasi antar satu masyarakat dengan masyarakat yang lain, paling rendah yaitu Rp 5.000 per bulan dan tertinggi Rp 20.000 per bulan.

Tabel 11 Distribusi masyarakat berdasarkan kesediaan membayar terhadap pemanfaatan air dari kawasan TNGR Kesediaan Membayar (Rp) Jumlah (org) Rata-rata Penggunaan Air (m 3 /bln) Persentase (%) 5.000 6 13,62 20 6.000 1 15,96 3,33 7.000 1 14,82 3,33 7.500 6 15,30 20 9.000 1 14,82 3,33 10.000 6 15,58 20 12.500 1 16,53 3,33 13.000 1 18,81 3,33 14.000 1 18,24 3,33 15.000 2 18,81 6,67 20.000 4 19,95 13,33 Total 30 182,435 100 Nilai kesediaan membayar masyarakat ini dipengaruhi oleh karakteristik masyarakat itu sendiri seperti tingkat pendapatan dan jumlah tanggungan keluarga. Responden yang tergolong memiliki pendapatan tinggi dan dengan jumlah tanggungan keluarga yang rendah cenderung bersedia membayar lebih. Faktor pendidikan juga berpengaruh terhadap pola pikir responden dalam mengalokasikan kesediaan membayar dan dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang berpengaruh terhadap besarnya kesediaan membayar. Masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini secara keseluruhan menyadari pentingnya keberadaan sumber air bagi pemenuhan kebutuhan seharihari. Keberadaan sumber air di kawasan Otak Kokok Gading ini harus dipertahankan dan dilestarikan agar tidak terjadi kerusakan dan pencemaran lingkungan dengan keberadaan sumber air tersebut. Tidak hanya pemerintah dan pengelola saja, tetapi masyarakat juga harus memiliki kontribusi yang tinggi dalam upaya penjagaan dan pelestarian sumber air di kawasan ini. Didapatkan nilai total kesediaan membayar responden masyarakat untuk pemanfaatan air per tahunnya sebesar Rp 127.136.200 dengan rata-rata kesediaan membayar sebesar Rp 10.216 per kepala keluarga per bulan. 2. Nilai Air Nilai air untuk Otak Kokok Gading pada tahun 2010 sebesar Rp 14.494.461 per bulan dan sebesar Rp 173.933.532 per tahun dengan jumlah 1.419 rumah

tangga. Pendugaan nilai air ini dengan mengasumsikan bahwa semua penduduk Desa Perian memanfaatkan air dari kawasan TNGR baik secara langsung maupun tidak langsung. Langsung artinya disini yaitu dengan pemasangan pipa-pipa kecil ke sumber mata air kawasan sedangkan yang tidak langsung yaitu pemanfaatan air melalui sumur atau sungai. Gambar 11 Tempat penampungan air bagi masyarakat yang memanfaatkan air dari kawasan TNGR. 5.2.3 Nilai Ekonomi Air Produksi PDAM Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa sumber air pada kawasan ini dimanfaatkan juga oleh masyarakat di luar kawasan melalui jasa PDAM. Terdapat 3 PDAM yang memanfaatkan sumber air dari kawasan ini yaitu PDAM Sikur (Kembang Kuning), PDAM Terara (Otak Kokok Gading) dan PDAM Bayan. Tabel 12 Data jumlah pelanggan PDAM tahun 2010 Lokasi PDAM Jumlah produksi Jumlah Pelanggan (Desa) air (m 3 /bln) Desa Kepala keluarga Sikur (Kembang Kuning) 17.980 64 1021 Terara (Otak Kokok) 15.126 14 827 Bayan 29.635 5 1700 Total 62.741 83 3.548 Jumlah pembayaran untuk pemanfaatan air dengan jasa PDAM jauh lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah kesediaan membayar masyarakat sekitar kawasan. Semakin besar jumlah kesediaan mambayar maka semakin tinggi tingkat kebutuhan masyarakat akan keberadaan air tersebut. Khususnya untuk masyarakat yang memanfaatkan air dengan jasa PDAM, masyarakat ini tinggal di daerah yang jauh dari kawasan Otak Kokok namun dengan kesediaan membayar

yang lebih besar mereka bisa memanfaatkan air hampir sama dengan masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan Otak Kokok. Tabel 13 Nilai air PDAM tahun 2010 PDAM Harga air Rata-rata Jumlah produksi Nilai air PDAM (Rp/m3) (m3/bulan) (Rp/bln) PDAM Sikur 2.551 17.980 45.866.980 PDAM Terara 2.368 15.126 35.818.368 PDAM Bayan 1.856 29.635 55.000.371 Total 62.741 136.685.719 Nilai air total dari PDAM sebesar Rp 136.685.719 per bulan dan Rp 1.640.228.630 per tahun. Nilai air total PDAM ini didapatkan dengan menjumlahkan nilai air dari tiga PDAM yang sumber airnya berasal dari TNGR. Besarnya nilai air total ini merupakan nilai yang diterima oleh PDAM dengan keberadaan dan ketersediaan sumber daya air dari kawasan TNGR. Ketiga PDAM tersebut tidak membayar atau mengeluarkan biaya dalam pemanfaatan air dari kawasan TNGR, jika melihat besarnya nilai manfaat yang diperoleh PDAM maka seharusnya PDAM memberikan kontribusi dalam pengelolaan kawasan TNGR. Kontribusi yang dimaksud di sini yaitu ikut serta dalam kegiatan pengelolaan kawasan untuk menjaga dan memelihara kelestarian sumber daya alam TNGR sehingga semua pihak tetap mendapatkan manfaat dari keberadaan kawasan tersebut. 5.3 Pengelolaan TNGR Keuntungan pengelolaan kawasan TNGR dapat diduga dengan membandingkan biaya total yang digunakan untuk pengelolaan dengan manfaat total yang diperoleh dari kegiatan pengelolaan tersebut. Biaya operasional TNGR diperoleh langsung dari pemerintah yang telah dianggarkan sesuai dengan besarnya pengajuan dari pengelola TNGR setiap tahunnya. Sedangkan pemasukan TNGR sendiri diperoleh dari tiket masuk wisata yang serahkan kepada pemerintah dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).

Tabel 14 Rekapitulasi penerimaan negara bukan pajak TNGR enam lokasi wisata Lokasi Tahun 2008 (Rp) 2009 (Rp) 2010 (Rp) Senaru 53.944.250 140.626.250 56.147.500 Sembalun 73.530.000 32.642.500 68.988.750 Sebau 425.000 475.000 665.000 Kembang Kuning 15.597.250 18.657.500 11.150.000 Timbenuh 600.000 0 2.500.000 Otak Kokok Gading 670.508.000 703.564.000 724.128.000 Total 814.604.500 895.965.250 863.579.250 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat besarnya PNBP dari enam lokasi wisata TNGR, PNBP ini adalah nilai manfaat tangible berupa uang yang diterima dari kegiatan pengelolaan kawasan TNGR tersebut. Pada penelitian ini pendugaan nilai ekonomi wisata dan air digunakan untuk melihat besarnya manfaat intangible yang dikonversi dalam nilai uang. Dalam menilai keuntungan pengelolaan TNGR ini total biaya yang digunakan adalah rata-rata biaya pengelolaan per tahun dari tahun 2006 sampai dengan 2009, dan nilai manfaat total yaitu nilai manfaat yang diperoleh dari pengelolaan kegiatan wisata dan air TNGR pada tahun 2010 dari hasil penelitian yang dilakukan. Tabel 15 Analisis kelayakan pengelolaan wisata TNGR Rata-rata total Biaya Pengelolaan wisata TNGR Nilai Manfaat (Wisata dan air) Keterangan : Tabel perhitungan ada pada lampiran Rp 4.626.064.991 /thn Rp 2.562.367.418 /thn Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai manfaat wisata dan air yang diperoleh lebih kecil daripada biaya total yang digunakan dalam pengelolaan TNGR dalam satu tahun. Nilai manfaat tersebut hanya diperoleh dari nilai wisata dan air pada satu lokasi saja, padahal TNGR memiliki 6 lokasi wisata dan nilai manfaat ini tidak hanya bisa diperolah dari wisata dan air saja. Pada perbandingan nilai di atas, kelayakan pengelolaan TNGR belum bisa dikatakan layak atau tidak layak karena penilaian kelayakan harus dilakukan dari semua aspek pengelolaan yang ada di TNGR bukan hanya dari aspek wisata dan air saja. Namun jika melihat nilai wisata dari hasil penelitian ini dan dibandingkan dengan besarnya biaya yang dikeluarkan pengelola TNGR untuk pengelolaan aspek wisata setiap

tahunnya, maka pengelolaan wisata ini dapat dikatakan menguntungkan karena nilai manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya pengelolaan setiap tahunnya.