BAB II TINJAUAN PUSTAKA Increasing Literacy in Indonesia (Fasli Jalal dan Nina Sardjunani,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORETIS

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

BAB I PENDAHULUAN. informasi secara efektif yang disebut dengan literasi informasi. Literasi informasi

Literasi Informasi Pustakawan dalam Pemenuhan Kebutuhan Informasi Pemustaka (Studi Deskriptif di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta)

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. 21, manusia memasuki periode di mana teknologi informasi merambah ke hampir

LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN FAKULTAS TEKNIK UGM MENGGUNAKAN PENGEMBANGAN MODEL THE BIG6

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

EVALUASI KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN PUSAT UNIVERSITAS WARMADEWA

BAB IV PENUTUP A. KESIMPULAN. Kesimpulan dari penelitian mengenai efektivitas penerapan program

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

Pendahuluan. Implementasi Program Information Skills di Universitas Indonesia 1. Mohamad Aries 2

KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI PEMUSTAKA DI UPT PERPUSTAKAAN DAERAH JAWA TENGAH

KOMPETENSI LITERASI INFORMASI PUSTAKAWAN UNIVERSITAS SWASTA DI LINGKUNGAN KOPERTIS WILAYAH III

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

Perpustakaan umum kabupaten/kota

BAB II KAJIAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

EVALUASI TINGKAT KEMAMPUAN LITERASI INFORMASI RELAWAN PKBI

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

I.1. Pengantar. Bab 1 - Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup global, setiap tahun pada bulan April diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 ini dunia pendidikan kita menjadi geger, geger dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENGKAJIAN PENDIDIKAN TEKNOLOGI DASAR (PTD) DAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. berupa Tugas Akhir, Laporan Penelitian, jurnal maupun artikel. Karya tulis ini mengenai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa:

ID No EQUIS Input Proses Output Predecessors. Membuat Visi. 3 N/A Membuat Misi 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

MANFAAT LITERASI INFORMASI UNTUK PROGRAM PENGENALAN PERPUSTAKAAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan tipe deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sukmadinata (2004: 29-30) bahwa

LITERASI INFORMASI: PERSPEKTIF PUSTAKAWAN. Iskandar Pustakawan Madya Unhas

2015 PENERAPAN MOD EL INKUIRI ABD UKTIF UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP D AN LITERASI SAINS SISWA SMA PAD A MATERI HUKUM NEWTON

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Politik

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia. Perkembangan teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap manusia melakukan kegiatan belajar untuk memperoleh

PETA KOMPETENSI DAN KEBUTUHAN PELATIHAN BAGI PUSTAKAWAN/ TENAGA PERPUSTAKAAN SMA/ SMK SE PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. miliar giga byte informasi baru di produksi pada tahun 2002 dan 92% dari

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inggris perpustakaan dikenal dengan nama library. Library berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuma Yudhayana, 2015 Efektivitas Teknik Examples Non-Examples Dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksposisi

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan perguruan tinggi

PERATURAN DEPARTEMEN AUDIT INTERNAL. Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Tujuan

MANAJEMEN PEMBELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA BERDASARKAN KURIKULUM 2004 (STUDI KASUS DI KELAS XI SMA MUHAMMADIYAH GUBUG) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. (BSNP, 2006). Pendidikan sains ini diharapkan dapat memberikan penguasaan

Permintaan Aplikasi Hibah (Request for Applications) Knowledge Sector Initiative. Untuk. Judul Kegiatan: Skema Hibah Pengetahuan Lokal

PROBLEMATIKA KINERJA PUSTAKAWAN DI PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG

Lampiran 1. Big6 dan Empowering 8

BAB I PENDAHULUAN. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sistem pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UKDW BAB I. PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SD Kristen Paulus Bandung merupakan lembaga pendidikan tingkat dasar

BAB I. PENDAHULUAN BAB. II PANDUAN CRITICAL BOOK REVIEW / REPORT

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perpustakaan sekolah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

Seminar Pendidikan Matematika

Transformasi Masyarakat Informasi di Indonesia Ditinjau dari Aspek Budaya, Teknologi, Sosial dan Ekonomi Nurintan Cynthia Tyasmara

PIAGAM AUDIT INTERNAL

BAB I. PENDAHULUAN. pustakawan. Pustakawan merupakan seseorang yang memiliki kompetensi

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sebuah proses belajar yang tiada henti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan era globalisasi seperti saat ini memungkinkan terjadinya arus

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN

BAB I PENDAHULUAN. Prinsip pendidikan seni dan budaya meliputi pengembangan dimensi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan salah satu tujuan Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan dasar yang dibutuhkan mahasiswa

Perpustakaan umum kabupaten/kota

Pedoman Audit Internal (Internal Audit Charter) Lampiran, Surat Keputusan, No:06/FMI-CS/III/2017 Tentang Penetapan Kepala Unit Audit Internal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG ARSITEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, maka dibentuklah lembaga yang menyediakan informasi yaitu

LAMPIRAN 3 INSTRUMEN PK GURU DENGAN TUGAS TAMBAHAN YANG RELEVAN DENGAN FUNGSI SEKOLAH/MADRASAH

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Kurikulum 2004 berbasis kompetensi yang telah direvisi

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, menggambarkan analisis dari materi yang akan. penemuan tentang pengetahuan pembelajaran, dan sebuah perspektif

BAB I PENDAHULUAN. Di sekolah dasar, Ilmu Pengetahuan Alam atau sains merupakan salah satu

2017, No di bidang arsitektur, dan peningkatan mutu karya arsitektur untuk menghadapi tantangan global; d. bahwa saat ini belum ada pengaturan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan adalah konstruktivisme. Menurut paham konstruktivisme,

Gambar 3.1 Bagan Penelitian Tindakan Kelas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

MAKALAH DIGITAL LITERASI DAN MEDIA LITERASI

ANALISIS BUKU AJAR BAHASA DAN SASTRA INDONESIA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS IX. Oleh Meilia Pratiwi Drs. Syamsul Arif, M.Pd.

Transkripsi:

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Increasing Literacy in Indonesia (Fasli Jalal dan Nina Sardjunani, 2005) Laporan penelitian ini dibuat dalam rangka Education for All Global Monitoring Report tahun 2006 dengan tajuk Literacy for Life yang ditujukan kepada UNESCO. Laporan penelitian ini mengungkapkan kegelisahan serta menyuguhkan data-data terkait rendahnya tingkat literasi masyarakat Indonesia. Penelitian ini tidak menelaah secara khusus mengenai perpustakaan sebagai instrumen yang berkaitan erat dengan program-program literasi, meski di dalamnya juga telah disinggung. Pada penelitian yang penulis susun, akan dibahas mengenai literasi namun mengkhusus pada literasi informasi di perpustakaan. Perbedaan lainnya ialah pada penelitian penulis akan dibahas secara khusus, bagaimana peran perpustakaan khususnya pustakawan dalam memanfaatkan literasi informasinya dalam memenuhi kebutuhan informasi pemustaka.

9 2.1.2 Evaluasi Berbasis Empowering Eight Terhadap Tingkat Literasi Informasi Mahasiswa (Roro Isyawati, 2013) Skripsi ini disusun oleh Roro Isyawati Permata Ganggi, Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Skripsi ini sama-sama menggunakan model Empowering Eight dalam mengidentifikasi tingkat literasi informasi subjek penelitiannya dan menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil dari penelitian Roro Isyawati ialah literasi informasi mahasiswa PGMI UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta tergolong baik dengan nilai rata-rata 2,83 serta menyarankan untuk menggunakan model khusus agar literasi informasi di lokasi penelitian lebh terarah. Perbedaan skripsi ini dengan penelitian yang penulis susun terletak pada subjek dan metode peneltian yang digunakan. Skripsi Roro Isyawati meneliti mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibitidaiyah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga angkatan 2010/2011, sedangkan karya tulis ini meneliti tingkat literasi informasi pustakawan di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dan kaitannya dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka. Metode yang penulis gunakan pada penelitian ini ialah kualitatif dengan menggunakan model literasi informasi yang sama yakni Empowering 8.

10 2.1.3 Studi Literasi Informasi Pemustaka di Perpustakaan Kota Yogyakarta Berdasarkan Model Empowering 8 (Yulia Nurrahmah, 2013) Skripsi ini disusun oleh Yulia Nurrahmah Program Studi Ilmu Perpustakaan, Fakultas Adab dan Ilmu Budaya, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Meneliti tingkat literasi informasi pemustaka di Perpustakaan Kota Yogyakarta dengan model Empowering 8. Hasil penelitiannya yakni grand mean untuk literasi informasi pemustaka di Perpustakaan Kota Yogyakarta sebesar 2,85 dan secara umum cenderung kurang sesuai dengan model empowering 8. Penelitian Yulia menggunakan metode kuantitatif sedangkan penelitian yang penulis susun menggunakan metode kualitatif. Penulis menjadikan pustakawan sebagai subjek penelitian sedangkan pada skripsi Yulia, subjek penelitiannya adalah pemustaka di perpustakaan yang sama dengan lokasi penelitian penulis. Skripsi Yulia sebatas meniliti tingkat literasi informasi, sedangkan penelitian penulis mengaitkan tingkat literasi informasi pustakawan dalam pemenuhan kebutuhan informasi pemustaka. 2.2 Kerangka Konseptual 2.2.1 Pengertian Perpustakaan Umum Perpustakaan umum memiliki peranan yang penting dalam kehidupan. Begitu pentingnya hingga UNESCO mengeluarkan manifesto perpustakaan umum pada tahun 1972 yang direvisi kembali pada tahun 1994. Menurut

11 manifesto tersebut, perpustakaan umum adalah sebuah pusat lokal informasi yang menyediakan kondisi pembelajaran seumur hidup, pengambilan keputusan yang independen, dan pengembangan budaya baik individu maupun komunitas. Begitu pula dengan Sulistyo Basuki (2001), menyatakan bahwa perpustakaan umum ialah perpustakaan yang melayani penduduk secara gratis atau dengan pungutan bayaran minimal. Pengelolaan perpustakaan umum dibiayai oleh pemerintah atau oleh swasta. Pernyataan Sulistyo senada dengan definisi dari IFLA General Conference (1985), yang menjelaskan perpustakaan umum sebagai perpustakaan yang dibiayai oleh pemerintah daerah atau dalam hal tertentu oleh pemerintah pusat, juga badan lainnya yang memiliki wewenang untuk bertindak atau bertindak atas nama badan. Perpustakaan umum tersedia bagi siapa saja yang ingin menggunakannya tanpa bias atau diskriminasi. Berdasarkan ketiga pengertian tersebut, dapat dipetik kesimpulan bahwa perpustakaan umum ialah sebuah perpustakaan yang menjadi pusat informasi bagi masyarakat lokal yang dibiayai oleh pemerintah daerah setempat atau dalam kasus tertentu, oleh badan lainnya yang memiliki wewenang untuk bertindak atas nama badan. Perpustakaan umum mengembangkan budaya pembelajaran seumur hidup serta menyediakan layanan informasi dengan asas persamaan akses bagi semuanya tanpa memandang agama, status sosial, ras, pandangan politik dan lain sebagainya.

12 Pada manifesto perpustakaan umum UNESCO (1994) tersebut, juga menyepakati bahwa misi utama perpustakaan umum tidaklah jauh dari melek huruf, informasi, pendidikan maupun kebudayaan. Adapun misi-misi tersebut, antara lain: 1. Menciptakan serta memperkokoh budaya baca di kalangan anak-anak sedari belia; 2. Membantu individu dan pendidikan swatindak serta formal di semua tingkatan; 3. Menyuguhkan peluang untuk mengembangkan kreativitas pribadi; 4. Merangsang imajinasi dan kreativitas anak-anak serta kawula muda; 5. Membangkitkan kesadaran akan warisan budaya, apresiasi atas seni, perolehan ilmiah, dan inovasi; 6. Menyediakan akses untuk ekspresi kultural dari seluruh seni pertunjukan; 7. Menjaga dan membina dialog antarbudaya dan menoleransi keberagaman budaya; 8. Menyokong tradisi lisan; 9. Menjaga dan menjamin hak akses warga negara terkait semua informasi komunitas; 10. Menyediakan jasa informasi untuk perusahaan lokal, asosiasi, dan kelompok yang berkepentingan secara berkecukupan; 11. Memberikan fasilitas untuk pengembangan informasi serta keterampilan melek komputer;

13 12. Membantu dan turut serta dalam aktivitas ataupun program literasi bagi semua kelompok usia dan menjadi pionir dalam aktivitas tersebut bilamana perlu. Melalui butir-butir tersebut, tersirat bahwa perpustakaan umum memiliki peranan yang vital sebab merupakan satu-satunya pranata kepustakawanan yang dapat dijangkau oleh umum. Sebagaimana disebutkan di atas, disoroti bahwa perpustakaan umum memiliki misi untuk memberantas iliterasi (ketidakberaksaraan), mengembangkan serta membudayakan literasi informasi di kalangan masyarakat. Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta dalam fungsinya sebagai perpustakaan umum, tentu perlu menjalankan misimisi di atas, khususnya dalam hal pengembangan dan pembudayaan literasi informasi. 2.2.2 Pengertian Pustakawan Pustakawan sebagai perpanjangan tangan perpustakaan, wajib mengemban misi-misi perpustakaan. Pustakawan menurut Sulistyo (2010) adalah tenaga professional yang mengemban tugas untuk mengelola perpustakaan, mengorganisir materi perpustakaan, supaya nantinya dapat diberdayakan oleh pemustaka. Pustakawan merupakan sebuah profesi, khususnya kelompok profesi informasi. Pernyataan tersebut tidak berbeda jauh dengan pendapat Aziz (2006), pustakawan ialah ahli perpustakaan yang juga merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, terutama informasi untuk publik yang disediakan

14 melalui lembaga kepustakawanan yang meliputi berbagai jenis perpustakaan. Lain halnya menurut kode etik Ikatan Pustakawan Indonesia, yang menjabarkan bahwa pustakawan ialah seseorang yang melakukan kegiatan kepustakawanan dengan cara memberikan pelayanan jasa kepada publik sesuai dengan tugas lembaga induknya dengan berdasar ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang dimiliki melalui pendidikan. Bila demikian, dari ketiga pengertian tersebut dapatlah disimpulkan bahwa pustakawan adalah seseorang yang berkompeten dalam bidang kepustakawanan, memiliki pendidikan pepustakaan, tenaga profesi dalam bidang informasi, dan bekerja di perpustakaan serta diberikan tanggung jawab, tugas, wewenang, dan hak oleh lembaga induk atau pejabat terkait yang memiliki wewenang. Pustakawan sebagai penggerak perpustakaan perlu menjadi mediator dan katalisator dalam pengembangan serta pembudayaan literasi informasi. Pentingnya peran tersebut, menjadikan literasi informasi sebagai kemampuan mutlak yang perlu dimiliki oleh pustakawan. Ini pula yang mendasari, mengapa kemampuan literasi informasi pustakawan perlu ditelusuri. Pada karya tulis ini, yang ditelusuri adalah seluruh pustakawan di Perpustakaan Daerah Kota Yogyakarta. 2.2.3 Literasi Informasi Deskripsi mengenai literasi informasi telah menjelma menjadi beragam bentuk dari tahun ke tahun. Tokoh yang dianggap sebagai pencetus pertama

15 istilah literasi informasi adalah Paul Zurkowski dalam laporannya ke US National Commission on Libraries and Information Science pada awal tahun 1970-an, sedangkan deskripsi yang paling familiar mengenai literasi informasi ialah hasil studi Christina Doyle pada awal tahun 1990-an dan laporan akhir Presiden Komite ALA (American Library Association) mengenai literasi informasi. 1. Pengertian Literasi Informasi Literasi informasi menurut Christina Doyle (1992) ialah kemampuan untuk mengakses, mengevaluasi dan menggunakan informasi dari beragam sumber. Sebelumnya, pada tahun 1989, American Library Association (ALA) memaparkan bahwa untuk menjadi seseorang yang literat dalam informasi, seseorang perlu mengetahui kapan suatu informasi dibutuhkan serta memiliki kemampuan untuk menemu kembali, mengevaluasi, dan menggunakan informasi secara efektif. Orang-orang yang literat dalam informasi adalah mereka yang sudah belajar bagaimana cara belajar. Mereka tahu cara belajar karena mereka mengetahui bagaimana sebuah informasi dikelola. Salah satu definisi mengenai literasi informasi dari Chartered Institute of Library dan Information Professionals (CILIP) yang disepakati oleh Dewan CILIP tahun 2004. Menurut CILIP, literasi informasi merupakan kemampuan seseorang untuk mengetahui kapan dan mengapa suatu informasi dibutuhkan, dimana mencarinya, bagaimana cara mengevaluasi, menggunakan serta mengomunikasikan suatu informasi secara etis.

16 Melalui tiga definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa literasi informasi adalah kemampuan untuk menemu kembali, mengevaluasi, menggunakan, menciptakan suatu informasi secara efektif guna mencapai berbagai tujuan, baik individu maupun sosial, serta mampu mempertanggunjawabkan informasi bersangkutan secara etis. Adapun cakupan kemampuan yang menurut CILIP seharusnya dipahami oleh seseorang yang literat informasi antara lain; mengenali kebutuhan akan informasi, mengenali sumber-sumber referensi yang tersedia, mengakses dan menemu kembali informasi, mengevaluasi informasi hasil temuan, mengelola informasi, menggunakan informasi secara bertanggung jawab, mengomunikasikan atau membagi informasi yang ditemukan kepada orang lain, dan menyimpan informasi tersebut dengan baik. Delapan butir yang disebutkan di atas merupakan himpunan kemampuan yang perlu dipahami oleh seorang literat dalam informasi, yang kemampuan tersebut kemudian digunakan untuk memecahkan problematika sehari-hari serta mengasah pemikiran kritis. b. Model Literasi Informasi Komponen-komponen seorang literat dalam informasi dapat diidentifikasi dengan model-model literasi informasi. Keberadaan suatu model dapat pula menunjukkan hubungan-hubungan antar komponen. Terdapat empat model literasi informasi yang masyhur hingga saat ini, yakni Empowering 8, Seven Pillars of Information Literacy, Seven Faces of

17 Information Literacy, dan The Big 6. Adapun deskripsi dari masing-masing model literasi informasi: 1. Empowering 8 Model ini dicetuskan sekaligus disepakati pada International Workshop on Information Skills for Learning tahun 2004 di Colombo, Sri Lanka. Model ini digunakan untuk negara-negara Asia Tenggara dan Selatan. Tabel 2.1 Model Empowering Eight Langkah Komponen Hasil Pembelajaran yang Didemonstrasikan 1 Identifikasi - Menentukan subjek atau topik - Menentukan dan memahami sasaran penyajian - Memilih format yang relevan untuk produk akhir - Mengidentifikasi kata kunci - Merencanakan strategi penelusuran - Mengidentifikasi berbagai jenis sumber, dimana informasi bersangkutan memungkinkan ditemukan 2 Eksplorasi - Menentukan lokasi sumber yang sesuai dengan pilihan topik - Menemukan informasi yang sesuai dengan pilihan topik - Melakukan wawancara, kunjungan lapangan atau penelitian di luar lainnya 3 Seleksi - Memilih informasi yang relevan - Menentukan sumber mana saja yang terlalu mudah, terlalu sukar

atau sesuai - Mencatat informasi yang relevan dengan cara membuat catatan atau membuat pengorganisasi visual seperti kartu, grafik, bagan atau garisan, dan sebagainya - Mengidentifikasi tahapan dalam proses - Mengumpulkan sitiran yang sesuai 4 Organisasi - Memilah informasi - Membedakan antara fakta, pendapat, dan khayalan - Mengecek bias dalam sumbersumber - Mengatur informasi yang diperoleh dengan urutan logis - Menggunakan pengorganisasian visual untuk membandingkan atau mengontraskan informasi yang didapat 5 Menciptakan - Menyusun informasi sesuai dengan opini dalam cara yang bermakna - Merevisi dan menyunting sendiri atau bersama pembimbing - Finalisasi format bibliografis 6 Presentasi - Mempraktekkan aktivitas penyajian - Berbagi informasi dengan pihak yang sesuai - Memaparkan informasi dalam format yang tepat sesuai sasaran - Menyusun dan menggunakan peralatan yang sesuai 7 Penilaian - Menerima masukan dari siswa lain - Swa-akses kinerja dalam penanggapan dan penilaian dari pihak guru - Merefleksi seberapa jauh keberhasilan yang telah mereka 18

19 lakukan - Menentukan apakah masih perlu suatu keterampilan baru - Pertimbangkan apa yang dapat dilakukan lebih baik pada kesempatan berikutnya 8 Aplikasi - Meninjau masukan dan penilaian - Menggunakan masukan dan penilaian untuk keperluan pembelajaran atau aktivitas berikutnya - Mendorong menggunakan pengetahuan yang diperoleh dari berbagai situasi - Menentukan keterampilan yang dapat diterapkan pada subjek - Menambahkan produk pada portofolio produksi 2. Seven Pillars of Information Literacy Pada tahun 1999, SCONUL (Standing Conference of National and University Libraries) di Inggris menyepakati sebuah model literasi infomasi bernama Seven Pillars of Information Literacy atau Tujuh Pilar Kemelekan informasi. Tabel 2.2 Model Seven Pillars of Information Literacy Pengetahuan Perpustakaan Dasar dan Kemampuan Teknologi Informasi Mengenali kebutuhan informasi Membedakan cara mengatasi kesenjangan Membangun strategi lokasi informasi Menentukan lokasi dan akses informasi Membandingkan dan mengevaluasi Mengorganisasi, menerapkan, dan mengomunikasikan Sintesis dan penciptaan Kemelekan Informasi Pemula Pemula lanjut Cakap Sangat cakap Ahli

20 3. Seven Faces of Information Literacy Christine Bruce sekitar tahun 1997-an menggunakan pendekatan informasi terhadap informasi. Tiga strategi yang ia usulkan yakni, ancangan prilaku, ancangan konstrukvis, dan ancangan relasional. Adapun tujuh wajah literasi informasi yang ia paparkan, tertera pada tabel berikut: Tabel 2.3 Model Seven Faces of Informmation Literacy Kategori satu: Konsepsi teknologi informasi Kategori dua: Konsepsi sumber ke informasi Kategori tiga: Konsepsi proses informasi Kategori empat: Konsepsi pengendalian informasi Kategori lima: Konsepsi konstruksi pengetahuan Kategori enam: Konsepsi perluasan pengetahuan Kategori tujuh: Konsepsi kearifan Literasi informasi dipandang sebagai penggunaan teknologi informasi guna menemu kembali informasi dan komunikasi Literasi informasi dipandang sebagai cara menemukan informasi yang berada di sumber informasi Literasi informasi dipandang sebagai pelaksanaan sebuah proses Literasi informasi dipandang sebagai pengendalian informasi Literasi informasi dipandang sebagai pembentukan basis pengetahuan dan perspektif pribadi pada bidang baru yang diminatinya Literasi informasi dipandang sebagai penciptaan karya dengan pengetahuan dan perspektif pribadi yang digunakan sedemikian rupa hingga mencapai wawasan baru Literasi informasi dipandang sebagai cara menggunakan informasi dengan bijak demi kemudaratan orang lain

21 4. The Big 6 Model ini dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz pada tahun 1988. The Big 6 dicantumkan dalam terbitan Curriculum Initiative: An Agenda Strategy for Library Media Programs. Berikut gambarannya dalam tabel: Tabel 2.4 Model Big 6 1. Definisi tugas 2. Strategi mencari informasi 3. Lokasi dan akses 4. Menggunakan informasi 5. Sintesis 6. Evaluasi Definisikan masalah informasi yang dihadapi Identifikasi informasi yang diperlukan Menentukan semua sumber yang mungkin Memilih sumber terbaik Tentukan lokasi sumber secara intelektual maupun fisik Menemukan informasi dalam sumber Hadapi, misalnya membaca, mendengar, mengamati, menyentuh Ekstrak informasi yang relevan Mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber Sajikan informasi Nilai produk yang dihasilkan dari segi efektivitas Nilai proses dan efisiensi Keempat model literasi informasi di atas memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing, serta dapat digunakan dalam kondisi-kondisi tertentu. Model literasi informasi yang digunakan sebagai tolak ukur dalam penelitian ini adalah Empowering 8, sebab dari keempat model tersebut,

22 model Empowering 8 yang dianggap cocok diaplikasikan di negara-negara berkembang karena memperhatikan kondisi dan budaya setempat. 2.2.4 Pengertian Kebutuhan Informasi Peningkatan taraf hidup mengakibatkan peningkatan pada kebutuhan informasi manusia dalam berkehidupan. Pada era ini, kebutuhan informasi manusia semakin kompleks. Konsep mengenai kebutuhan informasi ini kerap disandingkan dengan model perilaku informasi. Wilson (1981) menyatakan bahwa model perilaku informasi yang mengkhusus pada penemuan informasi merupakan konsekuensi dari kebutuhan pengguna akan informasi, termasuk upaya mereka dalam memenuhi kebutuhannya itu dengan hasil berupa kegagalan atau keberhasilan dalam menemukan informasi yang relevan. Kebutuhan informasi dapat dikatakan unsur dari perilaku informasi, namun tidak secara langsung dapat berubah menjadi perilaku informasi. Wilson (1981) mengungkapkan bahwa kebutuhan informasi perlu dipicu dengan konteks kebutuhan, mekanisme pengaktifan pertama, variabel perantara, lingkungan dan mekanisme pengaktifan kedua. Belkin dalam Ishak (2006) menyatakan bahwa suatu kebutuhan informasi muncul pada saat kita mengetahui tingkat pengetahuan mengenai suatu kondisi atau topik tertentu masih kurang dan kita berhasrat untuk mengatasi kekurangan itu. Keterbatasan pengetahuan inilah yang mendorong seseorang untuk mencari informasi. Sedangkan Wilson (1981) beranggapan bahwa munculnya kebutuhan

23 informasi dipengaruhi oleh kebutuhan pribadi yang meliputi kebutuhan afektif, fisiologi ataupun kognitif. Berdasarkan gambaran di atas, dapat disimpulkan bahwa kebutuhan informasi seseorang didasari oleh suatu kondisi pribadinya yang dipengaruhi oleh internal maupun eksternalnya, di mana ia menyadari memiliki keterbatasan akan pengetahuan yang dimilikinya dan kemudian berkeinginan untuk mencari informasi lebih lanjut. Konsep kebutuhan informasi ini menjadi cukup samar sebab menyangkut psikologi personal, tetapi tidak menutup kemungkinan bagi para peneliti yang ingin membuat kajian mengenai topik ini. Sarasevic dan kawan-kawannya (1988) menyampaikan dalam karya tulis mereka beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penelitian mengenai kebutuhan informasi, yaitu: 1. Persepsi mengenai permasalahan yang dihadapi Perlu ditelaah bagaimana responden melihat permasalahan yang mereka hadapi atau hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhannya. 2. Rencana penggunaan informasi Manakala seseorang membutuhkan suatu informasi, tentunya mereka telah memiliki rencana bagaimana akan mendayagunakan informasi tersebut. 3. Relevansi pengetahuan seseorang dengan kebutuhannya Melihat jurang antara apa yang sudah diketahui dan apa yang belum diketahui oleh seseorang terhadap suatu informasi.

24 4. Dugaan ketersediaan informasi Ketika seseorang membutuhkan informasi, mereka memiliki bayangan ke mana atau pada siapa harus mencari informasi tersebut. 2.3. Model Penelitian Adapun tahapan atau langkah-langkah penelitian yang dilakukan di lapangan, sebagai berikut: Gambar 2.1 Model Penelitian Wawancara informan (pustakawan dan pemustaka) Observasi Analisis data dan penarikan kesimpulan