BAB II DESKRIPSI SEKTOR/INDUSTRI PERTANIAN 1.1. Sejarah Singkat Sektor/Industri Pertanian pada BEI Pada tanggal 02 Januari 1996 untuk meningkatkan pelayanan dalam hal informasi kepada para investor BEI memperkenalkan indeks sektoral yang merupakan sub indeks dari IHSG. Ada sepuluh sektor dalam indeks sektoral ini dan salah satunya adalah Sektor Pertanian. Sektor pertanian merupakan gabungan dari perusahaan-perusahaan emiten yang bergerak dalam sektor pertanian yang terdiri dari sub sektor tanaman pangan, sub sektor perkebunan, sub sektor peternakan, sub sektor perikanan, sub sektor kehutanan dan sub sektor lainnya. Bakrie Sumatera Plantation Tbk merupakan perusahaan yang pertama terdaftar pada sektor pertanian yaitu pada 06 Maret 1990, kemudian Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk pada 20 November 1992 dan PP London Sumatera Indonesia Tbk pada 05 Juli 1996. Berdasarkan jenis usahanya maka bidang usaha perkebunan kelapa sawit menjadi bidang usaha terbesar dimana terdapat 15 perusahaan yang bergerak pada bidang usaha tersebut. Usaha perkebunan karet sebanyak 3 perusahaan, usaha perkebunan tebu sebanyak 3 perusahaan, perkebunan kopi 2 perusahaan dan perkebunan teh 2 perusahaan, sedangkan untuk bidang usaha kakao, sagu dan kopra masing-masing 1 perusahaan. Bidang usaha pembenihan terdapat 2 perusahaan dan perikanan budidaya 2 perusahaan. Bidang usaha penangkapan ikan laut terdapat 1 perusahaan. 10
1.2. Lingkup dan Bidang Usaha Sektor Pertanian Perusahaan Emiten Bursa Efek Indonesia Sektor Pertanian pada Bursa Efek Indonesia terdiri enam sub sektor yaitu (1) sub sektor tanaman pangan, (2) sub sektor perkebunan, (3) sub sektor peternakan, (4) sub sektor perikanan, (5) sub sektor kehutanan dan (6) sub sektor lainnya. Dari enam sub sektor tersebut hanya empat sub sektor yang memiliki emiten, sedangkan dua sub sektor yaitu sub sektor peternakan dan subsektor kehutanan tidak memiliki emiten. 1. Sub Sektor Tanaman Pangan. Sub sektor tanaman pangan adalah bidang usaha sektor pertanian yang bergerak untuk menghasilkan produk-produk pertanian berupa bahan makanan pokok. Dalam sektor ini dihasilkan bahan pangan berupa beras, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kedelai, kacang tanah, kacang hijau dan gandum/sorgum/meslin. Pada sub sektor tanaman pangan terdapat PT. Bisi International Tbk (BISI), yang bergerak dalam usaha memproduksi benih hibrida untuk benih jagung, beras dan hortikultura, produsen utama pestisida dan distributor pupuk, BISI (2015). 2. Sub Sektor Perkebunan. Subsektor perkebunan dengan komoditas utamanya kelapa sawit, karet, dan coklat mempunyai posisi yang sangat strategis dalam mendukung perekonomian nasional, antara lain penyediaan bahan baku industri dan sebagai komoditas ekspor yang paling dominan menghasilkan devisa, penyediaan bahan baku energi terbarukan (bioenergi), 11
dan penyerapan tenaga kerja. Di samping itu, subsektor perkebunan memiliki fungsi ekologis yang unggul, tertutama dalam menyerap karbon dioksida. Oleh sebab itu, subsektor perkebunan berperan strategis dalam mitigasi perubahan iklim dan pada gilirannya berpotensi dalam perdagangan karbon (carbon trading). Sektor pertanian juga dituntut untuk berperan dalam mengembangkan bahan bakar nabati (BBN) sebagai bahan baku energi (bioenergi) seperti biodiesel, bioetanol, dan biogas. Tanaman sumber utama biodiesel adalah kelapa sawit, kelapa, jarak pagar, dan kemiri sutan, sedangkan sumber bioetanol adalah tanaman penghasil pati (sagu, ubiubian), gula (tebu, nira), dan selulose (limbah kayu, bagas tebu). Bahan baku utama biogas adalah kotoran ternak. Sub sektor perkebunan merupakan sub sektor dengan jumlah emiten terbesar dimana pada tahun 2015 terdapat 16 emiten. Para emiten tersebut adalah PT. Astra Agro Lestari Tbk (AALI), PT. Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT), PT. Eagle High Plantation Tbk (BWPT), PT. Dharma Satya Nusantara Tbk (DNSG), PT. Golden Plantation Tbk (GOLL), PT. Gozco Plantation Tbk (GZCO), PT. Jaya Agra Wattie Tbk (JAWA), PT. London Sumatera Indonesia Tbk (LSIP), PT. Multi Agro Gemilang Plantation Tbk (MAGP), Provident Agro Tbk (PALM), PT. Sampoerna Agro Tbk (SGRO), PT. Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP), PT. Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk (SMAR), PT. Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS), PT. Tunas Baru Lampung Tbk (TBLA), dan PT. Bakrie Sumatera Plantation Tbk (UNSP). 12
3. Sub Sektor Peternakan Sub sektor peternakan adalah bidang usaha pertanian yang menghasilkan kebutuhan akan daging yang berasal dari hewan ternak seperti sapi, ayam, kerbau, kambing dan lainnya. Pada Bursa Efek Indonesia saat ini tidak memiliki emitan yang terdaftar pada subsektor ini sejak PT. Multibreeder Adirama Indonesia Tbk delisting dari bursa pada 01 Juli 2012 karena merger dengan PT. Japfa Comfeed Tbk (JPFA), Saham OK (2015). 4. Sub Sektor Perikanan Sub sektor perikanan adalah bidang usaha yang menghasilkan kemoditas perikanan baik dari ikan laut atau ikan air tawar. Usaha perikanan dilakukan baik dari ikan tangkapan atau hasil budidaya. Pada saat ini sub sektor perikanan berkembang sangat baik, hal ini dibuktikan dengan hasil produksi yang meningkat di tahun 2015. Peningkatan laju pertumbuhan sub sektor perikanan tersebut disebabkan karena meningkatnya produksi perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Produksi perikanan budidaya meningkat lebih besar bila dibandingkan dengan perikanan tangkap, karena program Gerakan Pakan Ikan Mandiri (GERPARI) melalui pemberdayaan pembudidaya ikan, selain itu perikanan budidaya tidak tergantung pada cuaca dan gelombang tinggi serta keterbatasan/kelangkaan dan naiknya harga BBM. Pada Bursa Efek Indonesia terdapat tiga emiten yaitu PT. Central Proteinaprima Tbk (CPRO), PT. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI), dan PT. Inti Agri Resources Tbk (IIKP). 13
5. Sub Sektor Kehutanan Subsektor kehutanan adalah sektor yang bergerak dalam industri pengelolaan hasil hutan berupa kayu baik dalam bentuk glondongan, kayu olahan seperti kayu lapis. Pengelolaan industri kehutanan saat ini banyak dikembangkan dalam bentuk pengelolaan hutan tanaman industri (HTI). Sub sektor kehutanan sampai dengan saat ini belum ada perusahaan yang listing pada Bursa Efek Indonesia. 6. Sub Sektor Lainnya Sub sektor lainnya adalah emiten yang tergolong dalam sektor pertanian akan tetapi tidak termasuk dalam kategori lima sub sektor diatas. Pada sub sektor ini terdapat PT. Bumi Teknokultura Unggul Tbk (BTEK) yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang biotekhnologi pertanian. Perusahaan memfokuskan usahanya pada bidang riset pengembangan pembibitan dan kehutanan, BTEK (2015). 1.3. Sumber Daya pada Sektor Pertanian Sektor pertanian berdasarkan data BPS (2014) menyerap tenaga kerja sebesar 38 juta tenaga kerja. Jumlah tersebut setara dengan 34 persen penduduk Indonesia yang bekerja. Sekitar 72,6 persen tenaga kerja sektor pertanian berpendidikan tamat Sekolah Dasar atau bahkan tidak sekolah sama sekali (Kemenakertrans, 2013), dimana sekitar 61 persen petani utama berusia lebih dari 45 tahun atau berada di ujung usia produktif (BPS, 2014). 14
1.4. Tantangan Sektor Pertanian Kendala utama sektor pertanian adalah pada permodalan dan luas kepemilikan lahan karena sektor ini umumnya dikelola secara tradisional dan sederhana. Usaha pertanian tradisional dikelola oleh keluarga dengan jumlah lahan yang terbatas. Dengan jumlah lahan yang terbatas akan sangat sulit bagi para petani untuk mencapai sekala ekonomi untuk mendapatkan keuntungan dari usahanya. Ketersediaan benih dan pupuk juga selalu menjadi kendala yang terus berulang bagi para petani. Kemudian harga jual pada saat panen menjadi kendala akhir bagi para petani yang seringkali menyebabkan kerugian bagi para petani. Bagi usaha pertanian yang dikelola dengan perusahaan yang modern dan dengan sekala besar seperti perkebunan sawit, karet, perikanan besar mungkin kendala permodalan, luas lahan dan skala ekonomi tidak terlalu besar akan tetapi kendala yang disebabkan oleh penurunan harga komoditas, ketidak stabilan nilai tukar rupiah terhadap USD bisa menjadi kendala yang besar bagi mereka. Tantangan lain bagi usaha pertanian adalah tuntutan pasar internasional terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini disebabkan pengembangan sektor pertanian memerlukan perluasan lahan yang akhirnya diperlukan komitmen terhadap pelestarian lingkungan dan keberlanjutan usaha. Tantangan ini mungkin tidak sulit untuk dipenuhi oleh usaha dalam skala besar, tapi tidak demikian bagi usaha dengan skala menengah dan kecil. 15
1.5. Proses/Kegiatan Fungsi Bisnis. Fungsi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan yang terdaftar dalam sektor pertanian pada Bursa Efek Indonesia adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, kehutanan dan lainnya. Kegiatan usaha yang dijalani mulai dari pengembangan tekhnologi pembibitan untuk menghasilkan bibit unggul untuk meningkatkan produktifitas dan efisiensi. Kemudian kegiatan penanaman yang dimulai dari penanman bibit, pemupukan, perawatan tananaman dan pengolahan hasil panen. Sebagian perusahaan juga menjalankan proses industri dengan mengolah produk hasil panen ke produk turunan berikutnya untuk memperoleh nilai tambah yang lebih tinggi seperti olein, sterin pada bidang usaha perkebunan kelapa sawit. Perusahaan juga melakukan kegiatan perdagangan hasil industri pertanian baik untuk pasar lokal atau pasar ekspor. Beberapa perusahaan juga melakukan kegiatan perdagangan produk hasil olahan pertanian yang menjadi kebutuhan pokok konsumen akhir. 16