Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGAH

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI SELATAN TRIWULAN I-2014

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2008

Halaman ini sengaja dikosongkan.

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

Transkripsi:

Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas 2. Mendorong sistem keuangan nasional bekerja secara efektif dan efisien serta mampu bertahan terhadap gejolak internal dan eksternal untuk mendukung alokasi sumber pendanaan/pembiayaan dapat berkontribusi pada pertumbuhan dan stabilitas perekonomian nasional 3. Mewujudkan sistem pembayaran yang aman, efisien, dan lancar yang berkontribusi terhadap perekonomian, stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan dengan memperhatikan aspek perluasan akses dan kepentingan nasional 4. Meningkatkan dan memelihara organisasi dan SDM Bank Indonesia yang menjunjung tinggi nilai-nilai strategis dan berbasis kinerja, serta melaksanakan tata kelola (governance) yang berkualitas dalam rangka melaksanakan tugas yang diamanatkan UU KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT i

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ii

Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkatnya, Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Papua Barat triwulan II tahun 2014 ini dapat terbit tepat waktu. Ditengah upaya mendorong pertumbuhan ekonomi, kajian yang meliputi analisa makro ekonomi daerah, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah menjadi sangat penting terutama bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 9,09% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sementara itu, ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 tumbuh positif sebesar 7,79% (yoy), angka tersebut lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II-2014 sebesar 5,12% (yoy). Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua 1 tercatat sebesar 7,40% (yoy) atau lebih tinggi dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 2 pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 5,27% (yoy) atau lebih rendah dari inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,70% (yoy). Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan II-2014 tercatat masih cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat cukup meningkat seperti tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 13,99% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh signifikan sebesar 14,69% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 58,07% pada triwulan II-2014 dari triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 57,71%. Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS dari Wilayah Papua mencapai Rp 7,44 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 10.887 lembar. Disisi lain, dana yang masuk ke wilayah Papua mencapai Rp 11,62 triliun. Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2014 di wilayah kerja KPwBI Papua & Papua Barat secara nominal mencapai Rp 1,34 triliun dengan jumlah warkat sebesar 33.757 lembar. Jika dibandingkan dengan periode 1 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota. Jayapura dan Kab. Merauke. 2 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga-harga barang dan jasa di Kab. Manokwari dan Kota. Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iii

yang sama tahun sebelumnya, terdapat penurunan nilai nominal kliring sebesar -30,28% (yoy). Pada triwulan II-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau menurun sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan II-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar. Penyusunan laporan ini tidak terlepas dari koordinasi berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan yang atkan di masa yang akan datang. Akhirnya besar harapan kami kiranya lapbaik ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan semoga hubungan kerjasama yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkoran triwulan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dalam memahami perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat. Jayapura, Agustus 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Kepala Perwakilan, Hasiholan Siahaan Deputi Direktur KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT iv

Daftar Isi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GRAFIK... TABEL INDIKATOR MONETER... RINGKASAN EKSEKUTIF... iii v ix xi xiii xvii BAB I. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL... 1 I. Provinsi Papua... 1 1.1. Sisi Permintaan... 1 1.1.1. Konsumsi Rumah Tangga... 4 1.1.2. Investasi... 5 1.1.3. Ekspor dan Impor... 6 1.2. Sisi Penawaran... 7 1.2.1. Sektor Pertanian... 8 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 9 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 10 1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 11 1.2.5. Sektor Keuangan Perusahaan dan Persewaan... 11 II. Provinsi Papua Barat... 12 2.1. Sisi Permintaan... 12 2.1.1. Konsumsi... 13 2.1.2. Ekspor Impor... 14 2.2. Sisi Penawaran... 15 2.2.1. Sektor Pertanian... 15 2.2.2. Sektor Pengolahan.... 15 2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 16 2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi... 17 2.2.5. Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan... 17 2.2.6. Sektor Jasa-jasa... 18 2.2.7. Sektor Bangunan... 18 BAB 2. KEUANGAN PEMERINTAH... 19 I. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua... 19 1.1. Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua... 20 1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua... 21 1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan... 22 II. Keuangan Pemerintah Provinsi Papua Barat... 23 2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat... 23 2.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat... 24 BAB 3. PERKEMBANGAN HARGA... 27 I. Provinsi Papua... 27 1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua... 27 1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura... 28 1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi... 28 1.2. Inflasi Menurut Kelompok Komoditas... 30 1.2.1. Kelompok Bahan Makanan... 30 1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 30 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT v

1.2.3. Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik... 30 1.2.4. Kelompok Sandang... 30 1.2.5. Kelompok Kesehatan... 31 1.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 31 1.2.7. Kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan... 31 II. Provinsi Papua Barat... 32 2.1. Kondisi Umum... 32 2.2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Selama Periode Berjalan... 32 2.2.1. Kelompok Bahan Makanan... 33 2.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 33 2.2.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 34 2.2.4. Kelompok Sandang... 34 2.2.5. Kelompok Kesehatan... 34 2.2.6. Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga... 34 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan.... 34 BAB 3. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN... 35 I. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua... 35 II. Perbankan Provinsi Papua... 36 2.1. Perkembangan Umum... 36 2.2. Perkembangan Aset... 37 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 38 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 39 2.5. LDR dan NPL... 40 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 41 2.7. Stabilitas Sistem Keuangan... 42 2.7.1. Kelompok Bahan Makanan... 42 2.7.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 43 2.7.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 43 III. Perbankan Provinsi Papua Barat... 44 3.1. Perkembangan Umum... 44 3.2. Aset Perbankan... 45 3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan... 45 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan... 45 3.5. LDR dan NPL... 47 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah... 48 3.7. Stabilitas Sistem Keuangan... 48 3.7.1. Kelompok Bahan Makanan... 48 3.7.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau... 49 3.7.3. Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar... 50 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN... 51 I. Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS)... 51 II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI)... 53 III. Perkembangan Uang Kartal... 54 BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN... 57 I. Ketenagakerjaan Provinsi Papua... 57 1.1. Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Papua... 57 1.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 58 II. Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat... 59 2.1. Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Barat... 59 2.2. Tenaga Kerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama... 59 III. Kemiskinan di... 61 3.1. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua... 61 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vi

3.2. Perkembangan Kemiskinan di Provinsi Papua Barat... 62 BAB 7. PRAKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH... 63 I. Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah... 63 1.1. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua... 63 1.2. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat... 64 II. Prospek Pencapaian Inflasi... 65 2.1. Inflasi Provinsi Papua... 65 2.2. Inflasi Provinsi Papua Barat... 66 III. Prospek Pertumbuhan Perbankan... 66 3.1. Propek Perbankan Provinsi Papua... 66 3.2. Prospek Perbankan Provinsi Papua Barat... 66 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT vii

Tabel 1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Dari Sisi Sektoral... 2 Tabel 2 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Paua Barat Harga Konstan Sisi Sisi Permintaan (%)... 2 Tabel 3 Kontribusi Komponen Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi (yoy) (%)... 3 Tabel 4 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) (%)... 3 Tabel 5 Perkembangan Penjualan Perusahaan Pertambangan... 7 Tabel 6 Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua... 8 Tabel 7 Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua... 9 Tabel 8 Perkembangan Produksi Tambang Papua... 9 Tabel 9 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua... 10 Tabel 10 Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua... 11 Tabel 11 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua... 12 Tabel 12 Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat... 12 Tabel 13 Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat... 17 Tabel 14 Perbandingan Target Pendapatan Daerah Provinsi Papua... 19 Tabel 15 Perbandingan Anggaran Belanja Daerah Provinsi Papua... 20 Tabel 16 Perbandingan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua... 20 Tabel 17 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014... 21 Tabel 18 Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua... 22 Tabel 19 Realisasi Belanja Daerah Provinsi Papua Triwulan I-2014... 22 Tabel 20 Perbandingan APBD Provinsi Papua... 23 Tabel 21 Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan I-2014... 23 Tabel 22 Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Triwulan I-2014... 24 Tabel 23 Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Triwulan I-2014... 25 Tabel 24 Perkembangan Inflasi Kota Jayapura... 28 Tabel 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura... 29 Tabel 26 Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat... 32 Tabel 27 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar)... 35 Tabel 28 Perkembangan NPL Persektor... 36 Tabel 29 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua... 37 Tabel 30 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua... 38 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT Daftar Tabel viii

Tabel 31 Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua... 41 Tabel 32 Perkembangan Indikator Perbankan Papua... 41 Tabel 33 Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua... 41 Tabel 34 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat... 44 Tabel 35 Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat... 46 Tabel 36 Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi... 47 Tabel 37 Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat... 48 Tabel 38 Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat... 48 Tabel 39 Transaksi RTGS Wilayah Papua... 50 Tabel 40 Transaksi Kliring Wilayah Papua... 53 Tabel 41 Perkembangan Perkasan KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat... 55 Tabel 42 Penduduk Usia 15 Tahun Ke atas Menurut Kegiatan Utama... 57 Tabel 43 Pendapatan Menurut Lapangan Kerja... 58 Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua... 58 Tabel 45 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan Utama Februari 2012 Februari 2014 Provinsi Papua Barat... 59 Tabel 46 Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Kerja Utama... 60 Tabel 47 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua... 61 Tabel 48 Jumlah Penduduk Penduduk Miskin Di Provinsi Papua Barat... 62 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT ix

Daftar Grafik Grafik 1 Survei Konsumen... 4 Grafik 2 Konsumsi Listrik RT... 4 Grafik 3 Kredit Konsumsi... 4 Grafik 4 Jumlah kendaraan Baru... 5 Grafik 5 Realisasi Belanja Pegawai Pemda... 5 Grafik 6 Kredit Investasi Bank Umum... 6 Grafik 7 Realisasi Belanja Modal Pemrov. Papua... 6 Grafik 8 Volume Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 9 Nilai Ekspor Non Migas Papua... 6 Grafik 10 Volume Impor Non Migas Papua... 7 Grafik 11 Nilai Impor Non Migas Papua... 7 Grafik 12 Nilai Tukar Petani... 9 Grafik 13 PDRB Sektor Pertanian Papua... 9 Grafik 14 Perkembangan Kredit Perdagangan... 10 Grafik 15 Tingkat Hunian Hotel Papua... 10 Grafik 16 Grafik Survey Konsumen... 13 Grafik 17 Kredit Konsumsi Papua Barat... 13 Grafik 18 Konsumsi Listrik Papua Barat... 14 Grafik 19 Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat... 14 Grafik 20 Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat... 14 Grafik 21 Nilai Tukar Petani Papua Barat... 15 Grafik 22 PDRB Sektor Pertanian Papua Barat... 15 Grafik 23 Penggunaan Listrik... 16 Grafik 24 Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional... 27 Grafik 25 Disagregasi Inflasi Kota Jayapura... 29 Grafik 26 Perkembangan Survei Konsumen... 29 Grafik 27 Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua... 38 Grafik 28 Komposisi Aset Perbankan... 38 Grafik 29 Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua... 39 Grafik 30 Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua... 40 Grafik 31 Komposisi Kredit Perbankan... 40 Grafik 32 Perkembangan NPL & LDR... 41 Grafik 33 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua... 42 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT x

Grafik 34 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua... 42 Grafik 35 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua... 43 Grafik 36 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua... 43 Grafik 37 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua... 44 Grafik 38 Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua... 44 Grafik 39 Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat... 45 Grafik 40 Komposisi Aset Perbankan... 45 Grafik 41 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat... 46 Grafik 42 Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat... 46 Grafik 43 Komposisi Kredit Perbankan... 46 Grafik 44 Perkembangan NPL & LDR... 48 Grafik 45 Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat... 49 Grafik 46 Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat... 49 Grafik 47 Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat... 50 Grafik 48 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat... 50 Grafik 49 Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat... 50 Grafik 50 Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat... 50 Grafik 51 Nilai Transaksi RTGS... 52 Grafik 52 Perkembangan Kliring Wilayah Papua... 54 Grafik 53 Perkembangan Uang Kartal... 55 Grafik 54 Perkembangan Penduduk Miskin Prov. Papua... 61 Grafik 55 Perkembangan UMR Prov. Papua... 61 Grafik 56 Perkembangan Penduduk Miskin Papua Barat... 62 Grafik 57 Perkembangan UMR Papua Barat... 62 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xi

PDRB DAN INFLASI TABEL INDIKATOR PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1096 1106 1085 1173 Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1261 1131 Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170 Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17 Bangunan 624 651 708 791 669 715 741 807 743 768 Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 601 Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 611 619 Keuangan, Persewaan & Jasa Per 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304 Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 821 974 873 884 TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6500 7305 5624 5666 PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543 Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311 Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1753 1792 Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279 Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275 Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225 Keuangan, Persewaan & Jasa Per 55 58 60 61 61 65 66 70 62 66 Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371 TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3784 3874 2014 2014 2013 Kelompok Komoditi TW I TW II IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162.66 4.36 7.12 6.28 7.12 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81 114.22-3.11-1.25-6.58 8.73 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163.91 0.89 8.18 3.28 8.18 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50 114.38 0.48 3.10 1.10 8.78 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131.56 0.18 9.18 1.07 9.18 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30 113.14 0.19 2.20 0.30 5.42 Sandang 137.61-0.02 4.07 0.64 4.07 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09 106.36 0.27 0.72 0.01 5.39 Kesehatan 119.92 0.32 3.80 0.89 3.80 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33 104.92 0.24 0.47 0.31 3.43 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118.39 0.02 3.73 0.02 3.73 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92 106.71 0.00 0.10 0.10 3.98 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135.98 0.41 11.97 0.01 11.97 110.93 1.01-0.48-0.48 9.91 112.23 0.98 0.68 1.17 7.13 Inflasi Jayapura 143.68 1.48 8.27 2.52 8.27 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07 112.27-0.44 0.85-1.24 6.87 2014 2014 2013 Kelompok Komoditi TW I TW II IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 192.33 1.68 9.53 1.46 9.53 109.88-0.95-0.18-0.18 4.15 109.99-0.19-0.09 0.10 3.66 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 190.76 0.36 6.06 9.32 6.06 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66 111.62 0.61 3.31 2.71 8.00 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.66 0.21 5.34-3.85 5.34 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03 108.07 0.24 1.72 0.91 4.40 Sandang 122.17-0.14-2.41-3.99-2.41 100.81 0.11 0.28 0.28-1.26 100.93 0.10 0.40 0.12-0.72 Kesehatan 144.80 1.24 4.77 2.92 4.77 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95 107.43 0.25 1.57 0.90 5.71 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 132.56 0.30 1.27 2.36 1.27 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36 105.65 0.11 0.34 0.34 3.56 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 134.98 0.71 11.72-2.42 11.72 111.34 0.48 0.24 0.24 14.07 112.07-1.25 0.90 0.66 10.00 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 163.94 0.91 7.28 1.06 7.28 108.41-0.10 0.30 0.30 5.77 109.26-0.11 1.08 0.78 5.27 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xii

TABEL PERBANKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiii

TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Kliring 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Total Volume (lembar) 46,393 47,305 39,427 45,039 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757-37.61% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,206 1,203 1,337 1,655 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 6.09% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 801 813 692 806 849 832 703 517 526 562-38.09% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 21.95 22.39-6.95% Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.01 1.69-54.16% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 1.76 4.02-29.56% Tabel Transaksi RTGS RTGS 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,194 9,006 13,220 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442-6.87% Lembar Warkat 10,342 7,366 12,730 13,917 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887-10.64% Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,004 13,486 14,764 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 1.24% Lembar Warkat 12,090 13,374 16,177 17,372 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785-0.71% Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,810 4,480 1,543 (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 19.83% Lembar Warkat 1,749 6,008 3,447 3,455 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 44.00% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,914 1,764 3,968 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 6.15% Lembar Warkat 1,574 1,646 1,966 2,304 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813-9.76% Growth (YoY) Tabel Perkasan KPwBI Papua & Papua Barat Uang Kartal 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 1,224.47-2.84% Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 1,870.83-17.07% Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 (646.37) -35.09% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 2,878.30 79.17% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 2,178.28 74.49% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 700.02 95.46% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 200.57-38.69% KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xiv

RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang semakin meningkat. Hal itu ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi kedua provinsi yang bernilai positif. Ekonomi Papua tumbuh sebesar 9,09% (yoy) sementara ekonomi Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy). Pertumbuhan kedua provinsi tersebut mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan I-2014. 2. MAKRO EKONOMI Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian; sektor angkutan dan transportasi; dan sektor Perdagangan hotel dan restoran. Sementara itu, sektor industri pengolahan; sektor bangunan; sektor jasa-jasa; dan sektor perdagangan hotel dan restoran menjadi motor penggerak utama pertumbuhan ekonomi Papua Barat. 2. KEUANGAN DAERAH Pada triwulan II-2014, realisasi Pendapatan didalam APBD Provinsi Papua tercatat sebesar sebesar Rp 4,09 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 26,96% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Besarnya APBD dari segi pendapatan sebagian besar di topang oleh tingginya dana perimbangan dan dana otonomi khusus yang dialokasikan oleh pemerintah pusat. Hal ini seiring dengan peningkatan target pendapatan didalam APBN secara nasional. Dari sisi belanja, Pemerintah Daerah Provinsi Papua sampai dengan triwulan II-2014 mencapai sebesar Rp 1,95 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 3,77% (yoy) jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Tingginya kenaikan anggaran belanja Pemda Papua terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja modal, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan bagi pemda lain serta belanja tidak langsung pegawai. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xv

4. INFLASI Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi Provinsi Papua 3 tercatat sebesar 7,40% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,58% (yoy). Angka tersebut mengalami penurunan yang cukup signifikan seiring adanya penurunan harga komoditas bahan makanan. Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi Provinsi Papua tercatat masih lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan II- 2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy). Sementara itu, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat 4 tercatat sebesar 5.27% (yoy). 5. PERBANKAN Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 15,55% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 17,80% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 60,37% (yoy) pada triwulan II-2014 dari 59,22% (yoy) pada triwulan II-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar 80% yang telah ditetapkan sebelumnya. Secara umum, kinerja Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Sementara itu, ketahanan penyaluran kredit terhadap sektor utama di Papua Barat masih cukup sehat, namun khusus untuk sektor industri pengolahan perlu mendapatkan perhatian lebih karena memiliki NPL lebih dari 5% (tercatat sebesar 8,21%). 3 Inflasi di Propinsi Papua dihitung dari pergerakan harga barang dan jasa di Kota Jayapura dan Kab. Merauke. 4 Inflasi di Provinsi Papua Barat dihitung dari pergerakan harga barang di Kab. Manokwari dan Kota Sorong. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvi

6. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 7,44 trilliun atau turun sebesar -6,87% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Masih relatif tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disinyalir terjadi karena adanya kewajiban terhadap sejumlah kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 11,62 triliun, angka tersebut mengalami peningkatan sebesar -1,24% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS disinyalir terjadi seiring selain adanya peningkatan nilai dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang berasal dari pemerintah pusat, alokasi dana tersebut juga baru terealisasi secara maksimal mulai pertengahan tahun 2014. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan II-2014 tercatat sebesar Rp 1,57 triliun atau naik sebesar 6,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. 6. PROSPEK PEREKONOMIAN DAN INFLASI Sepanjang tahun 2014 perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 5,52%±1% (yoy), angka tersebut jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 14,83% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua diperkirakan akan tumbuh sebesar 4,93% (yoy). Pada tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan masih akan mengalami pertumbuhan tahunan yang positif sebesar 6,91%±1% (yoy), angka tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan selama tahun 2013 sebesar 9,30% (yoy). Adapun pada triwulan III-2014 pertumbuhan perekonomian Provinsi Papua Barat diperkirakan akan tumbuh sebesar 8,96% (yoy). Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua diperkirakan berada level 4,53 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua pada KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xvii

triwulan mendatang disinyalir akan lebih rendah dibanding pencapaian pada triwulan sebelumnya seiring relatif membaiknya kondisi cuaca serta terjaganya kelancaran distribusi barang maupun produksi beberapa komoditas bahan makanan. Pada triwulan III-2014, inflasi tahunan Provinsi Papua Barat diperkirakan berada level 4,28 ± 1% (yoy). Pencapaian inflasi di Provinsi Papua Barat pada triwulan mendatang dinilai cukup moderat seiring semakin lancarnya aktivitas pendistribusian barang-barang kebutuhan ke wilayah Papua Barat. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT xviii

BAB 1. MAKROEKONOMI REGIONAL Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua maupun Papua Barat menunjukkan pertumbuhan kinerja yang cukup baik dengan nilai besaran pertumbuhan yang cukup signifikan. Hal tersebut sesuai dengan rilis data oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menunjukan bahwa perekonomian Papua tumbuh sebesar 9,09% (yoy) sementara perekonomian Provinsi Papua Barat tumbuh sebesar 7,75% (yoy). Dari sisi permintaan, struktur ekonomi Papua dan Papua Barat terutama ditopang oleh sektor konsumsi dan investasi. Dari sisi penawaran, ekonomi Papua terutama ditopang oleh pertumbuhan pada sektor jasa-jasa; sektor pertanian dan sektor angkutan dan transportasi. Sementara itu, perekonomian Papua Barat ditopang oleh pertumbuhan yang berasal dari sektor industri pengolahan; sektor bangunan dan sektor jasa-jasa. Sampai dengan pertengahan tahun 2014, perekonomian Provinsi Papua dan Papua Barat masih menunjukan kinerja yang cukup baik. Tercatat, meskipun pada tahun 2014 aturan mengenai pelarangan ekspor mineral mentah sudah diterapkan, perekonomian Provinsi Papua masih mampu untuk tumbuh cukup tinggi. Sektor pertambangan Papua yang pada periode yang lalu diprediksi akan mengalami penurunan kinerja yang signifikan, pada triwulan laporan justru mencatatkan kinerja yang positif meskipun dengan besaran pertumbuhan yang sangat terbatas. Sementara itu, perekonomian Provinsi Papua Barat mengalami pertumbuhan yang signifikan dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2013 seiring telah terselesaikannya sejumlah isu dan permasalahan pada sektor industri pengolahan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan laporan kembali mengandalkan pertumbuhan pada sektor industri pengolahan seiring telah disepakatinya beberapa kontrak penjualan yang baru ke salah satu konsumen. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 1

Tabel 1. Komponen PDRB Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Penggunaan (Rp miliar) PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Konsumsi 5863 6009 6257 6573 6255 6376 6639 7031 6747 6876 Konsumsi RT & Nirlaba 4636 4682 4843 5044 4952 5002 5177 5398 5334 5392 Konsumsi Pemerintah 1227 1327 1415 1529 1302 1375 1463 1633 1412 1485 PMTB 2494 2625 2715 2854 2680 2824 2911 3002 2870 3026 Perubahan Stok -1201-1378 -790-1534 -2198-1539 -1434-3140 -333-830 Ekspor 1360 1945 1779 2564 2601 1947 2851 4999 1841 1968 Impor 3683 4004 4452 4561 3721 4414 4468 4587 5501 5375 PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6500 7305 5624 5666 PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Konsumsi 1570 1648 1711 1771 1709 1779 1877 1946 1894 1950 Konsumsi RT & Nirlaba 1229 1263 1309 1360 1336 1371 1422 1457 1459 1495 Konsumsi Pemerintah 341 385 402 411 373 408 455 489 435 455 PMTB 604 621 658 690 703 734 775 818 830 843 Perubahan Stok 184 215 225 234-141 -294-271 -313-284 -80 Ekspor 2364 2337 2309 2126 2885 2874 2975 3143 2928 2760 Impor 1314 1347 1416 1406 1424 1498 1572 1643 1583 1599 PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3595 3784 3952 3784 3874 Sumber : BPS Provinsi Papua & BPS Provinsi Papua Barat Tabel 2. Komponen PDRB Dari Sisi Sektor Ekonomi (%) PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 928 1015 1058 1022 974 1084 1096 1106 1085 1173 Pertambangan & Penggalian 1338 1493 1582 1667 1764 1126 2263 2738 1261 1131 Industri Pengolahan 149 151 150 152 146 152 158 160 166 170 Listrik,Gas & Air Bersih 14 14 15 15 15 15 16 16 16 17 Bangunan 624 651 708 791 669 715 741 807 743 768 Perdagangan, Hotel & Restoran 476 485 516 554 541 542 561 595 594 601 Angkutan & Komunikasi 493 507 531 562 540 553 571 609 611 619 Keuangan, Persewaan & Jasa Per 199 236 237 244 233 265 272 300 275 304 Jasa - jasa 613 645 713 889 734 742 821 974 873 884 TOTAL PDRB 4833 5197 5509 5896 5616 5194 6500 7305 5624 5666 PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 515 516 513 532 528 535 543 543 533 543 Pertambangan & Penggalian 317 307 298 298 304 304 307 307 310 311 Industri Pengolahan 1597 1644 1621 1472 1812 1631 1776 1887 1753 1792 Listrik,Gas & Air Bersih 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 Bangunan 213 219 231 243 238 244 257 269 276 279 Perdagangan, Hotel & Restoran 219 224 232 241 247 252 258 267 270 275 Angkutan & Komunikasi 183 186 192 200 202 206 212 217 221 225 Keuangan, Persewaan & Jasa Per 55 58 60 61 61 65 66 70 62 66 Jasa - jasa 298 311 329 357 330 345 353 379 349 371 TOTAL PDRB 3407 3473 3486 3414 3732 3594 3784 3952 3784 3874 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 2

Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi (yoy) Dari Sisi Permintaan (%) Growth PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Konsumsi Rumah Tangga 7.35% 8.14% 7.49% 5.53% 6.68% 6.12% 6.10% 6.97% 7.87% 7.84% Konsumsi Nirlaba 7.14% 6.95% 6.98% 7.12% 6.81% 6.82% 6.89% 7.02% 7.72% 7.79% Konsumsi Pemerintah 8.15% 12.58% 9.29% 0.60% 6.18% 3.61% 3.39% 6.83% 8.42% 8.02% PMTB 7.24% 9.42% 8.42% 3.56% 7.47% 7.55% 7.23% 5.20% 7.07% 7.18% Perubahan Stok 37.37% 5.60% -13.08% 67.80% 82.95% 11.65% 81.38% 104.72% -84.86% -46.09% Ekspor -52.57% -33.74% -37.16% 121.17% 91.27% 0.09% 60.24% 94.94% -29.20% 1.08% Dikurangi Impor -15.10% -4.98% -7.47% 6.80% 1.05% 10.23% 0.35% 0.57% 47.82% 21.78% PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 17.98% 23.90% 0.13% 9.09% Growth PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Konsumsi Rumah Tangga 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% Konsumsi Nirlaba 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.61% -236.79% -220.62% -233.53% 102.10% -72.88% Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -3.96% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.75% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.51% 8.52% 15.74% 1.40% 7.75% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua & Papua Barat Tabel 4. Laju Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Papua & Provinsi Papua Barat Harga Konstan Dari Sisi Sektoral (%) Growth PDRB Papua 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 0.28% 3.95% 6.24% 7.25% 4.96% 6.76% 3.63% 8.26% 11.33% 8.21% Pertambangan & Penggalian -39.74% -23.93% -13.52% 54.67% 31.83% -24.61% 43.04% 64.24% -28.52% 0.44% Industri Pengolahan -0.64% 6.29% 3.31% 0.48% -1.77% 0.94% 5.16% 4.91% 13.34% 11.57% Listrik,Gas & Air Bersih 6.05% 7.25% 7.49% 7.17% 6.58% 8.08% 9.26% 8.41% 10.37% 7.22% Bangunan 19.00% 19.86% 16.43% 12.47% 7.30% 9.84% 4.76% 2.02% 11.09% 7.39% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.11% 8.44% 10.92% 13.58% 13.66% 11.82% 8.68% 7.41% 9.87% 10.82% Angkutan & Komunikasi 9.05% 9.63% 10.41% 9.10% 9.58% 9.07% 7.64% 8.26% 13.24% 12.04% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 19.98% 1.76% 7.14% 1.61% 17.43% 12.32% 14.92% 23.08% 17.77% 14.81% Jasa - jasa 11.14% 8.80% 5.30% 8.91% 19.77% 15.07% 15.15% 9.61% 18.89% 19.14% TOTAL PDRB -11.19% -3.26% 1.34% 18.91% 16.22% -0.05% 17.98% 23.90% 0.13% 9.09% Growth PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% 9.86% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 2.14% 1.11% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.54% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.40% 7.79% Sumber: BPS Provinsi Papua & Papua Barat Diolah KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 3

I. Provinsi Papua 1.1. Sisi Permintaan Pada triwulan II-2014, perekonomian Provinsi Papua tumbuh sebesar 9,09 % (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan I-2014 sebesar 0,13% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja ekonomi Papua ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Meningkatnya kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup tinggi terjadi seiring meningkatnya belanja yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah serta persiapan menjelang pelaksanaan Pemilu Presiden. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring masih terbukanya peluang pasar untuk berinvestasi di Papua serta tingginya realisasi dari dana perimbangan oleh Pemda yang digunakan untuk investasi pada bidang infrastruktur daerah. Searah dengan hasil survei oleh Bank Indonesia, ekpektasi masyarakat dalam beberapa waktu kedepan diprediksi akan tetap tinggi yang mana hal tersebut akan mendorong kinerja ekonomi di Provinsi Papua untuk tetap tumbuh positif. 1.1.1 Konsumsi Pada triwulan II-2014, komponen konsumsi tumbuh mencapai 7,84% (yoy) atau masih relatif sama dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 7,87% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan didorong oleh beberapa aspek seperti: adanya penyelenggaraan Pemilu Presiden 2014 serta adanya realisasi belanja Pemerintah Daerah. Pertumbuhan konsumsi juga terekam dari hasil survei konsumen di Kota Jayapura yang menunjukkan terdapat kecenderungan meningkatnya konsumsi sebagai akibat adanya kenaikan indek pembelian durable good dengan nilai mencapai 103,3 di triwulan II- 2014 yang relatif masih sama dibandingkan indeks pada triwulan I-2014 sebesar 102,7. Sementara itu, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) juga secara keseluruhan tercatat sebesar 114,1 atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 sebesar 117,6. Grafik 1. Survei Konsumen Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 4

Peningkatan komponen konsumsi juga terekam dari perkembangan konsumsi listrik rumah tangga yang tumbuh 13,26% (yoy) pada triwulan II-2014. Tingginya aktivitas konsumsi tersebut juga tercermin dari tingginya pertumbuhan penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan yang pada periode laporan tumbuh sebesar 13,51% (yoy). Pada triwulan II-2014, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin melalui peningkatan jumlah kendaraan baru yang didaftarkan yang tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,70% (yoy). Grafik 2. Konsumsi Listrik Rumah Tangga Papua Grafik 3. Kredit Konsumsi Bank Umum Papua Sumber: PLN Wilayah Papua, diolah Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sementara itu, konsumsi Pemerintah sampai dengan triwulan II-2014 juga mengalami pertumbuhan sebesar 8,02% (yoy), angka pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 8,42% (yoy). Andil Pemda dalam peningkatan konsumsi juga dapat terlihat dari tingginya peningkatan realisasi belanja pegawai pemda yang pada triwulan laporan mencapai nilai Rp 253,28 miliar serta jumlah tersebut mengambil pangsa yang cukup besar dari seluruh anggaran yang tersedia. Secara tahunan, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 7,79% (yoy). Komponen konsumsi rumah tangga merupakan komponen yang memberikan sumbangan terbesar terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi dari sisi permintaan. Adanya peningkatan pendapatan yang dirasakan oleh masyarakat Papua pada triwulan laporan terjadi seiring telah diterapkannya kebijakan pengupahan yang baru pada tahun 2014 (UMR 2014), hal tersebut tentunya menjadi suatu faktor pendorong tetap tumbuhnya komponen konsumsi masyarakat pada triwulan laporan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 5

Grafik 4. Jumlah Kendaraan Baru Papua Grafik 5. Belanja Pegawai PEMDA Prov. Papua Sumber:Dispenda Prov. Papua, diolah Sumber: BKAD Prov. Papua, diolah 1.1.2 Investasi Realisasi investasi (PMTB) pada periode triwulan II-2014 menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 7,18% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 7,07% (yoy). Pertumbuhan investasi tidak terlepas dari masih terbukanya peluang bisnis di Papua yang mendorong tingginya minat investor untuk melakukan ekspansi bisnis seperti tercermin dari semakin tingginya penyaluran kredit untuk pembiayaan kegiatan investasi. Pada periode triwulan II-2014, realisasi kredit investasi tercatat sebesar Rp 2,79 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,15% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Tingginya minat investasi yang merupakan bagian dari ekspansi bisnis tersebut mencerminkan adanya peningkatan peran investasi swasta dalam mendorong pengembangan ekonomi di Papua. Disamping faktor pembiayaan perbankan, pertumbuhan investasi di triwulan II-2014 juga didorong oleh meningkatnya jumlah investasi asing yang masuk (foreign direct investing) ke Provinsi Papua yang naik sebesar 11,12% (yoy). Grafik 6. Kredit Investasi Perbankan Papua Grafik 7. Jumlah Penanaman Modal Asing Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat Sumber:BKAD Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 6

1.1.3 Ekspor dan Impor Ekspor Provinsi Papua pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang terbatas sebesar 1,08% (yoy), sementara impor tumbuh cukup signifikan sebesar 21,78% (yoy). Pada triwulan II-2014, berdasarkan data bea cukai, nilai ekspor non migas Provinsi Papua ke luar negeri (LN) tercatat sebesar US$38,20 Juta atau mengalami penurunan yang signifikan sebesar -92,37% (yoy), sementara secara volume tercatat sebesar 46,55 ribu ton atau mengalami penurunan sebesar -83,00% (yoy). Penyebab utama menurunnya kinerja ekspor ke LN pada periode laporan terjadi seiring penerapan UU Minerba yang melarang perusahaan tambang yang ada di Papua untuk mengekspor hasil tambang mentah. Penerapan ketentuan tersebut sangat berdampak terhadap kinerja ekspor Papua ke LN mengingat 90% dari ekspor Provinsi Papua LN merupakan ekspor bahan tembang mentah. Tren pertumbuhan ekspor Papua secara historikal memiliki hubungan yang searah dengan pertumbuhan penjualan Perusahaan Pertambangan yang terdapat di Papua baik untuk komoditas tembaga maupun emas yang pada triwulan II-2014 mengalami penurunan masing-masing sebesar -25,95% (yoy) dan -10,60% (yoy). Grafik 8. Volume Ekspor Non Migas Papua Grafik 9. Nilai Ekspor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Tabel 5. Perkembangan Penjualan PT. Freeport Indonesia Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold mpor non-migas Papua justru mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada triwulan laporan sebesar 15,64% (yoy). Berbeda dengan peningkatan nilai, volume impor Papua justru mengalami penurunan kinerja sebesar -1,90% (yoy). Peningkatan kinerja impor dinilai merupakan suatu hal yang perlu diwaspadai karena menandakan bahwa kebutuhan KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 7

barang dan jasa tidak dapat dipenuhi oleh sumber dalam negeri. Kedepannya, hal tersebut dikhawatirkan menjadi suatu momentum yang dapat mendorong terjadinya defisit neraca transaksi perdagangan secara nasional. Grafik 10. Volume Impor Non Migas Papua Grafik 11. Nilai Impor Non Migas Papua Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah 1.2. Sisi Penawaran Pada triwulan II-2014, seluruh sektor ekonomi di Provinsi Papua mencatatkan pertumbuhan kinerja yang positif. Pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa-jasa yang berhasil tumbuh sebesar 19,14% (yoy), sedangkan petumbuhan terendah terjadi pada sektor pertambangan yang tumbuh sebesar 0,44% (yoy). Adapun pertumbuhan tahunan untuk sektor-sektor lainnya adalah sebagai berikut: sektor pertanian sebesar 8,21% (yoy); sektor bangunan sebesar 7,39% (yoy); sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 14,81% (yoy); sektor industri pengolahan sebesar 11,57% (yoy), sektor perdagangan, hotel, dan restoran sebesar 10,82% (yoy); sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 12,04% (yoy); dan sektor listrik dan air bersih sebesar 7,22% (yoy). 1.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan sebesar 8,21% (yoy), lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,33% (yoy). Hal tersebut disebabkan pada triwulan laporan produksi dan produktivitas beberapa komoditas tanaman pangan yang sudah melewati periode panen raya, sehingga pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan laporan menjadi lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Masih dicapainya pertumbuhan pada sektor pertanian juga sejalan dengan tren kenaikan ARAM (Angka Ramalan) Pertanian yang dirilis oleh BPS dimana dimana tingkat produksi padi sawah, ubi jalar dan jagung sepanjang tahun 2014 diprediksi akan mengalami peningkatan tahunan yang besarnya bervariasi antara 2-23%. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 8

Tabel 6. Perkembangan Produktivitas Komoditas Pangan Papua Padi Sawah dan Growth (%) 2011 2012 2013 2014 Ladang 2013 2014 Produksi (Ton) 115,437 138,032 169,790 185,726 19.57 23.01 Luas Panen (Ha) 29,262 37,149 41,111 44,515 26.95 10.67 Produktivitas (Ton/Ha) 3.94 3.72 4.13 4.17-5.81 11.15 Ubi Jalar 2011 2012 2013 2014 Growth (%) 2013 2014 Produksi Ubi Jalar (Ton) 348,438 345,095 405,520 415,709 17.51 2.51 Luas Panen (Ha) 34,413 33,071 30,980 30,483-6.32-1.60 Produktivitas (Ton/Ha) 10.13 10.43 13.09 13.64 25.44 4.18 Jagung 2011 2012 2013 2014 Growth (%) 2013 2014 Produksi Ubi Jalar (Ton) 6,885 6,393 7,034 7,372 10.03 4.81 Luas Panen (Ha) 3,825 3,553 3,005 3,147-15.42 4.73 Produktivitas (Ton/Ha) 1.80 1.80 2.34 2.34 30.09 0.08 Salah satu faktor pendukung tercapainya pertumbuhan di sektor pertanian adalah pertumbuhan di sub sektor perikanan. Pada triwulan II-2014, sub sektor perikanan mengalami peningkatan volume produksi terutama pada jenis komoditas perikanan hasil tangkap dari laut yang tumbuh sebesar 3,20% (yoy), sementara komoditas perikanan yang dihasilkan dari perairan umum dan hasil budidaya justru mengalami penurunan yang masingmasing tercatat sebesar -0,16% (yoy) dan -100% (yoy). Turunnya produksi perikanan yang dihasilkan melalui budidaya terjadi seiring belum adanya produksi dari beberapa sentra perikanan utama di Jayapura. Secara kuantitas, sepanjang periode triwulan II-2014 total volume hasil produksi perikanan tercatat sebanyak 71.320 ton atau tumbuh tipis sebesar 0,65% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Seperti pada triwulan sebelumnya, dicapainya pertumbuhan pada sektor pertanian di papua justru bertolak belakang dengan pencapaian nilai NTP Papua pada triwulan II-2014 yang mengalami penurunan sebesar -3,94% (yoy) dari pencapaian pada triwulan II-2013 sebesar 101,54 menjadi 97,54 pada triwulan II-2014. Angka NTP yang berada di bawah nilai 100 menunjukkan biaya yang dikeluarkan oleh petani lebih besar dari keuntungan yang diterima. Hal ini menunjukkan, walaupun sektor pertanian di Prov. Papua mengalami pertumbuhan namun kesejahteraan petaninya justru mengalami penurunan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 9

No 1 2 3 Tabel 7. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua 2012 2013 2014 URAIAN TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 TW 2 LAUT Produksi (Ton) 67,343 71,710 69,363 70,710 73,185 67,193 71,188 73,440 69016.5 69342.4 Pertumbuhan Tahunan (%) 15.10 6.48 2.99 3.44 8.67-6.30 0.68 3.86-5.70 3.20 PERAIRAN UMUM (axis kanan) Produksi (Ton) 2,616 2,344 2,694 2,414 1,888 1,980 1,963 1,993 1920.3 1977.2 Pertumbuhan Tahunan (%) 35.80 23.29 41.70 25.11-27.80-15.51-18.69-17.47 1.69-0.16 BUDIDAYA (axis kanan) Produksi (Ton) 1,640 1,558 1,689 1,605 1,740 1,685 1,422 2,223 0 0 Pertumbuhan Tahunan (%) 149.85 165.19 187.52 55.80 6.09 8.15-11.39 38.54-100.00-100.00 TOTAL PRODUKSI (Ton) 71,599 75,612 73,747 74,729 76,813 70,859 74,573 77,656 70,937 71,320 PERTUMBUHAN TAHUNAN (%) 17.20 8.27 5.60 4.78 7.28-6.29 1.12 3.92-7.65 0.65 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua, Grafik 12. Nilai Tukar Petani Papua Grafik 13. PDRB Sektor Pertanian Papua Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: BPS Provinsi Papua 1.2.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang sangat terbatas sebesar 0,44% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan I-2014 yang tercatat mengalami penurunan pertumbuhan sebesar -28,52% (yoy). Diluar prediksi sebelumnya dimana sektor pertambangan Papua diperkirakan akan tumbuh negatif akibat masih diterapkannya pelarangan ekspor sebagai mandat dari UU Minerba, pada triwulan II 2014 sektor pertambangan Papua justru mencatatkan angka pertumbuhan yang positif. Berdasarkan angka produksi PT Freeport Indonesia pada triwulan II 2014 sebenarnya dapat kita lihat bahwa pada triwulan laporan jumlah produksi tembaga memang mengalami penurunan, namun untuk produksi emas justru mengalami sedikit peningkatan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 10

Tabel 8. Perkembangan Produksi Pertambangan Papua Masih dicapainya kinerja yang positif pada sektor pertambangan disinyalir terjadi seiring adanya peningkatan produksi komoditas emas serta adanya basis perhitungan angka pertumbuhan yang lebih rendah (low base effect) akibat adanya penurunan produksi hasil tambang yang cukup signifikan pada triwulan II 2013 (kecelakaan kerja), menyebabkan angka pertumbuhan pada triwulan II 2014 terlilhat tinggi. Selain itu, pada triwulan II 2014 juga diperkirakan terdapat investasi tambahan yang dilakukan oleh PT. Freeport seiring adanya keyakinan bahwa pemberian izin untuk melakukan ekspor mineral mentah dalam beberapa waktu dekat akan disetujui oleh Pemerintah, sehingga aktivitas tersebut turut mendorong kinerja sektor pertambangan pada triwulan laporan. Sebagai informasi tambahan, perhitungan kinerja sektor pertambangan Papua saat ini dilakukan dengan cara mengukur kinerja PT Freeport karena perusahaan tersebut dinilai menguasai hampir seluruh pangsa pertambangan di Papua. 1.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2014 tercatat tumbuh sebesar 10,82% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 yang tumbuh sebesar 9,87%(yoy). Meskipun kinerja sektor PHR pada triwulan laporan mencatatkan pertumbuhan yang positif. Namun demikian, jika melihat arus bongkar muat barang di pelabuhan utama Papua sepanjang periode triwulan II-2014 justru mengalami penurunan sebesar -14,41% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut disinyalir terjadi seiring telah terjaganya tingkat ketersediaan barang dan jasa menjelang bulan Ramadhan, sehingga pasokan dari daerah lain diluar Papua tidak terlalu besar. Tabel 9. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) 2012 2013 2013 I II III IV I II III IV I II 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059 Pertumbuhan Tahunan (%) -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57% 20.81% -14.41% Sumber: PT Pelindo Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 11

Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan juga terlihat dari peningkatan occupancy rate hotel di Provinsi Papua yang mencapai angka 73% atau lebih tinggi dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang hanya mencapai 72%. Adanya persiapan penyelenggaraan Pemilu Presiden serta banyaknya event dan penyeleggaraan acara lainnya yang dilakukan oleh Pemda sebelum bulan Ramadhan menjadi salah satu pendorong meningkatnya tingkat hunian hotel di Provinsi Papua. Pertumbuhan sektor perdagangan pada triwulan II-2014 juga sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit perdagangan yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Papua yang tercatat meningkat sebesar 8,67% (yoy). Grafik 14. Perkembangan Kredit Perdagangan Grafik 15. Tingkat Hunian Hotel Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 1.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber: Badan Pusat Statistik Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan II-2014 tumbuh mencapai 12,04% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan II-2014 yang tercatat sebesar 13,24% (yoy). Pertumbuhan pada sektor ini didorong oleh peningkatan kinerja pada subsektor angkutan laut, angkutan udara, komunikasi, serta sub sektor angkutan jalan raya yang mengalami pertumbuhan pada periode triwulan laporan dibadingkan triwulan sebelumnya. Tabel 10. Perkembangan Arus Penumpang Kapal di Pelabuhan Papua Indikator Perkembangan Arus Penumpang (orang) 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II 47,419 65,378 67,298 65,012 47,883 50,309 67,545 68,633 57,846 43,059 Pertumbuhan Tahunan (%) -10.48% 34.29% -17.00% 16.89% 0.98% -23.05% 0.37% 5.57% 20.81% -14.41% Sumber: PT. Pelindo IV Wilayah Papua Sesuai kondisi geografis, sarana transportasi laut dan angkutan udara memegang peranan penting dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun orang. Meskipun kinerja sektor ini mengalami peningkatan, namun jika kita melihat jumlah penumpang Kapal Laut yang pada triwulan II-2014 justru mengalami penurunan sebesar -14,41% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan jumlah penumpang kapal laut KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 12

disinyalir terjadi seiring adanya pergeseran terhadap moda transportasi udara. Selain itu, khusus untuk subsektor telekomunikasi dalam beberapa waktu kedepan akan terus mengalami peningkatan seiring dengan kegiatan investasi di sektor ini berupa pemasangan jaringan fiber optik di seluruh wilayah Papua. 1.2.5. Sektor Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan II-2014 tumbuh mencapai 14,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan IV-2013 yang tercatat sebesar 17,77% (yoy). Salah satu parameter pertumbuhan sektor ini tercermin dari nilai tambah bank yang pada triwulan II-2014 berhasil tumbuh sebesar 19,14% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar 25,63% (yoy). Kinerja sektor keuangan mengalami perlambatan seiring dengan kebijakan Bank Indonesia untuk menahan ekspansi penyaluran kredit pada tahun 2014 dari 25-30% pada tahun sebelumnya menjadi hanya sebesar 15-20% pada tahun 2014. Tabel 11. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua KOMPONEN 2012 2013 2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 91,710 130,972 137,215 173,271 124,953 139,876 185,417 197,748 137,561 144,134 2. Surplus 198,414 250,948 244,635 211,358 239,135 302,060 274,697 322,080 316,628 381,078 3. Pajak Tak Langsung Neto 351 447 493 523 274 475 790 704 333 524 4. Penyusutan 8,414 9,858 10,174 10,853 8,822 11,199 10,422 14,817 14,301 14,692 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 344,758 398,489 442,250 481,548 417,886 509,608 538,904 648,429 532,608 603,988 2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (295) (467) (382) (156) (72) (275) (4,777) (1,191) 2,238 (1,146) 3. Provisi dan komisi 40,722 43,771 47,035 50,932 48,926 54,043 55,951 59,375 55,620 61,993 4. Pendapatan operasional lainnya 12,322 53,773 14,138 14,381 10,960 13,581 10,957 13,307 11,224 11,564 GROSS OUTPUT 397,507 495,566 503,041 546,705 477,700 576,957 601,035 719,920 601,690 676,399 5. Biaya-biaya antara 98,618 103,341 110,524 150,700 104,516 123,347 129,709 184,571 132,867 135,971 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 298,889 392,225 392,517 396,005 373,184 453,610 471,326 535,349 468,823 540,428 Pertumbuhan (%) -4.51% 13.19% 11.29% 10.22% 24.86% 15.65% 20.08% 35.19% 25.63% 19.14% Sumber: Bank Indonesia II. Provinsi Papua Barat 2.1. Sisi Permintaan Pada triwulan II-2014, ekonomi Papua Barat tumbuh sebesar 7,79% (yoy) lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,40% (yoy). Dari sisi penggunaan, kinerja ekonomi Papua Barat ditopang oleh komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) dan investasi (pembentukan modal tetap bruto) yang tumbuh cukup baik. Tingginya pencapaian kinerja komponen konsumsi (masyarakat dan pemerintah) yang cukup signifikan terjadi seiring tingginya realisasi belanja Pemda pada pertengahan tahun 2014. Di samping itu, kinerja investasi (pembentukan modal tetap bruto) juga mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan seiring besarnya dana perimbangan yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat yang dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 13

di daerah. Adanya peningkatan kinerja yang cukup signifikan pada sektor industri pengolahan Papua Barat seiring telah dicapainya kesepakatan atas renegosiasi harga jual gas kepada salah satu konsumennya di Fujian (China) menjadi salah satu faktor mendorong meningkatnya pertumbuhan perekonomian di Provinsi Papua Barat. Tabel 12. Pertumbuhan Sisi Permintaan Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Konsumsi 6.46% 7.51% 7.14% 9.33% 8.83% 7.95% 9.72% 9.90% 10.83% 9.62% Konsumsi Rumah Tangga 7.02% 7.74% 7.59% 10.47% 8.69% 8.52% 8.65% 7.11% 9.21% 9.05% Konsumsi Pemerintah 4.50% 6.74% 5.68% 5.72% 9.34% 6.10% 13.21% 19.15% 16.66% 11.53% PMTB 11.68% 14.71% 14.94% 15.97% 16.44% 18.24% 17.82% 18.60% 18.09% 14.79% Perubahan Stok -111.50% -113.18% -112.39% -142.89% -176.61% -236.79% -220.62% -233.53% 102.10% -72.88% Ekspor 80.74% 52.23% 2.61% -13.13% 22.03% 22.99% 28.81% 47.84% 1.49% -3.96% Dikurangi Impor 82.48% 77.04% 68.08% 61.40% 8.30% 11.24% 10.97% 16.82% 11.21% 6.75% PDRB 35.79% 23.79% 3.65% 5.23% 9.54% 3.51% 8.52% 15.74% 1.40% 7.75% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 2.1.1 Konsumsi Konsumsi rumah tangga pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 9,62% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 10,83% (yoy). Masih dicapainya pertumbuhan kinerja konsumsi pada triwulan laporan secara tidak langsung mencerminkan bahwa daya beli masyarakat di Papua Barat masih tergolong cukup tinggi. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia di Kota Manokwari yang masih menunjukkan peningkatan, dimana seluruh indikator survei masih berada diatas angka 100 (grafik 16). Pada triwulan II-2014, Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 125 atau sedikit menurun dari periode sebelumya yang tercatat sebesar 137, indikator tersebut searah dengan pencapaian PDRB komponen konsumsi dimana pada triwulan II-2014 mengalami sedikit perlambatan kinerja. Adapun masih dicapainya angka hasil survei yang berada pada nilai diatas 100 menandakan bahwa konsumen masih tetap optimis terhadap kondisi ekonomi yang secara tidak langsung terefleksi dari meningkatnya pendapatan dan konsumsi pada triwulan laporan.. Grafik 16. Grafik Survey Konsumen 1 Grafik 17. Kredit Konsumsi Papua Barat Sumber: Survei Konsumen KPwBI Papua & Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 14

Komponen konsumsi masyarakat memberikan kontribusi sebesar 3,32% terhadap pertumbuhan ekonomi Papua Barat pada triwulan II-2014. Kontribusi konsumsi masyarakat merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya, hal tersebut turut didorong oleh meningkatnya kredit dengan peruntukan bagi kegiatan konsumsi (seperti: pembelian kendaraan, rumah maupun barang lainnya). Pada triwulan II-2014, realisasi kredit konsumsi tercatat sebesar Rp 2,94 trilliun atau tumbuh sebesar 14,05% (yoy). Selain itu, peningkatan konsumsi masyarakat juga tercermin dari meningkatnya konsumsi listrik rumah tangga yang secara tahunan naik sebesar 18,93% (yoy) atau mencapai 312,83 juta Kwh. Kinerja konsumsi rumah tangga pada pertengahan tahun 2014 di Provinsi Papua Barat relatif cukup baik. Meningkatnya lapangan kerja yang ditunjang oleh terus meningkatnya belanja pemerintah dari tahun ke tahun mendorong peningkatan konsumsi masyarakat Papua Barat. Selain itu, pemekaran wilayah yang akan dilakukan baik pada tahun ini maupun tahun depan juga akan semakin meningkatkan konsumsi masyarakat seiring dengan pemerataan kesejahteraan sebagai akibat dari proses pemekaran wilayah tersebut. Grafik 18. Konsumsi Listrik Papua Barat Sumber: PLN Wilyah Papua 2.1.2. Ekspor Impor Kinerja ekspor Provinsi Papua Barat pada periode triwulan II-2014 mengalami pertumbuhan yang negatif sebesar -3,96% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2014 sebesar 1,49% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya kontribusi ekspor gas dari salah satu perusahaan dibidang industri pengolahan migas yang mana pada awal triwulan II-2014 aktivitas ekspornya sempat tertahan akibat belum selesainya negosiasi kontrak harga baru dengan salah satu konsumen di China. Namun demikian, berdasarkan informasi terkini, mulai akhir bulan Juni 2014 perusahaan sudah dapat melakukan ekspor kembali secara normal seiring telah selesainya proses negosiasi dimaksud. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 15

Grafik 19. Perkembangan Volume Ekspor Papua Barat Grafik 20. Perkembangan Nilai Ekspor Papua Barat Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sumber: Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, diolah Sementara itu, kinerja impor mengalami pertumbuhan sebesar 6,75% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,21% (yoy). Pembelian berbagai barang modal baik oleh pemerintah maupun swasta seiring dengan kegiatan investasi yang dilakukan ditenggarai masih menjadi penyebab naiknya pertumbuhan impor Papua Barat. Kedepan, kegiatan impor ke Provinsi Papua Barat diperkirakan akan mengalami peningkatan seiring adanya pembangunan fasilitas produksi gas alam baru (Train 3) oleh PT. Tangguh yang merupakan perusahaan afiliasi dari British Pertroleum (BP). 2.2. Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan yang positif. Secara rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi adalah sebagai berikut: sektor pertanian (2,12%); sektor pertambangan dan penggalian (2,99%): sektor industri pengolahan (28,23%); sektor listrik, gas & air bersih (8,37%); sektor bangunan (10,74%); sektor perdagangan, hotel & restoran (10,75%); sektor angkutan & komunikasi (8,90%); sektor keuangan, perwewaan & jasa perusahaan (14,85%); dan sektor jasa-jasa (6,19%). Lebih lanjut perkembangan rinci pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi selama tahun 2011-2013 disajikan pada tabel berikut: Tabel 13. Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua Barat Growth PDRB Papua Barat 2012 2013 2014 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 Pertanian 0.55% 2.20% 0.06% 3.09% 2.41% 3.78% 5.84% 2.12% 0.97% 1.36% Pertambangan & Penggalian 14.96% 7.69% 1.10% -0.83% -3.88% -0.93% 2.84% 2.99% 1.78% 2.25% Industri Pengolahan 89.85% 52.04% 2.30% 1.46% 13.41% -0.79% 9.58% 28.23% -3.25% 9.86% Listrik,Gas & Air Bersih 10.08% 8.25% 7.63% 9.34% 8.67% 9.65% 9.45% 8.33% 8.33% 8.65% Bangunan 10.58% 10.39% 11.99% 15.99% 12.03% 11.51% 11.31% 10.73% 15.75% 14.45% Perdagangan, Hotel & Restoran 8.77% 8.02% 9.81% 12.96% 12.51% 12.78% 11.11% 10.75% 9.39% 9.11% Angkutan & Komunikasi 13.13% 11.08% 10.21% 11.93% 10.27% 11.12% 10.65% 8.91% 9.30% 9.29% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9.12% 11.05% 1.03% 3.46% 10.91% 13.20% 9.57% 14.84% 2.14% 1.11% Jasa - jasa 12.90% 10.11% 8.39% 16.19% 10.71% 10.94% 7.43% 6.19% 5.75% 7.54% TOTAL PDRB 35.83% 24.63% 3.87% 5.23% 9.54% 3.47% 8.52% 15.74% 1.40% 7.79% Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 16

2.2.1. Sektor Pertanian Sektor pertanian pada periode triwulan II-2014 tumbuh sebesar 1,36% (yoy), tumbuh lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I-2014 sebesar 0,97% (yoy). Berbeda halnya dengan yang terjadi di Papua, adanya peningkatan kinerja sektor pertanian di Papua Barat diikuti oleh adanya perbaikan kesejahteraan petani meskipun besaran perbaikan tersebut relatif sangat kecil. Hal tersebut terlihat dari Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Papua Barat pada triwulan II-2014 yang mengalami peningkatan menjadi sebesar 100,66 atau lebih tinggi dari NTP pada akhir triwulan II-2013 yang tercatat sebesar 100.15. Pencapaian Indeks NTP yang berada diatas angka 100 menunjukan bahwa para petani di Provinsi Papua Barat telah memperoleh penghasilan yang lebih besar dari biaya yang harus mereka keluarkan dalam menjalankan kegiatan usaha di bidang pertanian. Grafik 21. Nilai Tukar Petani Papua Barat Grafik 22. PDRB Sektor Pertanian Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 2.2.2. Sektor Industri Pengolahan Sektor-sektor Industri Pengolahan mengalami penurunan sebesar 9,86% (yoy) atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar -3,25% (yoy). Secara umum, sektor ini memegang kontribusi terbesar (mencapai 45%) dari total PDRB Papua Barat. Berbeda dengan kondisi pada triwulan sebelumnya, pada triwulan laporan sektor industri pengolahan memberikan sumbangan pertumbuhan yang positif sebesar 4,47% bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat. Peningkatan kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan II-2014 terjadi akibat adanya peningkatan produksi gas seiring adanya keyakinan bahwa hambatan dari sisi ekspor akibat adanya proses negosiasi harga baru dengan salah satu konsumennya akan selesai dalam waktu dekat. Secara umum, kinerja sektor KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 17

industri pengolahan di Provinsi Papua Barat mengalami peningkatan. Hal ini juga dapat tecermin dari aktivitas penggunaan listrik industri pada triwulan laporan yang mengalami peningkatan sebesar 6,59 % atau menjadi sebesar 8,09 juta kwh. Grafik 23. Penggunaan Listrik Sumber: PLN Wilayah Papua 2.2.3. Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Sektor perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) pada triwulan II-2014 tumbuh sebesar 9,11% (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,39% (yoy). Masih tetap bertumbuhnya sektor PHR ditenggarai turut didorong oleh adanya persiapan menjelang hari-hari besar keagamaan (Idul Fitri), dimana beberapa distributor sudah mulai menambah jumlah persediaan barang serta pelaksanaan Pemilu Presiden 2014. Selain itu, pertumbuhan sektor PHR juga tercermin dari meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan terhadap sektor perdagangan yang meningkat sebesar 15,93% (yoy) atau mencapai Rp 2,46 triliun. Semakin besarnya aliran dana dari pusat ke Pemprov Papua Barat juga mempengaruhi kinerja usaha di sektor PHR akibat meningkatnya belanja Pemerintah Daerah. Pertambahan jumlah penduduk di Provinsi Papua Barat yang konsisten juga akan semakin menggerakkan roda perekonomian terutama di subsektor perdagangan. Terlebih, karena besarnya ketergantungan Provinsi Papua Barat terhadap daerah lain, mengakibatkan masyarakat Provinsi Papua Barat sangat menggantungkan pemenuhan kegiatan konsumsinya dari subsektor perdagangan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 18

2.2.4. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Pada triwulan II-2014, sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh sebesar 9,29% (yoy), hampir sama dibandingkan pencapaian triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,30% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tercermin dari tumbuhnya sub sektor angkutan udara dan angkutan laut sebagai jenis angkutan yang paling banyak dipergunakan masyarakat di Papua Barat. Tumbuhnya sektor pengangkutan dan komunikasi terlihat dari perkembangan arus bongkar muat barang di pelabuhan Provinsi Papua Barat yang diprediksi masih tumbuh dikisaran 5-10% (yoy). Selain itu, penambahan rute yang gencar dilakukan oleh beberapa maskapai di wilayah Provinsi Papua Barat, disinyalir juga mendorong pertumbuhan di sektor ini. 2.2.5. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pada periode laporan, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 1,11% (yoy), tumbuh lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 2,14% (yoy). Sub sektor Bank memberikan andil yang cukup signifikan terhadap sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Subsektor perbankan masih menjadi penggerak utama dari sektor ini. Sehingga, tumbuhnya pertumbuhan sektor keuangan berkaitan erat dengan angka pertumbuhan Nilai Tambah Bank (NTB) yang juga mengalami pertumbuhan sebesar 18,15% (yoy) dari pertumbuhan triwulan yang sama pada tahun 2013. Seiring dengan program inklusi keuangan yang terus dilaksanakan terutama didaerah terpencil seperti berbagai daerah di Provinsi Papua Barat, juga mendorong kinerja sektor keuangan di Provinsi Papua Barat. Tabel 14. Perkembangan Nilai Tambah Bank Provinsi Papua Barat KOMPONEN 2012 2013 2014 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II A. PENDEKATAN PENDAPATAN 1. Biaya Tenaga Kerja 24,782 26,515 37,430 42,237 29,658 33,566 40,637 43,537 33,854 35,944 2. Surplus 78,851 102,311 105,149 102,054 113,547 133,586 126,874 170,927 140,836 162,265 3. Pajak Tak Langsung Neto 53 88 182 173 206 152 317 183 83 233 4. Penyusutan 2,782 2,874 2,977 3,433 2,654 3,442 3,165 3,780 4,417 3,292 PRODUK BRUTO / NILAI TAMBAH BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734 B. PENDEKATAN PRODUKSI 1. Hasil imputasi jasa 110,825 138,494 153,172 162,525 150,412 177,222 182,517 220,068 184,370 209,767 2. Penerimaan neto dari transaksi devisa (128) (634) (439) (128) (131) (391) (3,668) (1,074) 1,633 (871) 3. Provisi dan komisi 13,936 15,413 15,678 17,136 16,914 18,323 18,623 19,956 19,201 20,508 4. Pendapatan operasional lainnya 4,457 5,967 4,977 4,931 4,098 5,282 3,126 17,625 4,136 4,830 GROSS OUTPUT 129,090 159,240 173,388 184,464 171,293 200,437 200,597 256,575 209,340 234,234 5. Biaya-biaya antara 22,622 27,452 27,650 36,567 25,228 29,691 29,604 38,148 30,150 32,500 NILAI TAMBAH BRUTO / PRODUK BRUTO 106,468 131,788 145,738 147,897 146,065 170,746 170,993 218,427 179,190 201,734 Pertumbuhan (%) 7.87% 29.14% 33.09% 31.33% 37.19% 29.56% 17.33% 47.69% 22.68% 18.15% Sumber: Bank Indonesia KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 19

2.2.6. Sektor Jasa-jasa Pada periode laporan, sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 7,54% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,75% (yoy). Hal ini terlihat dari pertumbuhan kredit di sektor jasa-jasa yang mengalami pertumbuhan 114,24% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Selain itu masuknya beberapa perusahaan yang bergerak di bidang jasa hiburan dan pariwisata akibat semakin dikenalnya raja ampat sebagai salah satu tempat pariwisata terbaik di Indonesia turut mendorong kinerja sektor jasa-jasa. 2.2.7. Sektor Bangunan Pada periode laporan, sektor bangunan tumbuh sebesar 14,45% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 15,75% (yoy). Cukup tingginya pertumbuhan sektor ini tercermin dari besarnya realisasi konsumsi semen di Provinsi Papua Barat yang tercatat sebesar 52.607 sak atau bertumbuh sebesar 84,70% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Sepanjang tahun 2014, sektor bangunan diperkirakan mencatatkan pertumbuhan yang cukup signifikan akibat adanya rencana pembangunan fasilitas produksi gas baru serta adanya pembangunan di beberapa daerah yang merupakan hasil pemekaran di Provinsi Papua Barat. Dengan adanya pemekaran tersebut tentunya membutuhkan pusat pemerintahan, pusat kota, infrastruktur serta fasilitas umum lainnya. Hal ini menjadi salah satu pendorong tumbuhnya kinerja sektor bangunan sepanjang tahun berjalan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 20

Suplemen 1. Sail Raja Ampat 2014 dan Pembangunan Ekonomi di Papua Barat Sail Raja Ampat 2014 (SRA 2014) merupakan kelanjutan dari lima Sail yang telah diselenggarakan oleh Indonesia. Rangkaian sebelumnya adalah Sail Bunaken 2009, Sail Banda 2010, Sail Wakatobi 2011, Sail Morotai 2012, dan Sail Komodo 2013. Acara ini dapat disebut sebagai perhelatan maritim Indonesia yang dilakukan dalam skala kolosal. SRA 2014 sendiri menurut Presiden RI diperlukan dalam rangka percepatan pembangunan dan pengembangan potensi sumber daya kelautan dan pariwisata Indonesia guna mewujudkan peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil, sekaligus menyemarakkan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia ke-69 (HUT RI 69) (Keppres No. 10/2014 tentang Panitia Nasional Penyelenggara Sail Raja Ampat). Skala kolosal dalam pelaksanaan SRA 2014 dapat dilihat dari rangkaian acara yang dirancang, besarnya dana yang dialokasikan, jumlah dan ragam peserta yang terlibat, serta pejabat negara maupun undangan yang menghadiri. Rangkaian acara SRA 2014 meliputi setidaknya reli kapal layar, pelayaran Lingkar Nusantara IV, ekspedisi riset kelautan, seminar nasional dan internasional, pameran potensi daerah, olahraga bahari, percepatan pembangunan sarana prasarana, dan Acara Puncak SRA 2014 di Pantai Waisei Torang Cinta. Untuk alokasi dana, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Raja Ampat menyatakan bahwa dalam rangka persiapan dan pelaksanaan SRA 2014 disediakan anggaran sekitar 170 milyar rupiah. Dana tersebut belum termasuk yang dialokasikan oleh pemerintah pusat dan pemerintah provinsi. Hajatan tersebut dimeriahkan oleh setidaknya tiga ribu orang peserta dari dalam maupun luar negeri. Berbagai instansi pemerintahan, lembaga swasta, korporasi, maupun militer ambil bagian dalam acara tersebut. Puncak acara sendiri dipastikan akan dihadiri oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, para menteri, pemimpin lembaga negara, serta undangan dari negara lain. Dampak langsung dari perhelatan ini bagi perekonomian Papua Barat merupakan hal yang niscaya. Hal yang paling terlihat adalah pembangunan infrastruktur pendukung SRA 2014 seperti pembangunan jalan, pelabuhan, dan bandara. Pembangunan lainnya adalah pemercantikan kota serta pengindahan lanskap. Sejalan dengan itu, pembentukan modal tetap (investasi) dalam Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) akan meningkat. Nilai tambah dari sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran di triwulan III 2014 besar kemungkinan juga akan mengalami peningkatan signifikan. Dari sisi permintaan agregat, konsumsi baik oleh swasta maupun pemerintah akan meningkat cukup besar. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 21

Penyelenggaraan SRA 2014, sebagaimana yang diyakini banyak pihak, akan memacu perkembangan sektor pariwisata bahari dan sektor kelautan serta perikanan di Raja Ampat. Obyek-obyek wisata di Raja Ampat sendiri tengah menikmati publisitas yang sangat tinggi seperti yang ditunjukkan oleh berbagai publikasi parwisata, panduan wisata atau pencarian dan review online. SRA 2014 akan lebih meningkatkan lagi popularitasnya. Kendati begitu, peningkatan reputasi itu bisa menjadi ancaman jika tidak diantisipasi dengan kebijakan yang tepat. Peningkatan jumlah kunjungan wisata di satu sisi akan meningkatkan ekonomi di daerah wisata, namun di saat yang sama dapat menurunkan kualitas yang menjadi daya tariknya. Pada akhirnya, wisatawan enggan untuk kembali, perekonomian kembali ke status ex ante, namun dengan obyek wisata yang sudah rusak. Perlu diinformasikan bahwa selain melakukan pembangunan infrastruktur pendukung, Pemkab Raja Ampat dan Pemprov Papua Barat juga giat mendorong pelaku usaha lokal khususnya para pengusaha hotel dan penginapan untuk memperbesar kapasitas layan mereka. Peningkatan kapasitas tersebut jika tidak mampu dimanfaatkan setelah SRA 2014 dapat segera berubah menjadi biaya pemeliharaan yang besar bagi para pelaku usaha. Hal yang sama berlaku bagi pemda. Jika pembangunan infrastruktur secara masif ditujukan terutama untuk mendukung perhelatan akbar tersebut, urusan pemeliharaannya akan menjadi permasalahan besar. Urusan itu akan menjadi masalah jika ternyata tidak banyak pihak yang menerima manfaat dari pembangunannya, sehingga tidak ada tekanan politik untuk memprioritaskannya dalam anggaran pemerintah. Infrastruktur yang kurang terawat pada akhirnya menyebabkan investasi besar yang dilakukan sekarang tidak termanfaatkan di masa mendatang. Tantangan dan potensi ancaman bagi perekonomian yang diuraikan sebelumnya, dapat menjadi momentum untuk memacu pembangunan di Papua Barat secara khusus dan Kawasan Timur Indonesia, apabila diantisipasi dengan kebijakan publik yang tepat. Agar dampak positif dari SRA 2014 dapat terus dinikmati para pemangku kebijakan perlu merancang dan mengimplementasikan kebijakan yang komprehensif terkait pengembangan industri pariwisata, kelautan dan perikanan yang berkelanjutan; konservasi obyek wisata dan lingkungan hidup, penyediaan dan pemeliharaan infrastuktur pendukung; edukasi dan peningkatan peran masyarakat dalam pembangunan; serta pelibatan swasta untuk mendukung peran pemerintah melaksanakan pembangunan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 22

BAB 2. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH I. Keuangan Daerah Provinsi Papua Dalam asesmen mengenai keuangan daerah di Provinsi Papua akan digunakan data Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBD) Pemerintah Daerah Provinsi (Pemprov) Papua sebagai representasi perkembangan keuangan pemerintahan daerah (pemda) di Papua. Secara umum porsi APBD Pemprov tidak mendominasi. Namun demikian, ukuran pemerintah (size of government) dalam hal fiskal, pemprov secara relatif jauh lebih besar dibandingkan pemda-pemda lain di perekonomian Papua (lihat Tabel 30). Alasan lainnya adalah bahwa kompilasi data dari level kabupaten kota tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu sesuai kebutuhan Kajian Ekonomi Regional (KER) Bank Indonesia. Oleh karena itu, untuk asesmen perkembangan keuangan pemda digunakan data APBD pemprov sebagai proksi aktivitas fiskal di Papua secara keseluruhan. Pemerintah Daerah Tabel 15. Komparasi Ukuran Fiskal Pemda-Pemda di Provinsi Papua dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Prov. Papua 10,489.10 30.9% 11,205.10 31.7% Kab. Asmat 1,090.20 3.2% 1,130.20 3.2% Kab. Biak Numfor 763.13 2.3% 812.24 2.3% Kab. Boven Digoel 1,065.77 3.1% 1,072.64 3.0% Kab. Deiyai 594.42 1.8% 592.92 1.7% Kab. Dogiyai 655.16 1.9% 757.94 2.1% Kab. Intan Jaya 913.51 2.7% 911.01 2.6% Kab. Jayapura 868.21 2.6% 889.84 2.5% Kab. Jayawijaya 880.21 2.6% 810.41 2.3% Kab. Kepulauan Yapen 745.79 2.2% 721.79 2.0% Kab. Lanny Jaya 864.62 2.6% 864.62 2.4% Kab. Mamberamo Raya 998.52 2.9% 997.02 2.8% Kab. Mamberamo Tengah 865.34 2.6% 885.44 2.5% Kab. Merauke 1,674.39 4.9% 1,846.70 5.2% Kab. Nabire 916.35 2.7% 889.35 2.5% Kab. Nduga 731.60 2.2% 732.10 2.1% Kab. Paniai 748.96 2.2% 747.96 2.1% Kab. Pegunungan Bintang 1,085.42 3.2% 1,092.15 3.1% Kab. Puncak 1,075.29 3.2% 1,340.52 3.8% Kab. Puncak Jaya 1,004.67 3.0% 997.67 2.8% KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 23

Pemerintah Daerah dalam miliar rupiah Pendapatan Kontribusi di Total Provinsi dalam miliar rupiah Belanja Kontribusi di Total Provinsi Kab. Sarmi 880.17 2.6% 906.01 2.6% Kab. Supiori 686.32 2.0% 717.82 2.0% Kab. Tolikara 928.97 2.7% 923.97 2.6% Kab. Waropen 661.78 2.0% 691.30 2.0% Kab. Yahukimo 863.66 2.5% 900.92 2.6% Kab. Yalimo 820.71 2.4% 817.21 2.3% Kota Jayapura 1,027.70 3.0% 1,057.95 3.0% TOTAL PAPUA 33,899.98 100.0% 35,312.79 100.0% Sumber: diolah dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Secara umum postur keuangan daerah di Papua mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 31). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 45,7 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain-Lain memiliki pertumbuhan tertinggi, sebesar 310,4 persen. Tabel 16. Perkembangan APBD Pemprov Papua Tahun Anggaran 2013-2014 (dalam miliar rupiah) Sumber: Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Kementerian Keuangan Republik Indonesia Untuk tahun anggaran 2014, target Pendapatan Pemprov Papua tercatat sebesar Rp10,49 triliun. Angka tersebut meningkat 28,15 persen dibandingkan dengan 2013. Saat ini, sumber pendapatan terbesar pemprov adalah dari dana tranfer oleh pemerintah pusat. Namun demikian, pos tersebut pertumbuhannya relatif stabil, meningkat 2,4 persen secara keseluruhan. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lain-lain memiliki pertumbuhan yang relatif sangat tinggi (lihat Tabel 32). Jika kondisi ini terus KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 24

berlangsung, maka ke depannya ketergantungan pemda atas pemerintah pusat dapat semakin berkurang. Tabel 17. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 8,184.74 10,489.11 28.15% PENDAPATAN ASLI DAERAH 407.69 762.15 86.94% Pajak Daerah 326.31 597.34 83.06% Retribusi Daerah 11.90 50.37 323.24% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 19.89 27.93 40.44% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 49.59 86.51 74.44% PENDAPATAN TRANSFER 7,205.61 7,381.92 2.45% Dana Perimbangan 2,502.57 2,604.85 4.09% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 479.40 493.14 2.87% Dana Alokasi Umum 1,889.27 1,991.20 5.40% Dana Alokasi Khusus 133.90 120.51-10.00% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 4,703.04 4,777.07 1.57% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 571.43 2,345.04 310.38% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp11,21 triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 24,7 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (92,1%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (102,1%); serta Belanja Barang dan Jasa (27%). Tabel 18. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 25

1.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Per triwulan II-2014, realisasi pendapatan pemprov Papua tercatat sebesar Rp4,09 triliun atau setara 39 persen dari target tahun anggaran ini. Kondisi tersebut relatif mirip dengan kondisi di kuartal yang sama tahun sebelumnya (39,4%). Pos-pos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya masih di bawah 50 persen per tengah tahun anggaran adalah Pajak Daerah (38,3%); Retribusi Daerah (33,8%); Dana Alokasi Khusus (30,0%); serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (42,6%). Dana Alokasi Khusus dan Penyesuaian sendiri, meskipun realisasi hingga pertengahan tahun anggaran masih di bawah 50 persen, tahun ini pencairannya relatif lebih tinggi dibandingkan periode yang sama di 2013 (31,4%). Tabel 19. Perkembangan Realisasi Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Uraian Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 3,224.37 39.4% 4,093.81 39.0% PENDAPATAN ASLI DAERAH 242.94 59.6% 398.69 52.3% Pajak Daerah 190.08 58.3% 228.71 38.3% Retribusi Daerah 11.75 98.7% 17.03 33.8% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 0.20 1.0% 32.69 117.0% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 40.90 82.5% 120.27 139.0% PENDAPATAN TRANSFER 2,819.49 39.1% 3,522.60 47.7% Dana Perimbangan 1,341.28 53.6% 1,489.48 57.2% Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 199.04 41.5% 291.79 59.2% Dana Alokasi Umum 1,102.07 58.3% 1,161.53 58.3% Dana Alokasi Khusus 40.17 30.0% 36.15 30.0% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 1,478.21 31.4% 2,033.12 42.6% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 161.94 28.3% 172.52 7.4% 1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Sama seperti kinerja sisi pendapatan, sisi pengeluaran keuangan pemda secara umum juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil. Per triwulan II 2014, realisasi belanja pemprov Papua tercatat sebesar Rp1,95 triliun atau setara 19,2 persen total tahun berjalan. Secara nominal, realisasi tersebut meningkat dibandingkan triwulan II 2013, namun jika dilihat secara relatif terhadap total belanja, kinerjanya menunjukkan sedikit penurunan. Penurunan kinerja relatif ini, apabila dicermati sama sekali tidak menunjukkan penurunan kualitas kapasitas institusional pemda dalam mengelola kebijakan fiskalnya. Penurunan relatif yang terjadi lebih tepat jika ditafsirkan sebagai cerminan kurangnya fleksibilitas existing institusi pemda dalam merespon peningkatan alokasi belanjanya. Kenaikan total alokasi belanja yang cukup tinggi, tidak dapat segera diimbangi dengan kemampuan menyerap anggaran yang telah dialokasikan. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 26

Hal yang perlu mendapatkan perhatian khusus adalah kemampuan pemda untuk menyerap alokasi Belanja Modal. Belanja Modal per triwulan II 2014 menunjukkan tingkat penyerapan terendah (1,3%) dibandingkan pos-pos lain. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2013, penyerapan ini menunjukkan penurunan yang cukup signifikan, baik secara nominal maupun relatif terhadap total yang dianggarkan. Realisasi yang rendah tersebut pada dasarnya cukup wajar, jika memperhatikan pola dan tahapan administrasi pemerintahan yang harus dilalui dalam pencairannya. Namun demikian, praktik memacu pencairan sebagian besar alokasi di triwulan III dan IV tahun anggaran pada gilirannya dapat menyebabkan inefisiensi realisasi anggaran. Inefisiensi tersebut juga akan berdampak pada kualitas barang dan jasa publik yang dihasilkan. Artinya, peningkatan alokasi Belanja Modal tidak akan serta-merta berdampak positif terhadap perekonomian secara umum, jika realisasinya tidak dilakukan secara efisien. Tabel 20. Perkembangan Realisasi Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan Untuk 2014, secara anggaran Pemprov Papua menjalankan anggaran defisit. Kendati demikian, jika komponen pembiayaan defisit tersebut diperhatikan dengan seksama, maka dapat ditemukan sumber utama pembiayaannya adalah Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya (SiLPA). Artinya, defisit fiskal yang terjadi lebih disebabkan oleh mismatch antara anggaran dan realisasi yang dilakukan oleh pemda, sehingga menyebabkan alokasi dana di tahun sebelumnya harus di-carry over ke tahun anggaran berjalan. Dalam konteks demikian, defisit fiskal yang persisten tersebut bukanlah indikasi memburuknya kesehatan atau keberlanjutan keuangan pemda di Papua. Secara real, pemprov Papua sebenarnya menjalankan kebijakan balance budgeting. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 27

Tabel 21. Perkembangan Keseimbangan Fiskal Pemerintah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) URAIAN SURPLUS / (DEFISIT) (150.00) (715.97) 377.31% PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 25.00 825.97 3203.88% Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya - 825.97 100.00% PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 175.00 110.00-37.14% Pembentukan Dana Cadangan 100.00 - -100.00% Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75.00 110.00 46.67% Pembayaran Pokok Utang - - 0.00% PEMBIAYAAN NETTO (150.00) 715.97-577.31% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua ANGGARAN 2013 ANGGARAN 2014 PERTUMBUHAN Realisasi anggaran per triwulan II 2014 sendiri menunjukkan bahwa sejauh ini pemprov Papua mengalami surplus anggaran sebesar Rp2,14 triliun. Berdasarkan tren historis, surplus tersebut diprakirakan akan digunakan sebagian besar di triwulan III dan IV. Tabel 22. Realisasi APBD Provinsi Papua Triwulan II-2014 (dalam miliar rupiah) ANGGARAN Realisasi s.d URAIAN 2014 Triwulan II-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (715.97) 2,144.08 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 825.97 - Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 825.97 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 110.00 90.00 Pembentukan Dana Cadangan - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 110.00 90.00 Pembayaran Pokok Utang - PEMBIAYAAN NETTO 715.97 (90.00) Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua II. Keuangan Daerah Provinsi Papua Barat Selanjutnya, asesmen mengenai keuangan daerah akan membahas mengenai Provinsi Papua Barat. Sama seperti Provinsi Papua, asesmen akan dilakukan pada level pemprov saja. Secara umum besaran keuangan daerah di Papua Barat juga mengalami peningkatan pada 2014 (lihat Tabel 36). Kenaikan pada sisi belanja pemerintah diimbangi dengan kemampuan atau ketersediaan pendanaan pemda yang dicerminkan oleh sisi pendapatan dan pembiayaannya. Untuk belanja pemerintah, sumber peningkatan belanja tertinggi adalah pos Belanja Tidak Langsung (tidak termasuk Belanja Pegawai), 48,4 persen. Sementara itu, untuk pendapatan, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Pendapatan Lain- Lain memiliki pertumbuhan tertinggi (43,3%), meskipun kontribusinya dalam total pendapatan masih relatif sangat kecil. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 28

Tabel 23. Perkembangan Target Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat (dalam miliar rupiah) Uraian APBD 2013 APBD 2014 Pertumbuhan PENDAPATAN 4,253.30 5,270.32 23.9% PENDAPATAN ASLI DAERAH 142.25 203.78 43.3% Pajak Daerah 117.03 165.99 41.8% Retribusi Daerah 0.95 0.77-19.3% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 4.96 13.00 162.0% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 19.30 24.03 24.5% PENDAPATAN TRANSFER 4,111.06 5,066.53 23.2% Dana Perimbangan 1,700.89 2,393.67 40.7% Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 571.08 1,210.19 111.9% Dana Alokasi Umum 1,064.87 1,122.26 5.4% Dana Alokasi Khusus 64.93 61.22-5.7% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 2,410.17 2,672.86 10.9% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - 0.0% Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Untuk tahun anggaran 2014, Pemprov Papua Barat menargetkan Pendapatan sebesar Rp5,87 triliun. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen, jika dibandingkan dengan 2013. Dari seluruh sumber pendapatan pemda, pos dana transfer oleh pemerintah pusat mendominasi total pendapatan. Pos tersebut juga memiliki peningkatan yang cukup tinggi (33,1%), terutama didorong oleh kenaikan Dana Bagi Hasil (DBH). DBH yang sebelumnya nilainya hanya separuh nilai Dana Alokasi Umum (DAU), kini memiliki nilai yang sama dengan DAU. Sementara itu, pos Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan pendapatan lainlain memiliki pertumbuhan yang relatif sama dengan Pendapatan Transfer (lihat Tabel 36). Artinya, dalam horizon waktu ke depan, kebijakan fiskal daerah di Papua Barat masih akan sangat terpengaruh kebijakan fiskal pemerintah pusat. Tabel 24. Perkembangan Struktur Belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua (dalam miliar rupiah) Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 29

Dari sisi belanja, pemprov mengalokasikan belanja sebesar Rp5,87 triliun pada 2014. Angka tersebut meningkat sebesar 38 persen jika dibandingkan dengan 2013. Tingginya kenaikan belanja pemprov Papua Barat terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi Belanja Modal (61,7%); Belanja Bantuan Keuangan Bagi Pemda Lain (146%); serta Belanja Bagi Hasil kepada pemerintah lainnya (31,5%). 2.1 Pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi pendapatan pemprov Papua Barat tercatat sebesar Rp2,01 triliun atau setara 38 persen dari target tahun anggaran ini. Dibandingkan periode yang sama di 2013, realisasi pendapatan total menunjukkan penurunan. Triwulan II 2013 mencatatkan nilai realisasi Rp2,47 triliun (58,1%). Namun demikian, angka realisasi yang tinggi di 2013 tampaknya bukan merupakan kecenderungan perilaku fiskal Papua. Di 2013, terlihat realisasi DBH mencapai 181,1 persen, sementara DAU sudah hampir 100 persen dari target anggaran. Persentase realisasi yang tinggi itu lebih diakibatkan oleh perubahan kebijakan alokasi dana transfer oleh pemerintah pusat di tengah tahun anggaran berjalan. Sementara itu, realisasi di pos-pos selain DAU dan DBH, pola 2014 menunjukkan kemiripan dengan yang di 2013. Pospos pendapatan yang realisasi pencairan atau pengumpulannya di bawah 50 persen per tengah tahun anggaran adalah DBH (32,0%); DAK (30,0%); serta Dana Otonomi Khusus dan Penyesuaian (30,9%). Untuk PAD, secara keseluruhan telah melampaui 50 persen dari yang ditargetkan. Tabel 25. Realisasi Pendapatan Provinsi Papua Barat Triwulan II-2014 (dalam miliar rupiah) Uraian Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD PENDAPATAN 2,469.99 58.1% 2,007.77 38.1% PENDAPATAN ASLI DAERAH 50.26 35.3% 121.11 59.4% Pajak Daerah 36.30 31.0% 98.34 59.2% Retribusi Daerah 0.84 88.3% 0.60 77.8% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan - 0.0% - 0.0% Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 13.12 68.0% 22.18 92.3% PENDAPATAN TRANSFER 2,419.73 58.9% 1,886.66 37.2% Dana Perimbangan 1,674.64 98.5% 1,060.63 44.3% Bagi Hasil Pajak & Bagi Hasil Bukan Pajak 1,033.99 181.1% 387.62 32.0% Dana Alokasi Umum 621.18 58.3% 654.65 58.3% Dana Alokasi Khusus 19.48 30.0% 18.36 30.0% Dana Otonomi Khusus & Penyesuaian 745.08 30.9% 826.02 30.9% LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH - - - - KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 30

1.2. Pengeluaran Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat Per triwulan II-2014, Pemprov Papua Barat telah merealisasikan Rp1,36 triliun anggaran belanjanya atau setara 23,2 persen total tahun berjalan. Realisasi tersebut jauh meningkat, baik secara nominal maupun proporsi total alokasi, dibandingkan triwulan II 2013, yang operasional administrasi pemerintahan di tahun itu sempat terganggu. Pos yang realisasi tengah tahunnya telah melampaui 50 persen adalah pos Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Bagi Hasil. Selain itu, rata-rata realisasinya masih jauh di bawah 50 persen. Tabel 26. Realisasi Pengeluaran Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014 (dalam miliar rupiah) URAIAN Realisasi s.d Triwulan II-2013 Realisasi s.d Triwulan II-2014 Nominal Realisasi APBD Nominal Realisasi APBD Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat 1.3. Surplus, Defisit dan Pembiayaan Sama seperti Papua, secara anggaran Pemprov Papua Barat menjalankan kebijakan fiskal defisit, meskipun secara riil sebenarnya yang dilakukan merupakan kebijakan balance budgeting. Realisasi anggaran per triwulan II 2014 sendiri menunjukkan bahwa pemprov Papua Barat mencatatkan surplus sebesar Rp647,87 miliar. Berdasarkan praktik yang umum terjadi di berbagai daerah, penggunaan surplus dan realisasi berbagai pos belanja diprakirakan akan dipacu di triwulan III dan IV. Tabel 27. Realisasi Pembiayaan Provinsi Papua Barat Triwulan I-2014 (dalam miliar rupiah) Realisasi s.d URAIAN ANGGARAN 2014 Triwulan II-2014 SURPLUS /(DEFISIT) (599.86) 647.87 PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH 649.88 0.00 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaran Sebelumnya 649.88 0.00 PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH 50.00 - Pembentukan Dana Cadangan - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 50.00 - Pembayaran Pokok Utang - - PEMBIAYAAN NETTO 599.88 0.00 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 31

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 32

BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA 1. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Provinsi Papua Pada tahun 2014, inflasi Provinsi Papua dihitung berdasarkan pencapaian inflasi Kota Jayapura dan Kota Merauke. Sampai dengan periode triwulan II-2014, inflasi Provinsi Papua 5 tercatat sebesar 7,40% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan I-2014 yang tercatat sebesar 9,58% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan, Papua tercatat mengalami deflasi sebesar -0,78% (qtq) atau mengalami penurunan yang signifikan jika dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang mengalami inflasi sebesar 2,34% (qtq). Jika dibandingkan dengan inflasi nasional, laju inflasi tahunan Papua tercatat lebih tinggi, dimana inflasi nasional pada triwulan II-2014 tercatat sebesar 6,70% (yoy). 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00-2.00-4.00 Grafik 24. Perbandingan Inflasi Papua dengan Inflasi Nasional I II III IV I II III IV I II 2012 2013 2014 Inflasi Papua mtm Inflasi Papua yoy Inflasi Nasional mtm Inflasi Nasional yoy Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Secara umum, pencapaian inflasi tahunan yang terjadi pada triwulan II-2014 masih diakibatkan oleh masih terekamnya dampak kenaikan harga BBM yang terjadi pada tahun lalu, dimana indeks harga beberapa Komoditas barang yang tergolong kedalam bahan makanan, kelompok transpor, komunikasi & jasa keuangan dan kelompok makanan jadi masih mencatatkan inflasi tahunan yang cukup tinggi. Namun demikian, jika dilihat secara triwulanan inflasi pada triwulan II-2014 justru mengalami penurunan yang signifikan. Hasil produksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan yang relatif meningkat akibat Kondisi cuaca yang mendukung turut menjamin terjaganya pasokan bagi bagi kebutuhan masyarakat 5 Perhitungan Inflasi tahunan Provinsi Papua dilakukan dengan menggunakan pendekatan bobot kabupaten/kota yang dirilis oleh BPS Nasional. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 33

di Papua. Selain itu, terjaganya kelancaran pasokan barang yang berasal dari daerah lain ke Papua juga turut mendorong terkendalinya harga barang-barang pada triwulan laporan. Inflasi triwulanan Papua secara dominan disumbang oleh penurunan indeks kelompok bahan makanan yang nilainya mencapai -4,67% (qtq), meskipun seluruh kelompok barang dan jasa lainnya mengalami kenaikan. Hal tersebut terjadi karena tingginya besaran penurunan kelompok bahan makanan disamping kelompok tersebut juga memiliki bobot penilaian yang paling besar. Adapun dapat diinformasikan juga bahwa kelompok barang dan jasa yang justru mengalami kenaikan pada triwulan laporan adalah sebagai berikut : kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau sebesar 0,99% (qtq), kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar sebesar 0,27% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,33% (qtq), kelompok sandang sebesar 0,16% (qtq), serta kelompok kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga sebesar 0,12% (qtq) sedangkan kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan tercatat mengalami penurunan sebesar 0,93% (qtq). 1.1.1. Kondisi Umum Inflasi Kota Jayapura Sampai dengan bulan Juni 2014, inflasi tahunan Kota Jayapura tercatat sebesar 6,87% (yoy). Pencapaian inflasi Jayapura lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian inflasi Provinsi Papua, namun inflasi kota Jayapura masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan pencapaian inflasi tahunan nasional yang mencapai 6,70% (yoy). Jika dilihat secara triwulanan, inflasi Jayapura tercatat mengalami penurunan atau deflasi sebesar 1,24% (qtq), lebih rendah jika dibandingkan dengan pencapaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 2,12% (qtq). Seperti yang terjadi di Papua, pada triwulan II-2014 kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utama terjadinya deflasi secara triwulanan yang tercatat sebesar -6,58% (qtq). Melimpahnya pasokan komoditas perikanan dan pertanian (a.l bumbu-bumbuan, sayursayuran, dll.) menjadi penyebab penurunan indeks harga kelompok bahan makanan. Sementara itu, hampir seluruh kelompok lainnya justru mengalami inflasi secara triwulanan meskipun momentum besaran kenaikannya relatif kecil. Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mencatatkan inflasi tertinggi sebesar 1,17% (qtq), akibat adanya kenaikan harga tarif angkutan udara dan laut yang biasanya terjadi ketika menjelang bulan Ramadhan dan libur panjang. Penyumbang inflasi terbesar selanjutnya adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,10% (qtq), kelompok kesehatan sebesar 0,31% (qtq) dan kelompok perumahan, air, listrik dan bahan bakar sebesar 0,30% (qtq). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 34

Sumber: BPS Provinsi Papua Tabel 28. Perkembangan Inflasi Kota Jayapura 2013 Kelompok Komoditi IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 162.66 4.36 7.12 6.28 7.12 122.27 1.56 5.71 5.71 13.81 114.22-3.11-1.25-6.58 8.73 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 163.91 0.89 8.18 3.28 8.18 113.14 0.19 1.98 1.98 9.50 114.38 0.48 3.10 1.10 8.78 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 131.56 0.18 9.18 1.07 9.18 112.80 0.07 1.90 1.90 6.30 113.14 0.19 2.20 0.30 5.42 Sandang 137.61-0.02 4.07 0.64 4.07 106.35 0.44 0.71 0.71 5.09 106.36 0.27 0.72 0.01 5.39 Kesehatan 119.92 0.32 3.80 0.89 3.80 104.60 0.09 0.16 0.17 4.33 104.92 0.24 0.47 0.31 3.43 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 118.39 0.02 3.73 0.02 3.73 106.60 0.00 0.00 0.00 3.92 106.71 0.00 0.10 0.10 3.98 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 135.98 0.41 11.97 0.01 11.97 110.93 1.01-0.48-0.48 9.91 112.23 0.98 0.68 1.17 7.13 Inflasi Jayapura 143.68 1.48 8.27 2.52 8.27 113.68 0.68 2.12 2.12 9.07 112.27-0.44 0.85-1.24 6.87 2014 TW I 2014 TW II 1.1.2. Disagregasi dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Jika dilihat berdasarkan inflasi tahunan, hampir seluruh kelompok disagregasi (core, volatile food, dan administered) tercatat mengalami inflasi. Akan tetapi, secara triwulanan laju inflasi berdasarkan disagregasi kelompok menunjukan arah yang cukup beragam. Pada triwulan II-2014, inflasi triwulanan kelompok inti (core) tercatat sebesar 0,20% (qtq). Adapun penyumbang inflasi pada kelompok ini adalah sub sarana penunjang transpor akibat meningkatnya harga beberapa suku candang kendaraan atau alat angkut lainnya yang terjadi menjelang periode liburan dan arus mudik, sub kelompok makanan jadi akibat meningkatnya harga makanan seperti kue kaleng, kue kering, dll., sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga akibat meningkatnya harga beberapa barang rumah tangga dan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol. Pada dasarnya, menjelang pelaksanaan ibadah puasa harga beberapa barang kebutuhan pokok memang cenderung mengalami kenaikan harga akibat adanya tekanan dari sisi permintaan masyrakat. Selanjutnya, kelompok volatile food pada triwulan laporan justru mencatatkan deflasi sebesar -6,84% (qtq). Angka penurunan tersebut dinilai relatif cukup tinggi mengingat secara pola historis kelompok tersebut selalu mencatatkan inflasi setiap waktunya. Penurunan yang cukup signifikan terjadi pada harga beberapa komoditas pertanian dan perikanan akibat meningkatnya pasokan seiring semakin membaiknya kondisi cuaca pada pertengahan tahun 2014. Adapun secara lebih detail pencapaian deflasi tersebut disumbang oleh beberapa sub kelompok sebagai berikut: sub kelompok ikan segar akibat menurunnya harga ikan di pasaran seperti: ekor kuning, salam, cakalang,dll., sub kelompok bumbu-bumbuan akibat menurunnya harga cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, sub kelompok sayursayuran akibat menurunnya harga buncis, bayam, sawi dan tomat dan sub kelompok daging dan hasilnya akibat menurunnya harga daging sapi dan daging ayam. Sementara itu, inflasi triwulanan pada kelompok administered prices tercatat relatif tinggi sebesar 1,15% (qtq). Pencapaian inflasi tersebut terjadi seiring adanya kenaikan harga pada KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 35

kelompok transportasi. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan harga tiket pesawat udara yang sudah terjadi menjelang perayaan bulan Ramadhan. Selain itu, adanya kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) oleh Pemerintah juga turut menyumbang inflasi yang berasal dari sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air. Sumber: BPS diolah Tabel 29. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura 2011 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II III IV I II Inflasi Core (mtm) 0.29 0.79-1.06 0.47-0.25 1.15-0.54 2.34-1.61 0.24-0.52 2.94 0.15 0.22 Inflasi Core (qtq) 5.00 1.48-0.70 1.60 0.19 0.38 0.85 2.88 1.09 0.90 1.53 3.08 1.05 0.20 Inflasi Core (yoy) 3.91 2.93 3.53 2.29 2.58 1.47 3.05 4.35 5.29 5.83 6.55 9.53 5.15 4.75 Inflasi Volatile (mtm) -1.03 0.42-1.88 0.12-4.18 1.00 1.94 4.95-7.16-0.56-3.70 2.40 1.90-3.53 Inflasi Volatile (qtq) 5.79-0.65 3.39 1.01-2.86 2.13 3.75 4.41-0.06-1.75 6.01 3.09 6.20-6.84 Inflasi Volatile (yoy) 5.15 4.15 2.44 6.88 0.79 3.60 3.96 7.46 10.55 6.36 8.68 11.10 14.37 9.32 Inflasi Adm Price (mtm) 0.00 0.00 0.11 0.21 0.13 0.15 0.42 0.00 0.18 3.40 0.01 1.00 0.94 1.18 Inflasi Adm Price (qtq) -11.68 0.32 0.21 0.21 0.13 0.19 0.47 0.20 1.08 4.85 10.45 1.80 0.70 1.15 Inflasi Adm Price (yoy) 4.19 6.96 3.07 2.94 0.87 0.73 1.00 1.00 1.95 6.70 17.30 18.30 16.86 11.56 Komponen Disagregasi Core Volatile Foods Adm Price Grafik 25. Disagregasi Inflasi Kota Jayapura Grafik 26. Perkembangan Survei Konsumen Sumber: BPS Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat 1.2 Inflasi Menurut Kelompok Komoditas 1.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan mengalami deflasi sebesar -4,67% (qtq), pencapaian tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami inflasi sebesar 5,11% (qtq). Hasil produksi beberapa komoditas pertanian dan perikanan yang relatif meningkat akibat Kondisi cuaca yang mendukung serta lancarnya pasokan beberapa komoditas bahan makanan dari daerah pemasok semakin menjamin terjaganya pasokan bagi bagi kebutuhan masyarakat di Papua. Secara spesifik, sub kelompok yang menjadi penyumbang deflasi terbesar, adalah: sub kelompok ikan segar akibat menurunnya harga ikan di pasaran seperti: ekor kuning, salam, cakalang,dll., sub kelompok bumbu-bumbuan akibat menurunnya harga cabai merah, cabai rawit dan bawang merah, sub kelompok sayursayuran akibat menurunnya harga buncis, bayam, sawi dan tomat dan sub kelompok daging dan hasilnya akibat menurunnya harga daging sapi dan daging ayam. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 36

1.2.2. Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau adalah komoditas barang yang mengalami inflasi tertinggi pada triwulan laporan. Kelompok ini pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,99% (qtq). Secara triwulanan inflasi tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,94% (yoy). Terjadinya inflasi pada kelompok makanan jadi disebabkan oleh adanya perayaan event piala dunia 2014, dimana sebagian besar masyarakat di Papua seringkali merayakannya dengan menyaksikan event tersebut secara sangat meriah. Hal tersebut menyebabkan terjadinya kenaikan harga akibat adanya tekanan permintaan terhadap beberapa produk makanan jadi seperti kue kering, kue basah, minuman kaleng, dsb. Adapun, sub kelompok yang menjadi penyumbang inflasi terbesar, adalah: sub kelompok Makanan Jadi dan sub kelompok Minuman yang tidak beralkohol. 1.2.3 Kelompok Perumahan, Air Dan Listrik. Kelompok ini pada triwulan laporan mengalami inflasi sebesar 0,27% (qtq), angka tersebut lebih rendah dari inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,03% (qtq). Inflasi pada kelompok ini relatif berada pada level yang cukup terkendali. Meningkatnya harga beberapa barang-barang kebutuhan rumah tangga (seperti sabun dan pembersih) serta harga beberapa perlengakapan rumah tangga (terutama peralatan makan dan karpet) menjadi penyumbang inflasi kelompok ini. Adapun sub kelompok lainnya yang turut mendorong inflasi adalah sub kelompok biaya tempat tinggal yang terjadi sebagai akibat meningkatnya harga komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: batu bata, cat, pasir, kayu, dll.). 1.2.4. Kelompok Sandang Pada triwulan II-2014, Kelompok sandang mengalami inflasi sebesar 0,16% (qtq), angka tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi yang tercatat pada triwulan sebelumnya sebesar 0,69% (qtq). Faktor pendorong inflasi di sektor sandang disebabkan oleh meningkatnya ongkos jahit pakaian yang seringkali terjadi beberapa waktu sebelum perayaan Idul Fitri, karena proses menjahit pakaian yang relatif memakan waktu yang cukup panjang. 1.2.5 Kelompok Kesehatan Kelompok ini pada triwulan II-2014 mengalami inflasi sebesar 0,33% (qtq), lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 0,70% (qtq). Masih terjadinya inflasi pada triwulan laporan akibat kenaikan harga pada sub kelompok jasa perawatan jasmani dan KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 37

kosmetika akibat menigkatnya harga perawatan kecantikan serta kenaikan pada sub kelompok jasa perawatan jasmani. 1.2.6. Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah raga pada triwulan II-2014 mengalami inflasi 0,12% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 0,01% (qtq). Kenaikan inflasi pada kelompok ini terjadi sebagai akibat meningkatnya harga kebutuhan rekreasi seiring adanya liburan panjang sekolah. Namun demikian, kenaikan inflasi pada kelompok ini tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan minimnya kontribusi yang diberikan. 1.2.7. Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan pada triwulan II-2014 mengalami inflasi sebesar 0,93% (qtq), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan deflasi sebesar 0,84% (qtq). Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya didorong terutama disebabkan oleh adanya peningkatan yang berasal dari sub kelompok transpor dan sub kelompok sarana penunjang transpor sebagai akibat adanya adanya kenaikan permintaan jasa transportasi sebagai akibat adanya arus mudik di Papua menjelang periode libur panjang. 2. Provinsi Papua Barat 2.1. Kondisi Inflasi Secara Umum Pada triwulan II-2014, inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat tercatat sebesar 5.27% (yoy) atau secara triwulanan tercatat mengalami inflasi yang rendah sebesar 0,78% (qtq). Angka pertumbuhan tahunan inflasi sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan I-2014 yang tercatat pada level 5,77% (yoy), sementara secara triwulanan terjadi peningkatan dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,30% (qtq). Inflasi tahunan di Kota Manokwari tercatat sebesar 3,53% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan angka inflasi pada triwulan sebelumnya sebesar 3,46% (yoy). selanjutnya, inflasi tahunan Kota Sorong juga tercatat pada level yang lebih terkendali sebesar 4,47% (yoy), angka tersebut lebih rendah dibandingkan pencapaian inflasi pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,56% (yoy). Selain itu, dapat diinformasikan juga bahwa pencapaian inflasi Papua Barat juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,7% (yoy). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 38

Kelompok Komoditi Sumber: BPS Provinsi Papua Barat Tabel 30. Perkembangan Inflasi Provinsi Papua Barat 2013 IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY IHK MTM YTD QTQ YOY Bahan Makanan 192.33 1.68 9.53 1.46 9.53 109.88-0.95-0.18-0.18 4.15 109.99-0.19-0.09 0.10 3.66 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau 190.76 0.36 6.06 9.32 6.06 108.67 0.12 0.57 0.57 5.66 111.62 0.61 3.31 2.71 8.00 Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar 145.66 0.21 5.34-3.85 5.34 107.10 0.35 0.81 0.81 5.03 108.07 0.24 1.72 0.91 4.40 Sandang 122.17-0.14-2.41-3.99-2.41 100.81 0.11 0.28 0.28-1.26 100.93 0.10 0.40 0.12-0.72 Kesehatan 144.80 1.24 4.77 2.92 4.77 106.47 0.04 0.65 0.65 4.95 107.43 0.25 1.57 0.90 5.71 Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga 132.56 0.30 1.27 2.36 1.27 105.29 0.02 0.00 0.00 3.36 105.65 0.11 0.34 0.34 3.56 Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan 134.98 0.71 11.72-2.42 11.72 111.34 0.48 0.24 0.24 14.07 112.07-1.25 0.90 0.66 10.00 Inflasi Papua Barat (Inflasi MTM,YOY, QTQ = %) 163.94 0.91 7.28 1.06 7.28 108.41-0.10 0.30 0.30 5.77 109.26-0.11 1.08 0.78 5.27 2014 TW I 2014 TW II 2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi triwulanan di Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 terjadi hampir pada semua kelompok komoditas barang dan jasa. Inflasi tertinggi di Papua Barat berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang tercatat sebesar 2,71% (qtq). Inflasi tertinggi berikutnya disumbangkan oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 0,91% (qtq). Meningkatnya inflasi dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau terjadi akibat adanya tekanan permintaan masyarakat yang terjadi seiring adanya perayaan event sepak bola dunia yang dilakukan secara sangat meriah. Selain itu, meningkatnya harga beberapa barang perlengkapan rumah tangga serta bahanbahan material bangunan menjadi utama pencapaian inflasi pada kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar. Sepanjang triwulan II-2014, Inflasi tahunan dan triwulanan atas seluruh kelompok barang dan jasa di Provinsi Papua Barat adalah sebagai berikut: kelompok bahan makanan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,66% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,10% (qtq); kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau mencatatkan inflasi tahunan sebesar sebesar 8,00% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 2,71% (qtq); kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas & Bahan Bakar mencatatkan inflasi tahunan sebesar 4,40% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,91% (qtq); kelompok sandang mencatatkan inflasi tahunan sebesar -0,72% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,12% (qtq); kelompok kesehatan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 5,71% (yoy) atau secara triwulanan 0,90% (qtq); kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga mencatatkan inflasi tahunan sebesar 3,56% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,34% (qtq); kelompok Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan mencatatkan inflasi tahunan sebesar 10,00% (yoy) atau secara triwulanan sebesar 0,66% (qtq). KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 39

2.2.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar - 0,10% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,18% (qtq). Terjadinya inflasi dari kelompok bahan makanan terjadi seiring meningkatnya harga beberapa komoditas sayur-sayuran (seperti tomat, bayam, dan buncis) dan komoditas bumbu-bumbuan (seperti: bawang putih, bawang merah dan cabai merah). Seperti di Provinsi Papua, kondisi tersebut terjadi seiring melimpahnya pasokan beberapa komoditas pertanian dari beberapa sentra produksi yang terdapat di wilayah Papua Barat akibat semakin baiknya kondisi cuaca serta lancarnya pasokan dari daerah penghasil. Adapun beberapa sub kelompok lainnya yang turut menyumbang inflasi terhadap kelompok bahan makanan lainnya adalah sebagai berikut: sub kelompok lemak dan minyal akibat meningkatnya harga kelapa, sub kelompok Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya akibat meningkatnya harga harga sagu dan aneka mie serta sub kelompok daging dan hasilnya akibat naiknya harga daging ayam. 2.2.2 Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada triwulan II-2014 tercatat mengalami inflasi triwulanan sebesar 2,71% (qtq), angka tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,57% (qtq). Tingginya inflasi pada triwulan laporan terjadi seiring adanya penyelenggaraan Piala Dunia yang dirayakan masyarakat secara sangat meriah sehingga turut mendorong tingkat konsumsi masyarakat terhadap beberapa jenis barang seperti: makanan ringan, snack dan minuman kaleng. 2.2.3 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada triwulan laporan mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,91% (qtq), angka tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 0,81% (qtq). inflasi triwulanan terjadi pada sub kelompok perlengkapan rumah tangga menjadi pendorong utama terhadap pencapaian inflasi pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, akibat meningkatnya beberapa komoditas seperti: pembasmi nyamuk, kain gorden, pengharum ruangan, dll. Selain itu, sub kelompok biaya tempat tinggal juga yakni akibat meningkatnya harga beberapa beberapa komoditas bahan-bahan bangunan (seperti: pasir, seng, kayu lapis, dll.). 2.2.4. Kelompok Sandang Kelompok sandang pada triwulan II-2014 mencatatkan deflasi sebesar 0,12% (qtq), angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 0,28% (qtq). Inflasi pada KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 40

kelompok sandang terutama disebabkan oleh kenaikan pada sub kelompok sandang wanita dan barang pribadi. Adapun komoditas yang mengalami kenaikan harga adalah beberapa jenis pakaian dan emas perhiasan. 2.2.5. Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada periode laporan mencatat inflasi triwulanan sebesar 0,90% (qtq), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (qtq). Inflasi pada kelompok ini disumbang oleh sub kelompok obat-obatan khususnya akibat meningkatnya harga obat gosok. 2.2.6 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga pada triwulan II-2014 mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,34% (qtq). Inflasi pada kelompok ini dapat dikatakan tidak terlalu memberikan dampak yang signifikan terhadap pencapaian inflasi secara keseluruhan. Hal ini dikarenakan minimnya kontribusi yang diberikan. 2.2.7. Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada triwulan laporan mengalami inflasi triwulanan sebesar 0,66% (qtq), inflasi triwulanan tersebut lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,24% (qtq). Peningkatan harga paling signifikan teramati pada sub kelompok transpor akibat meningkatnya harga tarif angkutan udara (tiket pesawat) dan tarif angkutan laut (kapal pelni). Peningkatan tarif angkutan merupakan suatu hal yang seringkali terjadi terutama menjelang periode liburan panjang. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 41

Suplemen 2. Mengenal Jenis-Jenis Survei yang Dilakukan Oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat Salah satu fungsi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat adalah melakukan kajian dan penelitian atas kondisi ekonomi di wilayah kerjanya. Saat ini hasil penelitian dan kajian tersebut secara rutin dipublikasikan dalam bentuk Kajian Ekonomi Regional kepada beberapa pihak yang dinilai membutuhkan, serta beberapa hasil penelitian lainnya dilaporkan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia untuk dijadikan sebagai bahan dalam memutuskan suatu kebijakan. Penelitan tersebut tentunya harus didukung dengan terjaminnya ketersediaan data-data yang valid, aktual dan komprehensif. Oleh sebab itu itu, dalam rangka menjamin tercapainya kondisi-kondisi tersebut, saat ini Kantor perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat telah melakukan sejumlah survei yang ditujukan kepada beberapa jenis dan golongan masyarakat yang berada di Prov. Papua & Papua Barat. Adapun beberapa jenis survei yang telah dilakukan tersebut diantaranya, adalah: 1. Survei Konsumen Survei konsumen merupakan suatu survei yang dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka untuk memperoleh gambaran mengenai beberapa kondisi yang terkait dengan pola konsumsi masyarakat di suatu daerah. Adapun beberapa indikator yang dijadikan sebagai acuan dalam survei ini adalah mengenai kondisi pendapatan masyarakat, tingkat pembelian masyarakat terhadap barang tahan lama (durable good), ekpektasi masyarakat terhadap kondisi perekonomian, dsb. 2. Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Berbeda halnya dengan Survei Konsumen, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dilakukan untuk memperoleh kondisi/gambaran atas kinerja, perkembangan dan hambatan dari dunia usaha yang terdapat di suatu daerah. Perlu ditekankan bahwa hasil dari survei ini adalah bersifat rahasia, dimana Bank Indonesia tidak akan pernah membocorkan hasil survei yang bersifat individual kepada pihak-pihak lain. Sebagai informasi, Survei ini dilakukan secara triwulanan. Saat ini Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) telah dilakukan di 6 (enam) kota besar yang terdapat di wilayah Papua & Papua Barat, seperti: Jayapura, Sorong, Manokwari, Merauke, Biak dan Timika. 3. Survei Pemantauan Harga (SPH) Survei Pementauan Harga dilakukan oleh Bank Indonesia dalam rangka sebagai pegangan dan acuan dalam memantau dan mengendalikan inflasi di daerah. Survei ini dilakukan secara mingguan dimana responden dalam survei ini adalah para pedagang baik yang berada di pasar modern maupun pasar tradisional. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 42

BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 1. Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Secara umum, kinerja perbankan di pada triwulan II-2014 cukup menggembirakan. Hal ini tercermin dari pertumbuhan beberapa indikator perbankan yang cukup signifikan. Fungsi intermediasi perbankan terlihat mengalami peningkatan sebagaimana tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga di sisi pasiva perbankan yang tumbuh sebesar 15,55% (yoy). Sementara disisi aktiva, kredit perbankan tumbuh cukup signifikan sebesar 17,80% (yoy) dan mendorong meningkatnya loan to deposit rate (LDR) perbankan menjadi sebesar 60,37% (yoy) pada triwulan II-2014 dari 59,22% (yoy) pada triwulan II-2013. Namun demikian, LDR tersebut masih dibawah target minimal sebesar 80% yang telah ditetapkan sebelumnya. Tabel 31. Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Secara umum, total aktiva perbankan tumbuh sebesar 16,16% (yoy) yang mana pertumbuhan tersebut turut didorong melalui tumbuhnya angka penyaluran kredit sebesar 17,80% (yoy). Seperti biasa, kredit konsumsi dan modal kerja menjadi porsi terbesar dalam KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 43

kredit yang diberikan dengan total share mencapai +85% dan tumbuh cukup tinggi masingmasing sebesar 13,64% (yoy) dan 24,70% (yoy). Sementara itu, walaupun share kredit investasi masih relatif l kecil, namun sektor ini selalu mengalami pertumbuhan yang konsisten setiap waktunya. Namun demikian, dicapainya pertumbuhan kredit perbankan yang positif tidak diimbangi oleh perbaikan kualitas kredit yang disalurkan. Hal tersebut dapat terlihat dari adanya peningkatan angka Non Performing Loan (NPL) pada triwulan II-2014 yang cukup signifikan menjadi sebesar 2,84%, meskipun pencapaian tersebut masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan. Namun adanya tren kenaikan NPL yang cukup persisten dalam beberapa waktu terakhir harus tetap diwaspadai. Tabel 32. Perkembangan NPL Persektor NPL PAPUA & PAPUA BARAT 2012 2013 2014 (%) I II III IV I II III IV I* II* Pertanian 1.23% 1.30% 2.00% 2.04% 1.86% 2.86% 3.23% 1.55% 1.53% 1.82% Pertambangan 0.38% 0.41% 0.43% 0.61% 0.78% 0.88% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 1.19% 1.32% 1.15% 1.93% 4.00% 5.04% 3.89% 4.86% 7.36% 17.39% Listrik,Gas dan Air 8.49% 8.94% 10.28% 10.00% 12.50% 9.33% 9.09% 8.57% 8.11% 6.67% Konstruksi 1.34% 1.45% 1.20% 1.13% 1.47% 2.23% 2.98% 2.48% 2.55% 4.13% Perdagangan, Hotel dan Restora 1.16% 1.28% 1.11% 1.81% 2.40% 2.44% 2.57% 2.42% 2.67% 3.15% Angkutan dan Komunikasi 1.07% 1.25% 0.61% 0.40% 0.37% 0.65% 1.47% 1.14% 1.21% 8.09% Jasa Dunia Usaha 0.36% 0.42% 0.26% 0.94% 1.77% 2.43% 2.82% 1.95% 2.26% 2.68% Jasa Sosial 1.42% 1.51% 1.32% 0.77% 1.22% 1.47% 1.70% 1.50% 1.79% 2.33% Lain-lain 1.35% 1.49% 1.59% 1.01% 0.99% 1.10% 1.32% 1.21% 1.36% 1.62% Total 1.28% 1.41% 1.34% 1.27% 1.54% 1.80% 2.00% 1.79% 2.00% 2.84% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Pada sisi pasiva, peningkatan dana pihak ketiga terutama disumbang oleh peningkatan deposito dengan pertumbuhan sebesar 26,36% (yoy) dan diikuti oleh tabungan sebesar 9,46% (yoy) serta giro sebesar 16,06% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito di wilayah Papua terutama disebabkan oleh adanya animo masyarakat untuk mengalokasikan sebagian dananya dalam bentuk deposito. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 44

II. Perbankan Provinsi Papua 2.1. Perkembangan Umum Secara umum kinerja perbankan di Provinsi Papua masih sangat baik seperti tercermin dari beberapa indikator, antara lain: pertumbuhan aset sebesar 14,76% (yoy), DPK sebesar 13,99 (yoy), dan kredit yang disalurkan sebesar 14,69% (yoy). Tabel 33. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Besarnya pertumbuhan kredit yang lebih tinggi dari pertumbuhan DPK menyebabkan meningkatnya LDR perbankan di Provinsi Papua menjadi sebesar 58,07% (yoy) atau meningkat sebesar 0,36% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 57,71% (yoy). Meningkatnya LDR pada triwulan berjalan tidak diiringi oleh perbaikan rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) yang pada triwulan II- 2014 tercatat sebesar 3,16% atau meningkat sebesar 1,37% dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. 2.2 Aset Perbankan Pada triwulan II-2014, total aset perbankan di Provinsi Papua tercatat sebesar Rp 43,53 triliun. Dari jumlah itu, Bank Umum Milik Pemerintah (BUMP) masih menjadi pelaku dominan dengan pangsa aset sebesar 82,03% dari total keseluruhan perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua. Sementara itu, pangsa Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) berada pada urutan selanjutnya dengan pangsa sebesar 16,57% dan BPR hanya memiliki pangsa aset sebesar 1,40% (Periode Desember 2013). Adapun saat ini nilai aset secara nominal untuk KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 45

Bank Umum Milik Pemerintah dan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) masing-masing mencapai angka Rp 35,70 triliun dan Rp 7,21 triliun, sedangkan aset BPR mencapai Rp 609 miliar. Pertumbuhan aset tersebut terutama didorong oleh tingginya pertumbuhan kredit yang mencapai 14,69% (yoy). Grafik 27. Perkembangan Aset Perbankan Provinsi Papua Grafik 28. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp 32,89 triliun yang terdiri dari giro sebesar Rp 12,47 triliun, tabungan sebesar Rp 12,50 triliun dan deposito sebesar Rp 7,93 triliun. Dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya, pertumbuhan deposito tercatat paling besar yakni sebesar 27,50% (yoy) diikuti oleh pertumbuhan giro sebesar 12,44% (yoy) dan pertumbuhan tabungan yang tercatat sebesar 8,20% (yoy). Sementara itu, dilihat dari share masing-masing kelompok bank, Bank Pemerintah masih mendominasi dengan share sebesar 79,59% diikuti kelompok bank swasta 19,71% dan kelompok BPR 0,70% (periode desember 2013). Salah satu penyebab masih tingginya dominasi Bank Pemerintah dalam menghimpun DPK di Provinsi Papua adalah besarnya dana alokasi APBD dan Dana Otonomi Khusus Pemerintah Daerah Provinsi, Kota dan Kabupaten yang ditempatkan pada Bank Pembangunan Daerah (BPD) Papua maupun Bank Pemerintah lainnya. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 46

Tabel 34. Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Rp. Miliar) Kelomok Bank 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I* II* (yoy) Bank Pemerintah 18,288 20,246 21,741 20,278 20,207 22,805 24,083 22,640 22,544 26,185 10.49% Giro 7,698 9,219 11,182 6,227 7,535 9,963 11,343 6,665 7,709 10,479-2.12% Deposito 2,956 3,005 3,073 2,971 3,435 3,566 3,254 3,772 4,741 5,832 16.22% Tabungan 7,634 8,022 7,486 11,080 9,237 9,277 9,486 12,203 10,094 9,874 21.00% Bank Swasta 5,303 5,364 4,496 6,098 5,955 5,842 5,981 6,784 6,502 6,486 12.28% Giro 1,822 1,949 1,541 1,738 1,663 1,127 1,492 2,413 2,033 1,990-8.77% Deposito 1,523 1,501 1,277 2,083 1,972 2,493 2,170 1,669 1,841 1,930 29.48% Tabungan 1,958 1,914 1,678 2,277 2,320 2,222 2,319 2,702 2,628 2,566 18.50% BPR 237 207 217 203 203 216 230 229 229 229-14.54% Deposito 191 154 162 149 149 159 171 166 166 166-21.86% Tabungan 46 53 55 53 53 56 59 63 63 63 16.07% Total DPK Provinsi Papua 23,828 25,817 26,454 26,579 26,364 28,862 30,294 29,653 29,172 32,900 10.64% Giro 9,521 11,169 12,723 7,965 9,198 11,089 12,835 9,078 9,742 12,469-3.39% Deposito 4,670 4,660 4,511 5,203 5,557 6,218 5,595 5,504 6,645 7,928 18.99% Tabungan 9,638 9,989 9,220 13,410 11,610 11,555 11,864 14,968 12,785 12,503 20.47% Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Grafik 29. Perkembangan Indikator Dana Pihak Ketiga Provinsi Papua Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Walaupun sampai dengan pertengahan tahun tahun 2014, tingkat suku bunga perbankan masih belum mengalami penurunan yang signifikan, hal ini tidak terlalu mempengaruhi kinerja kredit perbankan di Provinsi Papua. Hal tersebut dapat terlihat dari perkembangan kredit di Provinsi Papua yang mampu tumbuh secara signifikan sebesar 14,69% (yoy). Secara lebih mendalam, Pertumbuhan kredit dengan peruntukan modal kerja tumbuh sebesar 19,37% (yoy), kredit konsumsi sebesar 13,51% (yoy) dan kredit investasi sebesar 7,15% (yoy). Tingginya pertumbuhan kredit tersebut tidak terlepas dari tingginya KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 47

konsumsi masyarakat dan semakin pesatnya pertumbuhan dunia usaha di Provinsi Papua. Selain itu, pertumbuhan yang cukup pesat dari sektor-sektor produktif yang bersifat jangka menengah hingga panjang seperti pembangunan ruko, investasi berbagai alat berat untuk Selain itu, kebutuhan infrastruktur ditenggarai menjadi pendorong pertumbuhan kredit dari segi investasi. Tabel 35. Perkembangan Indikator Kredit Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Grafik 30. Perkembangan Kredit Perbankan Provinsi Papua Grafik 31. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Jika dilihat dari penggunaannya maka penyaluran kredit konsumsi cukup dominan dengan share 47%, modal kerja 39%, investasi 14%. Besarnya kucuran kredit konsumsi antara lain untuk kendaraan bermotor dan kredit perumahan termasuk ruko, dan pembelian alat-alat rumah tangga. Sementara itu, kredit untuk sektor perdagangan hotel dan restoran umumnya adalah untuk hal-hal yang bersifat modal kerja seperti biaya pembelian barang modal ( barang dagangan), biaya distribusi, penyediaan makan dan minum bagi restoran, dan lain-lain. 2.5 LDR Dan NPL Peran perbankan sebagai lembaga intermediary antara pihak yang mengalami kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana di wilayah Papua masih belum sepenuhnya optimal, dimana hal tersebut dapat tercermin dari pencapaian LDR pada triwulan laporan sebesar 58,07%, angka tersebut masih dibawah target yang diterapkan. Tingginya alokasi dana KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 48

perimbangan dari Pemerintah Pusat menyebabkan kenaikan jumlah DPK yang cukup besar bagi perbankan yang beroperasi di Provinsi Papua, hal tersebut tentunya menyebabkan angka LDR yang relatif stagnan meskipun pada saat yang sama kenaikan nilai penyaluran kredit tercatat cukup signifikan. Selain itu, jaringan kantor perbankan dengan tingkat tertinggi adalah kantor wilayah (3 Bank Umum) serta 1 Bank Umum (BPD) ditengarai menjadi salah satu penyebab masih rendahnya LDR di Papua. Level jaringan kantor cabang Perbankan yang kecil menunjukkan kewenangan pemberian kredit yang juga lebih kecil. Selain itu, masih terbatasnya akses UMKM dalam mendapatkan fasilitas pendanaan dari Perbankan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya pencapaian LDR di Provinsi Papua. Ditengah LDR yang masih dibawah target, kualitas kredit perbankan Papua masih tergolong dalam batas rentang aman seperti tercermin dari pencapaian NPL sebesar 3,16% yang masih berada di bawah batas maksimal yang ditetapkan. Berdasarkan sektor ekonomi; sektor industri pengolahan serta sektor angkutan & komunikasi menjadi sektor yang cukup berisiko seperti terlihat dari NPL sektor ini masing-masing mencapai 20,92% dan 11,98%. Sektor-sektor ekonomi lainnya (sektor pertambangan, pertanian, konstruksi, PHR, jasa dunia usaha, jasa sosial dan lainnya) masih mencatatkan NPL meskipun nilainya tidak sebesar kedua sektor sebelumnya. Tabel 32. Perkembangan Indikator Perbankan Papua NPL PAPUA (%) 2013 2014 I II III IV I II Pertanian 0.85% 1.15% 1.32% 0.88% 1.13% 1.82% Pertambangan 1.27% 1.47% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 4.29% 5.65% 4.96% 5.10% 8.09% 20.92% Listrik,Gas dan Air 13.64% 10.00% 10.00% 9.38% 9.09% 8.11% Konstruksi 1.91% 2.46% 3.17% 3.02% 3.45% 5.94% Perdagangan, Hotel dan Restora 2.08% 2.20% 2.24% 2.13% 2.52% 3.17% Angkutan dan Komunikasi 0.67% 0.86% 1.25% 1.37% 1.73% 11.98% Jasa Dunia Usaha 1.94% 2.85% 2.89% 2.01% 2.57% 2.63% Jasa Sosial 1.44% 1.76% 1.89% 1.74% 1.97% 2.70% Lain-lain 0.98% 1.12% 1.28% 1.20% 1.36% 1.70% Total 1.49% 1.79% 1.89% 1.74% 2.04% 3.16% Sumber: KpwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 33. Perkembangan NPL & LDR 2.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah (MKM) Pertumbuhan Kredit MKM di Provinsi Papua dinilai cukup signifikan. Hal itu tercermin dari rasio kredit mikro, kecil dan menengah (UMKM) terhadap total kredit keseluruhan yang mencapai sebesar mencapai sebesar 41,03% (yoy) dengan nilai sebesar Rp 7,84 triliun. Nilai itu mengalami pertumbuhan sebesar 35,08% (yoy) dibandingkan dengan posisi yang sama tahun sebelumnya. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif konstan. Dapat diinformasikan juga bahwa proporsi penyaluran kredit bagi UMKM ditargetkan sebesar 43,63% dari total penyaluran kredit secara keseluruhan di Papua, yang mana artinya pencapaian saat ini masih KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 49

berada dibawah target. Target tersebut harus diupayakan agar dapat tercapai mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Tabel 37. Perkembangan Kredit UMKM Perbankan Provinsi Papua Sumber: KPWBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 2.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua 2.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Secara umum, kredit yang disalurkan kepada sektor usaha utama di Provinsi Papua masih menujukan tren yang mengalami peningkatan. Hingga bulan Juni 2014, penyaluran kredit sektor korporasi oleh perbankan di Provinsi Papua mencapai Rp 10,15 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 15,69% (yoy). Sektor usaha pertanian dan pengangkutan mencatatkan pertumbuhan tertinggi sebesar 184,76% (yoy) dan 47,60% (yoy). Akan tetapi, seperti pada triwulan sebelumnya, khusus untuk kredit terhadap sektor pertambangan pada triwulan laporan masih mengalami penurunan. Hal ini terjadi seiring adanya sentimen perlambatan kinerja sektor pertambangan di Provinsi Papua. Dari sisi pangsa kredit, sektor perdagangan masih memiliki pangsa tertinggi sebesar 51,58%. Selanjutnya sektor kontruksi mengambil pangsa sebesar 13,78%, sektor jasa sosial masyarakat sebesar 12,05% dan sektor pertanian sebesar 7,58%. Jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di Papua dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kondisinya masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang masih berada dibawah 5%. Akan tetapi, jika dilihat secara sektoral, sektor industri pengolahan, sektor angkutan, sektor LGA dan sektor kontruksi memiliki pencapaian NPL yang berada di atas 5%. Namun demikian, karena nilai sektor-sektor tersebut KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 50

yang tidak terlalu besar menyebabkan pencapaian NPL secara keseluruhan masih berada pada level yang relatif aman. Grafik 34. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Grafik 35. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 2.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua masih menunjukkan suatu pertumbuhan yang nilainya relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit multiguna yang mana pada triwulan II-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 40,93% (yoy) dan 20,44% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 8,44 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 38,88%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 16,93% dan 0.76%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun peruntukan konsumsi lainnya. Selanjutnya diinformasikan juga bahwa penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua dinilai masih memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut terlihat dari pencapaian nilai NPL secara keseluruhan yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 36. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Grafik 37. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 51

2.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua setiap waktunya selalu mengalami pertumbuhan yang cukup menggembirakan. Pada triwulan II-2014, kredit UMKM di Papua tercatat berhasil tumbuh sebesar 35,08% (yoy). Penyaluran kredit UMKM memiliki pangsa sebesar 41,03% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua adalah sebesar Rp 7,84 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 75,27% yang mana angka tersebut lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM dengan peruntukan investasi yang hanya tercatat sebesar 24,72%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM merupakan suatu hal yang harus diberikan perhatian lebih, hal tersebut mengingat besarnya kontribusi UMKM dalam mendorong taraf hidup masyarakat ke tingkat yang lebih tinggi. Grafik 38. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Grafik 39. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat III. Perbankan Provinsi Papua Barat 3.1 Perkembangan Umum Secara umum perbankan di Provinsi Papua Barat mengalami perkembangan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari beberapa indikator utama seperti total aktiva, dan DPK Perbankan pada triwulan II-2014. Total aset perbankan Provinsi Barat pada triwulan II-2014 mencapai Rp 12,80 triliun atau meningkat cukup signifikan sebesar 21,21% (yoy) sementara total DPK mencapai Rp 11,69 triliun atau meningkat 20,18% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Searah dengan hal tersebut, penyaluran kredit mencapai Rp 7,82 triliun atau tumbuh sebesar 26,16% (yoy) dengan rasio LDR mencapai 66,85%. Pesatnya pertumbuhan kredit tersebut juga masih diimbangi oleh kualitas kredit yang cukup baik dengan pencapaian NPL KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 52

yang cukup rendah sebesar 2,05%, atau masih jauh di bawah ambang batas maksimal yang ditetapkan sebesar 5%. Tabel 38. Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Sejalan dengan kondisi yang juga terjadi di Papua, pencapaian LDR oleh perbankan di Papua Barat masih dibawah target yang disebabkan oleh relatif terbatasnya sektor usaha yang layak untuk dibiayai, sementara beberapa perusahaan besar memperoleh kebutuhan dana dari perbankan di luar Papua maupun dari perusahaan induknya (parent company). 3.2 Total Aset Secara total, aset perbankan Papua Barat mencapai Rp 12,80 triliun atau tumbuh 21,21% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Sama seperti di Papua, dominasi Bank-bank Pemerintah di Papua Barat masih relatif cukup tinggi dengan pangsa 90,43% sedangkan bank swasta hanya 7,84% dan BPR 1,73%. Grafik 40. Perkembangan Aset Perbankan Papua Barat Grafik 41. Komposisi Aset Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 53

3.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan DPK perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp 11,69 triliun yang terdiri dari giro Rp 5,24 triliun, tabungan Rp 4,32 triliun dan deposito Rp 2,13 triliun. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, seluruh komponen mengalami pertumbuhan yang signifikan kecuali untuk tabungan yang tumbuh terbatas, adapun rinciannya adalah sebagai berikut: giro sebesar 25,65% (yoy), deposito sebesar 22,25% (yoy), dan tabungan sebesar 13,26% (yoy). Searah dengan perkembangan aset, share bank pemerintah masih mendominasi sebesar 90,76% diikuti oleh kelompok bank swasta dengan pangsa 7,91% dan BPR sebesar 1,33%. Grafik 42. Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Sumber: KPwBI Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Total penyaluran kredit sampai dengan triwulan II-2014 mencapai sebesar Rp 7,82 triliun atau tumbuh sebesar 26,16% (yoy) dibanding periode yang sama tahun 2013. Berdasarkan penggunaannya, kredit modal kerja memiliki pangsa tertinggi sebesar 47,28%, diikuti oleh kredit konsumsi dengan share 37,65%, dan diikuti oleh kredit investasi 15,06%. Tabel 39. Kredit Perbankan Provinsi Papua Barat Provinsi Papua Barat 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I* II* Modal Kerja 1915 2198 2351 2574 2507.8 2698.8 2777.9 2884 3287 3695 Pertumbuhan Modal Kerja 20.44% 25.53% 23.02% 34.27% 30.96% 22.78% 18.16% 12.04% 31.07% 36.91% Investasi 411 522 610 651 709.96 915.4 969.62 1004 1157.1 1177.1 Pertumbuhan investasi 30.89% 51.74% 71.83% 59.56% 72.74% 75.36% 58.95% 54.22% 62.99% 28.59% Kredit Konsumsi 1851 1910 2013 2172 2371 2580 2762 2843 2907.6 2942.6 Pertumbuhan Kredit Konsumsi 42.60% 32.27% 36.94% 33.74% 28.09% 35.08% 37.21% 30.89% 22.63% 14.05% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 54

Grafik 43. Perkembangan Kredit Provinsi Papua Barat Grafik 44. Komposisi Kredit Perbankan Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat * Data BPR Terbatas Periode Desember 2013 Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, kredit terbesar didominasi oleh kredit sektor lain-lain yakni yang mencakup kredit untuk ruko, KPR dan pembiayaan kendaraan bermotor yang mencapai 45,51% dari total kredit, diikuti kredit perdagangan,hotel dan restoran sebesar 31,55% Tabel 40. Kredit Perbankan Berdasarkan Sektor Ekonomi Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat 3.5. LDR dan NPL Pada triwulan II-2014, dicapainya pertumbuhan DPK yang lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan penyaluran kredit oleh perbankan mengakibatkan meningkatnya pencapaian Loan To Deposit (LDR) menjadi sebesar 66,85% atau meningkat sebesar 3,17% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian LDR yang masih terbatas menunjukan bahwa fungsi intermediasi perbankan di Provinsi Papua Barat belum menunjukan fungsi yang optimal. Namun demikian mengingat pencapaian tersebut masih dibawah target serta dengan mempertimbangkan masih besarnya peluang penyaluran kredit yang dapat dilakukan oleh perbankan di Provinsi Papua Barat angka LDR tersebut diharapkan masih dapat ditingkatkan ke level yang lebih tinggi. Ditengah masih belum tercapainya target LDR Perbankan di Provinsi Papua Barat, pada triwulan laporan kualitas kredit yang disalurkan oleh perbankan di Papua Barat juga masih KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 55

berada dalam rentang yang cukup aman, meskipun adanya kenaikan yang cukup persisten juga perlu untuk diwaspadai. Hal tersebut dapat tercermin dari adanya kenaikan NPL yang menjadi sebesar 2,05% pada triwulan II-2014 dari 1,93% pada triwulan II-2013. Kedepannya perbankan di Provinsi Papua Barat diharapkan agar senantiasa dapat menjaga kualitas kredit, hal tersebut diperlukan guna mencegah timbulnya risiko gagal bayar (default risk) yang akan dihadapi oleh masing-masing bank. Tabel 41. Perkembangan Indikator Perbankan Papua Barat NPL PAPUA BARAT (%) 2013 2014 I II III IV I II Pertanian 8.82% 17.74% 20.00% 6.48% 2.91% 1.83% Pertambangan 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Industri Pengolahan 2.94% 3.56% 1.97% 4.03% 5.52% 8.21% Listrik,Gas dan Air 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% Konstruksi 0.25% 1.59% 2.40% 1.34% 0.80% 1.09% Perdagangan, Hotel dan Restora 3.16% 2.97% 3.34% 3.07% 2.99% 3.09% Angkutan dan Komunikasi 0.00% 0.36% 1.74% 0.76% 0.36% 0.99% Jasa Dunia Usaha 1.34% 1.54% 2.67% 1.82% 1.69% 2.77% Jasa Sosial 0.42% 0.26% 0.87% 0.64% 1.24% 1.41% Lain-lain 1.02% 1.01% 1.44% 1.22% 1.33% 1.40% Total 1.66% 1.93% 2.28% 1.93% 1.90% 2.05% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 45. Perkembangan NPL & LDR 3.6. Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan II-2014 mencapai Rp 3,65 triliun. Kredit MKM tersebut didominasi oleh kredit menengah dengan share 23,12%, kemudian kredit kecil sebesar 16,78% dan kredit usaha mikro sebesar 6,86%. Pangsa kredit MKM di Provinsi Papua Barat hampir setiap periode mengalami pertumbuhan positif dengan angka pertumbuhan yang relatif signifikan. Selain itu, proporsi penyaluran kredit bagi UMKM Provinsi Papua Barat yang mencapai sebesar 46,76% dari total kredit keseluruhan telah tercapai merupakan suatu hal yang menggembirakan mengingat terjadinya peningkatan penyaluran kredit UMKM yang signifikan mengindikasikan terjadinya pertumbuhan sektor riil yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Papua. Tabel 42. Perkembangan Kredit UMKM Provinsi Papua Barat (Rp Miliar) Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 56

3.7. Stabilitas Sistem Keuangan Provinsi Papua Barat 3.7.1. Ketahanan Sektor Korporasi Provinsi Papua Barat Penyaluran kredit terhadap sektor usaha utama di Provinsi Papua Barat masih menunjukan peningkatan yang cukup baik. Seluruh sektor ekonomi pada triwulan II- 2014 mengalami akselerasi pertumbuhan yang cukup baik. Hingga bulan Maret 2014, dari total kredit sektor korporasi yang nilai penyalurannya mencapai sebesar Rp 4,75 triliun, sektor perdagangan mengambil pangsa tertinggi sebesar 51,73%. Selanjutnya sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 17,46%, sektor jasa sosial masyarakat dengan pangsa sebesar 10,42%, dan sektor pengangkutan dengan pangsa sebesar 6,36%. Adapun jika dilihat dari kualitas penyaluran kredit yang diberikan kepada sektor utama di provinsi Papua Barat dapat dikatakan bahwa hampir seluruh sektor masih berada pada tahap yang cukup aman dengan pencapaian Non Performing Loan (NPL) yang berada dibawah 5%. Hanya sektor industri pengolahan yang memiliki NPL lebih dari 5% (tercatat sebesar 8,21%). Grafik 46. Pertumbuhan Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Grafik 47. Perkembangan NPL Kredit Sektor Utama Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 3.7.2. Ketahanan Sektor Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Tingkat penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat masih menujukan pertumbuhan yang relatif tinggi. Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kredit Kepemilikan Barang (KKB) yang mana pada triwulan II-2014 masing-masing berhasil tumbuh sebesar 45,71% (yoy) dan 8,33% (yoy). Dari total kredit konsumsi yang disalurkan sebesar Rp 2,90 triliun, pangsa kredit multiguna tercatat sebesar 41,00%, sedangkan kredit KPR dan KKB memiliki pangsa masing-masing sebesar 19,34% dan 1.34%, sedangkan sisanya merupakan kredit rumah tangga maupun untuk peruntukan konsumsi lainnya. Penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga di Provinsi Papua Barat dinilai masih KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 57

memiliki ketahanan yang cukup baik. Hal tersebut tercermin dari pencapaian nilai NPL yang masih jauh dibawah angka 5 %. Grafik 48. Pertumbuhan Kredit RT Prov. Papua Barat Grafik 49. Perkembangan NPL Kredit RT Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat 3.7.3. Pembiayaan Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja penyaluran kredit terhadap sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Provinsi Papua Barat selalu mengalami pertumbuhan. Pada triwulan II- 2014, kredit UMKM di Papua Barat tercatat berhasil tumbuh sebesar 43,70% (yoy). Kredit terhadap UMKM memiliki pangsa sebesar 46,76% dari keseluruhan kredit yang disalurkan di Provinsi Papua Barat. Nilai kredit UMKM yang berhasil disalurkan di Provinsi Papua Barat adalah sebesar Rp 3,65 triliun. Kredit UMKM untuk peruntukan modal kerja memegang pangsa sebesar 74,14% lebih tinggi dibandingkan kredit UMKM untuk investasi yang tercatat sebesar 25,83%. Pembiayaan terhadap sektor UMKM dinilai masih memiliki prospek yang cukup baik seiring dengan tingginya prospek perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat kedepan. Grafik 50. Pertumbuhan Kredit MKM Prov. Papua Barat Grafik 51. Perkembangan NPL Kredit MKM Prov. Papua Barat Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 58

Suplemen 3. Pelaporan Perbankan Pasca Terbentuknya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Pada tahun 2014, fungsi pengawasan Perbankan secara resmi telah berpindah dari Bank Indonesia kepada Otoritas Jasa Keuangan. Oleh karena itu, mengacu kepada UU No. 21 Tahun 2011, segala kegiatan yang terkait pengawasan dan pengaturan Perbankan sudah menjadi kewenangan dan tanggung jawab lembaga baru tersebut. Berdasarkan ketentuan tersebut, salah satu fungsi turunan dalam bidang pengawasan perbankan yang dapat dilakukan oleh Otoritas Jasa Keuangan adalah terkait dengan penyampaian laporan Perbankan. Pelaporan yang disampaikan oleh Perbankan merupakan suatu hal yang sangat penting karena data tersebut memiliki manfaat yang besar baik bagi Otoritas Jasa Keuangan maupun bagi Bank Indonesia. Bagi Otoritas Jasa Keuangan, data hasil dari pelaporan Perbankan dapat digunakan sebagai dasar acuan dalam memantau tingkat kesehatan suatu Bank secara dini serta untuk hal lainnya yang terkait kegiatan pengawasan industri keuangan. Sedangkan bagi Bank Indonesia, data hasil pelaporan Perbankan memiliki kegunaan dalam memantau tercapainya kestabilan dalam sistem keuangan serta sebagai bahan/acuan dalam perumusan kebijakan moneter. Dalam mendukung aktivitas terkait penyampaian Pelaporan Perbankan tentunya membutuhkan dukungan infrastruktur dan sumber daya yang cukup besar. Saat ini seluruh infrastruktur yang digunakan untuk kegiatan pelaporan perbankan dimiliiki oleh Bank Indonesia, oleh karena itu Perbankan masih meng-unggah laporannya kedalam sistem yang dimiliki oleh Bank Indonesia. Selanjutnya BI dan OJK akan berkoordinasi sehingga data yang diperoleh dari kegiatan pelaporan perbankan tersebut akan digunakan bersama oleh kedua lembaga. Saat ini Kantor Perwakilan Bank Indonesia memiliki tugas dalam memastikan terciptanya kelancaran dalam hal penyampaian laporan oleh Perbankan yang beroperasi di wilayah Papua & Papua Barat. Adapun beberapa jenis laporan Perbankan yang masih ditangani oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Prov. Papua & Papua Barat diantaranya adalah Laporan Bulanan Bank Umum (LBU), Laporan Berkala Bank Umum Konvensional (LBBUK), Sistem Informasi Debitur (SID), Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat (LBBPR), Laporan Bulanan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (LBBPRS), Laporan Harian Bank Umum (LHBU), dsb. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 59

HALAMAN INI SENGAJA DIKOSONGKAN BAB 5 KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 60

PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Terciptanya suatu sistem pembayaran yang aman, handal dan efisien merupakan salah satu prasyarat mutlak guna mendukung kegiatan perekonomian di suatu wilayah. Semakin tinggi frekuensi dan nilai transaksi melalui sistem pembayaran di suatu daerah dapat menggambarkan tingginya aktivitas maupun kapasitas perekonomiannya. Berkaitan dengan hal tersebut, Bank Indonesia selaku pemegang otoritas sistem pembayaran di Indonesia diharapkan dapat menyediakan serta menjaga kondisi sistem pembayaran dapat berjalan dengan baik guna mendukung kebutuhan sistem perekonomian. Secara umum, sistem pembayaran terbagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu sistem pembayaran tunai dan non tunai. Dalam sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPw BI) Provinsi Papua dan Papua Barat senantiasa berupaya menjaga ketersediaan alat pembayaran tunai (uang kartal) baik dalam jumlah, denominasi, maupun tingkat kelayakan edar uang di seluruh wilayah kerjanya. Adapun terkait penyelenggaraan sistem pembayaran tunai, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat melakukan pelayanan kas dalam kantor dan pelayanan kas luar kantor melalui kas keliling dan kas titipan. Terkait penyelenggaraan sistem pembayaran non tunai, KPw BI Provinsi Papua dan Papua Barat berupaya membantu kelancaran penyelesaian transaksi pembayaran non tunai dengan menyediakan alat penyelesaian transaksi melalui sistem Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Gen II yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan transaksi dengan jumlah yang besar serta tingkat urgensi yang tinggi. Selain itu, KPw BI Provinsi Papua & Papua Barat juga berlaku sebagai operator dalam penyelenggaraan kliring melalui Sistem Kliring Nasional (SKN) untuk mendukung transaksi yang dilakukan melalui kliring. Kedua sistem aplikasi ini termasuk sebagai aplikasi kritikal di Bank Indonesia. Sebagai aplikasi kritikal, prinsip keamanan, kehandalan dan efisiensi tentunya sangat ditekankan didalam pelaksanaannya. I. Bank Indonesia-Real Time Gross Settlement (BI-RTGS) Pada triwulan II-2014, nilai transaksi keluar (outflow) melalui BI-RTGS di Wilayah Papua mencapai nilai Rp 7,44 trilliun atau turun sebesar -6,87% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Masih relatif tingginya nilai transaksi keluar dari wilayah Papua ke wilayah lain disinyalir terjadi karena adanya kewajiban terhadap sejumlah kontraktor proyek di Papua yang mana sebagian besar terafiliasi ke perusahaan lain yang berada luar Papua. Disisi lain, jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua atau transaksi masuk (inflow) mencapai Rp 11,62 triliun, angka tersebut mengalami peningkatan sebesar - 1,24% (yoy) jika dibandingkan dengan nilai transaksi pada triwulan yang sama di tahun KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 61

sebelumnya. Meningkatnya jumlah dana yang masuk ke wilayah Papua melalui sarana RTGS disinyalir terjadi seiring selain adanya peningkatan nilai dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang berasal dari pemerintah pusat, alokasi dana tersebut juga baru terealisasi secara maksimal mulai pertengahan tahun 2014. Adapun nilai transaksi keuangan antar bank melalui sarana BI-RTGS di wilayah Papua selama periode triwulan II-2014 tercatat sebesar Rp 1,57 triliun atau naik sebesar 6,15% (yoy) dibandingkan dengan tahun lalu. Adanya tren kecenderungan selalu meningkatnya nilai transaksi intra Papua mencerminkan bahwa intesitas transaksi perekonomian di wilayah Papua semakin berkembang setiap waktunya. RTGS Tabel 43. Transaksi RTGS Wilayah Papua 2012 2013 2014 I II III IV I II III IV I II Outflow (from) Nominal (Rp.milliar) 12,831 7,194 9,006 13,220 12,831 7,991 9,930 13,739 8,248 7,442-6.87% Lembar Warkat 10,342 7,366 12,730 13,917 10,342 12,183 11,764 13,586 10,882 10,887-10.64% Inflow (to) Nominal (Rp.milliar) 11,545 11,004 13,486 14,764 11,545 11,476 14,716 18,411 9,654 11,618 1.24% Lembar Warkat 12,090 13,374 16,177 17,372 12,090 14,890 15,230 16,698 13,699 14,785-0.71% Net Inflow Nominal (Rp.milliar) (1,285) 3,810 4,480 1,543 (1,285) 3,485 4,786 4,671 1,406 4,176 19.83% Lembar Warkat 1,749 6,008 3,447 3,455 1,749 2,707 3,466 3,112 2,817 3,898 44.00% Intra Papua Nominal (Rp.milliar) 996 1,914 1,764 3,968 996 1,476 3,060 5,199 1,166 1,567 6.15% Lembar Warkat 1,574 1,646 1,966 2,304 1,574 2,009 2,092 2,197 1,780 1,813-9.76% Sumber:KPwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret Growth (YoY) Grafik 52. Nilai Transaksi RTGS Sumber: KpwBI Papua & Papua Barat * Data bulan belum termasuk bulan Maret Dengan demikian, pada triwulan II-2014 transaksi masuk bersih (net inflow) tercatat sebesar Rp 4,18 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan sebesar 19,83% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Meningkatnya pertumbuhan net inflow pada triwulan II-2014, menandakan bahwa adanya peningkatan jumlah dana yang masuk wilayah Papua akibat adanya peningkatan jumlah penyaluran dana alokasi umum dan dana otonomi khusus yang berasal dari pemerintah pusat bagi Pemerintah daerah (Provinsi dan Kabupaten) yang ada di wilayah Papua. Namun demikian perlu ditekankan kembali bahwa tingginya jumlah dana yang keluar dari wilayah Papua menunjukkan bahwa ketergantungan wilayah Papua terhadap daerah lain masih cukup tinggi, terutama dari segi pasokan kebutuhan barang-barang. II. Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 62

Selain menyelenggarakan BI-RTGS, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat juga memfasilitasi terjadinya kegiatan kliring antar bank melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) di wilayah Jayapura, Biak dan Sorong. Kliring adalah jasa penyelesaian hak dan kewajiban antar peserta kliring (bank) dengan cara saling menyerahkan warkat-warkat yang didukung oleh data elektronik yang penyelesaiannya dilakukan oleh sebuah sistem (penagihan warkat seperti cek atau bilyet giro yang berasal dari dalam kota). Penyelesaian transaksi melalui SKNBI adalah untuk transaksi dengan nilai nominal yang relatif rendah (di bawah Rp 100 juta) dan memiliki tingkat urgensi yang rendah. Terdapat perbedaan jeda waktu settlement antara kiliring dan RTGS. Transaksi melalui kliring (SKNBI) membutuhkan proses settlement yang sedikit lebih lama (adanya jeda waktu) dibanding transaksi melalui RTGS yang penyelesaiannya dilakukan seketika (real time). Tabel 44. Transaksi Kliring Wilayah Papua Kliring 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Total Volume (lembar) 46,393 47,305 39,427 45,039 49,407 48,419 44,343 32,208 30,825 33,757-37.61% Total Nominal Kliring (Rp Miliar) 1,206 1,203 1,337 1,655 1,214 1,312 1,617 1,204 1,288 1,343 6.09% Rata-Rata Perputaran Kliring(per hari) Rata-Rata Volume (lembar) 801 813 692 806 849 832 703 517 526 562-38.09% Rata-Rata Nominal Perputaran Kliring Perhari (Rp Milliar) 26.62 20.71 23.46 29.55 23.59 21.70 25.67 19.29 21.95 22.39-6.95% Nisbah Rata-Rata Penolakan Volume (lembar) 1.49 1.12 1.45 1.95 2.19 1.18 1.92 2.03 1.01 1.69-54.16% Nominal Nisbah Rata-Rata Penolakan(Rp Milliar) 1.25 1.40 1.86 1.07 2.50 1.45 2.12 2.81 1.76 4.02-29.56% Sumber: KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan II-2014 di wilayah kerja KPw BI Prov. Papua & Papua Barat secara nominal mencapai angka Rp 1,34 triliun, angka tersebut meningkat sebesar 2,41% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi volume, jumlah warkat tercatat sebanyak 33.757 lembar, menurun sebesar -30,28% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Adanya suatu fenomena bahwa terjadinya peningkatan nilai nominal yang diikuti oleh penurunan volume kliring pada triwulan II-2014 menunjukan adanya peningkatan nilai dana untuk setiap transaksi yang dilakukan, selain itu hal tersebut juga menunjukan bahwa perekonomian wilayah Papua masih dikuasai oleh pemain besar akibat belum berkembangnya sektor UMKM. Secara proporsional, adanya peningkatan nilai transaksi kliring yang terjadi pada triwulan II-2014 diiringi dengan peningkatan rata-rata harian perputaran kliring sebesar Rp 22,39 milliar/hari, angka tersebut naik sebesar 3,17% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Rata-rata harian warkat yang digunakan tercatat sebanyak 562 lembar/hari, atau turun sebesar 32,43% (yoy) dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumya. Sementara itu, nisbah rata-rata penolakan pada triwulan II-2014 mencapai sebesar Rp 4,02 milliar dengan rata rata penolakan warkat sebesar 1,69 lembar. KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 63

Grafik 53. Perkembangan Kliring Wilayah Papua Sumber:KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat III. Perkembangan Uang Kartal Untuk mendukung aktivitas transaksi secara tunai, KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi tunai secara aman dan lancar. Ketersediaan uang di masyarakat diupayakan dapat memenuhi kebutuhan jumlah, pecahan/ denominasi maupun tingkat kelayakan edar. Pada triwulan II-2014, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KPwBI Papua & Papua Barat mencapai Rp 1,22 triliun atau menurun sebesar -2,84% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di sisi lain, total uang keluar (outflow) mencapai sebesar Rp1.87 triliun atau menurun sebesar -17,07% (yoy) dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, pada triwulan II-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat mengalami posisi net outflow sebesar Rp 646.37 miliar, yang artinya selama periode triwulan II-2014 jumlah uang yang keluar/diedarkan lebih banyak dari jumlah uang yang masuk/ditarik oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua & Papua Barat. Hal tersebut menunjukkan adanya persiapan yang dilakukan baik oleh Perbankan maupun masyarakat dalam rangka menghadapi bulan Ramadhan yang mana secara historis peredaran uang pada masa-masa tersebut relatif cukup tinggi.. Tabel 45. Perkembangan Perkasan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Papua & Papua Barat Uang Kartal 2012 2013 2014 Growth I II III IV I II III IV I II (YOY) Inflow (Rp Miliar) 2,171.39 1,179.91 1,664.51 1,628.75 2,702.12 1,260.27 3,894.13 5,391.32 2,853.48 1,224.47-2.84% Outflow (Rp Miliar) 1,006.40 2,374.08 1,820.59 6,234.39 1,020.06 2,256.04 2,273.13 5,772.50 893.21 1,870.83-17.07% Net Inflow (Rp Miliar) 1,164.99 (1,194.16) (156.08) (4,605.64) 1,682.06 (995.77) 1,621.00 (381.17) 1,960.27 (646.37) -35.09% Saldo Persediaan Kas (Rp Miliar) 1,968.74 1,347.28 1,903.90 1,364.45 2,806.80 1,606.50 2,816.45 2,160.46 3,725.24 2,878.30 79.17% - Saldo Kas BI Jap (Rp Miliar) 1,580.98 835.09 1,424.06 1,134.24 2,305.21 1,248.36 1,216.45 1,859.04 3,202.60 2,178.28 74.49% - Saldo Kas Titipan (Rp Miliar) 387.77 512.19 479.84 230.22 501.59 358.14 1,600.00 301.42 522.64 700.02 95.46% Pemusnahan Uang kertas-tle (Rp Miliar) 274.43 55.84 43.30 57.96 107.59 327.13 529.66 274.82 395.49 200.57-38.69% Sumber : KPwBI Provinsi Papua & Papua Barat Grafik 54. Perkembangan Uang Kartal KANTOR PERWAKILAN BI PROVINSI PAPUA & PAPUA BARAT 64