BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. menunjukkan bahwa penggunaan jenis mulsa dan jarak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Pengaruh Pertumbuhan Asal Bahan Tanaman terhadap Pembibitan Jarak Pagar

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Umur 35 Hari Setelah Tanam

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. cendawan MVA, sterilisasi tanah, penanaman tanaman kedelai varietas Detam-1.

AGROVIGOR VOLUME 1 NO. 1 SEPTEMBER 2008 ISSN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman okra adalah sebagai berikut: Tanaman okra merupakan tanaman terna tahunan dengan batang yang tegak.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. tinggi tanaman dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel 1. Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun

HASIL DAN PEMBAHASAN. Bio-slurry dan tahap aplikasi Bio-slurry pada tanaman Caisim. Pada tahap

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

I. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Pertumbuhan. Variabel pertumbuhan tanaman Kedelai Edamame terdiri atas tinggi tanaman, jumlah daun,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian Tanjung Selamat, Kecamatan Tuntungan, Kabupaten Deli Serdang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. kompos limbah tembakau memberikan pengaruh nyata terhadap berat buah per

TINJAUAN PUSTAKA. yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, kemudian set akar

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dari tabel sidik ragam parameter tinggi tanaman menunjukkan beda. nyata berdasarkan DMRT pada taraf 5 % (lampiran 8) Hasil rerata tinggi tanaman

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang dialami oleh setiap

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman Jati. daun, luas daun, berat segar bibit, dan berat kering bibit dan disajikan pada tabel

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. menunjukan hasil pertumbuhan pada fase vegetatif. Berdasarkan hasil sidik ragam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. luas di seluruh dunia sebagai bahan pangan yang potensial. Kacang-kacangan

Citra Puluhulawa, , Dibimbing oleh Moh.Ikbal Bahua, Nurmi, Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Nerty Soverda dan Yulia Alia Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Jambi Jalan Raya Mendalo Darat.

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

I. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif. Hasil sidik ragam variabel pertumbuhan vegetatif tanaman yang meliputi tinggi

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Keinginan untuk berswasembada kedelai telah beberapa kali dicanangkan, namun

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG BOGOR PADA BERBAGAI TINGKAT KERAPATAN TANAM DAN FREKUENSI PENYIANGAN*

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dan pembahasan penelitian sampai dengan ditulisnya laporan

BAHAN METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman. Hasil penelitian menunjukan berbagai kadar lengas tanah pada stadia

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. lingkungan atau perlakuan. Berdasarkan hasil sidik ragam 5% (lampiran 3A)

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Tinggi Tanaman (cm) ciherang pada minggu ke-10 menunjukkan bahwa umur kelapa sawit memberikan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Suhu min. Suhu rata-rata

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Vegetatif Tanaman Jagung Manis. dalam siklus kehidupan tanaman. Pertumbuhan dan perkembangan berlangsung

PENGARUH MACAM PUPUK FOSFAT DOSIS RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) VARIETAS SINGA, PELANDUK, DAN GAJAH

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan. A. Pertumbuhan tanaman. maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan

Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) berdasarkan Waktu Penyiangan dan Jarak Tanam yang Berbeda ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

BERBAGAI DOSIS PUPUK KANDANG SAPI DAN BERBAGAI JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI KACANG HIJAU

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan penunjang ditujukan untuk menganalisis faktor-faktor eksternal

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KACANG TANAH (Arachis hypogeae L ) BERDASARKAN VARIASI POLA TANAM TUMPANGSARI

I. PENDAHULUAN. Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merrill) PADA BERBAGAI KONSENTRASI PUPUK DAUN GROW MORE DAN WAKTU PEMANGKASAN

PENINGKATAN EFISIENSI KONVERSI ENERGI MATAHARI PADA PERTANAMAN KEDELE MELALUI PENANAMAN JAGUNG DENGAN JARAK TANAM BERBEDA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil pengamatan dan analisis sidik ragam tinggi tanaman jagung hibrida

PENGARUH PEMBERIAN PUPUK KANDANG SAPI DAN JARAK TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN KOL BUNGA (Brassica oleraceae var botrytis L)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1 Tinggi Tanaman kacang hijau pada umur 3 MST Hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 3 MST dan sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 2. Hasil analisis Sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST. Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm) Pada Umur Berbagai Perlakuan Jarak Tanam Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20) 15,800 a B (30 x 20) 19,633 b D (20 x 40) 22,100 c C (30 x 30) 24,933 d BNJ 0,05 1,03 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada umur 3 MST tertinggi di peroleh pada perlakukan C dan berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D. Perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya, dimana perlakuan C memberikan hasil rata-rata tinggi tanaman (24,933 cm) lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1 :

Tinggi Tanaman 25 20 15 10 5 A B C D 0 A B C D Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat 3 MST Gambar 1, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap tinggi tanaman. 4.1.2. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau pada umur 3 MST Hasil pengamatan jumlah daun pada umur 3 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 3. Sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST. Rata-rata jumlah daun tanaman kacang hijau pada umur 3 MST dan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau Selama Pengamatan. Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20) 19,567 a B (30 x 20) 22,667 b D (20 x 40) 24,833 c C (30 x 30) 27,900 d BNJ 0,05 1,03 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata

Dari Tabel 4, terlihat bahwa rata-rata jumlah daun pada umur 3 MST jumlah daun terbanyak peroleh pada perlakukan C dan berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D. Pada pengamatan 3 MST diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Dimana perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata jumlah daun 27,900 helai, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 24,833 helai, perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 22,667 helai, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 19,567 helai. pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun tanaman dapat dilihat pada Gambar 2 : Jumlah Daun Tanaman 30 25 20 15 10 5 A B C D 0 A B C D Gambar 2. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat 3 MST Gambar 2, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap perbedaan jumlah daun tanaman. Pada pengamatan 3 MST telah terlihat perlakuan jarak tanam 30 x 30 cm memberikan hasil jumlah daun nlebih banyak dari perlakuan lainnya.

4.2.3 Jumlah Polong Jumlah polong tanaman merupakan variabel pertumbuhan generatif pertama yang diamati pada jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Phasolus radiatus L.). Hasil pengamatan jumlah polong tanaman pada pengamatan saat panen dan sidik ragamnya di sajikan pada lampiran 4, sidik ragam menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong. Rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau pengamatan saat panen dan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada tabel 5 Tabel 5. Rata-rata Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau Pada Saat Panen Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20) 9,667 a B (30 x 20) 15,333 b D (20 x 40) 19,667 c C (30 x 30) 27,667 d BNJ 0,05 3,69 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata Tabel 5, menunjukkan bahwa rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau pengamatan saat panen di peroleh pada perlakukan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D. Pada pengamatan saat panen diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih banyak dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 27,667 polong, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata

19,667 polong, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 15,333 polong, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 9,667 polong. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah polong tanaman dapat dilihat pada Gambar 3 : Jumlah Polong Tanaman 30 25 20 15 10 5 0 A B C D A B C D Gambar 3. Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat panen Gambar 3, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap jumlah polong tanaman. Pada pengamatan saat panen terlihat perlakuan C ( jarak tanam 30 cm x 30 cm) memberikan hasil lebih banyak, disusul oleh perlakuan D atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 40 cm kemudian perlakuan B atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 30 cm dan yang terakhir perlakuan A atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm. 4.1.4. Berat Biji Per 100 Butir Tanaman Berat biji per seratus butir tanaman merupakan variabel pertumbuhan generatif kedua yang diamati pada penelitian ini. Hasil pengamatan berat biji per 100 butir tanaman pada pengamatan saat panen dan sidik ragamnya di sajikan pada

lampiran 5, sidik ragam menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji per 100 butir tanaman. Rata-rata berat biji per 100 butir tanaman kacang hijau pengamatan saat panen dan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 6, Tabel 6. Rata-rata Berat Biji Per Seratus Butir Tanaman Kacang Hijau Pada Saat Panen. Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20 ) 171,133 a B (20 x 30 ) 178,667 b D (20 x 40) 188,533 c C ( 30 x30) 199,333 d BNJ 0,05 3,57 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata. Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata berat biji per 100 butir tanaman kacang hijau pengamatan saat panen di peroleh pada perlakukan C dan berbeda nyata dengan perlakuan D, B, dan A. Pada pengamatan saat panen diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Dimana perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 199,333 gr, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 188,533 gr, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 178,667 gr, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 171,133 gr.

Pengaruh perlakuan terhadap berat biji per seratus butir tanaman dapat dilihat pada Gambar 4: Berat Biji Per Seratus Butir 200 195 190 185 180 175 170 165 160 155 A B C D Gambar 4. Berat Biji Per Seratus Butir Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat panen A B C D Gambar 4, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap biji per seratus butir tanaman. Pada pengamatan saat panen terlihat perlakuan C atau perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil lebih tinggi, disusul oleh perlakuan D atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 40 cm kemudian perlakuan B atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 30 cm dan yang terakhir perlakuan A atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm. 4.2.3 Berat Biji Per Petak Berat biji per petak tanaman merupakan variabel pertumbuhan generatif ketiga yang diamati pada jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Phasolus radiatus L.). Hasil pengamatan berat biji per petak pada pengamatan saat panen dan sidik ragamnya di sajikan pada lampiran 6, sidik ragam menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji per petak. Rata rata berat biji per petak tanaman dan hasil uji BNJ 0,05 di sajikan pada tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Berat Biji Per Petak Tanaman Kacang Hijau Pada Saat Panen Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20 ) 1,200 a B (20 x 30 ) 1,400 a D (20 x 40) 1.867 c C ( 30 x30) 2,433 d BNJ 0,05 0,31 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata. Tabel 7, menunjukkan bahwa rata rata berat biji perpetak di peroleh pada perlakuan C dan berbeda nyata dengan perlakuan A,B. Dan D. Pada pengamatan saat panen diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Dimana perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 2,433 kg, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 1,867 kg, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 1,400 kg, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 1,200 kg. Pengaruh perlakuan terhadap berat biji per petak tanaman dapat dilihat pada Gambar 5: Berat Biji Tanaman 2.5 2 1.5 1 0.5 0 A B C D A B C D

Gambar 5. Berat Biji Per Petak Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat panen Gambar 5, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap perbedaan biji per petak tanaman. Pada pengamatan saat panen terlihat perlakuan C atau perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil lebih baik, disusul oleh perlakuan D atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 40 cm kemudian perlakuan B atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 30 cm dan yang terakhir perlakuan A atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Setelah dikonversi, diperoleh hasil perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 2,027 ton/ha, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 1,555 ton/ha, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 1,166 ton/ha, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 1,000 ton/ha. 4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik melalui analisis sidik ragam yang telah dilakukan diperoleh bahwa setiap variabel pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi dan jumlah daun) dan pertumbuhan generatif tanaman (jumlah polong, berat biji per seratus butir, berat biji per petak), perlakuan C (jarak tanam 30 cm x 30 cm) memberikan hasil terbaik, disusul oleh perlakuan D (20 cm x 40 cm) kemudian

perlakuan B (jarak tanam 20 cm x 30 cm) dan yang terakhir perlakuan A (20 cm x 20 cm). Secara umum perlakuan jarak tanam 30 x 30 cm memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman ( tinggi tanaman dan jumlah daun) yang baik, juga produksi yang tinggi. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno, 1995). Perlakuan C yang memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik karena hal ini disebabkan karena jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam yang lebar memungkinkan tanaman memiliki kesempatan yang sangat banyak dalam memperoleh unsur hara, sinar matahari dan udara sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman kacang hijau yang dicobakan. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan unsur hara. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Donald, 1963 dan Bunting,1972 bahwa pengaturan jarak tanam berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara.air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Selanjutnya Habibie (2011) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh optimal apabila asupan air cukup, juga dipengaruhi oleh cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan energi utama yang berperan dalam proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat. Cahaya matahari berpengaruh besar terhadap pertumbuhan (besar dan arah

batang) serta perbanyakan daun. Gadner dkk (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal pertumbuhan dan unsur iklim, tanah, dan biologis. Pertumbuhan tinggi tanaman ini merupakan pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan terjadinya pertambahan jumlah tangkai daun yang dipengaruhi oleh tersediannya unsur hara terutama nitrogen, fosfor dan kalium. Pertambahan tinggi tanaman juga sebagai akibat dari meningkatnya jumlah sel. Kepadatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh, pada kepadatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuahn individu terhambat. Selanjutnya Koswara (1975) Pada kerapatan yang terlalu tinggi kemungkinan terjadi antar bagian tanaman dapat juga menyebabkan menurunnya hasil tiap tanaman. Distribusi cahaya pada tajuk tanaman di pengaruhi oleh indeks luas daun. Tanaman pada jarak tanam yang sempit mengalami persaingan yang lebih berat untuk mendapatkan unsur hara,cahaya dan air. Unsur hara diperlukan dalam jumlah yang sangat besar dan penting untuk metabolisme tanaman. Persaingan tanaman untuk mendapatkan unsur hara terutama nitrogen, fosfat dan kalium akan terjadi pada masing masing tanaman. Pada jarak tanam yang rapat, kemungkinan terjadi persaingan yang berat dalam perakaran. Menurut Trenebath (1976) bahwa proses kompetisi adalah proses yang paling kompleks dari semua proses.sebagai akibat dari kompetisi tersebut maka terjadilah penguasaan faktor-faktor tumbuh yang tidak merata antara tanaman.hal ini mengakibtakan ukuran tanaman bervariasi.selanjutnya di kemukakan bahwa

walaupun telah ada perbedaan ukuran sebelumnya kompetisi terjadi, namun setelah kompetisi berlansung biasanya cendrung memperbesar perbedaan ukuran tersebut. Syam (1992) menyatakan bahwa jarak tanam rapat menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dari pada jarak tanam rengang. Hasil tersebut mencerminkan bawah pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam pengunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara,air,dan udara. Kompetisi cahaya terjadi apa bila suatu tanaman menaungi tanaman lain atau apa bila suatu daun memberi naungan pada daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsure hara serta air menjadi berkurang. Dari hasil pertumbuhan generatif tanaman (jumlah polong, berat biji per seratus butir, berat biji per petak) menunjukkan hasil yang tertinggi diperoleh pada Perlakuan C. Hal ini disebabkan karena jarak tanam 30 x 30 cm memungkinkan intersepsi cahaya matahari ke tanaman secara optimal, tanaman dapat memanfaatkan radiasi surya lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (1989) bahwa pengaturan jarak tanam dengan memanipulasi jarak diantara barisan tanaman dan di dalam barisan menentukan jumlah populasi suatu pertanaman. Pengaturan populasi memegang peranan penting sehingga tanaman dapat memanfaatkan radiasi surya secara efisien. Peningkatan produksi dapat dilakukakan dengan perbaikan tingkat kerapatan tanam.