BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1 Tinggi Tanaman kacang hijau pada umur 3 MST Hasil pengamatan tinggi tanaman pada umur 3 MST dan sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 2. Hasil analisis Sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST. Tabel 3. Rata-rata Tinggi Tanaman (Cm) Pada Umur Berbagai Perlakuan Jarak Tanam Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20) 15,800 a B (30 x 20) 19,633 b D (20 x 40) 22,100 c C (30 x 30) 24,933 d BNJ 0,05 1,03 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata Dari Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata tinggi tanaman pada umur 3 MST tertinggi di peroleh pada perlakukan C dan berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D. Perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya, dimana perlakuan C memberikan hasil rata-rata tinggi tanaman (24,933 cm) lebih tinggi dari perlakuan lainnya. Pengaruh perlakuan terhadap tinggi tanaman dapat dilihat pada Gambar 1 :
Tinggi Tanaman 25 20 15 10 5 A B C D 0 A B C D Gambar 1. Tinggi Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat 3 MST Gambar 1, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap tinggi tanaman. 4.1.2. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau pada umur 3 MST Hasil pengamatan jumlah daun pada umur 3 MST dan sidik ragamnya disajikan pada Tabel lampiran 3. Sidik ragam menunjukkan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman pada umur 3 MST. Rata-rata jumlah daun tanaman kacang hijau pada umur 3 MST dan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Rata-rata Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau Selama Pengamatan. Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20) 19,567 a B (30 x 20) 22,667 b D (20 x 40) 24,833 c C (30 x 30) 27,900 d BNJ 0,05 1,03 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata
Dari Tabel 4, terlihat bahwa rata-rata jumlah daun pada umur 3 MST jumlah daun terbanyak peroleh pada perlakukan C dan berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D. Pada pengamatan 3 MST diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Dimana perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata jumlah daun 27,900 helai, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 24,833 helai, perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 22,667 helai, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 19,567 helai. pengaruh perlakuan terhadap jumlah daun tanaman dapat dilihat pada Gambar 2 : Jumlah Daun Tanaman 30 25 20 15 10 5 A B C D 0 A B C D Gambar 2. Jumlah Daun Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat 3 MST Gambar 2, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap perbedaan jumlah daun tanaman. Pada pengamatan 3 MST telah terlihat perlakuan jarak tanam 30 x 30 cm memberikan hasil jumlah daun nlebih banyak dari perlakuan lainnya.
4.2.3 Jumlah Polong Jumlah polong tanaman merupakan variabel pertumbuhan generatif pertama yang diamati pada jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Phasolus radiatus L.). Hasil pengamatan jumlah polong tanaman pada pengamatan saat panen dan sidik ragamnya di sajikan pada lampiran 4, sidik ragam menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah polong. Rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau pengamatan saat panen dan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada tabel 5 Tabel 5. Rata-rata Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau Pada Saat Panen Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20) 9,667 a B (30 x 20) 15,333 b D (20 x 40) 19,667 c C (30 x 30) 27,667 d BNJ 0,05 3,69 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata Tabel 5, menunjukkan bahwa rata-rata jumlah polong tanaman kacang hijau pengamatan saat panen di peroleh pada perlakukan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B, dan D. Pada pengamatan saat panen diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih banyak dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 27,667 polong, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata
19,667 polong, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 15,333 polong, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 9,667 polong. Pengaruh perlakuan terhadap jumlah polong tanaman dapat dilihat pada Gambar 3 : Jumlah Polong Tanaman 30 25 20 15 10 5 0 A B C D A B C D Gambar 3. Jumlah Polong Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat panen Gambar 3, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap jumlah polong tanaman. Pada pengamatan saat panen terlihat perlakuan C ( jarak tanam 30 cm x 30 cm) memberikan hasil lebih banyak, disusul oleh perlakuan D atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 40 cm kemudian perlakuan B atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 30 cm dan yang terakhir perlakuan A atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm. 4.1.4. Berat Biji Per 100 Butir Tanaman Berat biji per seratus butir tanaman merupakan variabel pertumbuhan generatif kedua yang diamati pada penelitian ini. Hasil pengamatan berat biji per 100 butir tanaman pada pengamatan saat panen dan sidik ragamnya di sajikan pada
lampiran 5, sidik ragam menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji per 100 butir tanaman. Rata-rata berat biji per 100 butir tanaman kacang hijau pengamatan saat panen dan hasil uji BNJ 0,05 disajikan pada Tabel 6, Tabel 6. Rata-rata Berat Biji Per Seratus Butir Tanaman Kacang Hijau Pada Saat Panen. Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20 ) 171,133 a B (20 x 30 ) 178,667 b D (20 x 40) 188,533 c C ( 30 x30) 199,333 d BNJ 0,05 3,57 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata. Tabel 6, menunjukkan bahwa rata-rata berat biji per 100 butir tanaman kacang hijau pengamatan saat panen di peroleh pada perlakukan C dan berbeda nyata dengan perlakuan D, B, dan A. Pada pengamatan saat panen diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Dimana perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 199,333 gr, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 188,533 gr, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 178,667 gr, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 171,133 gr.
Pengaruh perlakuan terhadap berat biji per seratus butir tanaman dapat dilihat pada Gambar 4: Berat Biji Per Seratus Butir 200 195 190 185 180 175 170 165 160 155 A B C D Gambar 4. Berat Biji Per Seratus Butir Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat panen A B C D Gambar 4, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap biji per seratus butir tanaman. Pada pengamatan saat panen terlihat perlakuan C atau perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil lebih tinggi, disusul oleh perlakuan D atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 40 cm kemudian perlakuan B atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 30 cm dan yang terakhir perlakuan A atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm. 4.2.3 Berat Biji Per Petak Berat biji per petak tanaman merupakan variabel pertumbuhan generatif ketiga yang diamati pada jarak tanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kacang hijau (Phasolus radiatus L.). Hasil pengamatan berat biji per petak pada pengamatan saat panen dan sidik ragamnya di sajikan pada lampiran 6, sidik ragam menunjukan bahwa jarak tanam berpengaruh sangat nyata terhadap berat biji per petak. Rata rata berat biji per petak tanaman dan hasil uji BNJ 0,05 di sajikan pada tabel 7.
Tabel 7. Rata-rata Berat Biji Per Petak Tanaman Kacang Hijau Pada Saat Panen Perlakuan Rata-Rata Notasi A (20 x 20 ) 1,200 a B (20 x 30 ) 1,400 a D (20 x 40) 1.867 c C ( 30 x30) 2,433 d BNJ 0,05 0,31 Keterangan : Angka angka yang diikuti oleh huruf yang tidak sama pada kolom yang sama berarti berbeda nyata. Tabel 7, menunjukkan bahwa rata rata berat biji perpetak di peroleh pada perlakuan C dan berbeda nyata dengan perlakuan A,B. Dan D. Pada pengamatan saat panen diperoleh bahwa perlakuan dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm (C) memberikan pengaruh lebih baik dibandingkan dengan ketiga perlakuan lainnya. Dimana perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 2,433 kg, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 1,867 kg, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 1,400 kg, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 1,200 kg. Pengaruh perlakuan terhadap berat biji per petak tanaman dapat dilihat pada Gambar 5: Berat Biji Tanaman 2.5 2 1.5 1 0.5 0 A B C D A B C D
Gambar 5. Berat Biji Per Petak Tanaman Kacang Hijau Pengamatan saat panen Gambar 5, menunjukan respon pemberian perlakuan yang berbeda terhadap perbedaan biji per petak tanaman. Pada pengamatan saat panen terlihat perlakuan C atau perlakuan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil lebih baik, disusul oleh perlakuan D atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 40 cm kemudian perlakuan B atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 30 cm dan yang terakhir perlakuan A atau perlakuan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Setelah dikonversi, diperoleh hasil perlakuan C menggunakan jarak tanam 30 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 2,027 ton/ha, selanjutnya perlakuan D menggunakan jarak tanam 30 cm x 40 cm memberikan hasil rata-rata 1,555 ton/ha, kemudian perlakuan B menggunakan jarak tanam 20 cm x 30 cm memberikan hasil rata-rata 1,166 ton/ha, yang terakhir perlakuan A menggunakan jarak tanam 20 cm x 20 cm memberikan hasil rata-rata 1,000 ton/ha. 4.2. Pembahasan Berdasarkan hasil analisis statistik melalui analisis sidik ragam yang telah dilakukan diperoleh bahwa setiap variabel pertumbuhan vegetatif tanaman (tinggi dan jumlah daun) dan pertumbuhan generatif tanaman (jumlah polong, berat biji per seratus butir, berat biji per petak), perlakuan C (jarak tanam 30 cm x 30 cm) memberikan hasil terbaik, disusul oleh perlakuan D (20 cm x 40 cm) kemudian
perlakuan B (jarak tanam 20 cm x 30 cm) dan yang terakhir perlakuan A (20 cm x 20 cm). Secara umum perlakuan jarak tanam 30 x 30 cm memberikan pertumbuhan bagian atas tanaman ( tinggi tanaman dan jumlah daun) yang baik, juga produksi yang tinggi. Tinggi tanaman merupakan ukuran tanaman yang sering diamati baik sebagai indikator pertumbuhan maupun sebagai parameter yang digunakan untuk mengukur pengaruh lingkungan atau perlakuan yang diterapkan. Ini didasarkan atas kenyataan bahwa tinggi tanaman merupakan ukuran pertumbuhan yang paling mudah dilihat (Sitompul dan Guritno, 1995). Perlakuan C yang memberikan pertumbuhan tanaman yang lebih baik karena hal ini disebabkan karena jarak tanam lebih lebar. Jarak tanam yang lebar memungkinkan tanaman memiliki kesempatan yang sangat banyak dalam memperoleh unsur hara, sinar matahari dan udara sehingga dapat meningkatkan produksi tanaman kacang hijau yang dicobakan. Sebaliknya, jarak tanam yang terlalu rapat akan mengakibatkan terjadinya kompetisi antar tanaman yang sangat hebat dalam hal cahaya matahari, air, dan unsur hara. Akibatnya, pertumbuhan tanaman terhambat dan hasil tanaman rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Donald, 1963 dan Bunting,1972 bahwa pengaturan jarak tanam berpengaruh pada persaingan dalam penyerapan hara.air dan cahaya matahari, sehingga apabila tidak diatur dengan baik akan mempengaruhi hasil tanaman. Selanjutnya Habibie (2011) menyatakan bahwa tanaman akan tumbuh optimal apabila asupan air cukup, juga dipengaruhi oleh cahaya matahari. Cahaya matahari merupakan energi utama yang berperan dalam proses fotosintesis yang menghasilkan fotosintat. Cahaya matahari berpengaruh besar terhadap pertumbuhan (besar dan arah
batang) serta perbanyakan daun. Gadner dkk (1991) menyatakan bahwa pertumbuhan merupakan akibat adanya interaksi antara berbagai faktor internal pertumbuhan dan unsur iklim, tanah, dan biologis. Pertumbuhan tinggi tanaman ini merupakan pertumbuhan vegetatif yang ditandai dengan terjadinya pertambahan jumlah tangkai daun yang dipengaruhi oleh tersediannya unsur hara terutama nitrogen, fosfor dan kalium. Pertambahan tinggi tanaman juga sebagai akibat dari meningkatnya jumlah sel. Kepadatan populasi tanaman terkait dengan pemanfaatan ruang media tumbuh, pada kepadatan rendah menyebabkan pemanfaatan sumberdaya lingkungan tidak optimal, tetapi kepadatan tinggi menyebabkan tingginya tingkat kompetisi sehingga pertumbuahn individu terhambat. Selanjutnya Koswara (1975) Pada kerapatan yang terlalu tinggi kemungkinan terjadi antar bagian tanaman dapat juga menyebabkan menurunnya hasil tiap tanaman. Distribusi cahaya pada tajuk tanaman di pengaruhi oleh indeks luas daun. Tanaman pada jarak tanam yang sempit mengalami persaingan yang lebih berat untuk mendapatkan unsur hara,cahaya dan air. Unsur hara diperlukan dalam jumlah yang sangat besar dan penting untuk metabolisme tanaman. Persaingan tanaman untuk mendapatkan unsur hara terutama nitrogen, fosfat dan kalium akan terjadi pada masing masing tanaman. Pada jarak tanam yang rapat, kemungkinan terjadi persaingan yang berat dalam perakaran. Menurut Trenebath (1976) bahwa proses kompetisi adalah proses yang paling kompleks dari semua proses.sebagai akibat dari kompetisi tersebut maka terjadilah penguasaan faktor-faktor tumbuh yang tidak merata antara tanaman.hal ini mengakibtakan ukuran tanaman bervariasi.selanjutnya di kemukakan bahwa
walaupun telah ada perbedaan ukuran sebelumnya kompetisi terjadi, namun setelah kompetisi berlansung biasanya cendrung memperbesar perbedaan ukuran tersebut. Syam (1992) menyatakan bahwa jarak tanam rapat menghasilkan tinggi tanaman yang lebih tinggi dari pada jarak tanam rengang. Hasil tersebut mencerminkan bawah pada jarak tanam rapat terjadi kompetisi dalam pengunaan cahaya yang mempengaruhi pula pengambilan unsur hara,air,dan udara. Kompetisi cahaya terjadi apa bila suatu tanaman menaungi tanaman lain atau apa bila suatu daun memberi naungan pada daun lain. Tanaman yang saling menaungi akan berpengaruh pada proses fotosintesis. Dengan demikian tajuk-tajuk tumbuh kecil dan kapasitas pengambilan unsure hara serta air menjadi berkurang. Dari hasil pertumbuhan generatif tanaman (jumlah polong, berat biji per seratus butir, berat biji per petak) menunjukkan hasil yang tertinggi diperoleh pada Perlakuan C. Hal ini disebabkan karena jarak tanam 30 x 30 cm memungkinkan intersepsi cahaya matahari ke tanaman secara optimal, tanaman dapat memanfaatkan radiasi surya lebih efisien. Hal ini sesuai dengan pendapat Purwono (1989) bahwa pengaturan jarak tanam dengan memanipulasi jarak diantara barisan tanaman dan di dalam barisan menentukan jumlah populasi suatu pertanaman. Pengaturan populasi memegang peranan penting sehingga tanaman dapat memanfaatkan radiasi surya secara efisien. Peningkatan produksi dapat dilakukakan dengan perbaikan tingkat kerapatan tanam.