BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PERHITUNGAN PARAMETER PENSTOCK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA DATA. Kecepatan arus ( m/s) 0,6 1,2 1,6 1,8. Data kecepatan arus pada musim Barat di Bulan Desember dapt dilihat dari tabel di bawah.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Fluida

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. m (2.1) V. Keterangan : ρ = massa jenis, kg/m 3 m = massa, kg V = volume, m 3

Penelitian Numerik Turbin Angin Darrieus dengan Variasi Jumlah Sudu dan Kecepatan Angin

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan tenaga air untuk berbagai kebutuhan daya (energi ) telah dikenal

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II. 2.1 Pengertian Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohydro. lebih kecil. Menggunakan turbin, generator yang kecil yang sama seperti halnya PLTA.

PENGARUH SUDUT PUNTIR SUDU PADA SAVONIUS HORIZONTAL AXIS WATER TURBINE SEMICIRCULAR BLADE APLIKASI ALIRAN DALAM PIPA

SIMULASI NUMERIK ALIRAN FLUIDA PADA TINGKAT PERTAMA KOMPRESOR DALAM INSTALASI TURBIN GAS DENGAN DAYA 141,9MW MENGGUNAKAN CFD FLUENT 6.3.

BAB IV PEMODELAN POMPA DAN ANALISIS

BAB IV PROSES SIMULASI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi fluida

Bab IV Analisis dan Pengujian

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

ANALISIS CASING TURBIN KAPLAN MENGGUNAKAN SOFTWARE COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS/CFD FLUENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMODELAN ALIRAN DAN ANALISIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 1, (2016) ISSN: ( Print) B36

Losses in Bends and Fittings (Kerugian energi pada belokan dan sambungan)

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

Masalah aliran fluida dalam PIPA : Sistem Terbuka (Open channel) Sistem Tertutup Sistem Seri Sistem Parlel

KARAKTERISTIK ZAT CAIR Pendahuluan Aliran laminer Bilangan Reynold Aliran Turbulen Hukum Tahanan Gesek Aliran Laminer Dalam Pipa

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SIMBOL... A. Latar Belakang B. Tujuan dan Manfaat C. Batasan Masalah...

SIMULASI PENGUJIAN PRESTASI SUDU TURBIN ANGIN

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

Analisa Efisiensi Turbin Vortex Dengan Casing Berpenampang Lingkaran Pada Sudu Berdiameter 56 Cm Untuk 3 Variasi Jarak Sudu Dengan Saluran Keluar

ANALISIS FAKTOR GESEK PADA PIPA AKRILIK DENGAN ASPEK RASIO PENAMPANG 1 (PERSEGI) DENGAN PENDEKATAN METODE EKSPERIMENTAL DAN EMPIRIS TUGAS AKHIR

INVESTIGASI KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA DESAIN HELICAL BAFFLE PENUKAR PANAS TIPE SHELL AND TUBE BERBASIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

MASUK FAISAL HAJJ MESINN TEKNIK MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB IV PENGOLAHAN DATA

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan mulai 26 Januari sampai 14 mei 2012 di Laboraorium

MAKALAH KOMPUTASI NUMERIK

SIMULASI PENGARUH NPSH TERHADAP TERBENTUKNYA KAVITASI PADA POMPA SENTRIFUGAL DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KOMPUTER COMPUTATIONAL FLUID DYANAMIC FLUENT

IRVAN DARMAWAN X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Publikasi Online Mahsiswa Teknik Mesin Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya Volume 1 No. 1 (2018)

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

JUDUL TUGAS AKHIR ANALISA KOEFISIEN GESEK PIPA ACRYLIC DIAMETER 0,5 INCHI, 1 INCHI, 1,5 INCHI

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Sistem Kerja Pompa Torak Menggunakan Tenaga Angin. sebagai penggerak mekanik melalui unit transmisi mekanik.

BAB IV PERANCANGAN SISTEM PERPIPAAN AIR UNTUK PENYIRAMAN TANAMAN KEBUN VERTIKAL

BAB III METODOLOGI PERHITUNGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal e-dinamis, Volume 3, No.3 Desember 2012 ISSN

STUDI NUMERIK PENGARUH GEOMETRI DAN DESAIN DIFFUSER UNTUK PENINGKATAN KINERJA DAWT (DIFFUSER AUGMENTED WIND TURBINE)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR BIDANG KONVERSI ENERGI PERANCANGAN, PEMBUATAN DAN PENGUJIAN POMPA DENGAN PEMASANGAN TUNGGAL, SERI DAN PARALEL

BAB III PEMBUATAN ALAT UJI DAN METODE PENGAMBILAN DATA

BAB III ANALISA IMPELER POMPA SCALE WELL

TUGAS SARJANA MESIN-MESIN FLUIDA

PENGARUH JUMLAH SUDU TERHADAP UNJUK KERJA SAVONIUS WATER TURBINE PADA ALIRAN AIR DALAM PIPA

ABSTRAKSI Analisis Aliran Fluida Pada sambungan Pipa Ellbow Dan SambunganPipaTee Dengan Computational Fluid Dynamics (CFD) Pipa merupakan alat transpo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisa aliran berkembang..., Iwan Yudi Karyono, FT UI, 2008

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

Analisis Aliran Fluida Dinamik Pada Draft Tube Turbin Air

BAB II LANDASAN TEORI

STUDI NUMERIK : MODIFIKASI BODI NOGOGENI PROTOTYPE PROJECT GUNA MEREDUKSI GAYA HAMBAT

SIMULASI NUMERIK ALIRAN 3D UNTUK KONDISI QUASI STEADY DAN UNSTEADY PADA TURBIN UAP AKSIAL

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA DATA

BAB V PERBANDINGAN SISTEM AKTUASI KATUP

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi. Syarat memperoleh Gelar Sarjana Teknik OLEH : ERICK EXAPERIUS SIHITE NIM :

Studi Eksperimen Pengaruh Silinder Pengganggu Di Depan Returning Blade Turbin Angin Savonius Terhadap Performa Turbin

UJI PERFORMANSI POMPA BILA DISERIKAN DENGAN KARAKTERISTIK POMPA YANG SAMA

Analisa Rugi Aliran (Head Losses) pada Belokan Pipa PVC

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA POMPA HIDRAM DENGAN VARIASI PANJANG PIPA PEMASUKAN DAN VARIASI TINGGI TABUNG UDARA MENGGUNAKAN CFD

grafik hubungan antara sudut datang air (θ) dengan torsi yang dihasilkan dari setiap putaran turbin yang ditentukan sebagai berikut :

BAB II DASAR TEORI. E p = Energi potensial (joule) m =Massa benda (kg) g = Percepatan gravitasi (m/s 2 ) h = Ketinggian benda (m)

BAB IV PENGUKURAN KEHILANGAN ENERGI AKIBAT BELOKAN DAN KATUP (MINOR LOSSES)

BAB IV DESIGN DAN ANALISA

STUDI NUMERIK PENGARUH PENAMBAHAN BODI PENGGANGGU TERHADAP KARAKTERISTIK ALIRAN FLUIDA MELINTASI SILINDER UTAMA

LAMPIRAN PEMBUATAN SIMULASI RUMAH TURBIN VORTEX. 1. Pembuatan model CAD digambar pada Software SolidWorks 2010.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian dilakukan dengan beberapa variabel tetap seperti lubang buang sebesar

Analisa Aliran Fluida Pada Pipa Spiral Dengan Variasi Diameter Menggunakan Metode Computational Fluid Dinamics (CFD)

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

Stress Analysis Pada Sudu Tetap Turbin Uap Bab III Metodologi BAB III METODOLOGI

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010

Transkripsi:

31 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 DESAIN PIPA PENSTOCK Desain Pipa Penstock yang akan berkaitan dengan besar debit air yang mengalir melalui Pipa Penstock. Jadi debit optimum air (Qopt) yang mengalir melaui Pipa Penstock dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.5. Pada persamaan tersebut terdapat beberapa parameter yang harus diketahui untuk menghitung debit optimum air (Qopt). Parameter-parameter tersebut luas penampang melintang pipa bagian dalam (Dw), percepatan gravitasi (g), gross head (Hg), dan keofisien losses (CL). Pipa Penstock pada penelitian ini memiliki diameter dalam (Dw) sebesar 0,112 m, sehingga luas penampang melintang pipa bagian dalam dapat dihitung menggunakan perhitungan sebagai berikut: Aw = 1 4 πdw 2 Aw = 1 4 π 0,1122 Aw = 0,0098 m 2 Parameter lain untuk menghitung debit optimum air (Qopt) adalah percepatan gravitasi (g), gross head (Hg) dan keofisien CL. besar gravitasi adalah 9,8 m/s 2, nilai gross head dapat dihitung berdasarkan Gambar 3.1. Nilai gross head dapat dihitung dari permukaan air di dalam waduk sampai permukaan air di tailrace. Berdasarkan Gambar 3.1 besar gross head dapat dihitug menggunakan perhitungan sebagai berikut: Hg = 2 + 3 = 5 m

32 Nilai keofisien CL dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.6. Pada persamaan tersebut, terdapat beberapa parameter yang harus diketahui untuk menghitung koefisien CL. Parameter-parameter tersebut adalah koefisien gesek (f), panjang Pipa Penstock (L), diameter pipa bagian dalam (Dw), total koefisien minor losses (KL), luas penampang pipa bagian dalam (Aw). Nilai koefisien gesek (f) dapat dihitung menggunakan persamaan Swamee-Jain yang ditunjukan oleh Persamaan 2.13. Persamaan tersebut berkaitan dengan kekasaran permukaan bagian dalam pipa (ε), diameter bagian dalam pipa (Dw), dan bilangan Reynolds (Re). Nilai kekasaran pipa bagian dalam (ε) ditentukan sebesar 0 meter karena pipa yang diguanakan dapat diasumsikan sebagai pipa halus. Diameter (Dw) adalah 0,112 m. Bilangan Reynolds (Re) dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.12. Pada persamaan tersebut, terdapat nilai rata-rata air yang belum diketahui karena nilai ini berhubungan dengan debit optimum air (Qopt) yang melalui Pipa Penstock. Nilai viskositas kinematik (v) Pada persamaan tersebut adalah sebesar 10-6 m 2 /s. Dengan demikian nilai Reynolds (Re) dapat dihitungan menggunakan perhitungan sabagai berikut: Re = vd V Re = Re = Qopt. D A. V Qopt. 0,112 0,0098. 10 6 Re = Q opt. 1.142,86x10 4 Berdasarkan nilai kekasaran pipa (ε), diameter pipa bagian dalam (Dw), dan bilangan Reynolds (Re), nilai koefisien gesek (f) dapat dihitung menggunakan perhitungan sebagai berikut: f = [log ( f = 0,25 ε 3,7 Dw + 5,74 Re 0,9)]2 0,25 [log ( 5,74 Re 0,9)]2

33 f = [log( 0,25 2 5,74 (Qopt. 1142,86 4 ) 0,9)] Panjang Pipa Penstock (L) dihitung dari sisi masukan pipa sampai ke sisi masukan Turbin Hydrocoil seperti yang ditunjukkan Gambar 3.1 dengan sudut θ 90 0. Berdasarkan Gambar 3.1 panjang belokkan Pipa Penstock dengan angka 0,21991 m dihtung menggunakan Software Solidworks 2014, panjang keseluruhan Pipa Penstock dapat dihitung menggunakan perhitungn sebagai berikut: L = 3 m + 0,21991 m + 1 m = 4,219 m Minor losses pada Pipa Penstock dapat dilihat dari Gambar 3.1 yang disebabakan oleh tikungan (elbow) pada sudut 90 0. Dimana nilai koefisien minor losses untuk satu macam elbow tersebut dapat dilihat pada Gambar 2.7. Berdasarkan Gambar 2.7 nilai total koefisien minor losses dapat dihitung sebagai berikut: KL = KL90 KL = 0,9 Dengan menggunakan parameter-parameter yang telah dihitung, maka perhitungan koefisien CL berdasarkan Persamaan 2.6 adalah sebagai berikut: CL = f L D w + K L1 2 CL = [ [log ( 0,25 5,74 (Q0pt. 1142,86x10 4 ) 0,9)] 2] 4,219 0,112 + 0,9 CL = [ [log( 0,25 5,74 (Qopt.1142,86x10 4 ) 0,9)] 2] 37,67 + 0,9

34 CL = [ [log( 9,4175 5,74 (Qopt. 1142,86x10 4 ) 0,9)] 2] + 0.9 CL = [ [log( 9,4175 2] + 0,9 5,74 Qopt 0.9. 225x10 4)] CL = [ 9,4175 [log( 2,551x10 6 Qopt 0,9 )] 2] + 0,9 Dengan menggunakan parameter-parameter yang telah dihitung, maka perhitungan debit optimum (Qopt) yang berdasarkan pada Persamaan 2.5 maka perhitungan dapat dilakukan sebagai berikut: Qopt = 2 3 A w g 7Hg 10C L Q opt = 2 3 (0.0098) (9,8) 7(5) ( 10 9,4175 2 [log( 2,551x10 6 )] 0,9 ([ Qopt ] +0,9 ) ) Q opt = 0,0065 34,3 Q opt = 0,032 m3 s 9,4175 2 [log( 2,551x10 6 )] 0,9 ([ Qopt ] +0,9 Penyelesaian persamaan untuk mendapatkan debit optimum air (Qopt) membutuhkan proses iterasi. Demgan menggunakan nilai debit optimum air (Qopt) yang telah dihitung, maka untuk menghitung nilai laju aliran masa air (ṁ) yang melalui Pipa Penstock dan kecepatan rata-rata air (v) yang melalui Pipa Penstock dapat dihitung sebagai berikut: )

35 m = Qopt.ρ m = 0,032. 1000 m = 32 kg s Menghitung kecepatan aliran melalui Pipa penstock V = Q A V = 0,032 0,0098 V = 3,265 m s Tekanan total (Ptot) di sisi masuk Pipa Penstock dapat dihitung menggunakan Persamaan 2.1 dengan tekanan statis (Pstat) berdasarkan gambar 3.1 dan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.2 dimana kecepatan rata-rata (v) di dalam pipa. Pada gambar tersebut tampak bahwa tinggi tanki penampungan air adalah 2 m dari dasar tanki sampai ke permukaan atas, sehingga perhitungan tekanan statis dan tekanan total di sisi masuk Pipa Penstock adalah sebagai berikut: Pstat = ρ. g. h Pstat =1.000. 9,8. 2 pstat =19.600 Pa Menghitung tekanan total di sisi masuk Pipa Penstock Ptot = P stat + 1 2 ρv2 Ptot = 19.600 + 1 2 1.000. 3,2652 P tot = 24.930,112 Pa Dengan menggunakan nilai Qopt, maka nilai daya optimum (Popt) juga dapat dihitung. Daya optimum dapat dihitung berdasarkan Persamaan 2.3 terdapat nilai berat spesifik fluida yang belum diketahui. Berat spesifik fluida adalah masa jenis fluida (ρ) dikalikan dengan percepatan gravitasi (g) sehingga γ benilai 9.800 kg/m 2 s 2, masa jenis fluida bernilai1.000 kg/m 3 dan percepatan gravitasi bernilai 9,8 m/s 2. Perhitungan Popt adalah sebagai berikut:

36 Popt = 38 45 γhg. Q opt Popt = 38 45 (9.800)(5)(0,032) Popt = 1.324,09 W 4.2 HASIL SIMULASI TURBIN HYDROCOIL VARIASI 1, 2 DAN 3 Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya pada Bab III, bahwa simulasi CFD untuk menganalisis performasi Turbin Hydrocoil dengan panjang pitch yang bervariasi dan untuk mendapatkan pengaruh perubahan panjang pitch Turbin Hydrocoil terhadap performasinya. Menggunakan ANSYS CFX 15.0 yang dimana terdiri dari lima tahap, yaitu tahap geometry, mesh, setup, solution dan result. Langkah-langkah yang dilakukan pada kelima tahap tersebut sesuai dengan penjelasan pada Subbab 3.2.2. Kelima tahap tersebut berkaitan satu sama lain dan dilakukan sesuai urutan. Pada tahap geometry gambar desain turbin, Pipa Penstock dan Rotation Region berdasrkan perhitungan pada Subbab 4.1 yang telah digambar menggunakan Software Solidworks 2014, dimasukkan ke dalam Design Modeler Software ANSYS CFX 15.0. Setelah itu langkah selanjutnya adalah mendefinisikan daerah yang terisi penuh oleh air dengan melakukan proses boolean subtract untuk mengurangi atau menghilangkan daerah-daerah yang tidak terisi oleh air seperti sudu turbin dan poros turbin. Proses boolean subtract yang dilakukan adalah mengurangi daerah pipa sebagai target body dengan daerah rotation region sebagai target body. Kemudian mengurangi daerah rotatin region sebagai target body dengan sudu serta poros sebagai tool body. Dengan demikian akan didapatkan sebuah geometri yang hanya terdiri dari daerah-daerah yang terisi oleh air sebagaimana Gambar 4.1

37 Gambar 4.1 Desain Turbin Hydrocoil dan Pipa Penstock Setelah Proses Boolean Subtract Tahap mesh adalah tahap dimana geometri objek yang telah didefinisikan pada tahap sebelumnya dicacah menjadi elemen-elemen kecil yang dihubungkan oleh titiktitik. Gambar 4.2 menunjukan hasil tahap mesh, pada tahap ini daerah rotor lebih rapat dibandingkan pada pipa. Hal ini disebabkan karena daerah pada rotor terdapat lebih banyak bagian yang berbentuk kurva dibandingkan dengan daerah pipa. Kerapatan ini diperlukan agar ketelitian perhitungan simulasi lebih tinggi sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat seperti gambar berikut: Gambar 4.2 Hasil Mesh untuk Turbin Hydrocoil dan Pipa Penstock Beberapa hal yang harus dilakukan pada tahap setup adalah mengatur analisis tipe berupa steady state, membuat domain, mengatur boundary condition dan

38 membuat interface. Pada saat membuat domain perlu didefinisikan domain yang berputar (rotating) dan yang diam (stationary). Dimana domain yang diam adalah domain pipa, sementara domain yang berputar adalah domain rotation region atau daerah yang dilingkupi rotor turbin. Pada saat menentukan domain yang berputar, perlu diketahui kecepatan putar dari domain tersebut. Pada penelitian ini kecepatan putar domain tersebut divariasikan sebesar 100 rpm, 200 rpm, 300 rpm, 400 rpm dan 500 rpm untuk mengetahui performasi turbin pada kecepatan-kecepatan tersebut, arah putar turbin menentukan hasil simulasi. Arah putar domain ditentukan berdasarkan kaidah tangan kanan, dimana ibu jari menujukkan arah putar positif sementara keempat jari yang menekuk menunjukkan arah putar positif (Luthfie, 2016). Pada penelitian ini arah putarnya tidak berlawanan dengan kaidah tangan kanan sehingga tetap bernilai positif. Jadi kecepatan putar yang dimasukkan untuk domain rotation region tetap bernilai positif. Sebagaimana telah disebutkan pada subbab 3.2.2 bahwa model turbulensi yang digunakan pada peneitian ini adalah Shear Stress Transport (SST). Boundary condition yang diatur pada sisi masukkan Pipa Penstock berupa inlet dengan total pressure sebesar 24.930,112 Pa pada sisi keluar pipa berupa outlet dengan mass flow rate atau laju aliran masa sebesar 32 kg/s. Gambar 4.3 Bebagai Interface yang Dibuat Pada Tahap Setup

39 Interface diperlukan untuk menentukan hubungan antara domain yang berputar dan domian yang diam. Interface hanya dibuat pada daerah-daerah yang saling bersentuhan antara kedua domain. Dengan melakukan proses boolean subtract pada tahap geometry sebagaimna telah dijelaskan sebelumnya, maka akan didapatkan daerah-daerah yang saling bersentuhan antara kedua domain yang sesuai dengan luasan permukaan rotation region. Sehingga interface dibuat pada daerah-daerah tersebut. Interface dibuat dengan general connection berupa frozen rotor (Luthfie, 2016) seperti yang terlihat pada posisi interface Gambar 4.3. Hasil perhitungan pada tahap solution dapat dilihat pada tahap result. Gambar 4.4 sampai 4.8 menunjukkan contour kecepatan hasil simulasi Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock, pada penelitian ini menggunakan model Shear Stress Transport (SST). Pada Gambar 4.4 sampai 4.8 tampak bahwa kecepatan fluida mengalami peningkatan selama melewati runner. Semakin besar kecepatan putar runner maka peningkatan fliuda semakin besar. Peningkatan kecepatan fliuda terbesar terdapat pada coil (coil A) terakhir Turbin Hydrocoil. Peningkatan kecepatan ini akan berimbas pada transfer energi yang terjadi antara fliuda dan runner turbin. Gambar 4.4 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 100 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

40 Gambar 4.5 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 200 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.6 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 300 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

41 Gambar 4.7 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 400 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.8 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 500 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.9 sampai 4.13 menunjukkan contour tekanan hasil simulasi Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock dengan model Shear Stress Transport (SST).

42 Gambar 4.9 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 100 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.10 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 200 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST)

43 Gambar 4.11 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 300 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.12 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 400 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST)

44 Gambar 4.13 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 1 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 500 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Hasil perhitungan pada tahap solution dapat dilihat pada tahap result. Gambar 4.14 sampai 4.18 menunjukkan contour kecepatan hasil simulasi Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock, pada penelitian ini menggunakan model Shear Stress Transport (SST). Pada Gambar 4.14 sampai 4.18 tampak bahwa kecepatan fluida mengalami peningkatan selama melewati runner. Semakin besar kecepatan putar runner maka peningkatan fliuda semakin besar. Peningkatan kecepatan fliuda terbesar terdapat pada coil terakhir Turbin Hydrocoil. Peningkatan kecepatan ini akan berimbas pada transfer energi yang terjadi antara fliuda dan runner turbin. Gambar 4.14 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 100 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

45 Gambar 4.15 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 200 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.16 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 300 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

46 Gambar 4.17 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 400 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.18 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 500 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.19 sampai 4.23 menunjukkan contour tekanan hasil simulasi Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock dengan model Shear Stress Transport (SST).

47 Gambar 4.19 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 100 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.20 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 200 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST)

48 Gambar 4.21 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 300 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.23 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 400 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST)

49 Gambar 4.23 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 2 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 500 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Hasil perhitungan pada tahap solution dapat dilihat pada tahap result. Gambar 4.24 sampai 4.28 menunjukkan contour kecepatan hasil simulasi Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock, pada penelitian ini menggunakan model Shear Stress Transport (SST). Pada Gambar 4.24 sampai 4.28 tampak bahwa kecepatan fluida mengalami peningkatan selama melewati runner. Semakin besar kecepatan putar runner maka peningkatan fliuda semakin besar. Peningkatan kecepatan fliuda terbesar terdapat pada coil terakhir Turbin Hydrocoil. Peningkatan kecepatan ini akan berimbas pada transfer energi yang terjadi antara fliuda dan runner turbin. Gambar 4.24 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 100 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

50 Gambar 4.25 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 200 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.26 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 300 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

51 Gambar 4.27 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 400 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.28 Contour Kecepatan Pada turbin Hydrocoil Variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 500 RMP dan Model Shear Stress Transport (SST)

52 Pada Gambar 4.29 sampai 4.33 menunjukkan contour tekanan hasil simulasi Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock dengan model Shear Stress Transport (SST). Gambar 4.29 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 100 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.30 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 200 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST)

53 Gambar 4.31 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 300 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Gambar 4.32 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 400 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST)

54 Gambar 4.33 Contour Tekanan Pada Turbin Hydrocoil variasi 3 dan Pipa Penstock Dengan Kecepatan Putar 500 RPM dan Model Shear Stress Transport (SST) Dengan memanfaatkan menu calculator pada tahap result didapatkan nilai torsi untuk berbagai variasi kecepatan putar turbin. Daya turbin dapat diperoleh dengan mengalikan nilai torsi yang didapatkan dari simulasi. Efisiensi turbin yang didapatkan dari hasil bagi antara daya turbin yang telah dihitung dengan daya air yang tersedia kemudian dikalikan 100. Daya air yang tersedia dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 2.3 dengan mengabaikan nilai efisiensi turbin. Perhitungan daya air yang tersedia adalah sebagai berikut: Popt = 38 45 γhg. Q opt Popt = 38 45 (9.800)(5)(0,032) Popt = 1.324,09 W 4.3 PERBANDINGAN HASIL SIMULASI TURBIN HYDROCOIL VARIASI 1, 2 DAN 3 DENGAN PERUBAHAN PANJANG PITCH Sebagaimana telah disebutkan pada subbab 3.2.1, dimana Turbin Hydrocoil tersebut memiliki panjang pitch yang bervariasi dapat dilihat pada Gambar 4.34

55 Gambar 4.34 Variasi Turbin Hydrocoil (a) Variasi 1 (b) Variasi 2 (c) Variasi 3 Dari Gambar 4.34 tampak bahwa panjang pitch sudu Turbin Hydrocoil variasi 1 awalnya merenggang kemudian menyempit untuk Turbin Hydrocoil variasi 2 masih sama seperti turbin variasi 1 awalnya merenggang kemudian menyempit dengan

56 panjang pitch sudu turbinnya lebih sempit seperti terlihat pada Gambar 3.34 (b). Sementara pada turbin variasi 3 dimana awalnya merenggang kemudian menyempit dengan catatan coil C dan Coil B sama-sama merenggang sedangkan Coil A menyempit seperti terlihat pada Gambar 3.34 (c). Tabel 4.1 menunjukkan nilai torsi, daya dan efisiensi turbin untuk Turbin Hydrocoil variasi 1, 2 dan 3 dengan model turbulensi berupa Shear Stress Transport (SST). Pada Tabel 4.1 tampak bahwa nilai torsi ketiga turbin dengan variasi panjang pitch yang berbeda semakin naik seiring peningkatan kecepatan putar runner, sementara daya turbin dan efisiensi turbin naik diantara kecepatan putar 100 sampai 500 rpm. Dimana ketiga turbin tersebut memiliki panjang pitch yang bervariasi samasama mengalami kenaikkan pada daya dan efisiensi turbin dengan kecepatan putar 100 sampai 500 rpm. Pada tabel tersebut tampak bahwa Turbin Hydrocoil variasi 3 memiliki performasi yang paling buruk dibandingkan turbin variasi 1 dan variasi 2. Hal ini ditunjukkan oleh nilai torsi turbin variasi 3 yang lebih kecil dibandingkan kedua variasi lainnya sehingga berimbas pada nilai daya yang dihasikan dan efisiensi turbin tersebut Tabel 4.1 Nilai Torsi, Daya dan Efisiensi Turbin Hydrocoil Variasi 1, 2 dan 3 Berdasarkan Simulasi CFD untuk Berbagai Kecepatan Putar Variasi Turbin 1 2 3 Keceptan Putar (RPM) Torsi (Nm) Daya (W) Efisiensi (%) 100 19,5808 204,9457 15,4782 200 18,3226 383,5531 28,9673 300 17,2805 542,6077 40,9797 400 16,8501 705,4575 53,2787 500 16,2539 850,6208 64,2419 100 24,0369 251,5862 19,0007 200 23,4551 490,9934 37,0816 300 22,8841 718,5607 54,2683 400 22,461 940,3672 71,0199 500 22,1541 1159,3979 87,5619 100 12,1735 127,4160 9,6229 200 11,6992 244,9033 18,4960 300 11,2942 354,6379 26,7835 400 10,3324 432,5831 32,6702 500 9,64976 505,0041 38,1397

57 Gambar 4.35, 4.36 dan 4.37 masing-masing menunjukkan grafik torsi, daya dan efisiensi Turbin Hydrocoil Variasi 1, 2 dan 3. Model turbulensi Shear Stress Transport (SST) menunjukkan besar nilai pada ketiga parameter yaitu turbin variasi 1, 2 dan 3. Dari ketiga gambar tersebut tampak bahwa model turbulensi Shear Stress Transport (SST) menghasilkan nilai ketiga parameter torsi, daya dan efisiensi. Gamabar 4.35 Grafik Torsi Turbin Hydrocoil Variasi 1, 2 dan 3 Hasil Simulasi Gambar 4.36 Grafik Daya Turbin Hydrocoil Variasi 1, 2 dan 3 Hasil Simulasi

58 Gambar 4.3 Grafik Efisiensi Turbin Hydrocoil Variasi 1, 2 dan 3 Hasil Simulasi Perbedaan performasi ketiga variasi turbin berhubungan dengan geometri ketiga turbin yang berimbas pada perubahan kecepatan tangensial air melaluinya. Sebagimana telah disebutkan sebelumnya bahwa berdasarkan (Stark, 2011), kecepatan tangensial air di sisi masuk turbin aksial dapat dianggap nol, karena air mengalir sejajar sumbu putar turbin (arah aksial) sehingga tidak memiliki komponen kecepatan arah tangensial. Pada penelitian ini, kecepatan tangensial di sisi masuk tidak nol, tetapi memiliki nilai walaupun lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan tangensial di sisi keluar turbin (Luthfie, 2016). Perbedaan kecepatan tangensial inilah yang mempengaruhi nilai torsi. Perubahan besar kecepatan arah tangensial ini karena perubahan panjang pitch sudu turbin. Hal ini berkaitan dengan geometri turbin dimana sudut sudu turbin pada coil C dan Coil B lebih besar dibandingkan dengan coil A dan panjang pitch turbin yang awalnya merenggang kemudian menyempit, sehingga terjadi pengurangan keceptan tangensial air. 4.3 PENGARUH PERUBAHAN PANJANG PITCH TURBIN HYDROCOIL VARIASI 1, 2 DAN 3 TERHADAP PERFORMASI TURBIN Panjang pith Turbin Hydrocoil sebagaimana telah disebutkan pada Gambar 3.1, 3.2 dan 3.3, memberikan pengaruh pada performasi Turbin Hydrocoil. Pada penelitian ini analisis pengaruh perubahan panjang pitch telah dilakukan pada ketiga Turbin

59 Hydrocoil variasi 1, 2 dan 3. Dimana ketiga turbin ini mengalami perubahan pada torsi, daya dan efisiensi seperti terlihat pada Tabel 4.1. perubahan panjang pitch turbin memengaruhi perolehan torsi, daya dan efisiensi yang dihasilakan oleh turbin. Semakain rapat panjang pitch maka perolehan torsi akan semakin besar. Hal ini terbukti pada Turbin Hydrocil variasi 2, karena pada turbin variasi 2 memperoleh nilai torsi, daya dan efisiensi lebih besar dibandingkan turbin variasi 1 dan variasi 3. Sementara pada variasi 3 panjang pitch turbin Coil C ke Coil B sama-sama merenggang dan Coil A menyempit.