PAPER. Dibuat Oleh: Annisa Pradita FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang undang yang dapat dipaksakan

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 1.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. menyediakan pembuatan alat untuk pembangunan beton di jalan tol.

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Ketentuan Formal Pajak Pertambahan Nilai PT TRT 4.2 Analisis Faktur Pajak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Mardiasmo (2001:118), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

BAB IV PEMBAHASAN. bergerak di bidang teknologi Access Management yang dapat memudahkan konsumen

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

Evaluasi Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai di PT IO

BAB II LANDASAN TEORI. yang berbeda tentang definisi dari pajak itu sendiri. Soemitro dalam bukunya Dasardasar

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

EVALUASI PELAKSANAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI PADA PT REK DI TAHUN PAJAK 2011

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Perpajakan 2 PPN & PPnBM

Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha

Bab 4 PEMBAHASAN. PT. XYZ merupakan Perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum kita mengetahui pengertian with holding system kita harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang satu sama lain pada dasarnya memiliki tujuan yang sama yaitu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15 /PJ/2010 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pajak ialah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 15/PJ/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PERTEMUAN 12 By Ely Suhayati SE MSi Ak. PPN DAN PPnBM

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam. kesadaran dan kepedulian untuk membayar pajak, salah satunya adalah Pajak

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PMK.03/2013 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Evaluasi Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. Mejoi merupakan perusahaan distributor yang bergerak dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Dari sektor pajak diharapkan partisipasi aktif masyarakat dalam

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam evaluasi penerapan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai pada PT

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2010 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORITIS. 1. Pengertian, Tujuan dan Manfaat Pajak Pertambahan Nilai. yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak

Faktur Pajak. Objek PPN Yang Harus Dibuatkan Faktur Pajak. Saat Faktur Pajak Harus Dibuat. Faktur Pajak Gabungan

BAB II LANDASAN TEORI. rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor yang sangat penting bagi sumber penerimaan negara,

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB IV PEMBAHASAN. kedua atas Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983, Pengusaha yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. baik material maupun spiritual. Untuk dapat merealisasi tujuan tersebut perlu

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 14/PJ/2010 TENTANG

BAB II TELAAH PUSTAKA. pengertian yang sama. Beberapa pengertian pajak yang dikemukakan oleh

BAB IV EVALUASI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DI LEMIGAS. IV. 1 Objek Penelitian dan Evaluasi mekanisme PPN di LEMIGAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penulisan

ANALISIS PENERAPAN RESTITUSI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) PT. PP (PERSERO) TBK

BAB III PEMBAHASAN TENTANG MEKANISME PENGAJUAN RESTITUSI ATAS KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1, pajak adalah kontribusi wajib

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Bhayangkara Jaya. Analisis Perhitungan..., Nurhasanah, Fakultas Ekonomi 2016

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II LANDASAN TEORI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN BARANG MEWAH PPN dan PPnBM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. terbukti bahwa pada pendapatan negara sebesar Rp Triliun bersumber

BAB II TEORI PERPAJAKAN, PAJAK PERTAMBAHAN NILAI, PENGADILAN PAJAK DAN BANDING PAJAK

Buku Panduan Perpajakan Bendahara Pemerintah BAB VI PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN)

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Nomor Putusan Pengadilan Pajak. Put-4/PP/M.XIIA/99/2014. Jenis Pajak : Gugatan. Tahun Pajak : 2011

BAB I PENAHULUAN. Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

BAB II LANDASAN TEORI

2012, No.4 2 telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 tentang Pel

BAB 2 LANDASAN TEORI. undang-undang oleh pemerintah, yang sebagian dipakai untuk menyediakan barang

BAB II LANDASAN TEORI. memperoleh atau mendapatkan dana dari masyarakat. Dana tersebut digunakan untuk

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Penerimaan Negara dari sektor perpajakan merupakan sumber utama. untuk pembangunan nasional dan penyelenggaraaan pemerintahan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. dikemukakan para ahli sebagai berikut: a. Prof. Dr. Rochmat Soemitro SH (2002:1)

BAB II TELAAH PUSTAKA. jawab atas kewajiban pembayaran pajak berada pada masyarakat sendiri untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Untuk melaksanakan pembangunan nasional dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 180/PJ./2007 TANGGAL : 28 Desember 2007

BAB II TELAAH PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

14/PJ/2010 PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-146/PJ./2006 TENTANG BE

Transkripsi:

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 PAPER Dibuat Oleh: Annisa Pradita 0221 12 136 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR AGUSTUS 2017

ANALISIS PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PENERBITAN DAN PEROLEHAN FAKTUR PAJAK SERTA PENGAKUAN ATAS PENYERAHAN DAN PEROLEHAN BARANG KENA PAJAK PADA PT UNITEX TBK TAHUN 2014 Annisa pradita ABSTRAK Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dipungut dan dikenakan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak. Pajak ini dipungut melalui Faktur Pajak. Selisih antara Pajak Masukan dan Pajak Keluaran merupakan Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan harus disetor ke kas negara. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana perlakuan akuntansi atas penerbitan dan perolehan Faktur Pajak serta mengetahui bagaimana pengukuran dan pengakuan (measurement and recognition) terhadap PPN. Penelitian dilakukan pada PT UNITEX Tbk yang berlokasi di Jalan Raya Tajur No.1, Sindangrasa Bogor Timur, Bogor 16145, Indonesia. PT UNITEX Tbk merupakan Perseroan yang bergerak di bidang industri yang melakukan kegiatan pembuatan benang tenunan dan kain berbahan baku campuran polyester dan kapas. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data dan informasi sebagai materi pendukung dalam penelitian ini adalah riset kepustakaan dan riset lapangan. Berdasarkan hasil penelitian maka diperoleh kesimpulan bahwa PT Unitex Tbk telah melaksanakan kewajibannya dalam hal perhitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai. Faktur Pajak dibuat untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak dibuat pada saat terjadinya transaksi penyerahan BKP. Perlakuan akuntansi terhadap Faktur Pajak yang diterbitkan dan diperoleh yaitu dengan melakukan pencatatan jurnal untuk transaksi pembelian dan penjualan, melakukan penyetoran atas pajak yang terhutang dan melakukan pelaporan untuk setiap masa pajak. Menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan perusahaan mengenai perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). Kata kunci: Faktur pajak, PPN, Barang Kena Pajak. PENDAHULUAN Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung. Mekanisme pemungutan, penyetoran, dan pelaporan PPN ada pada pihak pedagang atau produsen sehingga muncul istilah Pengusaha Kena Pajak yang disingkat PKP. Dalam perhitungan PPN yang harus disetor oleh PKP, dikenal istilah pajak keluaran dan pajak masukan. Pajak keluaran adalah PPN yang dipungut ketika PKP menjual produknya, sedangkan pajak masukan adalah PPN yang dibayar ketika PKP membeli, memperoleh, atau membuat produknya.

PPN adalah Pajak Tidak Langsung. PPN ditinjau dari sudut ilmu hukum yaitu suatu jenis pajak yang menempatkan kedudukan pemikul beban pajak dengan kedudukan penanggung jawab pembayaran pajak ke kas negara pada pihak-pihak yang berbeda. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi pembeli atau penerima jasa dari tindakan sewenang-wenang negara (pemerintah). PPN adalah Pajak Objektif. Sebagai pajak objektif mengandung pengertian bahwa timbulnya kewajiban pajak di bidang PPN sangat ditentukan oleh adanya objek pajak. Kondisi subjektif subjek pajak tidak relevan, sehingga menimbulkan regresif. Regresivitas PPN mengandung pengertian, semakin tinggi kemampuan konsumen, semakin ringan beban pajak yang dipikul; sebaliknya semakin rendah kemampuan konsumen, semakin berat pajak yang dipikul. PPN bersifat Multi Stage Levy. Multi Stage Levy mengandung pengertian bahwa PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi dan jalur distribusi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak. Hal ini berarti PPN dikenakan berulang-ulang pada setiap mutasi Barng Kena Pajak. Meskipun demikian, ternyata PPn tidak menimbulkan pengenaan pajak berganda. Inilah ciri khas PPN yang tidak dimiliki oleh PPn yang diterapkan di Indonesia sebelum 1 April1985. Dasar hukum PPN Indonesia adalah UU Nomor 8 Tahun 1983. Dalam perjalanannya Undang-undang ini telah mengalami tiga kali perubahan. Meskipun sudah tiga kali diubah, nama UU Nomor 8 tahun 1983 tidak mengalami perubahan, berarti namanya tetap UU Pajak Pertambahan Nilai 1984. Selain UU PPN, peraturan lainnya yang terbit yaitu Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri Keuangan, bahkan surat edaran dari Dirjen Pajak juga dijadikan sebagai Dasar Hukum PPN. Tarif PPN sebesar 10%, dikenakan atas setiap penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean/impor BKP/penyerahan JKP didalam Daerah Pabean/pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean. Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan atau peningkatan kebutuhan dana pembangunan, pemerintah diberi wewenang mengubah tarif PPN menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan paling tinggi 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai prinsip tunggal. Perubahan tarif harus dikemukakan oleh Pemerintah kepada Dewan Perwakilan Rakyat dalam rangka pembahasan dan penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Menurut Priantara (2013) DPP adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar utnuk menghitung pajak yang terutang. PPN yang terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dasar

pengenaan pajak. Dasar pengenaan pajak meliputi Harga Jual, harga jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan barang kena pajak, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak. Penggantian, penggantian adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut UU PPN dan PpnBM dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean. Nilai Impor, Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pemungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabean dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut UU PPN dan PPnBM. Nilai Ekspor, Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta eksportir. Dan Nilai Lain yang ditetapkan dengan peraturan Menteri Keuangan. Dasar Pengenaan Pajak berupa nilai lain diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan hanya untuk menjamin rasa keadilan dalam hal harga jual, nilai pengganti, nilai impor, dan nilai ekspor sukar ditetapkan dan atau penyerahan BKP yang dibutuhkan oleh masyarakat banyak, seperti air minum dan listrik. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk Barang Kena Pajak tidak bergerak terjadi pada saat surat atau akta perjanjian yang mengakibatkan perpindahan hak atas barang tersebut ditandatangani oleh para pihak yang bersangkutan. Saat tersebut menjadi dasar penentuan saat terutang Pajak Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Namun demikian, dalam hal penyerahan hak atas barang tidak bergerak tersebut secara nyata telah terjadi meskipun surat atau akta perjanjian yang mengakibatkan perpindahan hak belum ditandatangani, penyerahan Barang Kena Pajak dianggap telah terjadi. Faktur Pajak dibuat pada saat terjadi penyerahan BKP di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha atau ekspor BKP Berwujud oleh PKP dan atau penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan; Penyerahan JKP didalam daerah Pabean yang dilakukan oleh

pengusaha; Ekspor BKP tidak berwujud atau ekspor BKP berwujud dan pada saat Ekspor JKP. Sebagai salah satu sumber penerimaan negara yang sangat potensial sektor pajak merupakan pilihan yang sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil tetapi juga merupakan cerminan partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Salah satu jenis pajak yang mempunyai peranan yang cukup besar pada penerimaan negara adalah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) yang telah beberapa kali mengalami perubahan dan penyempurnaan terakhir dengan perubahan ketiga sesuai Undang- Undang Nomor 42 tahun 2009. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) berhubungan langsung dalam melakukan penyerahan dan perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dan atau Jasa Kena Pajak (JKP) yang dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) berdasarkan Undang-Undang PPN. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang telah memiliki Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) yang terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak (PKP) diharuskan melaksanakan kewajiban perpajakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) setiap bulan sesuai dengan Peraturan Perpajakan yang berlaku. Pengusaha Kena pajak akan dikenai sanksi berdasarkan ketentuan yang diatur dalam peraturan bila diketahui pelaksanaan kewajiban perpajakannya sudah sesuai dengan peraturan perundangundangan. Kewajiban Wajib Pajak tidak hanya melaksanakan Undang-Undang tentang Pajak Pertambahan Nilai juga mematuhi Undang-Undang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang berlaku atas penyerahan Barang Kena Pajak maupun Jasa Kena Pajak adalah tarif tunggal sehingga mudah dalam pelaksanaannya yaitu 10% sesuai ketetapan undang-undang. Sesuai dengan namanya PPN hanya dikenakan atas pertambahan nilai yang timbul pada setiap penyerahan barang atau jasa pada suatu mata rantai produksi. Pertambahan nilai itu sendiri timbul karena dipakainya faktorfaktor produksi disetiap jalur produksi dalam menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan, dan memperdagangkan barang atau pemberian jasa kepada para konsumen. Barang Kena Pajak adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak maupun barang tidak berwujud yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang digunakan pada waktu perusahaan melakukan pembelian atas Barang Kena Pajak (BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) yang

dikenakan dari Dasar Pengenaan Pajak (DPP). Setiap pembelian barang yang ada hubungannya secara langsung dengan barang atau jasa yang akan dihasilkan/dijual, maka atas PPN yang dikenakan terhadap barang tersebut, oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) merupakan PPN Masukan yang sebesar 10% dari harga beli barang. Terhadap kegiatan penyerahan BKP/JKP maka PKP mengenakan PPN Keluaran dengan tarif 10% dari DPP penyerahan BKP/JKP. PT Unitex merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tekstil terpadu yang memproduksi kain yang dijual dan dipasarkan di dalam negeri dan di luar negeri. Ditinjau dari kegiatan usahanya, PT Unitex Tbk memperoleh bahan baku dengan cara membeli pada pihak lain dimana terdapat unsur PPN dalam transaksi tersebut. Selanjutnya melakukan kegiatan ekspor untuk jenis barang berupa kain yang sudah di produksi. Kegiatan atas penyerahan atau penjualan dalam negeri berupa kain dikategorikan sebagai Pajak Keluaran karena saat menjual kain PT Unitex Tbk harus memungut pajak. Tarif Pajak Keluaran yang diterapkan dalam PT Unitex Tbk sebesar 10% (Sepuluh Persen) atas kegiatan penyerahan atau penjualan kain didalam negeri. Tarif 0% (Nol Persen) dikenakan atas kegiatan ekspor kain ke luar negeri. PT Unitex Tbk telah dikukuhkan sebagai PKP dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.000.654.2-054.000, maka dari itu PT Unitex Tbk wajib melakukan pembuatan Faktur Pajak, penerapan tarif PPN, pengkreditan Pajak Masukan, menyetor dan melaporkan pajak terutang dan pengembalian kelebihan pembayaran pajak. METODOLOGI Transaksi keuangan merupakan suatu bentuk kegiatan ekonomi yang dapat mengubah posisi keuangan sebuah perusahaan yang bisa diukur dengan satuan uang tertentu atau satuan nilai tukar. Setiap transaksi menghasilkan sebuah bukti tertulis atas terjadinya tiap kegiatan yang disebut sebagai bukti transaksi. bukti transaksi dibedakan menjadi dua, bukti transaksi internal yaitu sebuah bukti transaksi yang terjadi didalam suatu perusahaan biasanya berupa memo dari pimpinan atau orang yang ditunjuk dan diberi kepercayaan dan bukti transaksi eksternal yaitu sebuah bukti transaksi yang melibatkan pihak luar perusahaan, biasa bukti-bukti tersebut seperti faktur, kwitansi, nota debet, cek, bilyet giro, rekening koran dan lain sebagainya. Menurut Sukrisno Agoes dan Estralitawati (2014,10), Akuntansi pajak, merupakan bagian dalam akuntansi yang timbul dari unsur spesialis yang menuntut keahlian dalam bidang tertentu. Akuntansi pajak tercipta karena adanya suatu prinsip dasar yang diatur dalam UU Perpajakan dan pembentukannya terpengaruh oleh fungsi perpajakan dalam

mengimplementasikan sebagai kebijakan pemerintah. Tujuan dari akuntansi pajak adalah menetapkan besarnya pajak terhutang berdasarkan laporan keuangan yang disusun oleh perusahaan. Akuntansi Pajak tidak memiliki standar seperti akuntansi keuangan yang diatur oleh Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) dalam Standar Akuntansi Keuangan). Akuntansi komersil disusu dan disajikan berdasarkan SAK. Namun untuk kepentingan perpajakan, akuntansi komersial harus disesuaikan dengan aturan perpajakan yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, jika terdapat perbedaan antara ketentuan akuntansi dengan ketentuan perpajakan untuk keperluan pelaporan dan pembayaran pajak, maka undang-undang perpajakan memiliki prioritas untuk dipatuhi agar tidak menimbulkan kerugian material bagi Wajib pajak yang bersangkutan. Menurut Priantara (2013) DPP adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, atau Nilai Lain yang dipakai sebagai dasar utnuk menghitung pajak yang terutang. Faktur Pajak dibuat pada saat terjadi penyerahan BKP di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha atau ekspor BKP Berwujud oleh PKP dan atau penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan; penyerahan JKP didalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha; Ekspor BKP tidak berwujud atau ekspor BKP berwujud; Ekspor JKP. Rekonsiliasi PPN Berdasarkan SPT Masa PPN Dan Laporan Keuangan. Menjelang laporan keuangan akhir tahun dan penyusunan SPT Badan 1771, hal yang perlu dilakukan adalah rekonsiliasi PPN dan PPnBM. Rekonsiliasi ini penting karena akan berhubungan langsung dengan pengakuan pendapatan perusahaan. Setiap bentuk penjualan (atau istilah pajak disebut juga penyerahan) akan menimbulkan pajak pertambahan nilai. Meskipun idealnya rekonsiliasi atas PPN ini dilakukan setiap bulan, tetapi rekonsiliasi di akhir tahunnya menjadi perlu sekali karena terkait dengan pengakuan pendapatan di SPT Badan 1771 nantinya. Sedangkan Ekualisasi pajak adalah pemeriksaan tingkat keseimbangan antara satu jenis pajak dengan jenis pajak yang lain yang memiliki hubungan. Yang dimaksud hubungan disini adalah elemen laporan suatu jenis pajak merupakan bagian dari laporan jenis pajak yang lain (baik itu sebagian maupun keseluruhan). Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan pajak keluaran pada masa pajak yang sama, dapat dikreditkan pada masa pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya masa pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan. Namun,

dalam hal telah melampaui jangka waktu yang dimaksud pajak masukan tetap dapat dikreditkan dengan cara pembetulan SPT masa PPN, sepanjang belum dibebankan sebagai biaya atau ditambahkan (dikapitalisasi) ke harga perolehan BKP tau JKP yang bersangkutan dan terhadap PKP belum dilakukan pemeriksaan (pasal 9 ayat 9 UU PPN 1984). PKP yang mempunyai peredaran usaha tidak melebihi jumlah tertentu dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan (peraturan menteri keuangan nomor 74/ PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010) apabila memenuhi syarat mempunyai peredaran usaha dalam dua tahun buku sebelumnya tidak melebihi Rp.1.800.000.000,00 untuk setiap satu tahun buku atau, Wajib Pajak baru dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Beberapa kemungkinan transaksi perolehan dan penyerahan BKP/JKP antara lain perolehan secara tunai dan secara kredit, terdapat diskon atau tidak, terjadinya retur barang atau tidak, terjadi penggantian Faktur Pajak yang mengakibatkan pembetulan SPT Masa PPN, kompensasi PPN lebih bayar ke masa berikutnya. Pemahaman saat terutang dan saat paling lambat penerbitan Faktur Pajak, khususnya Faktur Pajak standar menjadi hal penting yang harus diperhatikan oleh Wajib Pajak untuk melakukan pembukuan terkait dengan PPN secara benar. Akutansi PPN adalah akutansi yang kegiatannya unutk memenuhi ketentuan diatas dan bertujuan memberikan informasi bagi perusahaan untuk dapat menghitung, membayar, dan melaporkan mengenai PPN dan PPnBM yang terutang. PEMBAHASAN PT Unitex merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang tekstil terpadu yang memproduksi bahan baku kapas diproses menjadi benang dan diproses kembali menjadi kain dengan proses pertenunan. Setelah melewati beberapa proses produksi dari kapas, benang menjadi kain dengan proses pertenunan dan pencelupan warna, hasil produksi tersebut di jual dan dipasarkan di dalam negeri maupun luar negeri atau di lakukan proses ekspor dan penyerahan dalam negeri. PT Unitex telah dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak) dengan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) 01.000.654.2-054.000, maka dari itu PT Unitex berkewajiban melakukan pemenuhan Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan bisnis yang dijalankan tersebut yaitu dalam hal transaksi pembelian Barang Kena Pajak (BKP) dan/ Jasa Kena Pajak (JKP) dan penjualan Barang Kena Pajak (BKP), sehingga perusahaan memiliki kewajiban perpajakan terutama kewajiban Pajak Pertambahan Nilai yaitu melakukan perhitungan Pajak Keluaran

dan Pajak Masukan untuk mengetahui perusahaan mengalami kurang atau lebih bayar, melakukan pencatatan jurnal untuk transaksi pembelian dan penjualan, melakukan penyetoran atas pajak yang terhutang dan melakukan pelaporan untuk setiap masa pajak. Pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dimulai dari pembuatan Faktur Pajak. Perusahaan diwajibkan membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak karena telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak. Pada PT Unitex, faktur dibuat pada saat Penyerahan Barang Kena Pajak; Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan Barang Kena Pajak atau pembayaran uang dimuka; Penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan; Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada bendaharawan pemerintah yang ditunjuk sebagai pemungut PPN. Dalam PT Unitex membuat faktur pada saat penyerahan BKP dan saat penerimaan pembayaran dimuka. Namun, jika terjadi penjualan secara kredit, Faktur Pajak dibuat pada saat penerimaan angsuran atas transaksi kredit tersebut. PT Unitex mencatat terutangnya PPN pada saat diterbitkannya Faktur Pajak. Untuk kegiatan Ekspor, PT Unitex mendapatkan dokumen lain yaitu PEB (Pemberitahuan Ekspor Barang) untuk bukti persetujuan ekspor oleh pejabat yang berwenang dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang dilampiri dengan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan PEB tersebut. PEB tersebut merupakan bukti atas penyerahan BKP yang dilakukan oleh PT Unitex dan akan dikenakan PPN sebesar 0%. Atas setiap transaksi perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) oleh PT Unitex kepada atau dari pihak lain, maka PT Unitex memungut dan dipungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang disebut dengan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan dengan cara mengalikan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dengan tarif PPN 10% serta menerima dan menerbitkan Faktur Pajak sebagai bukti telah melakukan transaksi pembelian dan penjualan. Dalam menentukan DPP yang akan dikenakan kepada pelanggan PKP berbeda dengan DPP yang dikenakan kepada pelanggan non-pkp. Faktur Pajak Masukan yang diterima selama satu Masa Pajak dapat dikreditkan dengan Faktur Pajak Keluaran yang dipungut PT Unitex dalam Masa Pajak yang sama atau Masa Pajak berikutnya dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan. Apabila dalam satu Masa Pajak, Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak Keluaran, maka selisih atas lebih tersebut PT Unitex akan mengkompensasikan ke Masa Pajak berikutnya, sebaliknya apabila Pajak Masukan lebih kecil daripada Pajak

Keluaran, maka PT Unitex menyetorkan selisih kurang bayar tersebut ke Kas Negara. Table di bawah ini menyajikan penjabaran rekapan perhitungan Pajak Keluaran dan Pajak Masukan serta kurang atau lebih bayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas transaksi penyerahan dna perolehan Barang Kena Pajak (BKP) dalam Masa Pajak Januari - Desember selama tahun 2014.. Pada PPN yang lebih bayar PT Unitex mengajukan restitusi atas kelebihan pembayaran PPN tersebut. Ada berbagai kemungkinan penyebab mengapa terjadi kelebihan pembayaran, dimana nilai Faktur Pajak Masukan (Kredit PPN) lebih besar dibandingkan Faktur Pajak Keluaran. Hal ini paling banyak dialami oleh perusahaan (wajib pajak) yang melakukan penjualan ekspor PPN seperti PT Unitex Tbk ini yang dibayarkan atas pembelian bahan baku bila dilawankan dengan PPN atas penjualan ekspor yang tariff-nya nol, maka hasilnya pasti kelebihan kredit pajak. Kelebihan kredit pajak ini bisa dimohonkan pengembalian (restitusi)-nya. Pencatatan Pajak Pertambahan Nilai pada PT Unitex dilakukan berdasarkan kegiatankegiatan yang berhubungan dengan penyerahan dan perolehan Barang Kena Pajak (BKP). Bagian keuangan PT Unitex wajib melakukan pencatatan yang sesuai dengan PSAK yang berlaku. Pemungutan dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) ditempat kegiatan usaha, atau ditempat kedudukan perusahaan. Hal ini juga berlaku sama atas perolehan barang dan atau jasa. Jika perolehan tersebut berasal dari pembelian Barang Kena Pajak (BKP), maka akan diperhitungkan di tempat kegiatan usaha atau tempat kedudukan perusahaan. Pencatatan PPN Masukan dimulai dari penerimaan Faktur Pembelian dan Faktur Pajak dari perusahaan pemasok. Pada umumnya tanggal pembuatan Faktur Pembelian berbeda dengan tanggal penerbitan Faktur Pajak, hal ini dikarenakan adanya perbedaan dasar atau pedoman pembuatan kedua dokumendokumen tersebut. Faktur Pembelian diterima PT Unitex pada saat barang diterima, Faktur Pajak diterima PT Unitex pada saat pembayaran Perusahaan Pemasok, berdasarkan Peraturan Perpajakan yang memperbolehkan tanggal Faktur Pajak mundur 1 (satu) bulan setelah akhir bulan penyerahan barang terjadi apabila penjualan dilakukan secara kredit. Hal ini akan menimbulkan perbedaan pencatatan PPN pada Laporan Keuangan dengan Laporan Pajak. Pencatatan yang dilakukan oleh PT Unitex tentang transaksi penjualan tunai maupun kredit sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pengakuan pajak sudah sesuai dengan ketentuan saat terutangnya pajak pada Pasal 11 UU PPN bahwa terutangnya pajak terjadi pada saat

penyerahan BKP. Faktur pajak terbit pada saat terjadinya transaksi dan langsung diakui besarnya Pajak Keluaran. Hal ini juga sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1a) UU PPN bahwa Faktur Pajak dibuat pada saat penyerahan atau pada saat pembayaran yang terjadi sebelum penyerahan BKP. Dalam penerapann Pajak Pertambahan Nilai PT Unitex telah ditetapkan sebagai Pengusaha Kena Pajak mempunyai kewajiban untuk menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang diperoleh dari penyerahan Barang Kena Pajak. PT Unitex menggunakan SSP Standar karena SSP Standar merupakan SSP yang dapat digunakan untuk pembayaran semua jenis pajak yag dibayar melalui kantor penerima pembayaran yang belum terhubung secara online tapi masih berhak menerima pembayaran pajak. dan untuk penyetoran/pemungutan pajak khususnya PPN bendaharawan. PT Unitex membuat SSP Standar dalam 5 (lima) rangkap. PT Unitex melaporkan PPN yang harus disetorkan pada Masa Pajak berikutnya setelah terjadi transaksi agar PPN Masukan tersebut dapat dikreditkan dengan PPN Keluarannya. Pelaporan SPT Masa PPN sebagai sarana bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungan jumlah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM) yang terhutang. Mekanisme atau cara pengkreditan pajak masukan yang dilakukan perusahaan yaitu berpedoman pada tanggal faktur pajak. Langkah yang dilakukan perusahaan sudah tepat. agar pencatatan tidak terlalu overstated atau understated pada bulan yang bersangkutan. walaupun batas pengkreditan pajak yaitu 3 bulan atau sepanjang perusahaan belum dilakukan pemeriksaan. Dalam pelaporan SPT Masa PPN. PT Unitex telah melaporkan tepat waktu yaitu setiap tanggal 20. Menurut penulis. hal ini sudah baik karena perusahaan sudah termasuk WP yang taat pajak dan tidak mendapatkan sanksi karena telat melaporkan kewajiban pajaknya. SPT Masa PPN selurangkurangnya memuat jumlah DPP. jumlah Pajak Keluaran. jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. dan jumlah kekurangan atau kelebihan pajak. Pelaksanaan penyampaian SPT Masa PPN disampaikan langsung ke KPP menyerahkan SPTnya ke seksi bagian pelayanan atau ke tempat pelayanan terpadu. Petugas TPT/Penyuluhan menerima SPT baik yang disampaikan oleh perusahaan atau kuasanya. maupun SPT yang dikirim melalui pos atau ekspedisi dari KPP lain. Ketika SPT telah diterima oleh petugas TPT/Penyuluhan maka akan dilakukan pengecekan atas kelengkapan SPT apabila SPT-nya kurang lengkap maka petugas TPT/Penyuluhan mengembalikan SPT yang tidak lengkap kepada perusahaan. Dengan penjelasan

seperlunya (jika perusahaan menyampaikan secara langsung). jika kelengkapan SPT sudah terpenuhi petugas TPT/Penyuluhan menyerahkan lembar ke- 2 SPT kepada PKP sebagai tanda terima. Pada setiap periode akuntansi PT Unitex wajib melaporkan posisi keuangannya selama satu periode tersebut dalam suatu laporan keuangan. Laporan keuangan yang disajikan memiliki berbagai fungsi salah satunya adalah sebagai informasi bagi internal maupun eksternal perusahaan. Karenanya laporan keuangan wajib menyajikan data yang sesuai dengan keadaan perusahaan yang sebenarnya atau berdasarkan fakta yang ada. Agar laporan keuangan dapat disajikan secara akurat. kebijakankebijakan atau perlakuann akuntansi yang tepat dalam melaksanakan pembukuan merupakan hal yang sangat penting. Kebijakan akuntansi yang benar akan menjadikan pembukuan yang benar dan laporan keuangan yang disajikan tidak menyesatkan. Kebijakan akuntansi telah diterapkan secara konsisten dengan laporan keuangan tahunan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2014 yang telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia. Mata uang pelaporan yang digunakan oleh PT Unitex untuk penyusunan laporan keuangan adalah mata uang Dolar ($). Kewajiban dalam penyusunan laporan keuangan yang baik dan benar memerlukan aturan-aturan dalam setiap pencatatan transaksi yang dilakukan. PT Unitex telah melaksanakan perhitungan dan pencatatan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dengan benar. Dalam perhitungannya PT Unitex mengkalikan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dengan tarif PPN sebesar 10%. PPN Masukan dan PPN Keluaran yang terjadi dalam satu periode dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan disetorkan ke Kas Negara paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Dalam pencatatanya transaksi penjualan dan pembelian yang telah dilakukan. PT Unitex akan mendebet Pajak Masukan dan Mengkredit Pajak Keluaran. Dalam penyajian PPN dalam laporan keuangan. PT Unitex menyajikan PPN secara terpisah yaitu PPN Masukan pada aset lancar dalam laporan posisi keuangan. dan PPN Keluaran disajikan pada liabilitas dalam Laporan Posisi Keuangan. PPN Masukan yang tidak dapat dikreditkan adalah PPN yang dibayar atas transaksi yang tidak berhubungan dengan kegiatan usaha perusahaan. perolehan dan pemeliharaan aset tetap berupa kendaraan. dan faktur pajak yang tidak lengkap atau cacat. PPN yang tidak dapat dikreditkan merupakan beban yang dapat menjadi pengurang untuk perhitungan beban pajak penghasilan badan. Seperti kita ketahui PT Unitex Tbk sudah dikukuhkan menjadi PKP (Pengusaha Kena Pajak). PT Unitex Tbk

membuat Faktur Pajak atas setiap transaksi atau kegiatan penyerahan BKP maupun JKP baik penyerahan secara lokal atau ekspor. Faktur Pajak tetap dibuat meskipun terhadap penyerahan BKP atau JKP tersebut mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut maupun PPN Dibebaskan. UU perpajakan. khususnya UU KUP. tidak mentolerir keterlambatan pembuatan Faktur Pajak maka dari itu PT Unitex menerbitan Faktur Pajak tersebut tepat waktu sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan untuk menghindari denda bila terjadi keterlambatan penerbitan. Maka dari itu PT Unitex menetapkan Saat Penyerahan atau Ekspor BKP/JKP merupakan Saat Terutangnya PPN dan sekaligus merupakan Saat Pembuatan Faktur Pajak. SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan informasi serta penjabaran teori-teori yang berhubungan maka kesimpulannya yaitu Sebagai Pengusaha Kena Pajak yang sudah dikukuhkan PT Unitex memiliki kewajiban Pajak Pertambahan Nilai mulai dari penerbitan Faktur Pajak, menerima Faktur Pajak Masukan, melakukan pencatatan, perhitungan, pelaporan dan pembayaran sampai dengan penyajian laporan keuangan. Perlakuan akuntansi terhadap Faktur Pajak yang diterbitkan dan diperoleh yaitu dengan melakukan pencatatan jurnal untuk transaksi pembelian dan penjualan, melakukan penyetoran atas pajak yang terhutang dan melakukan pelaporan untuk setiap masa pajak. Menyelenggarakan pencatatan dan pembukuan perusahaan mengenai perolehan dan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP). Melakukan penjurnalan untuk mencatat Pajak Masukan dan Pajak Keluaran. Faktur Pajak dibuat untuk setiap penyerahan Barang Kena Pajak. Faktur Pajak dibuat pada saat terjadinya transaksi penyerahan BKP. PT Unitex membuat faktur pada saat penyerahan BKP dan saat penerimaan pembayaran dimuka. Namun, jika terjadi penjualan secara kredit, Faktur Pajak dibuat pada saat penerimaan angsuran atas transaksi kredit. Perlakuan akuntansi dan ketaatan perpajakan pada PT Unitex Tbk telah sesuai dengan Undang- Undang perpajakan yang berlaku, dalam perhitungan PPN, PT Unitex telah memperhitungkan dengan benar, yaitu dengan mengkalikan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) dengan tarif PPN sebesar 10%. PPN Masukan dan PPN Keluaran yang terjadi dalam satu periode dilaporkan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan disetorkan ke Kas Negara paling lambat pada akhir bulan berikutnya. Mekanisme pemungutan PPN yang dilakukan adalah saat faktur pajak diterbitkan. Faktur pajak diterbitkan pada saat penyerahan BKP ke pelanggan. Saat terutangnya PPN menurut perusahaan adalah saat penyerahan BKP.