BAB I PENDAHULUAN. postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking in), fase

dokumen-dokumen yang mirip
2015 GAMBARAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES PADA IBU NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. istimewa dalam kehidupan seorang calon ibu. Setiap pasangan menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. adalah saat yang paling menggembirakan dan ditunggu-tunggu setiap. perubahan tersebut mungkin relatif pada tiap-tiap wanita.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan terhadap wanita usia produktif. AKI merupakan jumlah kematian

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ

AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDAR LAMPUNG T.A 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas

BAB I PENDAHULUAN jiwa yang terdiri atas jiwa penduduk laki-laki dan

Proses Adaptasi Psikologi Ibu Dalam Masa Nifas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama mortalitas (Saefudin, 2002). AKI ini menggambarkan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan dan kelahiran anak adalah proses fisiologis, namun wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. 1. Konsep Pendidikan. Menurut Suhartono (2007) pendidikan

GAMBARAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES BERDASARKAN GEJALA DAN FAKTOR PENYEBAB PADA IBU NIFAS DI KELURAHAN MARGADANA DAN SUMUR PANGGANG

tingkat emosional. Tekanan psikologis setelah melahirkan merupakan gejala

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Marmi (2012), postpartum adalah masa beberapa jam sesudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Persalinan merupakan proses fisiologis yang dialami oleh hampir setiap

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis seorang

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir dengan melewati beberapa tahapan (Bahiyatun, 2008).

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DEPRESI PASCA MELAHIRKAN PADA KELAHIRAN ANAK PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. dengan masa nifas (Sulistyawati, 2009). Periode masa nifas meliputi masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimana terjadi penurunan hemoglobin (Hb) atau sel darah merah <11 gr/dl selama

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Diajukan Oleh : HIDAYATUL MUNAWAROH J.

METODE PENELITIAN. normal atau masa sebelum melahirkan (Wong & Perry, 2006). Sedangkan, postpartum blues

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan selanjutnya. (Manuaba,1998). dalam kehidupannya. Pengalaman baru ini memberikan perasaan yang

BAB II PEMBAHASAN. 2.1 Definisi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kematian ibu menjadi 102 per kelahiran hidup. Pembangunan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Periode postpartum merupakan masa transisi dan perubahan peran pada ibu baru

BAB I PENDAHULUAN. depresi. Kemunculan depresi ini diperikirakan setelah 1 tahun atau secepatnya dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. persalinan (WHO, 2008) merupakan periode penting bagi ibu dan bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Perawatan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gangguan postpartum depression. Depresi postpartum keadaan emosi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POSTPARTUM BLUES

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator dasar pelayanan kesehatan. terhadap wanita usia produktif adalah Angka Kematian

DEPRESI POSTPARTUM DALAM MENGHADAPI PERUBAHAN PERAN PADA IBU NIFAS Dewi Susilowati Dosen Poltekkes Kemenkes Surakarta Jurusan Kebidanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Goals (MDGs) dengan indikator menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB) dan

BAB I PENDAHULUAN. Persalinan adalah suatu proses mendorong keluar hasil konsepsi (janin, plasenta dan

Devi Kurniasari 1, Yetti Amir Astuti 2 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. dialami oleh perempuan daripada laki-laki, khususnya pada awal melahirkan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang dilahirkan harus aman dan sehat serta membawa kebahagiaan bagi ibu dan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masa nifas (puerperium), berasal dari bahasa latin, yaitu puer yang artinya bayi

LEMBAR PENJELASAN KEPADA RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. Keadaan kehamilan kembar sebetulnya abnormal yang mungkin terjadi

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. respon psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan). Sedang kan menurut

mempelajari berbagai hal. Dalam bidang ilmu kesehatan, bisa mempelajari salah satu peristiwa tersebut adalah kehamilan. Kehamilan dan persalinan

HUBUNGAN ANTARA KELANCARAN PENGELUARAN ASI DENGAN KEJADIAN POSTPARTUM BLUES DI WILAYAH PUSKESMAS TRUCUK II KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Target penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia kini pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai penerus keturunan keluarga. Kehamilan menurut Manuaba (2010) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko kesehatan. Risiko persalinan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesuburan atau infertilitas (Agarwa et al, 2015). Infertil merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat terwujud (Kemenkes, 2010). indikator kesehatan dari derajat kesehatan suatu bangsa, dimana kemajuan

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

BAB I PENDAHULUAN. pertolongan di fokuskan pada periode intrapartum (Saleha, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Ibu (AKI). AKI di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. ( Mochtar, 1998 ). Persalinan seringkali mengakibatkan perlukaan jalan lahir.luka

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

USIA DAN PARITAS DENGAN POSTPARTUM BLUES DI RSUD BANGIL PASURUAN 2014 HOSNOL KHOTIMAH Subject : Postpartum Blues, Usia, Paritas DESCRIPTION

BAB 1 PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu krisis maturitas yang dapat menimbulkan stres,

2. Perubahan fisik dan psikologis ibu pasca persalinan Selama periode persalinan ibu akan mengalami perubahan-perubahan, yaitu :

KETENANGAN IBU MEMPENGARUHI RASA NYAMAN BAGI BAYI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang. Menurut (World Health Organization,2012) kesehatan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan, seperti ibu hamil,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kanker payudara merupakan jenis kanker yang paling banyak ditemui

PERSALINAN BUATAN DENGAN POSTPARTUM BLUES CHILMIYAH ROSILANDA ABADAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perlunya kesehatan dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya serta dilindungi dari

2015 GAMBARAN BENDUNGAN ASI BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU NIFAS DENGAN SEKSIO SESAREA DI RUMAH SAKIT UMUM TINGKAT IV SARININGSIH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu kelebihan yang diberikan oleh Sang. Pencipta, Maha Kuasa kepada kaum wanita yang membedakannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu (Bobak, 2010:53). Periode

BAB I PENDAHULUAN. karena disertai nyeri berat, bahkan terkadang menimbulkan kondisi fisik dan mental yang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan di berbagai bidang khususnya di bidang

BAB I PENDAHULUAN. setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

GAMBARAN ADAPTASI PSIKOLOGIS IBU NIFAS DI DESA BANDUNG KECAMATAN DIWEK KABUPATEN JOMBANG

Gambaran Dukungan Keluarga Terhadap Kunjungan Masa Nifas

STIKES Nani Hasanuddin Makassar 2. STIKES Nani Hasanuddin Makassar 3. STIKES Nani Hasanuddin Makassar

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus. angka kejadian depresi cukup tinggi sekitar 17-27%, sedangkan di dunia

BAB I PENDAHULUAN. maternal (maternal mortality). Menurut definisi World Health Organization

BAB III METODE PENELITIAN. desain case control. Kasus kontrol adalah suatu penelitian (survei) analitik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah di atas batas normal, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari Angka Kematian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indikator derajat kesehatan masyarakat, tercermin dalam kondisi angka kematian,

KAJIAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY. A UMUR 17 TAHUN PIA0 DENGAN POST PARTUM BLUES DI SRAGEN

GAMBARAN PENGETAHUAN PRIMIPARA TENTANG PERDARAHAN POST PARTUM Sri Sat Titi Hamranani* ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Kanker adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsepsi sampai lahirnya janin lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9

HUBUNGAN KESIAPAN KEHAMILAN DENGAN KEJADIAN POST PARTUM BLUES PADA IBU NIFAS DI RSIA PRIMA HUSADA SIDOARJO. Nur Hidaayah

POSTPARTUM BLUES PADA PERSALINAN DI BAWAH USIA DUA PULUH TAHUN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009). Pendapat lain mengatakan bahwa postpartum adalah masa beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai minggu keenam setelah melahirkan dimana masa postpurtum dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira-kira enam minggu (Marmi, 2012). Periode postpartum adalah masa dimana tubuh akan mengalami perubahan baik fisiologis maupun psikologis. Proses adaptasi fisiologis yang terjadi pada ibu postpartum meliputi perubahan pada tanda-tanda vital, perubahan pada hematologi, perubahan pada sistem kardiovaskular, perubahan pada perkemihan, perubahan pada sistem penernaan, perubahan pada sistem musculoskeletal, perubahan pada sistem endokrin dan perubahan pada organ reproduksi, sedangkan proses adaptasi psikologis merupakan proses adaptasi postpartum yang terdiri dari tiga fase yaitu fase dependen (taking in), fase dependen-mandiri (taking hold), dan fase letting go (Piliteri, 2007; Bobak, Lowdermilk & Perry, 2005). 1

Perubahan tersebut merupakan perubahan yang normal terjadi pada seorang ibu yang baru saja melahirkan. Banyak kejadian-kejadian penting, mulai dari perubahan fisik, masa laktasi maupun perubahan psikologis dalam menghadapi keluarga baru. Kelahiran bayi juga merupakan suatu masa kritis bagi kesehatan seorang ibu, kelahiran bayi kemungkinan dapat menimbulkan masalah atau penyulit bagi sang ibu yang apabila tidak ditangani segera dengan efektif dapat membahayakan kesehatan bahkan mendatangkan kematian bagi ibu, sehingga masa postpartum ini sangat penting untuk dipantau (Syafrudin & Fratidhini, 2009). Menurut data World Health Organization (WHO, 2008), jumlah kematian ibu pada saat melahirkan mencapai 40.000 orang perbulan di dunia. Angka Kematian Ibu (AKI) di Asia tenggara menyumbang hampir sepertiga jumlah kematian ibu secara global. Di Indonesia (AKI) masih cukup tinggi, yaitu 228/100.000, dibanding dengan negara-negara asia tenggara lainnya. Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi masih menjadi tragedi yang terus terjadi (Depkes RI, 2012). Selama ini masih banyak tempat pelayanan kesehatan khususnya ruang bersalin hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik ibu tanpa mementingkan kondisi psikologis ibu. Padahal menurut Marshall (2006) mengungkapkan bahwa ada 3 jenis gangguan psikologis afek atau mood pada ibu yang baru melahirkan dari yang ringan sampai berat yaitu: baby blues syndrome, depresi postpartum, dan psikosis postpartum. Gangguan 2

afek atau mood yang paling sering dijumpai pada ibu yang baru melahirkan yaitu baby blues syndrome. Baby blues syndrome merupakan suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah persalinan dan memuncak pada hari ke tiga sampai ke lima dan menyerang dalam rentan waktu 14 hari terhitung setelah persalinan (Arifian, 2012). Baby blues syndrome ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan. Oleh sebab itu, gangguan ini sering tidak dipedulikan bahkan sering dianggap sebagai efek samping dari keletihan, sehingga tidak terdiagnosis dan tidak tertangani sebagaimana harusnya. Padahal apabila baby blues syndrome tidak kunjung reda keadaan ini akan berkembang menjadi depresi postpartum. Data dari penelitian di seluruh dunia secara tegas menunjukkan bahwa sekitar 50-75% wanita mengalami baby blues syndrome (Mansur, 2009). Baby blues syndrome menurut Lubis (2009), merupakan depresi ringan yang dialami ibu setelah melahirkan yang dipengaruhi oleh ketidaksiapan ibu untuk melahirkan, termasuk kesulitan menyusui, ketidakmampuan memandikan bayi dan kurangnya pengetahuan tentang menangani bayi. Baby blues syndrome merupakan masalah yang wajar terjadi setelah melahirkan (Murtiniingsih, 2012). Setiap wanita yang mengalami baby blues syndrome mengalami tingkatan kondisi yang berbeda, lebih lama perubahan sikap serta perilaku lebih parah dan sering itu juga disebut dengan baby blues syndrome (Murtiniingsih, 2012). 3

Angka kejadian baby blues syndrome di Asia cukup tinggi dan bervariasi yaitu antara 26-85%, secara global diperkirakan sekitar 20% wanita melahirkan menderita baby blues syndrome. Sedangkan di Indonesia itu sendiri angka kejadian baby blues syndrome antara 50-70% dari semua wanita pascasalin (Mirza, 2008). Beberapa penelitian juga sudah dilakukan di Indonesia tentang baby blues syndrome diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Krisdiana Wijayanti (2013) tentang gambaran faktor-faktor resiko postpartum blues di wilayah kerja puskesmas Blora menunjukan bahwa 48% wanita setelah melahirkan mengalami baby blues syndrome. Baby blues syndrome dapat terjadi pada semua ibu postpartum, mulai dari etnik, ras, primipara maupun multipara (Mansyur, 2014). Ibu primipara merupakan kelompok yang paling rentan mengalami baby blues syndrome dibanding ibu multipara atau grandemultipara. Penelitian Machmudah (2010) menyebutkan bahwa dari 37 ibu primipara atau skitar 14% mengalami baby blues syndrome, sedangkan 65 ibu multipara atau jika di prosentase kan sejumlah 12% mengalami baby blues syndrome. Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues syndrome yaitu faktor psikologis yang meliputi dukungan keluarga khusunya suami. faktor demografi yang meliputi usia dan paritas, factor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas mengasuh bayi, meyusui, memandikan, mengganti popok, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan, status perkawinan (Nirwana, 2011). Penelitian yang dilakukan oleh Lina Wahyu Susanti (2016) tentang faktor terjadinya baby blues 4

syndrome pada ibu nifas BPM Suhatmi Puji Lestari menunjukan bahwa kesiapan kehamilan, dukungan sosial dan keluarga serta keadaan ekonomi merupakan beberapa faktor penyebab terjadinya baby blues syndrome. Allades Monalisa Jayasima dkk (2014) dengan judul penelitian yang berjudul postpartum blues pada kelahiran anak pertama menunjukan bahwa kedua subjek yang mengalami baby blues syndrome cenderung disebabkan oleh faktor psikososial, dimana kedua subjek kurang mendapat dukungan dari orang terdekat. Kondisi lain yang mendukung terjadinya baby blues syndrome selain yang telah disebutkan di atas adalah respon dari ketergantungan karena kelemahan fisik, harga diri rendah karena kelelahan, jauh dari keluarga, ketidaknyamanan fisik dan ketegangan dengan peran baru terutama pada perempuan yang tidak mendapat dukungan dari pasangannya (Bobak, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi baby blues syndrome biasanya tidak berdiri sendiri sehingga gejala dan baby blues syndrome sebenarnya adalah suatu mekanisme multifaktorial. Gejala Baby Blues Syndrome ditandai dengan reaksi depresi atau sedih, menangis, mudah tersinggung, cemas, perasaan yang labil, cenderung menyalahkan diri sendiri, gangguan tidur dan gangguan nafsu makan (Marmi, 2012). Ibu yang mengalami Baby Blues syndrome biasanya tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut, tidak mau makan, sering berganti mood, mudah 5

tersinggung dan terlalu sensitif, tidak bergairah dan masih banyak lagi perubahan perilaku. Ibu yang mengalami baby blues syndrome biasanya akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri karena mengalami ketidakseimbangan dalam diri ibu yang telah melewati persalinan. Sehingga untuk menyeimbangkan dan menyesuaikan diri diperlukan adanya perilaku coping yang dapat membantu ibu postpartum dalam kondisi seimbang, sehingga tidak mengalami gangguan dalam tahap perkembangannya yaitu postpartum depression dan postpartum psikosis (Hasjanah, 2013). Penelitian Silvidra Silaen (2014) tentang mekanisme koping ibu yang mengalami postpartum blues menunjukan bahwa ada dua mekanisme coping yang digunakan ibu yang mengalami baby blues syndrome yaitu coping adaptif dan coping maladaptif. Koping adaptif yang digunakan antara lain bercerita dengan suami, keluarga dan orang lain, menggambil hikmat dari sakitnya, memanfaatkan dukungan sosial, mencari dukungan spritual (berdoa), dan mencari informasi, sedangkan koping maladaptif yaitu sering makan, sering tidur, melamun, menyendiri dan menonton. Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja puskesmas Karanganyar, diperoleh data rekam medis Puskesmas Karanganyar pada tahun 2015 terjadi persalinan sebanyak 545 persalinan, sedangkan pada tahun 2016 mengalami peningkatan persalinan yaitu 6

sebanyak 612 persalinan. Dari hasil observasi dan wawancara peneliti terkait konsultasi ibu postpartum kepada bidan di puskesmas terdapat 2 orang ibu postpartum memiliki ciri-ciri yang terkena baby blues syndrome. Peneliti juga melakukan wawancara kepada 2 partisipan yang mengalami baby blues syndrome. Dari hasil wawancara, partisipan mengungkapkan bahwa mereka merasa sedih, marah, cemas dan gelisah memikirkan tentang bagaimana merawat anak di rumah bahkan menyesal dengan kelahiran bayi, juga penambahan beban perekonomian keluarga yang semakin meningkat, sehingga hal ini membuat partisipan kesulitan tidur dan terkadang ingin menangis. Saat ditanya tentang apa yang menyebabkan mereka mengalami baby blues syndrome, salah satu ibu mengatakan bahwa ia merasa bahwa anak itu sebagai penyebab dirinya tidak bisa bebas bermain lagi seperti dulu. Berdasarkan uraian diatas, meskipun baby blues syndrome merupakan gangguan psikologi yang ringan, namun apabila tidak ditangani dengan baik dapat berkembang menjadi gangguan psikologi yang lebih berat. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengambil judjul tentang pengalaman kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum. B. Rumusan Masalah Masa postpartum masa ketika terjadi perubahan pada wanita yang baru saja melahirkan, baik perubahan fisiologis, psikologis, maupun sosiokultural dan spiritual. Baby blues syndrome juga mengakibatkan masalah-masalah yang negatif 7

pada ibu dan bayinya. Selama ini masih banyak tempat pelayanan kesehatan khususnya ruang bersalin hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisik ibu tanpa mementingkan kondisi psikologis ibu. Atas dasar kesimpulan diatas, maka penelitian tentang pengalaman baby blues syndrome menjadi penting dilakukan mengingat konsekuensinya. Terjadinya baby blues syndrome sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan bayi, keberlangsungan hidup ibu serta dapat menjadi masalah kesehatan ibu dan bayi, sehingga dapat menjadi masukan dalam perencanaan penanganan baby blues syndrome serta gangguan jiwa lainnya pada ibu bersalin di Puskesmas Karanganyar. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menggambarkan pengalaman baby blues syndrome pada ibu postpartum di wilayah kecamatan Karanganyar. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui faktor penyebab baby blues syndrome pada ibu postpartum b. Untuk menggambarkan gejala-gejala apa saja yang di alami oleh ibu postpartum yang mengalami baby blues syndrome. 8

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Sebagai media pembelajaran, dapat memberikan pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan dalam penelitian sehingga dapat dijadikan pedoman dalam penelitian selanjutnya. 2. Bagi Responden Peneliti berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi responden sebagai media informasi tentang baby blues syndrome, sehingga berguna bagi masyarakat pada umumnya, dan tingkat kejadian baby blues syndrome bisa dicegah. 3. Bagi Dinas Kesehatan dan Institusi Terkait Peneliti berharap penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan terhadap masyarakat pada umumnya, dan ibu hamil pada khususnya tentang baby blues syndrome dan cara pencegahannya, bagi kecamatan karanganyar khususnya Puskesmas Karanganyar sebagai tempat penelitian dapat dijadikan masukan sebagai pembuatan SOP tentang penanganan pada ibu pasca persalinan yang mengalami baby blues syndrome. 9

E. Penelitian Terkait 1. Krisdiana wijayanti (2013) dengan penelitiannya yang berjudul gambaran faktor-faktor resiko postpartum blues di wilayah kerja puskesmas Blora dengan penelitian deskriptif dengan hasil penelitian menyebutkan bahwa sekitar 48,6% ibu postpartum mengalami baby blues syndrome dengan berbagai faktor penyebab di antaranya yaitu paritas sebanyak 61,43%, pendapatan keluarga sebanyak 64,3%, pekerjaan sebanyak 62.9%, pendidikan sebanyak 53%, dukungan keluarga 91.4%, jenis persalinan 58%, riwayat premenstrual syndrome 58.6%, dan menyusui sebanyak 100%. Persamaan peneliti dengan penelitian Krisdiana yaitu sama-sama meneliti tentang faktor apa saja yang menyebabkan ibu postpartum mengalami baby blues syndrome. Sedangkan yang menjadi pembeda dalam penelitian ini yaitu metode penelitian, tempat, waktu dan lokasi penelitian. 2. Lina Wahyu Susanti (2016) dalam penelitiannya yang berjudul faktor terjadinya baby blues syndrom pada ibu nifas di BPM Suhatmi Puji Lestari, penelitian yang menggunakan metode studi deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya Baby Blues Syndrome pada ibu nifas. Menurut hasil penelitian faktor penyebab baby blues syndrome adalah persiapan kehamilan, dukungan suami dan keluarga serta kondisi ekonomi dan social. Dari hasil penelitian didapatkan 34 respoden yang mengalami baby blues syndrome sebanyak 10

20 responden yang tidak menginginkan kehamilannya sehingga factor persiapan kehamilan merupakan factor penyebab baby blues syndrome, 23 responden tidak mendapat dukungan dari suami dan keluarga, 15 responden mempunyai pendapatan yang kurang sehingga dukungan suami dan keluarga serta keadaan ekonomi merupakan factor penyebab baby blues syndrome. Persamaan penelitian Lina Wahyu Susanti dengan peneliti adalah sama-sama meneliti tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadi baby blues syndrome. Sedangkan yang menjadi pembeda yaitu metode penelitian, tempat, waktu dan lokasi penelitian. 3. Silaen, S. Misrawati & Nurcahyati, S, (2014). Dengan penelitiannya yang berjudul mekanisme koping ibu yang mengalami baby blus syndrome. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Penelitian ini menggunakan dua jenis instrumen yang dibuat, yaitu instrumen berupa kuesioner data demografi dan kuesioner The Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) serta daftar pertanyaan terbuka untuk wawancara. Persamaan penelitian Silvrida Silaen, Misrawati, Sofiana Nurchayati (2014) dengan peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sedangkan yang menjadi perbedaan penelitian Silvrida Silaen, Misrawati, Sofiana Nurchayati (2014) dengan peneliti yaitu tempat, waktu, lokasi dan partisipan penelitian. 11

4. Jayasima, A.M., Deliana S.M, & Mabruri, M.I, (2014). Dengan penelitian yang berjudul postpartum blues syndrome pada kelahiran anak pertama dengan metode penelitian wawancara (interview) dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kedua subjek mengalami postpartum blues yang kemunculannya disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang cenderung berperan dari kedua subjek adalah faktor latar belakang psikososial, dimana kedua subjek kurang mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat. Faktor lain yang juga mencolok, pada subjek pertama adalah faktor pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan, dan pada subjek kedua merupakan faktor fisik. Persamaan penelitian Sri Maryati Deliana, Moh Iqbal Mabruri Allades, Monalisa Jayasima (2014) dengan peneliti yaitu sama-sama menggunakan metode wawancara dan observasi, sedangkan yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini yaitu penelitian Sri Maryati Deliana, Moh Iqbal Mabruri Allades, Monalisa Jayasima hanya menjadikan ibu postpartum primipara sebagai partisipan sedangkan peneliti menjadikan semua ibu postpartum yang pernah mengalami baby blues syndrome sebagai partisipan. Adapun tempat, waktu dan lokasi juga menjadi pembeda dalam penelitian. 12