I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat ortodontik sekarang banyak digunakan di masyarakat luas. Kesadaran terhadap penampilan wajah dan daya tarik seseorang berpengaruh pada meningkatnya permintaan perawatan ortodontik (Erwansyah, 2012). Perawatan ortodontik merupakan bidang kedokteran gigi yang memiliki peran penting dalam memperbaiki estetik wajah (Lau dan Wong, 2006) dan juga untuk memperbaiki susunan gigi geligi sehingga dapat berfungsi dengan normal (Ayuditha, 2010). Anak-anak, dewasa, dan paruh baya menggunakan alat ortodontik selain untuk memperbaiki estetika dan memperbaiki susunan gigi-geligi, tak jarang menggunakan alat ortodontik cekat sebagai bagian dari tren atau gaya hidup (Ay dkk., 2007; Ayuditha, 2010). Penggunaan alat ortodontik khususnya alat ortodontik cekat dapat menimbulkan permasalahan seperti terjadinya plak dan menyebabkan karies (Singh, 2008). Permasalahan ini timbul diakibatkan karena kondisi rongga mulut yang berubah saat seseorang mengunakan alat ortodontik, yaitu: komponen alat ortodontik menjadi titik tempat plak berakumulasi (Al-Anezi dan Harradine, 2012), serta alat ortodontik cekat yang selalu menempel pada gigi dan desain yang rumit akan mempersulit dilakukannya pembersihan gigi (Singh, 2008). Kondisi tersebut akan mengakibatkan meningkatnya plak gigi yang berisi akumulasi bakteri dan dapat mengakibatkan kerusakan gigi seperti karies (Ay dkk., 2007). 1
Pemeliharaan kebersihan mulut sangat penting dalam keberhasilan perawatan ortodontik, agar mendapat hasil perawatan memuaskan dan mencegah kemungkinan terjadinya komplikasi (Ayuditha, 2010). Kontrol plak yang teratur diperlukan untuk menjaga kebersihan mulut selama perawatan ortodontik cekat (Al-Anezi dan Harradine, 2012). Upaya pengendalian plak gigi dapat dilakukan melalui dua cara yaitu secara mekanis dan kimiawi. Cara mekanis adalah dengan menyikat gigi, sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan obat kumur dan pasta gigi (Shah, 2002). Pasta gigi adalah bahan yang digunakan untuk membantu sikat gigi dalam membersihkan deposit pada permukaan gigi. Hampir semua pasta gigi dipromosikan dengan lebih dari satu bahan aktif (terapeutik), seperti bahan antibakteri (Storehagen dan Midha, 2003). Bahan antibakteri merupakan bahan yang mengganggu pertumbuhan dan metabolisme bakteri termasuk penghambatan pertumbuhan bakteri (Pelczar dan Chan, 1988), sedangkan daya antibakteri adalah kemampuan suatu bahan dalam membunuh bakteri (bakterisid) atau menghambat pertumbuhan bakteri (bakteriostatik) (Jawetz dkk., 2008). Pasta gigi banyak beredar di pasaran dan berkembang dengan berbagai macam kandungan serta kelebihan yang ditawarkan (Mangundjaja dkk., 2001) salah satunya seperti pasta gigi ortodontik. Pasta gigi ortodontik memiliki kelebihan dibandingkan dengan pasta gigi non ortodontik. Pasta gigi ortodontik merupakan pasta gigi yang dikembangkan terutama guna membantu mengurangi permasalahan pada rongga mulut yang timbul pada pasien akibat pemakaian alat cekat atau kawat gigi (Yordan dkk., 2
2013). Salah satu produsen pasta gigi mempunyai produk pasta gigi ortodontik dan non ortodontik. Kedua macam pasta gigi tersebut sama-sama mengandung enzim amiloglukosidase (AMG), gluko oksidase (GO), laktoperoksidase (LPO), potassium tiosianat (KSCN), lisozim, laktoferin, dan kolostrum (Anonim b, 2012). Perbedaannya terdapat pada kandungan kolostrum pada pasta gigi ortodontik 10 kali lebih banyak dibandingkan pasta gigi non ortodontik, serta kandungan xylitol yang hanya terdapat pada pasta gigi non ortodontik. Enzim AMG, GO, dan LPO berperan mengembalikan fungsi alamiah sistem laktoperoksidase di dalam air ludah. Sistem enzimatik ini berfungsi untuk membentuk hidrogen peroksida yang akan bereaksi dengan tiosianat membentuk hipotiosianat yang mampu menghambat pertumbuhan bakteri. Lisozim dan laktoferin dapat menghambat metabolisme bakteri (Amerongen, 1991). Kolostrum dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Ahmed dkk., 2004). Xylitol dapat mengganggu metabolisme bakteri, pertumbuhan, perlekatannya dan memicu remineralisasi pada lesi karies (Imfeld, 1994). Parwati (2013) pernah melakukan penelitian dan menyebutkan bahwa pasta gigi ortodontik yang mengandung enzim memiliki daya hambat terhadap bakteri Streptococcus mutans (in vitro). Kerja enzim AMG dan GO pasta gigi yang mengandung enzim pada penelitian tersebut tidak optimal karena pada penelitian tidak menggunakan saliva sebagai pensuplai kandungan air yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kestabilan kerja enzim. Keberadaan bakteri pada rongga mulut sebenarnya merupakan flora normal dalam keadaan setimbang pada orang yang tidak menggunakan alat ortodontik, namun pada pemakai alat ortodontik cekat, keadaannya menjadi 3
berbeda karena menyebabkan bakteri lebih mudah berkembang biak (Mathewson dan Primosch, 1995). Rata-rata plak pada pasien ortodontik lebih tinggi 2 sampai 3 kali dari orang tanpa menggunakan alat ortodontik cekat (Klukowska dkk., 2011). Bakteri di dalam plak yang dapat menyebabkan karies gigi adalah S. mutans, Lactobacillus sp. dan Actinomyces (Yuehuei, 2000). Spesies utama yang dapat menyebabkan karies gigi dari Lactobacillus sp. adalah L. acidophilus. Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri berbentuk batang besar, gram positif, aspora, dan bersifat acidogenic (Samaranayake, 2006). Lactobacillus memetabolisme karbohidrat menjadi asam dalam waktu yang relatif singkat dan menciptakan ph yang rendah pada rongga mulut. Lingkungan menjadi asam dan bakteri Lactobacillus dapat berkembang dan melakukan metabolisme secara optimal (Samaranayake, 2006). Lactobacillus acidophilus menghasilkan asam laktat yang dapat melarutkan mineral gigi (Pratiwi, 2007), kemudian membentuk white spot yang selanjutnya dapat berkembang menjadi karies gigi (Ay dkk., 2007). Pendapat lain mengatakan bahwa Lactobacillus berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies, sedangkan Streptococcus mutans berperan dalam inisiasi terjadinya karies gigi (Willet dkk.,1991). Pertumbuhan bakteri plak pada pengguna alat ortodontik terutama ortodontik cekat perlu dihambat salah satunya dengan pasta gigi baik pasta gigi ortodontik maupun pasta gigi non ortodontik yang mengandung bahan antibakteri. Penelitian ini untuk melihat perbedaan efektivitas pasta gigi ortodontik dan non ortodontik terhadap pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus. 4
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang timbul suatu permasalahan: Apakah terdapat perbedaan antara efektivitas pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik terhadap pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus? C. Keaslian Penelitian Sepengetahuan peneliti penelitian tentang perbandingan efektivitas pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik terhadap pertumbuhan bakteri L. acidophilus belum pernah dilakukan. Penelitian yang menjadi rujukan adalah penelitian Parwati (2013) tentang perbedaan daya hambat pasta gigi ortodontik dan pasta gigi non ortodontik terhadap S. mutans. Pasta gigi yang mengandung enzim yang digunakan memiliki bahan antibakteri yang sama kecuali satu yaitu terdapat kolostrum hanya pada pasta gigi ortodontik. Hasil penelitiannya adalah pasta gigi ortodontik memiliki daya hambat lebih besar dibandingkan pasta gigi non ortodontik pada merek yang sama dan disebutkan juga bahwa kerja pasta gigi yang mengandung enzim kurang optimal karena pada penelitian tidak menggunakan saliva. Penelitian lain yang menjadi rujukan adalah penelitian Wiradiputra (2011) tentang pengaruh pasta gigi yang mengandung kolostrum sapi terhadap S. mutans. Penelitian tersebut menggunakan pasta gigi yang dibuat sendiri dicampur dengan berbagai macam konsentrasi kolostrum sapi. Penelitian yang akan dilakukan peneliti kali ini akan menggunakan pasta gigi ortodontik dan non ortodontik yang mengandung enzim yang memiliki bahan antibakteri yang sama kecuali xylitol yang hanya terdapat pada pasta gigi non ortodontik, terhadap 5
pertumbuhan L. acidophilus. Lactobacillus acidophilus dan S. mutans dan merupakan bakteri yang menghasilkan asam laktat yang dapat melarutkan mineral gigi (Samaranayake, 2006). Willet dkk (1991) mengatakan bahwa S. mutans memiliki peran dalam inisiasi terjadinya karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp. berperan pada proses perkembangan karies. Penelitian ini juga akan menambahkan saliva agar kerja enzim pada pasta gigi lebih optimal. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan antara efektivitas pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik terhadap pertumbuhan bakteri Lactobacillus acidophilus. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Diketahui perbedaan efektivitas pasta gigi ortodontik dengan pasta gigi non ortodontik terhadap pertumbuhan bakteri. 2. Memberi referensi penggunaan pasta gigi yang tepat dan memiliki efek antibakteri terutama pada pasien yang menggunakan alat ortodontik cekat sehingga dapat mengurangi plak gigi dan didapatkan hasil perawatan yang memuaskan. 6