III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

BAB 1 PENDAHULUAN. (RTRW Kab,Bandung Barat)

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODE PENELITIAN

PENGEMBANGAN AGROWISATA BALAI BENIH INDUK HORTIKULTURA KECAMATAN PEKALONGAN KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di Kawasan Wisata Pantai Tanjung Pasir,

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti oleh penulis. Lokasi penelitian dilakukan di Swalayan surya pusat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB IV PEMBAHASAN ANALISIS SWOT MENARA SUCI TOUR AND TRAVEL DAN SHAFIRA TOUR AND TRAVEL. Pendapatan Jumlah jamaah Pendapatan Jumlah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

MATERI 3 ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menjelaskan sesuatu melalui sebuah penelitian (Ulum dan Juanda, 2016).

BAB IV METODE PENELITIAN PARIWISATA SPIRITUAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

STRATEGI PENGEMBANGAN KERIPIK SINGKONG BALADO PADA UKM PUNDI MAS DI KOTA PALU

BAB III METODE PENELITIAN. atau Sagela Pengucapaan yang sering di pakai masyarakat Gorontalo ini, terletak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi The Venue Concert Hall Kota Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. Gunung Bodas yang berada pada ketinggian 765m diatas permukaan laut. Batas wilayah Kampung Adat Ciptarasa:

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV STRATEGI PENGELOLAAN MAJALAH "AL MIHRAB" DALAM PENGEMBANGAN DAKWAH DENGAN ANALISIS SWOT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu metode

BAB III METODE PENELITIAN. berada di Jalan Lembah Pakar Timur 28, Dago Bandung. 2 Masa Bimbingan. 5 Kuesioner. 6 Pengolahan Data.

Jenis data Indikator Pengamatan Unit Sumber Kegunaan

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN. I S K A N D A R I N I Fakultas Pertanian Jurusan Sosial Ekonomi Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tepatnya di Jalan Raya Soekarno-Hatta Km 30, PO BOX 119 Ungaran, 50501

BAB. III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

ANALISIS STRATEGI PEMASARAN LISTRIK PRABAYAR PADA PT. PLN (Persero) RAYON TAMBUN - BEKASI

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Secara etimologis, istilah research berasal dari dua kata, yaitu re dan

Seminar Nasional IENACO ISSN: STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING DESTINASI WISATA DAERAH TERTINGGAL

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

PENDAHULUAN. Supriadi R 1), Marhawati M 2), Arifuddin Lamusa 2) ABSTRACT

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

ANALISIS PEMECAHAN MASALAH DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN ISKANDARINI. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. atau menggambarkan sesuatu hal, misalnya keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, dan

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI. (c)foto Satelit Area Wisata Kebun Wisata Pasirmukti

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

BAB III METODE PENELITIAN. metode analisis deskriptif dimana dalam metode ini penelitan bersifat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Variabel. Konsep dasar dan definisi operasional variabel adalah pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Mamuju, mengambil fokus peningkatan kualitas SDM. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2016.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

Sumber: Anonim (2011) Gambar 2. Peta Lokasi Ocean Ecopark Ancol

BAB III METODE PENELITIAN. wawancara di lokasi penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Dusun

B. Identifikasi Kelemahan (Weakness). Sedangkan beberapa kelemahan yang ada saat ini diidentifikasikan sebagai berikut: Sektor air limbah belum

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan untuk maksud penjajagan, deskriptif eksploratif, penjelasan, evaluasi, prediksi, penelitian operasional, pengembangan indikator-indikator. Pada penelitian ini menggunakan penelitian penjajagan. Berdasarkan pengertiannya metode penelitian ini bersifat terbuka, masih mencaricari. Pengetahuan tentang masalah yang akan diteliti masih terlalu tipis untuk dapat melakukan studi deskriptif. Penghimpunan fakta yang dilakukan terhadap suatu fenomena tertentu yang didasarkan pada faktual data yang diperoleh dari survei baik berupa informasi langsung maupun tidak langsung mengenai potensi yang ada di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014. Kemudian data diklasifikasikan sesuai dengan tujuannya, yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan deskriptif kualitatif.

26 B. Objek Penelitian Objek adalah apa yang akan diselidiki dalam kegiatan penelitian. Apabila dilihat dari sumbernya objek dalam penelitian kualitatif menurut Sparadley disebut social situation atau situasi sosial yang terdiri dari 3 elemen yaitu tempat (place), pelaku (aktor), dan aktivitas (aktivity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2010:199). Objek dalam penelitian ini adalah pengembangan objek wisata meliputi potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya, potensi wisata yang bersifat bisnis dan ekonomi, fasilitas wisata, dan aksesibilitas di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. C. Subjek Penelitian Suharsimi Arikonto (1989) memberi batasan subjek penelitian sebagai benda, hal atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat, dan yang dipermasalahkan. Dalam sebuah penelitian, subjek penelitian memiliki peran yang sangat strategis karena pada subjek penelitian, itulah data tentang variabel yang penelitian akan amati. Dapat diambil kesimpulan bahwa subjek penelitian adalah sesuatu yang diteliti baik orang, benda, ataupun lembaga (organisasi). Subjek dalam penelitian ini adalah agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur. Terdiri dari wisatawan, pengelola objek, dan juga masyarakat yang ada di sekitar objek agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH). Teknik pengambilan sampelnya secara sampling aksidental, yaitu cara memperoleh sampel

27 berdasarkan siapa saja yang kebetulan ditemui pada saat melakukan penelitian. Adapun jumlah responden yaitu untuk wisatawan berjumlah 20 orang, baik lakilaki maupun perempuan. Agar tidak terjadi pengelompokan jawaban yang sama dan diperoleh gambaran yang bersifat umum, maka wisatawan yang bersifat rombongan akan diambil beberapa responden saja sebagai perwakilan. Responden masyarakat sebanyak 15 orang baik laki-laki maupun perempuan, yang ditujukan kepada masyarakat Desa Tulus Rejo karena desa ini merupakan lokasi agrowisata BBIH Kecamatan Pekalongan Kabupaten Lampung Timur. Untuk pengambilan data kepada pihak pengelola ditujukan kepada Kepala Agrowisata BBIH Pekalongan, Penanggung Jawab Agrowisata, Petugas Lapangan, dan Petugas Agrowisata yang keseluruhannya berjumlah 4 orang. D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Penelitian Variabel adalah segala sesuatu yang menjadi objek penelitian, sering juga disebut sebagai variabel penelitian yang merupakan hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian, yang menunjukkan variasi, baik secara kuantitatif maupun kualitatif (Suharsimi Arikunto, 2006:10). Menurut Sugiyono (2010:38) bahwa variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dari pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa variabel dalam penelitian adalah segala sesuatu yang dapat dijadikan objek pengamatan baik yang bersifat

28 fisik maupun sosial. Variabel dalam penelitian ini adalah potensi wisata pada agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014. 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel penelitian adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel (Sofian Effendi dan Masri Singarimbun, 1989:46). Variabel dalam penelitian ini adalah potensi wisata pada agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur Tahun 2014, yaitu potensi wisata yang bersifat panorama alam, potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya, potensi wisata yang bersifat bisnis/ekonomi, fasilitas wisata dan aksesibilitas. a. Potensi yang Bersifat Panorama Alam Potensi wisata yang bersifat panorama alam di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu pemandangan alam, keindahan air danau, dan juga suhu udara di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH). b. Potensi yang Bersifat Sosial dan Budaya Potensi wisata yang bersifat sosial dan budaya yang terdapat di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur dapat dilihat dari indikator yaitu nilai-nilai budaya tradisional atau modern yang sudah dikembangkan oleh pihak pengelola seperti tari-tarian tradisional maupun modern serta pergelaran seni lainnya yang dipentaskan di agrowisata,

29 hasil kerajinan tangan khas daerah setempat, dan arsitektur bangunan asli daerah Lampung. c. Potensi yang Bersifat Bisnis/Ekonomi Potensi bersifat bisnis dan ekonomi yang terdapat di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Kecamatan Pekalongan, Kabupaten Lampung Timur bisa dilihat dengan indikator produksi kripik singkong, penjualan bibit bunga serta buah, dan adanya kantin yang dikembangkan atau dikelola oleh masyarakat sekitar. d. Fasilitas Fasilitas wisata yang dimaksud adalah tersedianya berbagai kebutuhan yang diperlukan pengunjung untuk kenyamanan. Dalam penelitian ini ketersediaan fasilitas yang berupa tempat penginapan, warung makan, tempat beristirahat, tempat beribadah, tempat rekreasi, area parkir, pos penjaga, dan fasilitas pendukung lainnya dapat diklasifikasikan menjadi lengkap, kurang lengkap, dan tidak lengkap. Dikatakan lengkap jika seluruh indikator tersebut tersedia dan dapat digunakan dengan baik, dikatakan kurang lengkap jika tersedia dengan keadaan yang kurang baik, dan dikatakan tidak lengkap apabila tempat wisata ini tidak menyediakan fasilitas wisata. e. Aksesibilitas Aksesibilitas dapat diukur dengan indikator kondisi jalan, jarak tempuh, jaringan transportasi, waktu tempuh, dan lokasi objek wisata.

30 E. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan menggunakan jalan mengamati, meneliti atau mengukur kejadian yang sedang berlangsung (Kusmayadi, 2000:84). Teknik observasi langsung dilakukan dengan mengamati kondisi fisik, daya tarik, aksesibilitas dan tingkat keterjangkauan agrowisata BBIH Pekalongan yang ada. 2. Wawancara Terstruktur Teknik wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan yang belum ada atau kurang jelas dari data yang sudah ada. Interview atau wawancara merupakan teknik mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (Kusmayadi, 2000:150). Wawancara dilakukan dengan mendatangi instansi terkait menggunakan pedoman wawancara tersusun. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data dari pengelola mengenai daya tarik yang ada, serta sarana dan prasarana yang tersedia, pada agrowisata BBIH Pekalongan. 3. Dokumentasi Teknik dokumentasi adalah teknik untuk melengkapi data dalam rangka analisa masalah yang sedang diteliti. Informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dengan objek yang dipelajari. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data yang berupa kondisi umum agrowisata BBIH Pekalongan, seperti keadaan sarana dan prasarana, aksesibilitas, peta lokasi, dan daya tarik.

31 F. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, dimana data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT. Menurut Sondang P. Siagian (1998:172) SWOT adalah merupakan akronim untuk kata Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunities (peluang) dan Threats (ancaman) (http://nizwan-wwwbloggercom.blogspot.com/2009/02/analisis-swotpengembangan-pariwisata.html). Dari pengertian SWOT tersebut akan dijelaskan satu persatu (Yoeti,1996:133) yaitu: a. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa saja yang dimiliki pariwisata. Dengan mengetahui kekuatan, pariwisata dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan. b. Kelemahan (Weakness), yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan bagi pariwisata. c. Peluang (Opportunties), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang bagi pariwisata untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang. d. Ancaman (Threats), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi pariwisata, seperti Peraturan Pemerintah yang tidak memberikan kemudahan berusaha, rusaknya lingkungan, yaitu dengan melihat kekuatan (Strengths), kelemahan (Weakness), kesempatan (Opportunities) dan ancaman (Threats)

32 kepariwisataan di agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan. Dari analisis ini akan ditarik kesimpulan bagaimana perkembangan pariwisata khususnya agar agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan tidak hanya sekedar menjadi objek wisata musiman. Analisis ini didasarkan pada logika dan hasil analisa biasanya adalah arahan atau rekomendasi yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT dilakukan dengan beberapa langkah-langkah sebagai berikut: a. Mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal, Setelah faktor-faktor internal dan eksternal di identifikasi, maka dilakukan tahapan selanjutnya yaitu penentuan tabel Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Faktor Strategi Eksternal (EFAS). b. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) Tahap-tahap dalam menyusun tabel Internal Factor Analysis Summary (IFAS) dengan menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan (Strength) serta kelemahan (Weakness) potensi wisata Agrowisata BBIH Pekalongan, sebelumnya dilakukan dulu menentukan bobot dari masing-masing faktor (kekuatan, kelemahan, peluang, ancaman). Menurut Rangkuti (2009) cara menentukan bobot setiap indikator dari faktorfaktor internal maupun eksternal yaitu dengan menggunakan skala prioritas mulai dari 4 (sangat penting) sampai dengan 1 (tidak penting) pada variabel bersifat positif. Sedangkan pada variabel bersifat negatif diberi nilai

33 sebaliknya yaitu dari 1 (sangat penting) sampai dengan 4 (tidak penting). Kemudian Kalikan nilai skala prioritas (SP) dengan konstanta (K). Penentuan nilai konstanta didasarkan pada nilai tertinggi yaitu 4 dengan asumsi bahwa semua indikator dianggap baik. Masing-masing nilai SP x K dibagi dengan total nilai SP x K untuk memperoleh nilai bobot. Penentuan bobot pada faktor-faktor kekuatan dan kelemahan dapat dilihat pada table 1 berikut ini: Tabel 1. Penentuan bobot faktor-faktor kekuatan dan kelemahan Faktor Strategi Internal Skala prioritas (SP) Konstanta (K) SP x K Bobot Kekuatan: Total Kelemahan: Total Sumber: Rangkuti, 2009

34 Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan strategi internal (IFAS): a) Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan pada kolom 1. b) Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktorfaktor tersebut terhadap posisi strategis pengembangan pariwisata. (semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00). c) Hitung rating (dalam kolom 3) untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi pengembangan sektor pariwisata variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai mulai dari +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkannya dengan rata-rata industri atau pesaing utama. Sedangkan variabel yang bersifat negatif, kebalikannya. d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sempai dengan 1,0 (poor). e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi agrowisata yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana agrowisata tertentu bereaksi terhadap faktorfaktor strategis internalnya.

35 Tabel 2. IFAS Faktor Strategi Internal Bobot Rating Bobot x Rating Kekuatan: Total Kelemahan: Total Sumber: Rangkuti, 2009 c. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Tahap-tahap dalam menyusun tabel Eksternal Factor Analysis Summary (EFAS) dengan menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang (Opportunity) serta ancaman (Threats) potensi wisata Agrowisata BBIH Pekalongan, sebelumnya dilakukan dulu menentukan bobotnya. Menurut Rangkuti (2009) cara menentukan bobot setiap indikator dari faktorfaktor internal maupun eksternal yaitu dengan menggunakan skala prioritas mulai dari 4 (sangat penting) sampai dengan 1 (tidak penting) pada variabel bersifat positif. Sedangkan pada variabel bersifat negatif diberi nilai sebaliknya yaitu dari 1 (sangat penting) sampai dengan 4 (tidak penting). Kemudian Kalikan nilai skala prioritas (SP) dengan konstanta (K). Penentuan nilai konstanta didasarkan pada nilai tertinggi yaitu 4 dengan asumsi bahwa

36 semua indikator dianggap baik. Masing-masing nilai SP x K dibagi dengan total nilai SP x K untuk memperoleh nilai bobot. Penentuan bobot pada faktor-faktor peluang dan ancaman dapat dilihat pada tabel 3 berikut: Tabel 3. Penentuan bobot faktor-faktor peluang dan ancaman Faktor Strategi Eksternal Skala prioritas (SP) Konstanta (K) SP x K Bobot Peluang: Total Ancaman: Total Sumber: Rangkuti, 2009 Adapun tahapannya sebagai berikut: a) Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman berdasarkan hasil identifikasi di lokasi penelitian. b) Beri bobot masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari1,0 (sangat penting) sampai 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut kemungkinan dapat memberikan dampak terhadap faktor strategis. c) Hitung rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memeberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor)

37 berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi agrowisata bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1). Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika ancamannya sangat besar ratingnya adalah 1, sebaliknya jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4. d) Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pebobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor). e) Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi agrowisata yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana agrowisata tertentu bereaksi terhadap factorfaktor strategis eksternalnya. Tabel 4. EFAS Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Bobot x Rating Peluang: Ancaman: Total Sumber: Rangkuti, 2009

38 d. Matriks SWOT Langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil IFAS dan EFAS dengan menggunakan matriks SWOT. Alat yang dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategis agrowisata adalah matriks SWOT. Matriks ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang ancaman eksternal yang dihadapi dalam pengembangan pariwisata dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Analisis SWOT membandingkan antara faktor internal kekuatan dan kelemahan dengan faktor eksternal peluang dan ancaman sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Matriks ini dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis. Tabel 5. Matrik SWOT EFAS IFAS STRENGTHS (S) Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal OPPORTUNIES (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal TREATHS (T) Tentukan 5-10 faktor ancaman eksternal STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman Sumber: Rangkuti, 2009

39 e. Penentuan Matriks Grand Strategi Angka yang didapat dari perhitungan IFAS dan EFAS kemudian dimasukkan ke dalam Matriks Grand Strategi. Untuk menentukan posisi pengembangan potensi agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan ditunjukkan oleh titik X dan Y pada Matriks Grand Strategi. Langkah yang harus dilakukan yaitu menempatkan jumlah total skor faktor S dengan W dan faktor O dengan T pada posisinya, hal ini dilakukan untuk menentukan posisi agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) Pekalongan, yang di tunjukkan oleh titik X dan Y pada Matriks Grand Strategi. Gambar 3. Matriks Grand Strategi BERBAGAI PELUANG 2. Mendukung strategi turn-around 1. Mendukung strategi agresif KELEMAHAN INTERNAL KEKUATAN INTERNAL 4. Mendukung strategi defensif 3. Mendukung strategi diversifikasi Sumber: Rangkuti, 2009 BERBAGAI ANCAMAN

40 1. Kuadran 1: Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Agrowisata tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. 2. Kuadran 2: Meskipun menghadapi berbagai ancaman, agrowisata ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). 3. Kuadran 3: Agrowisata menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak ia menghadapi beberapa kendala atau kelemahan internal. Fokus strategi agrowisata ini adalah meminimalkan masalahmasalah internal agrowisata sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih besar. 4. Kuadran 4: Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, agrowisata menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. f. Tahap Pengambilan Keputusan Pada tahap ini, mengkaji ulang dari empat strategi yang telah dirumuskan dalam tahap analisis. Setelah itu diambillah keputusan dalam menentukan strategi yang paling menguntungkan, efektif dan efisien bagi rencana pengembangan agrowisata Balai Benih Induk Hortikultura (BBIH) berdasarkan Matriks SWOT dan pada akhirnya dapat disusun suatu rencana strategis yang akan dijadikan pegangan dalam melakukan kegiatan selanjutnya.