BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Statistik Ketenagakerjaan Provinsi Bali (2012:10) konsep dan definisi yang

Abstrak. Kata kunci: perempuan, bekerja, sektor publik, adat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan usaha-usaha untuk meningkatkan taraf

Abstrak. Kata Kunci :Curahan Jam Kerja, Umur, Pendidikan, Pendapatan Suami, Jumlah Tanggungan.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah adanya kegiatan ekonomi subsistence, yakni sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. kerja harus terus diusahakan agar standar kehidupan yang layak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai orang, yang terdiri atas orang lakilaki

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2016

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berdasarkan pada jenis kelamin tentunya terdiri atas laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan mengenai mikro ekonomi,sub sistem yang utama

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi kemiskinan (Madris, 2010). Indikator ekonomi makro (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2014

ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diberbagai daerah serta menciptakan kesempatan kerja. Sasaran

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan penggerak perekonomian suatu Negara karena

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT FEBRUARI 2015

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis yang penting dari peningkatan jumlah penduduk adalah peningkatan dalam

PENGARUH JUMLAH BEBAN TANGGUNGAN KELUARGA, PENDAPATAN NON KERJA, DAN KEGIATAN ADAT TERHADAP ALOKASI WAKTU PEREMPUAN DI SEKTOR PUBLIK

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2015

BPS PROVINSI JAWA BARAT

HALAMAN PENGESAHAN...

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim, dimana 70 persen dari luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dimasa yang akan datang terutama di negara-negara berkembang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. penduduk yang timbul akibat mortalitas, fertilitas, migrasi serta mobilitas social.


BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan berlangsungnya proses demografis. Pada tahun 2004, di Jawa. 1,07 persen bila dibanding tahun 2003 (BPS, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2016

PENDAHULUAN Latar Belakang

PERAN GANDA PEDAGANG PEREMPUAN DI PASAR SENI MERTHA NADI LEGIAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN. antar individu dengan individu, individu dengan kelompok dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. mengajarkan kepada orang bagaimana memanfaatkan pandangan yang begitu

BAB I PENDAHULUAN. faktor produksi yang penting karena manusia merupakan pelaku dan sekaligus

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG AGUSTUS 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA BARAT FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. pasar terorganisasi (Hart Keith, 1971). Richardson (1984) menyatakan bahwa di sebagian besar

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN AGUSTUS 2015

KEADAAN KETENAGAKERJAAN NTT AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

KEADAAN KETENAGAKERJAAN SUMATERA BARAT AGUSTUS 2014

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

Abstrak. Kata Kunci: tingkat upah, teknologi, produktivitas kerja, penyerapan tenaga kerja

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelatihan tenaga kerja. Keterlibatan SDM dalam pembangunan tidak hanya, pada

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPRI

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2011

Nama : I Gusti Ayu Made Oktavia Utami Dewi NIM : Abstrak

KEADAAN KETENAGAKERJAAN JAWA TIMUR, AGUSTUS 2016

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan kegiatan ekonominya sehingga infrastruktur lebih banyak

KEADAAN KETENAGAKERJAAN KALIMANTAN SELATAN FEBRUARI 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang secara pesat, baik yang bersifat positif maupun negatif.

BAB I PENDAHULUAN. Agama Hindu meyakini bahwa Tuhan itu bersifat Monotheisme. Transendent, Monotheisme Imanent, dan Monisme. Monotheisme Transendent,

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN MALUKU UTARA, FEBRUARI 2017

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2012

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2009

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI LAMPUNG FEBRUARI 2014

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI JAWA BARAT AGUSTUS 2016

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA PERDESAAN LAHAN KERING BERBASIS PERKEBUNAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2015

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia memberikan ciri-ciri negara dengan taraf hidup

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA AGUSTUS 2008

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

DATA TERPILAH DALAM PEMBANGUNAN PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DKI JAKARTA FEBRUARI 2013

GAMBARAN UMUM PROVINSI DKI JAKARTA Keadaan Geografis dan Kependudukan

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI FEBRUARI 2016

KEADAAN KETENAGAKERJAAN PROVINSI BALI AGUSTUS 2015

Analisis Kondisi Ketenagakerjaan di Provinsi Jambi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA, FEBRUARI 2012 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,09 PERSEN

ALOKASI WAKTU PEKERJA PEREMPUAN PADA SEKTOR INFORMAL PERDAGANGAN DI DESA DANGIN PURI KLOD DENPASAR TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Keadaan Ketenagakerjaan Agustus 2017 Di Provinsi Sulawesi Barat

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2015 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA SEBESAR 4,07 PERSEN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu aspek penting dalam suatu kegiatan produksi. Jumlah SDM di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan peningkatan jumlah kelahiran. SDM merupakan cabang ilmu ekonomi yang khusus membahas kemampuan manusia mengolah sumber-sumber produksi dan ketenagakerjaan untuk memenuhi kebutuhan manusia itu sendiri (Setyowati, 2009). Meningkatnya jumlah penduduk Indonesia akan diikuti oleh peningkatan jumlah tenaga kerja, baik laki-laki maupun tenaga kerja perempuan. Kesempatan kerja bagi perempuan makin lama makin terbuka lebar serta semakin bertambah banyak secara kuantitatif, sehingga menyebabkan semakin banyaknya perempuan yang masuk ke pasar kerja. Perempuan memberikan sumbangan yang besar bagi kelangsungan perekonomian dan kesejahteraan rumah tangga serta masyarakat. Dengan adanya perempuan bekerja akan dapat mengangkat kesejahteraan keluarga pekerja karena mendapat tambahan penghasilan dari hasil kerja mereka. Fenomena tersebut menunjukkan peran perempuan sebagai ibu rumah tangga dan sebagai pencari nafkah di dalam usaha meningkatkan taraf hidup keluarga. Jumlah dan komposisi tenaga kerja akan terus mengalami perubahan selama berlangsungnya proses demografi. Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat modernisasi dan globalisasi informasi serta keberhasilan gerakan emansipasi perempuan dan feminisme, sikap dan peran perempuan mulai mengalami pergeseran. Harmady, dkk (2008) mengemukakan bahwa pasar kerja Indonesia telah mengalami feminisasi selama tiga dekade terakhir. Adanya

pertumbuhan yang cepat mendorong pekerja perempuan untuk bergabung sebagai tenaga kerja di sektor pertanian, manufaktur dan sektor jasa. Transformasi struktural yang dihasilkan dari pertumbuhan ekonomi selama tahun 1970an dan 1980an telah meningkatkan penyerapan penduduk usia kerja dalam angkatan kerja, terutama di industri. Seiring dengan pelaksanaan ekspansi pendidikan dan keluarga berencana dimulai pada awal 1970an, perluasan lapangan kerja memiliki manfaat bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah mereka. Perubahan struktur tenaga kerja berdasarkan jenis kelamin telah membuat banyaknya perempuan memasuki angkatan kerja sambil terus berusaha mempertahankan kepentingan keluarga dan rumah tangganya disamping kesibukannya untuk bekerja (Ahmad, 2008). Keputusan untuk bekerja pada dasarnya adalah sebuah keputusan tentang bagaimana menggunakan waktu yang dimiliki, maka waktu yang dimiliki akan dibagi untuk waktu luang dan untuk bekerja, sehingga total waktu yang dimiliki adalah 24 jam, walau terkadang perempuan merasa waktu yang dimiliki masih kurang, terutama mengenai masalah waktu domestik yang digunakan untuk mengasuh anak dan mengerjakan kegiatan rumah tangga lainnya (Anuja and Jason, 2005). Leaptrott dan Michael (2011) menyatakan kinerja peran individu dalam keluarga mengakibatkan adanya pembagian antara mengkonsumsi waktu baik di dalam ataupun di luar pekerjaan. Kegiatan seperti perawatan orang tua, mengasuh anak bayi atau anggota keluarga berkebutuhan khusus berkaitan dengan pekerjaan domestik. Perempuan tidak lagi hanya berperan sebagai ibu rumah tangga yang menjalankan fungsi reproduksi, mengurus anak dan suami atau pekerjaan domestik lainnya. Perempuan telah banyak aktif dalam berbagai bidang kehidupan baik sosial, ekonomi maupun politik. Di bidang ekonomi misalnya, keterlibatan perempuan dalam kegiatan ekonomi mengalami perubahan dan peningkatan yang cukup drastis.

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) mengindikasikan besarnya penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi di suatu negara atau wilayah. Indikator ini menunjukkan besaran relatif dari pasokan tenaga kerja (labour supply) yang tersedia untuk memproduksi barangbarang dan jasa dalam suatu perekonomian. Menurut Mantra (2000:230) bahwa TPAK menunjukkan persentase angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja, sehingga dapat diketahui besaran penduduk yang aktif bekerja. Tabel 1.1 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2013 Uraian Pria Wanita Jumlah Penduduk Usia Kerja (orang) 1.534.962 1.538. 057 3.073. 019 Angkatan Kerja (orang) 1.287.471 1.027.908 2.315.379 Bekerja (orang) 1.259.845 1.014.052 2.273.897 Pengangguran Terbuka (orang) 27.626 13.856 41.482 Bukan Angkatan Kerja (orang) 247.491 510.149 757.640 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 83,88 66,83 75,35 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,15 1,35 1,79 Sumber : Bali Dalam Angka 2014 Tabel 1.2 Kondisi Ketenagakerjaan Menurut Jenis Kelamin di Provinsi Bali Tahun 2014 Uraian Pria Wanita Jumlah Penduduk Usia Kerja (orang) 1.546.498 1.546.382 3.092.880 Angkatan Kerja (orang) 1.276.593 1.040.165 2.316.758 Bekerja (orang) 1.259.845 1.024.044 2.272.632 Pengangguran Terbuka (orang) 28.005 16.121 44.126 Bukan Angkatan Kerja (orang) 269.905 506.127 776.122 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) 82,55 67,26 74,91 Tingkat Pengangguran Terbuka (%) 2,19 1,55 1,90 Sumber : BPS Provinsi Bali, 2015 TPAK perempuan telah meningkat dari 66,83 persen menjadi 67,26 persen. Komposisi perkawinan perempuan telah mengalami perubahan yang cukup besar juga (Bishop et al., 2009). Berdasarkan Tabel 1.2, sebanyak 1.024.044 orang perempuan bekerja dari total Penduduk Usia

Kerja (PUK) sebesar 1.546.382 sehingga TPAK perempuan di Bali pada tahun 2014 cukup besar yaitu 67,26 persen. Keterlibatan perempuan dalam wilayah publik tidak lagi dianggap hal yang baru, tetapi lebih merupakan kreatifitas perempuan dalam memahami lingkungan dan arti hidupnya. Kesempatan perempuan untuk keluar dari sektor domestik dan kemudian menjadi bagian dari pelaku publik dapat disebabkan oleh kesadaran baru perempuan sendiri atau karena penggeseran sistem nilai yang memungkinkan perempuan meninggalkan wilayah domestik. Kehadiran industri besar dan sedang memberikan alternatif baru dalam membuka kesempatan kerja bagi perempuan, namun untuk dapat bekerja pada industri-industri ini diperlukan ketrampilan untuk memungkinkan penggunaan tenaga kerja perempuan secara produktif dan efisien (Fadah dan Istatuk, 2004). Hal yang lebih penting lagi yaitu industri kecil juga memiliki peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja dan investasi, industri kecil menyerap banyak tenaga kerja dan memberikan investasi yang cukup besar meskipun penyerapan tenaga kerja dan investasinya lebih kecil dari industri besar. Tapi bagaimanapun juga dengan banyaknya jumlah industri kecil maka dengan sendirinya jumlah tenaga kerja dan investasi yang terserap juga akan lebih banyak (Purwanti dan Erna, 2014). Kesadaran perempuan menikah dalam memasuki pasar kerja dapat didorong oleh faktor ekonomi, budaya dan sosial (Maharani dan Evi, 2012). Faktor ekonomi yaitu untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dari penambahan jumlah anak balita sebagai beban tanggungan, hal ini disebabkan karena kurangnya pendapatan suami dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Besar kecilnya jumlah beban tanggungan keluarga mempegaruhi keputusan tenaga kerja perempuan untuk bekerja, karena semakin besar jumlah tanggungan pengeluaran

untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari akan semakin besar baik kebutuhan primer atau kebutuhan sekunder. Perempuan akan ikut bekerja untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumah tangganya tersebut (Purwanti dan Erna, 2014). Faktor sosial yaitu mengejar kegengsian terutama bagi perempuan yang berpendidikan tinggi dan tidak ingin meninggalkan pekerjaan yang telah diperoleh sebelumnya karena sudah mampu memberikan upah yang tinggi dan bergengsi. Sebagai produk interaksi antara manusia dan lingkungannya, budaya memiliki peran dalam membentuk karakter serta pola berfikir gerakan guna memperoleh kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan. Karena itu, apapun yang dilakukan, sebuah gerakan perempuan tidak boleh mengesampingkan posisi budaya lokal dalam merekonstruksi pola hidup manusia, sehingga faktor budaya di Bali memiliki pengaruh terhadap jam kerja karena perempuan harus membagi waktunya untuk bekerja dan berpartisipasi dalam kegiatan adat di lingkungan tempat tinggalnya agar tidak merasa dikucilkan oleh masyarakat setempat. Dorongan dan keinginan perempuan untuk bekerja tersebut seringkali tidak didukung oleh ketersediaan lapangan kerja di sektor formal, oleh karena itu mereka cenderung memiliki peluang yang lebih besar untuk bekerja di sektor informal. Hal ini didukung terbukanya lebarlebar kesempatan kerja bagi perempuan di lapangan kerja perdagangan dan jasa kemasyarakatan. Dalam kondisi apapun, apalagi krisis moneter, sektor informal merupakan lapangan kerja yang lebih tangguh dalam menghadapi masalah ekonomi. Adanya fleksibilitas dalam bergiat di sektor informal, nampaknya perempuan lebih sesuai bekerja di dalamnya. Adanya penyempitan kesempatan kerja di sektor pertanian ternyata diikuti dengan terbukanya kesempatan kerja di sektor lain, terutama sektor jasa. Pada sektor jasa, bukanlah hal yang baru lagi bagi perempuan

untuk memasuki bidang ketenagakerjaan. Bahkan pada sektor jasa, perempuan lebih cepat untuk menekuni dan memperkembangkan karirnya (Hakim, 2011). Ketidaksetaraan gender di Asia mempengaruhi distribusi tenaga kerja perempuan dalam sektor formal dan informal (ADB dan ILO, 2011:15). Sektor informal merupakan bagian angkatan kerja di kota yang berada di luar pasar kerja yang terorganisir, yakni tidak tersentuh kebijakan pemerintah serta dapat meliputi kegiatan usaha yang sifatnya marginal dengan waktu kerja yang tidak teratur. Sektor informal memiliki karakteristik khas yang tidak dimiliki oleh sektor formal, yaitu mudah keluar masuk pasar sehingga dapat dengan sesuka hati membuka atau menutup usahanya tanpa meminta ijin dari siapapun. Perempuan yang bekerja diluar rumah harus bisa membagi waktu antara mengurus rumah tangga dengan waktu untuk mencari nafkah. Kaum perempuan Hindu di Bali sangat berminat bekerja meraih rezeki dalam industri pariwisata untuk menunjang kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan perkembangan pariwisata di Bali terutama di kawasan kelurahan Kuta banyak memunculkan kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan. Keterlibatan perempuan dalam kegiatan pariwisata dapat dilihat dari dua sisi yaitu sebagai pengambil keputusan (pemilik) atau terlibat langsung dalam kegiatan pariwisata seperti memproduksi souvenir (cenderamata) sekaligus sebagai penjual di toko. Pekerjaan bidang industri pariwisata diminati oleh perempuan Hindu di Bali karena bidang tersebut menjanjikan peningkatan kesejahteraan ekonomi keluarga. Walaupun perempuan mendapat keuntungan ekonomis dalam industri pariwisata, keuntungan itu sering lebih kecil apabila dibandingkan dengan laki-laki. Pada umumnya, laki-laki yang berkontribusi dalam industri pariwisata mendapatkan pekerjaan dengan posisi yang lebih tinggi dibandingkan dengan

perempuan, bahkan lebih banyak bekerja di dalam sektor formal misalkan bekerja di hotel ataupun di biro agen wisata. Tabel 1.3 Penduduk 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Seminggu yang Lalu Menurut Lapangan Usaha dan Jenis Kelamin di Kabupaten Badung Tahun 2013 No 1 Lapangan Usaha Sumber : BPS Kab Badung (Sakernas) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) Jumlah Pertanian 18.270 14.533 32.803 2 Pertambangan dan Penggalian 0 1 063 1 063 3 Industri Pengolahan 27.897 30.769 58.666 4 Listrik, Air dan Gas 909 157 1 066 5 Bangunan 28.237 4.270 32.507 6 Perdagangan, Hotel dan Restauran 51.742 54.512 106.254 7 Pengangkutan dan Komunikasi 12.156 3.334 15.490 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 11.629 11.765 23.394 9 Jasa-Jasa 35.446 24.208 59.654 Jumlah 186.286 144.611 330.897 Sebagian besar partisipasi perempuan ada pada sektor informal khususnya dalam lapangan usaha perdagangan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.3 yang menunjukkan kontribusi terbesar perempuan pada lapangan usaha perdagangan yaitu sebesar 54.512 orang dan paling sedikit pada lapangan usaha listrik, air dan gas yang hanya berjumlah 157 orang. Terlihat bahwa perempuan cenderung mengalokasikan jam kerja di sektor informal, khususnya untuk berdagang. Kegiatan perdagangan di pasar umumnya merupakan pilihan bagi perempuan yang telah berkeluarga. Pekerjaan ini mereka lakukan untuk menopang kehidupan keluarga apabila penghasilan suami tidak mencukupi (Boserup dalam Komala dan Sudibia, 2012). Jika pendapatan suami sudah mencukupi maka perempuan memilih untuk tetap tinggal di rumah untuk mengurus anak dan suami dengan alasan masih memiliki pendapatan non kerja. Karena

secara teoritis jika pendapatan non kerja (kekayaan) meningkat dan opportunity cost of leisure time tetap, maka seseorang akan mengkonsumsi waktu luang lebih banyak, sehingga akan mengurangi alokasi waktu kerja (Marhaeni dan Manuati, 2004:25). Berkembangnya pariwisata di Kecamatan Kuta, khususnya di Legian turut memacu semangat perempuan di Legian untuk berkontribusi di sektor informal dengan menekuni lapangan usaha perdagangan melalui berdagang cenderamata. Dari dua pasar seni yang ada di Kabupaten Badung yaitu di Kelurahan Legian memiliki sebuah pasar seni dengan jumlah kios terbanyak dibandingkan dengan Pasar Seni Kuta, yaitu Pasar Seni Mertha Nadi Legian dengan jumlah sebanyak 230 kios tersebar mulai dari Blok A hingga Blok D di area seluas 121 are di sepanjang jalan Melasti (Kantor Pengelola Pasar Seni Mertha Nadi Legian, 2015). Pada umumnya pedagang perempuan di Pasar Seni Mertha Nadi Legian menyewa kios atas nama suami untuk berjualan berbagai cenderamata antara lain ; sarung pantai, pakaian khas Bali, patung, tas, pigura, serta berbagai pajangan khas Bali. Menurut hasil observasi di Pasar Seni Mertha Nadi Legian didapatkan hasil bahwa keputusan mereka untuk membuka kios untuk berjualan cenderamata adalah mengenai masalah waktu yang dimiliki harus dibagi antara mengurus rumah tangga dan mencari tambahan pendapatan. Perempuan kini tidak hanya memiliki konflik antara urusan publik dan rumah tangga saja, namun konflik dari sosial juga mempengaruhi keputusan perempuan dalam mengalokasikan waktu di sektor publik. Satu masalah yang mereka hadapi adalah padatnya kegiatan adat sehingga mereka harus mengorbankan waktunya di sektor publik yaitu dengan cara menutup kios. Kegiatan adat yang dimaksudkan adalah kegiatan nguopin, mebanjaran, serta berbagai kegiatan menyama-braya lainnya. Membuat perlengkapan untuk dipersembahkan saat hari suci adalah salah satu

contohnya. Bali sangat terkenal dengan adatnya yang kuat dimana hampir setiap hari terdapat hari-hari suci agama Hindu untuk menyembah Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan). Kegiatan tersebut tentu saja menyita waktu perempuan untuk bekerja, dan pada umumnya kegiatan tersebut berlangsung secara rutin dan terkadang berlangsung selama berhari-hari. Misalnya dalam upacara pernikahan, persiapannya dimulai hari seminggu sebelum puncak upacara berlangsung, sama halnya dengan odalan yang persiapannya dimulai dari 3 hari sebelum puncak upacara untuk menyiapkan berbagai perlengkapan yang akan dipersembahkan kepada Tuhan. Ketika mereka memilih meluangkan jam kerja di sektor publik untuk bekerja pada sektor formal yang jam kerjanya terikat, maka mereka akan kesulitan untuk membagi waktu antara - kegiatan adat, mengurus anak dan bekerja. Terlebih lagi bagi perempuan yang berada pada tahun pertama setelah melahirkan anak, karena pada anak usia 0-1 tahun biasanya sangat memerlukan kehadiran ibunya, terutama dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan pertama, sehingga waktu yang diperlukan untuk mengurus anak lebih banyak (Jayaraman, et al., 2009). Pembagian waktu yang ada harus jelas agar tugas utama mengurus rumah tangga tidak terbengkalai karena resiko perceraian pada perempuan menikah dapat meningkat apabila mereka menelantarkan kewajiban dalam rumah tangganya (Juhn and Simon, 2006). 1.2 Rumusan Masalah Penelitian 1. Bagaimana pengaruh jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan non kerja dan kegiatan adat secara simultan terhadap alokasi waktu perempuan pedagang cenderamata di Pasar Seni Mertha Nadi Legian?

2. Bagaimana pengaruh jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan non kerja dan kegiatan adat secara parsial terhadap alokasi waktu perempuan pedagang cenderamata di Pasar Seni Mertha Nadi Legian? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk menganalisis pengaruh jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan non kerja dan kegiatan adat secara simultan terhadap alokasi waktu perempuan pedagang cenderamata di Pasar Seni Mertha Nadi Legian. 2. Untuk menganalisis pengaruh jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan non kerja dan kegiatan adat secara parsial terhadap alokasi waktu perempuan pedagang cenderamata di Pasar Seni Mertha Nadi Legian. 1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini dapat dibagi menjadi kegunaan teoritis dan kegunaan praktis. 1. Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi, dan informasi untuk mendukung penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengaruh jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan non kerja dan kegiatan adat terhadap alokasi waktu perempuan di sektor perdagangan atau sebagai bahan kepustakaan serta sumber pengetahuan. 2. Kegunaan Praktis Penelitian ini diharapkan mampu memberi penyelesaian masalah bagi perempuan pedagang cenderamata di Pasar Seni Legian mengenai alokasi waktu antara sektor domestik dan sektor publik yang harus dijalaninya dan mengetahui faktor yang mempengaruhi jam kerja di sektor publik sehingga tidak akan mengganggu produktivitas dalam sektor publik

dan mampu mengatasi konflik yang terjadi di masyarakat akibat pembagian waktu antara adat dan bekerja. 1.5 Sistematika Penulisan Pembahasan skripsi disusun berdasarkan bab secara sistematis, sehingga antara bab yang satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang erat. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Bab ini akan menguraikan hal-hal yang menyangkut pendahuluan, meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Kajian Pustaka dan Rumusan Hipotesis Bab ini membahas teori, konsep, dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan jumlah beban tanggungan keluarga, pendapatan non kerja dan kegiatan adat. Pada bab ini juga dibahas mengenai konsep dan definisi bekerja, tenaga kerja perempuan dan pembangunan ekonomi, teori alokasi waktu dan hubungan antara variabel bebas dan terikat. Pada bab ini juga dibahas rumusan hipotesis yang merupakan dugaan sementara dari rumusan masalah yang sesuai dengan landasan teori. Bab III Metode Penelitian Bab ini memuat cara pemecahan masalah yang diajukan dalam penelitian baik dalam mencari data maupun menganalisa data. Bab ini terdiri dari uraian tentang desain penelitian, lokasi dan ruang lingkup wilayah penelitian, objek penelitian, identifikasi

variabel penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. Bab IV Pembahasan Bab ini menguraikan tentang gambaran umum masing-masing variabel, deskripsi hasil analisis uji asumsi klasik dan analisis regresi linier berganda. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini memuat kesimpulan yang mencakup seluruh hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran-saran yang dipandang perlu dan relevan atas simpulan yang dikemukakan.