BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-harinya melakukan kegiatan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhannya. Dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia mencari pekerjaan. Berbagai macam pekerjaan yang dilakukan, seperti menjual barang dan/atau jasa, menjadi bagian dari aparatur negara, dan sebagainya. Segala kegiatan sehari-hari yang dilakukannya, tentunya manusia pernah melakukan suatu perbuatan hukum, misalnya seorang pedagang buah. Pedagang buah membeli seratus kilogram buah yang terdiri dari buah mangga, buah apel, dan buah jeruk. Ia membeli buah-buah tersebut dari seorang pemasok buah dan sayur mayur. Si pedagang buah berniat membuat perjanjian jual beli selama satu tahun dengan pemasok buah dan sayur mayur. Perjanjian jual beli itu adalah suatu perbuatan hukum. Perbuatan hukum tersebut termasuk dalam perbuatan hukum dua pihak dimana perbuatan tersebut dilakukan oleh dua orang dan menimbulkan hak serta kewajiban di antara keduanya (hubungan timbal balik). Perjanjian jual beli antara pedagang buah dengan pemasok buah dan sayur mayur tersebut dapat dilakukan secara lisan atau dengan sebuah perjanjian tertulis. Apabila perjanjian tersebut dibuat oleh para pihak, maka perjanjian tersebut termasuk akta di bawah tangan yang mana pengaturannya ada di 1
2 Pasal 1874 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata). Jika perjanjian tersebut tidak ada keterlibatan pejabat umum yang berwenang seperti dimaksud dalam Pasal 1868 KUH Perdata dan Pasal 1 angka 7 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris. Pesatnya perekonomian yang berkembang di Indonesia, pemerintah merasa perlu untuk membentuk suatu peraturan yang mengatur mengenai pejabat negara yang memiliki kewenangan untuk membuat akta autentik. Akta autentik ini memiliki suatu fungsi penting dalam pergerakan perekonomian serta kehidupan sehari-hari. Akta autentik adalah suatu alat bukti yang menentukan hak dan kewajiban para pihak yang terikat dalam suatu perjanjian. Akta autentik berfungsi untuk menjamin kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum sehingga terbentuklah Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN). Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta autentik dan kewenangan lainnya sebagaimana ditentukan dalam Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJN). Pada abad kelima, Notaris diartikan sebagai pejabat-pejabat istana yang melakukan berbagai pekerjaan administrasi. Pengertian ini berbeda dengan notaris yang kita kenal pada masa kini. Notaris mulai muncul di Indonesia pada ke abad 17. Pada masa itu, Melchior Kerchem, Sekretaris dari College van schepenen,
3 adalah orang pertama yang diangkat sebagai notaris pada tanggal 27 Agustus 1620. 3 Sebelum diatur dengan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004, jabatan notaris diatur dengan Reglement op Het Notaris Ambt in Nederlands Indie (Stbl. 1860:3). Pasal 91 UUJN menyatakan bahwa peraturan tersebut tidak berlaku lagi. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 mengalami perubahan sehingga muncul Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris (UUJNP). Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014, mengatur banyak hal seperti pengangkatan notaris, pemberhentian notaris, kewajiban notaris, larangan notaris, majelis pengawas notaris, dan sanksi-sanksi. Selain Undang-Undang Jabatan Notaris yang mengatur tentang jabatan notaris, terdapat Kode Etik Notaris yang dibuat oleh organisasi profesi, yaitu Ikatan Notaris Indonesia. Sebagai notaris, seharusnya notaris melaksanakan jabatannya dengan keahlian hukum yang dilandasi tanggung jawab penuh dan penghayatan terhadap martabat dan etika. Seorang notaris harus profesional, berdedikasi tinggi, serta menjunjung tinggi harkat dan martabatnya dengan menegakkan undang-undang yang berkaitan dengan jabatan notaris dan kode etik. Salah satunya hal-hal yang berkaitan dengan kewajiban notaris yang diatur dalam Pasal 16 UUJNP. Pasal 16 ayat (1) huruf b UUJNP menyatakan bahwa 3 R. Soegondo Notodisoerjo, 1982, Hukum Notariat di Indonesia Suatu Penjelasan, CV Rajawali, Jakarta, hlm. 12.
4 dalam menjalankan jabatannya notaris wajib membuat akta dalam bentuk minuta akta dan menyimpannya sebagai bagian dari protokol notaris. Minuta akta beserta protokol notaris merupakan dokumen negara yang patut dijaga oleh notaris dari segi isi dan bentuknya. Berdasarkan pasal tersebut, seorang Notaris berkewajiban menyimpan sebaik-baiknya minuta akta beserta protokol notaris. Selama menjalankan jabatannya, notaris dapat saja terkena suatu peristiwa yang tak tertentu atau tak pasti. Suatu peristiwa yang tak tertentu atau tak pasti ini dapat berupa apa saja salah satu contohnya adalah bencana. Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana Pasal 1 angka 1 : Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Berdasarkan pengertian bencana di atas, kebakaran dapat dikategorikan sebuah bencana. Kebakaran memenuhi unsur-unsur dari pengertian bencana di atas, yaitu: 1) Peristiwa yang mengancam dan mengganggu 2) Disebabkan oleh faktor alam, faktor nonalam atau faktor manusia 3) Mengakibatkan korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.
5 Setiap orang memiliki kemungkinan tertimpa bencana. Walaupun beberapa bencana seperti banjir dapat dicegah dengan cara menjaga lingkungan sebaik-baiknya. Selain banjir, bencana seperti kebakaran dapat dicegah dengan meningkatkan kewaspadaan dalam menggunakan alat elektronik atau hal-hal lain yang dapat memicu kebakaran. Seorang notaris tak terkecuali dapat saja terkena bencana kebakaran terhadap kantornya. Hal ini tentu bukan suatu hal yang diinginkan oleh notaris. Apabila kebakaran terjadi pada kantornya tentunya akan membahayakan dokumen-dokumen penting yang ada di kantornya, misal protokol notaris dan peralatan kantor lainnya. Notaris yang mengalami hal ini tentunya harus bertanggung jawab terhadap minuta aktanya. Seperti yang disebutkan sebelumnya, hal ini berkaitan dengan kewajiban notaris untuk menyimpan minuta akta sebagai bagian dari minuta akta. Hal ini tertuang dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b UUJNP. Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan di Kota Surabaya, peneliti menemukan beberapa kasus kebakaran yang menimpa kantor notaris. 4 Kebakaran yang terjadi di salah satu kantor notaris menghanguskan seluruh isi kantor notaris tersebut. 5 Berdasarkan pra penelitian tersebut diambil penelitian yang berjudul Tanggungjawab Notaris Terhadap Musnahnya Minuta Akta yang Disebabkan Bencana. 4 Hasil wawancara dengan informan (A.A. Andi Prajitno, Notaris di Kota Surabaya), 29 Agustus 2016. 5 Ruang Metropolis, Jawa Pos (Surabaya), 27 November 2007, hlm. 25, kol. 1-4.
6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan paparan latar belakang permasalahan sebelumnya, peneliti merumuskan rumusan masalah sebagai berikut : 1) Bagaimana tanggung jawab Notaris terhadap minuta akta yang musnah karena bencana? 2) Bagaimana perlindungan hukum para pihak yang meminta salinan akta terhadap minuta akta yang musnah disebabkan oleh bencana? C. Keaslian Penelitian Sejauh penelusuran peneliti di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, peneliti belum menemukan penelitian yang memiliki topik seperti yang diambil oleh peneliti. Peneliti menemukan penelitian yang berkaitan dengan tanggung jawab notaris terhadap minuta akta yang disebabkan bencana di luar Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, yaitu : 1. Dian Sutari Widiyani (2011) 6 : penelitian mengenai pertanggungjawaban notaris terhadap minuta akta yang musnah akibat bencana tsunami pada tahun 2004 di Nanggroe Aceh Darussalam. Permasalahan yang dibahas pada penelitian tersebut adalah bagaimana pengaturan hukum mengenai keberadaan minuta akta yang hilang atau rusak karena bencana alama, bagaimana tanggung jawab notaris atas hilang atau rusaknya minuta akta yang disimpan oleh notaris karena bencana alam, dan bagaimana tindakan yang dilakukan oleh notaris dalam menyelesaikan permasalahan atas hilang atau rusaknya minuta akta karena bencana. Kesimpulan dari 6 Dian Sutari Widiyani, Pertanggungjawaban Notaris Atas Hilangnya atau Rusaknya Minuta Akta yang Disimpan Akibat Bencana Alam (Studi Kasus Tsunami di Banda Aceh), Tesis, Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011.
7 penelitian tersebut bahwa belum ada pengaturan yang tegas mengenai minuta akta yang rusak atau hilang yang diakibatkan bencana alam, tanggung jawab notaris terhadap minuta akta yang rusak atau hilang akibat tsunami tidak dapat diminta pertanggungjawaban karena tidak ada kewajiban notaris untuk harus membuat kembali minuta akta yang hilang atau rusak sebab bencana tsunami timbul karena faktor alam bukan merupakan kelalaian notaris, dan tindakan yang dilakukan oleh notaris yang masih hidup terhadap minuta akta yang hilang karena bencana alam adalah segera melaporkan kepada instansi terkait. Dalam penelitian ini, peneliti membedakan dengan penelitian sebelumnya mengenai topik permasalahan yang diangkat. Penelitian sebelumnya mengarah kepada bencana alam yang menyebabkan hilang atau rusaknya minuta akta, penelitian yang diteliti mengarah pada bencana kebakaran atau banjir. Dalam penelitian sebelumnya, tidak membahas mengenai perlindungan hukum bagi pihak penghadap yang terkait dengan minuta akta. Penelitian yang diteliti membahas mengenai perlindungan hukum penghadap apabila minuta aktanya musnah. 2. Topan Adiya Putra (2015) 7 : penelitian ini memiliki fokus permasalahan pada bentuk tanggung jawab dan tanggung gugat notaris terhadap rusaknya minuta akta dan akibat hukum bagi notaris yang telah merusakkan minuta akta dan tindakan yang dilakukan oleh notaris dalam 7 Topan Adiya Putra, Tinjauan Yuridis Terhadap Pelaksanaan Jabatan Notaris atas Minuta Akta yang Rusak, Jurnal Hukum, Universitas Narotama, Surabaya, 2015.
8 menyelesaikan permasalahan akibat minuta akta yang rusak. Kesimpulan penelitian ini bahwa notaris memiliki tanggung jawab untuk menyimpan dan memelihara sebaik-baiknya minuta akta. Tanggung gugat notaris dalam hal rusaknya minuta akta terjadi dikarenakan adanya kerugian yang diterima oleh penghadap yang berkepentingan dengan akta tersebut baik itu materiil dan immateriil. Upaya penyelesaian yang dapat dilakukan oleh notaris apabila terjadi kerusakan pada minuta akta adalah terlebih dahulu membuat berita acara, kemudian selanjutnya dilaporkan kepada Majelis Pengawas. Penelitian sebelumnya mengarah kepada tanggung jawab serta tanggung gugat notaris apabila minuta akta yang bersangkutan rusak. Pembeda dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah tidak adanya faktor bencana yang mengakibatkan kerusakan. Selain itu, peneliti membahas mengenai perlindungan hukum bagi penghadap terkait minuta akta yang musnah akibat bencana. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai tanggung jawab Notaris terhadap minuta akta yang musnah karena bencana serta mengetahui tindakan-tindakan yang perlu dilakukan notaris jika para pihak meminta salinan yang minuta aktanya telah musnah.
9 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diharapkan dari hasil penelitian adalah: a. Bagi akademis Dapat menambah pengetahuan mengenai tanggung jawab notaris bilamana minuta aktanya musnah akibat bencana serta tindakantindakan yang perlu dilakukan notaris jika para pihak meminta salinan yang minuta aktanya telah musnah. Peneliti berharap dapat memberikan gambaran mengenai usaha-usaha yang dilakukan oleh Notaris kepada para pihak yang meminta salinan akta tersebut serta usaha-usaha yang harus dilakukan Notaris jika minuta aktanya musnah. b. Bagi masyarakat umum Diharapkan dapat menambah wawasan kepada masyarakat mengenai mengenai tanggung jawab Notaris yang mengalami bencana sehingga minuta aktanya hilang, musnah, atau rusak. c. Bagi pemerintah Sebagai studi banding dan dapat memberikan masukan dalam menerapkan dan menegakkan hukum di masyarakat, utamanya pengaturan mengenai tanggung jawab Notaris dalam Undang-Undang Jabatan Notaris terkait hilang, musnah, atau rusaknya minuta akta yang diakibatkan bencana, baik faktor alam, faktor nonalam, maupun faktor manusia.
10 E. Tujuan Penelitian Tujuan utama yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah : 1) Mengetahui dan menganalisis tanggung jawab Notaris terhadap minuta akta yang musnah karena bencana. 2) Mengetahui dan menganalisis perlindungan hukum para pihak terhadap minuta akta yang telah musnah karena adanya bencana.