PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO

dokumen-dokumen yang mirip
USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKELETAL DI CV. XYZ

Oleh: DWI APRILIYANI ( )

Universitas Sumatera Utara

SimposiumNasional Teknologi Terapan (SNTT)2 2014

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ABSTRAK..

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

USULAN ALAT BANTU PEMINDAHAN BATAKO UNTUK MENGURANGI RISIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

ANALISIS KELUHAN RASA SAKIT PEKERJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE REBA DI STASIUN PENJEMURAN

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan manual material handling. Manual material handling didefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

USULAN PERBAIKA STASIUN KERJA MENCANTING DENGAN ANALISIS KELUHAN MUSKULOSCELETAL (Studi Kasus: Industri Batik Gress Tenan)

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Seminar Nasional IENACO ISSN:

USULAN RANCANGAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN DAUN PANDAN UNTUK MENGURANGI RESIKO MUSCULOSKELETAL DISORDERS DI CV XYZ

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. proses produksi. Jika manusia bekerja dalam kondisi yang nyaman baik

Evaluasi Postur Kerja Operator Pengangkatan Pada Distributor Minuman Kemasan ABSTRAK

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA ALAT PANEN KELAPA SAWIT PADA PEKERJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III KEBUN RAMBUTAN SAID ALFANDRI

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

RANCANGAN PERBAIKAN MEJA KERJA DENGAN METODE (QEC) DAN ANTROPOMETRI DI PABRIK TAHU SUMEDANG

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

Sem inar N asional W aluyo Jatm iko II F TI U P N V eteran Jaw a Tim ur ANALISIS PEMINDAHAN MATERIAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ergonomic and Work System Usulan Fasilitas Kerja yang Ergonomis Pada Stasiun Perebusan Tahu di UD. Geubrina

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

PERBAIKAN SISTEM KERJA OPERATOR PENCETAKAN PAVING BLOCK PADA UKM GUNUNG JATI TUGAS SARJANA. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK. v Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap produktivitas kerja manusia. Perancangan atau redesain

USULAN PERBAIKAN FASILITAS KERJA PADA STASIUN PEMOTONGAN UNTUK MENGURANGI KELUHAN MUSCULOSKLETAL DI CV. KOMPAKI AMIN BJAYA TENGKU FUAD MAULANA

kekuatan fisik manusia kekuatan atau daya fisik

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

PERANCANGAN STASIUN KERJA PEMBUATAN KULIT MOCHI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Perbaikan Postur Kerja dengan Pendekatan Metode RULA dan NIOSH di Bagian Produksi Mixer

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang (Benjamin W. Niebel, 2003). Serge Simoneau, dkk (1996)

Rancangan Fasilitas Kerja Yang Ergonomis Di Stasiun Penguapan Untuk Meningkatkan Produktivitas (Studi Kasus Pada CV. Arba Jaya) Chandra S.

BAB I PENDAHULUAN I-1

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Perancangan Meja Kerja pada Bagian Pemeriksaan Surat Jalan Buah dan Penimbangan Tonase TBS (Tandan Buah Segar) di PT.Sahabat Mewah dan Makmur

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

RANCANGAN TROLI BERPEGAS DI STASIUN PENCETAKAN ROTI DENGAN PENDEKATAN ERGONOMIS PADA UKM CAHAYA BAKERY TUGAS SARJANA

I. PENDAHULUAN. Kata Kunci Biomekanika, Loading, Low Back Pain, L5/S1 Disc Compression, Manual Material Handling

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

ANALISA BEBAN KERJA PADA OPERATOR VISUAL DENGAN PENDEKATAN RECOMMENDED WEIGHT LIMIT (RWL) DI PT. JAPPRO BATAM

Lampiran Standart Nordic Questionnaire

PERANCANGAN FASILITAS KERJA DALAM PEMBUATAN DANDANG DI UD. KARYA DARMA

PT. Indospring Tbk adalah sebuah perusahaan otomotif manufacturing yang memproduksi spring dengan mutu

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

ANALISIS POSTUR KERJA MENGGUNAKAN METODE QUICK EXPOSURE CHECK (QEC) SEBAGAI DASAR KAJIAN PERANCANGAN ALAT BANTU DI PT. ASIA FORESTAMA RAYA

HUBUNGAN SIKAP KERJA DENGAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA UNIT WEAVING DI PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2015

Analisis Beban Kerja dengan Menggunakan Metode Recommended Weight Limit (RWL) di PT. Indah Kiat Pulp and Paper. Tbk

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA PROSES PENGIKIRAN WAJAN DI SP ALUMINIUM YOGYAKARTA

PERANCANGAN TEMPAT PENCELUP UNTUK PROSES PEWARNAAN BENANG TENUN (STUDI KASUS : Di IKM Tenun Ikat MEDALI MAS )

DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI F A K U L T A S T E K N I K UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RANCANGAN ERGONOMIS FASILITAS KERJA DI STASIUN PENGEMASAN PADA PT. FLORINDO MAKMUR UNTUK MEREDUKSI MUSCULOSKELTAL DISORDERS (MSDs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB I PENDAHULUAN. nilai tambah bagi produk sehingga dapat dijual dengan harga kompetitif di

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Rancangan Fasilitas Kerja Ergonomis Pada Stasiun Pemarutan Tepung Tapioka

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai salah satu bagian dari elemen sistem kerja yang dominan

BAB I PENDAHULUAN. pada pemanenan kelapa sawit umur dibawah 8 tahun dengan bentuk pisau. berbentuk kapak dengan tinggi pohon maksimal 3 meter.

PERANCANGAN ULANG STASIUN KERJA UNTUK MENGURANGI KELUHAN BIOMEKANIK PADA AKTIFITAS LOUNDRY DI PT X

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Diajukan Sebagai Syarat Memperoleh Gelar S-1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Disusun Oleh: Roni Kurniawan ( ) Pembimbing: Dr. Ina Siti Hasanah, ST., MT.

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

Kata Kunci: metode QEC, pekerja gerabah, sepuluh postur duduk

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Usulan Desain Proses Pengangkatan Sari Kedelai ke Penyaringan (Studi Kasus Pabrik Tahu di Batam)

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

RANCANG ULANG WHEELBARROW YANG ERGONOMIS DAN EKONOMIS

Analisis Sistem Kerja Sortasi Biji Kopi Dengan Menggunakan Pendekatan Ergonomi Di CV. Kopi Tunah Kolak Jaya

Transkripsi:

PERANCANGAN FASILITAS DAN PERBAIKAN POSTUR KERJA PADA STASIUN PENGEBORAN DI PT. PEPUTRA MASTERINDO Zayyinul Hayati Zen 1, Satriardi 2, Kismadi 3 1,2,3 Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Riau Jl. Tuanku Tambusai Ujung, Pekanbaru, Riau E-mail : eza_ab@yahoo.com Abstrak PT. Peputra Masterindo merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan kelapa sawit. Perusahaan memiliki workshop yang berfungsi sebagai tempat perbaikan dan pembuatan alat-alat yang menjadi kebutuhan pabrik. Salah satu peralatan yang digunakan adalah mesin bor yang dijalankan secara semi otomatis, dimana dalam penggunaan mesin ini operator melakukan pekerjaan dalam posisi jongkok serta tangan dalam posisi menekan mesin bor dengan sikap kerja yang tidak ergonomis. Sikap kerja yang tidak ergonomis ini dapat mengakibatkan keluhan terhadap otot saat bekerja, untuk itu perlu dilakukan perbaikan fasilitas kerja pada stasiun pengeboran. Upaya untuk mengatasi hal tersebut dilakukan identifikasi keluhan musculoskeletal dengan menggunakan Standart Nordic Questionnaire (SNQ) mulai dari tingkat sangat sakit hingga agak sakit pada anggota tubuh operator. Selanjutnya dilakukan penilaian postur kerja dengan metode Quick Exposure Check (QEC) dan didapatkan postur kerja yang berada pada level tidak aman yaitu pada pekerjaan mengambil batang besi, memposisikan batang besi, mengebor, mengambil hasil kerja dan meletakkan hasil kerja. Sedangkan hasil perhitungan biomekanika pada pekerjaan pengangkatan diketahui bahwa nilai Lifting Index (LI) > 1 serta nilai FC > MPL. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan yang dilakukan berada pada level perlu dilakukan tindakan dengan segera. Perbaikan dilakukan dengan merancang fasilitas kerja sesuai dengan antropometri operator. Setelah usulan perbaikan rancangan fasilitas kerja dibuat, dilakukan penilaian postur kerja pada kegiatan pengeboran dengan metode QEC dan hasilnya semua elemen kerja berada pada level aman. Kata Kunci: Antropometri, Biomekanika, Musculoskeletal Disorders, Postur Kerja, QEC 1. PENDAHULUAN Salah satu tipe masalah ergonomi yang sering dijumpai di tempat kerja khususnya yang berhubungan dengan kekuatan dan ketahanan manusia dalam melaksanakan pekerjaannya adalah kelelahan musculoskeletal. Keluhan ini dirasakan pada bagian-bagian otot skeletal yaitu meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Apabila pekerjaan berulang tersebut dilakukan dengan cara yang nyaman, sehat dan sesuai dengan standar yang ergonomis, maka tidak akan menyebabkan gangguan musculoskeletal dan semua pekerjaan akan berlangsung dengan efektif dan efisien. Hal ini dapat menyebabkan gangguan pada anggota tubuh tertentu yang dikenal dengan musculoskeletal disorders (MSDs). PT. Peputra Masterindo merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan kelapa sawit, untuk menunjang kelancaran produksi PT. Peputra Masterindo didukung oleh fasilitas workshop yang berfungsi sebagai tempat melakukan kegiatan perawatan, pemeliharaan dan pembuatan mesin-mesin pabrik seperti lori, Hidro Cyclon, Inclided Conveyor, Elevator dan hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan produksi. Proses pengeboran di workshop dilakukan secara semi otomatis. Dari hasil observasi di lapangan dan hasil wawancara dengan beberapa orang operator dibagian pengeboran diketahui rata-rata tingkat keluhan musculoskeletal seperti yang terlihat pada histogram berikut ini. 187

4 3 2 1 0 Gambar 1. Rata-rata Tingkat Keluhan Musculoskeletal Operator Dari histogram di atas dapat dilihat rata-rata keluhan rasa sakit terdapat pada otot bahu, punggung, pinggang belakang, paha, lutut dan betis. Hal ini dikarenakan operator melakukan pekerjaannya dalam posisi jongkok sebab posisi mesin yang terlalu rendah. Sikap kerja yang tidak alamiah terutama pada punggung saat memposisikan besi tepat pada mata bor. Karena sifat pekerjaannya, maka diduga dapat menyebabkan gangguan musculoskeletal bagi operator. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dilakukan perbaikan untuk mengatasi ketidaksesuaian antara fasilitas kerja dengan operator. Dalam penelitian ini akan dilakukan identifikasi ergonomi yang menghasilkan penilaian cara kerja apakah sudah sesuai dengan prinsip ergonomi atau belum. 2. METODOLOGI Mulai Studi Pendahuluan Melakukan Pengamatan Langsung Ke Perusahaan Melakukan Identifikasi Masalah Perumusan Masalah & Tujuan Penelitian Studi Pustaka Nordic Body Map, Postur Kerja, Antropometri dan Perancangan fasilitas kerja yang ergonomis Data Primer - Data tingkat keluhan muscoloskeletal - Data postur kerja QEC - Data dimensi tubuh operator - Data waktu proses Data Sekunder - Data tingkat keluhan muscoloskeletal - Data postur kerja QEC - Data dimensi tubuh operator - Data waktu proses A Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian 188

A Penentuan Instrumen Penelitian Kuesioner SNQ Kuesioner QEC Stopwatch dan Kamera Meteran Human Body Martin Teknik Pengumpulan Data Wawancara dengan pihak perusahaan dan karyawan Penyebaran SNQ Penyebaran Kuesioner QEC Pengukuran dimensi tubuh operator Analisa postur kerja Pengolahan Data Pengolahan SNQ Penentuan skor dan level resiko postur kerja aktual QEC Penilaian postur kerja dengan pendekatan biomekanika Pengukuran dimensi tubuh operator Perhitungan uji keseragaman, kecukupan dan kenormalan data. Analisis Pemecahan Masalah Analisis keluhan musculoskeletal Analisis postur kerja aktual Analisis rancangan pasilitas kerja yang baru Analisis prosedur kerja rancangan fasilitas kerja yang baru Kesimpulan dan Saran Selesai Gambar 2. Blok Diagram Metodologi Penelitian 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Data Keluhan Musculoskeletal Kuisioner SNQ untuk mengetahui tingkat keluhan musculoskeletal pada tiap bagian tubuh dengan masing-masing kategori rasa sakit, sehingga dapat diketahui bagian tubuh mana yang paling merasakan sakit. Hasil pengolahan data SNQ dapat dilihat pada Gambar berikut. Tingkat Keluhan 4 2 0 Rata-rata keluhan operator 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10111213141516171819202122232425262728 Jenis Kleluhan Gambar 3. Grafik Sebaran Keluhan Musculoskeletal Operator Dari histogram dapat diketahui keluhan musculoskeletal operator merasakan tingkatan sangat sakit pada bahu kanan, punggung, pinggang kebelakang, paha kanan, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan serta operator merasakan tingkatan sakit pada bahu kiri, paha kiri, lutut kiri, pegelangan kaki kiri, dan telapak kaki kanan. 189

3.2. Penilaian Postur Kerja Aktual dengan Quick Exposure Check (QEC) Penilaian postur kerja aktual operator pada stasiun pengeboran dengan menggunakan QEC untuk merumuskan perbaikan rancangan yang akan dilakukan terhadap fasilitas kerja berdasarkan tingkat keluhan musculoskeletal dan penilaian postur kerja tersebut. Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Analisa Postur Kerja Dengan QEC No Elemen Kerja Persentase Tindakan 1 Mengambil benda kerja yang akan di bor 54,9 Tindakan dalam waktu dekat 2 Memposisikan benda kerja 56,2 Tindakan dalam waktu dekat 3 Mengunci benda kerja 35,2 Aman 4 Memasang mata bor 36,4 Aman 5 Mengebor batang besi 63,6 Tindakan dalam waktu dekat 6 Menyemprot mata bor 33,3 Aman 7 Mengambil benda kerja hasil bor 56,2 Tindakan dalam waktu dekat 8 Meletakkan benda kerja hasil bor 59,9 Tindakan dalam waktu dekat Penilaian postur kerja dengan QEC dapat disimpulkan bahwa terjadi postur kerja yang tidak alamiah oleh operator yang disebabkan oleh posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk, gerakan lengan, pergelangan tangan yang kontiniu, posisi leher membungkuk serta posisi tempat duduk yang rendah akibat peletakan mesin yang rendah. 3.3. Penilaian Postur Kerja dengan Pendekatan Biomekanika Dalam pendekatan biomekanika ini dilakukan analisa terhadap pekerjaan mengangkat beban dengan menghitung nilai Recommended Weight Limit (RWL) dan nilai Maximum Permissible Limit (MPL) pada operator. 3.3.1. Penilaian Recommended Weight Limit (RWL) Recommended Weight Limit (RWL) digunakan untuk mengetahui batas beban yang dapat diangkat oleh operator tanpa menimbulkan cedera. Data aktual yang digunakan untuk mengetahui nilai RWL dari pekerjaan ini dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. 2. Data Pengangkatan H (cm) V (cm) D (cm) A ( 0 ) FM CM Origin 35 0 0 0 0,91 0,95 Destination 200 25 25 30 0,91 0,95 Untuk menentukan nilai dari RWL digunakan persamaan NIOSH seperti persamaan berikut : Untuk menentukan nilai dari RWL digunakan persamaan NIOSH seperti persamaan berikut: RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM 1) Origin LC = 23 Kg HM = (25 / H) = (25/35) = 0,714 VM = (1 0,003 V 75 ) = (1 0,003 0 75 ) = 0,775 DM =1 AM =1 FM = 0,91 CM = 0,95 RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 0,714 x 0,775 x 1 x 1 x 0,91 x 0,95 = 11,002 190

2) Destination LC = 23 Kg HM = (25 / H) = (25/200) = 0,125 VM = (1 0,003 V 75 ) = (1 0,003 25 75 ) = 0,85 DM = 0,82 + (4,5/D) = 0,82 + (4,5/25) = 1 AM = 1 (0,0032 A) = 1 (0,0032 x 30) = 0,904 FM = 0,91 CM = 0,95 RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM = 23 x 0,125 x 0,85 x 1 x 0,904 x 0,91 x 0,95 = 2,098 Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai Lifting Index (LI) > 1 hal ini dapat disimpulkan bahwa aktivitas tersebut dapat beresiko cedera tulang belakang untuk itu perlu dilakukan perbaikan pada sistem kerja tersebut. 3.3.2. Penilaian Maximum Permissible Limit (MPL) Pada penilaian MPL ini bertujuan untuk menganalisa kegiatan pengankatan beban yang dapat berakibat cedera pada segmen L5/S1 adapun elemen pekerjaan yanga akan dinilai antara lain : 1) Mengambil Benda Kerja Gambar 4. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Benda kerja Operator mengambil benda kerja (batang besi) dari lantai untuk di bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini : 191

Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda Kerja Tabel 3. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Benda Kerja No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat) 1 Telapak tangan 7 67 0 2 Lengan bawah 27 70 0 3 Lengan atas 28 86 0 4 Punggung 38 32 0 5 Inklinasi perut ӨH = 10 0 6 Inklinasi paha ӨT = 90 0 Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 6998,38 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 6998,38 N >MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1. 2) Mengangkat Benda Kerja Gambar 5. Segmentasi Tubuh Operator Mengangkat Benda kerja Operator mengangkat benda kerja (batang besi) dari lantai untuk dibawa ke temat pengeboran dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengangkat Benda Kerja No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat) 1 Telapak tangan 7 35 0 2 Lengan bawah 27 38 0 3 Lengan atas 28 60 0 4 Punggung 38 70 0 5 Inklinasi perut ӨH = 84 0 6 Inklinasi paha ӨT = 65 0 Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 9.899,90 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 9.899,90 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1. 192

3) Meletakkan Benda Kerja Pada Mesin Bor Gambar 6. Segmentasi Tubuh Operator Meletakkan Benda kerja Operator meletakkan benda kerja (batang besi) yang diambil dari lantai pada mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 5. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Meletakkan Benda Kerja Tabel 5. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Meletakkan Benda Kerja No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat) 1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0 Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1. 4) Mengambil Hasil Kerja Pada Mesin Bor Gambar 7. Segmentasi Tubuh Operator Mengambil Hasil Kerja Operator mengambil hasil kerja (batang besi) dari mesin bor dengan berat batang besi 45 Kg dan berat tubuh operator sebesar 69 Kg. Adapun panjang dan sudut segmentasi tubuh dari operator dapat dilihat pada tabel berikut ini : 193

Tabel 6. Ukuran dan Sudut Segmentasi Tubuh Proses Mengambil Hasil Kerja No Segmentasi Tubuh Panjang (cm) Sudut (derajat) 1 Telapak tangan 7 43 0 2 Lengan bawah 27 44 0 3 Lengan atas 28 68 0 4 Punggung 38 3 0 5 Inklinasi perut ӨH = 11 0 6 Inklinasi paha ӨT = 53 0 Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan software MPL Calculator Versi 1.0 diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) sebesar 7.525,36 N. Berdasarkan standar yang telah ditetapkan oleh NIOSH dapat disimpulkan bahwa nilai FC 77.525,36 N > MPL 6.500 N berarti pekerjaan tersebut membahayakan bagi pekerja dan perlu dilakukan perbaikan untuk menghindari cedera pada segmen L5/S1. 3.4. Data Dimensi Fasilitas Kerja Aktual Fasilitas kerja yang digunakan di PT. Peputra Masterindo adalah mesin bor. Gambar 8. Mesin Bor Aktual (Tampa 3 Dimensi) Tabel 7. 7. Data Dimensi Fasilitas Fasilitas Kerja Kerja Aktual Aktual No Dimensi Ukuran (cm) 1 Jarak mata bor ke lantai 32 2 Diameter mata bor 2 3 Tinggi mesin 150 4 Wadah penahan batang besi 23 5 Tinggi gagang mesin bor ke lantai 55 6 Tinggi wadah mesin 13 Perbaikan dimensi fasilitas kerja dilakukan pengukuran dimensi tubuh operator. Data antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data. 3.5. Data Antropometri Dimensi tubuh yang perlu diukur untuk mendapatkan data antropometri yang akan dijadikan acuan dalam penentuan dimensi rancangan adalah Tinggi bahu duduk, lebar pinggul, tinggi popliteal, jangkauan tangan, tinggi pinggang berdiri dan rentangan tangan. Data dimensi tubuh yang diperlukan berdasarkan hasil pengukuran dapat dilihat pada tabel dibawah ini : 194

Tabel 8. Data Antropometri Operator No. TBD LP Tpo JT Tpgb Rt 1 56,3 36,1 44,5 74,5 100 170 2 63 30 45 67 93 166 3 55,5 35,3 43,9 74 106 170 4 57,6 33,4 43,5 70 88 168 5 57,8 32,8 44 72 110 180 6 58,3 30,5 44,9 76 102 164 7 57 34 40,6 60 103 174 8 58 27 40,5 62 96 145 : TBD = Tinggi bahu duduk LP = Lebar pinggul pada posisi duduk Tpo = Tinggi popliteal JT = Jangkauan tangan Tpgb = Tinggi pinggang berdiri Rt = Rentangan tangan 9 61,7 34,5 47,6 82 99 154 10 60,5 30,7 46,4 74 95 155 11 61 36,6 48,5 69 101 157 12 60 32 45 70 97 171 13 64,5 31,6 48,2 83 89 164 Keterangan : TBD = Tinggi bahu duduk LP = Lebar pinggul pada posisi duduk Tpo = Tinggi popliteal JT = Jangkauan tangan Tpgb = Tinggi pinggang berdiri Rt = Rentangan tangan Data antropometri hasil pengukuran diolah untuk dijadikan sebagai acuan untuk menentukan dimensi fasilitas kerja yang baru. Data tersebut akan melewati beberapa uji agar 195

layak untuk membuat dimensi atau ukuran dalam perancangan yang terdiri dari uji kenormalan data, keseragaman data dan kecukupan data. Tabel 9. Rekapitulasi Uji Kenormalan Data dengan Chi-Square Tabel 10. Rekapitulasi Uji Keseragaman Data Antropometri 10 10 Tabel 11. Rekapitulasi Uji Uji Kecukupan Data Antropometri Data Antropometri No Dimensi N Xi Xi 2 ( Xi) 2 N' Keterangan Tabel 11. Rekapitulasi Uji Kecukupan Data Antropometri 1 TBD 35 2077,5 123603,35 4316006,25 3,75 Cukup No Dimensi N Xi Xi 2 LP 35 1124,2 36350,62 2 ( Xi) 1263825,64 2 N' Keterangan 10,69 Cukup 1 TBD 35 2077,5 123603,35 4316006,25 3,75 Cukup 3 Tpo 35 1543,2 68317,36 2381466,24 6,48 Cukup 2 LP 35 1124,2 36350,62 1263825,64 10,69 Cukup 4 JT 35 2513,8 181737,44 6319190,44 10,54 Cukup 3 Tpo 35 1543,2 68317,36 2381466,24 6,48 Cukup 5 Tpgb 35 3356 323498 11262736 8,48 Cukup 4 JT 35 2513,8 181737,44 6319190,44 10,54 Cukup 6 Rt 35 5693 931621 32410249 9,70 Cukup 5 Tpgb 35 3356 323498 11262736 8,48 Cukup 6 Rt 35 5693 931621 32410249 9,70 Cukup 3.6. Dimensi 3.6 Dimensi Produk yang yang Akan Dirancang Tabel 12. Ukuran Dimensi Rancangan 3.6 Dimensi Produk yang Akan Dirancang Tabel No 12. Ukuran Rancangan Dimensi Rancangan Rancangan Dimensi Persentil Ukuran No 1 Lebar Kursi Rancangan Lebar Pinggul Dimensi Persentil P 95 Ukuran 36 cm 2 Tinggi Kursi Tinggi Popliteal 50 44 cm 1 Lebar Kursi Lebar Pinggul P 95 36 cm Tinggi Bahu Duduk + 32 Tinggi Mata Kursi Bor Tinggi Popliteal P 50 P + 50 P50 103 44 cm Tinggi Popliteal Tinggi Bahu Duduk + 43 Panjang Tinggi Mata conveyor Bor Rentang Tangan P 50 P5 + P50 142 103 cm Tinggi Popliteal 5 Tinggi meja tempat material Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm 4 Panjang conveyor Rentang Tangan P5 142 cm 6 Lebar meja tempat material Jangkauan Tangan P5 62 cm 5 Tinggi meja tempat material Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm 7 Tinggi Conveyor Tinggi Pinggang Berdiri P50 96 cm 6 Lebar meja tempat material Jangkauan Tangan P5 62 cm Jarak Meja Material dengan 87 Tinggi Conveyor Rentangan Tinggi Pinggang Tangan Berdiri P50 163 96 cm Conveyor Jarak Meja Material dengan 8 Rentangan Tangan P50 163 cm Conveyor 3.7 Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru 3.7 Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru 196 Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi) Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi) Adapun usulan fasilitas kerja yang akan di rancang adalah :

3.7. Usulan Rancangan Fasilitas Kerja yang Baru Gambar 9. Fasilitas Kerja Usulan Keseluruan (Tampak 3 Dimensi) Adapun usulan fasilitas kerja yang akan di rancang adalah : 1) Crane untuk mengangkat benda kerja Crane dalam hal ini digunakan untuk mengangkat benda kerja (batang besi) dengan membangun sebuah kostruksi dari baja dengan tinggi 400 cm, panjang 600 cm dan lebar 400 cm, pada bagian atas konstruksi dirancang rel untuk mempermudah operator dalam menggerakkan crane ke semua arah. 2) Meja tempat benda kerja Fasilitas ini dirancang agar operator tidak mengalami cedera pada saat mengambil benda kerja, dimana pada kondisi aktual operator mengambil benda kerja dalam kondisi membungkuk dikarenakan benda kerja berada di bawah lantai. Untuk mengatasi resiko tersebut maka dirancang sebuah fasilitas kerja dengan menambahkan meja tempat tumpukan material dengan dimensi ukuran sebagai berikut : a. Tinggi : 98 cm Dimensi : Tinggi Pinggang Berdiri Persentil : P 50 b. Lebar : 62 Dimensi : Jangkauan Tangan Persentil : P5 c. Panjang : 201 Dimensi : Disesuaikan dengan benda kerja d. Jarak dengan conveyo : 163 cm Dimensi : Rentang tangan Persentil : P50 3) Conveyor Rancangan conveyor ini diusulkan untuk mempermudah operator dalam memposisikan benda kerja dengan panjang yang disesuaikan dengan persentil 5 dari dimensi rentang tangan operator yaitu 142 cm sehingga operator lebih mudah untuk menjangkau dan menggeser benda kerja, serta tinggi 94 cm dan lebar 54 cm disesuaikan dengan kondisi meisin bor. 4) Meja mesin bor Meja dudukan mesin bor ini dirancang sesuai dengan tinggi mata bor dengan lantai yang diambil dari dimensi tinggi bahu duduk + tinggi popliteal yaitu 103 cm dengan persentil 50 sehingga operator dalam melakukan pekerjaan pengeboran tidak lagi dalam posisi jongkok dan dapat terhindar dari cedera. 197

5) Tempat Duduk Tempat duduk operator dengan tinggi 44 cm diambil dari data dimensi tinggi popliteal dengan persentil 50 dan lebar 36 cm dari data dimensi lebar pinggul duduk dengan persentil 95. 6) Meja hasil pengeboran Fasilitas meja hasil pekerjaan dirancang sesuai dengan ukuran benda kerja dengan tinggi 87 cm yang dibuat lebih rendah dari conveyor agar benda kerja yang telah selesai di bor langsung di dorong ke meja tumpukan sehingga operator tidak ada lagi melakukan pekerjaan pengangkatan. 3.8. Analisis 3.8.1 Analisis Faktor Psikologis Pada proses pekerjaan di stasiun pengeboran PT. Peputra Masterindo ditemukan proses pekerjaan yang tidak alamiah hal ini tentunya sangat berpengaruh terhadap psikologi operator adapun hal-hal yang mempengaruhi faktor tersebut diantaranya: a. Suasana kerja kurang aman Suasana kerja yang kurang memadai dimana penempatan posisi mesin bor yang terlalu rendah dan tidak adanya alat bantu pengangkatan material yang cukup berat tentunya dapat membahayakan bagi operator dan sangat beresiko. b. Adanya rasa kebosanan Proses kerja yang berulang dan berat tentunya dapat menyebabkan kebosanan dan kelelahan pada bagian tubuh yang dikenai pekerjaan atau beban. c. Hilangnya kewaspadaan Akibat dari kepenatan dan keletihan dari pekerjaan yang terlalu berat, operator akan berkurang tingkat kewaspadaannya setelah melakukan pekerjaan tersebut dalam janga waktu lama, pekerjaan ini juga akan berdampak menimbulkan hal-hal seperti kejenuhan kerja yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap kinerja tenaga kerja, Stress kerja, Kelelahan atau keletihan kerja serta gangguan Musculoskeletal Disorders (MSDs). 3.8.2 Analisa Tingkat Keluhan Musculoskeletal Berdasarkan hasil pengolahan dengan menggunakan Standart Nordic Questionnaire (SNQ) terdapat persamaan dan perbedaan tingkat dan kategori rasa sakit pada bagian tubuh operator. Keluhan ini terjadi karena faktor postur kerja yang statis dimana operator bekerja dengan keadaan diam. Gerakan yang dilakukan pada saat bekerja hanya berada pada posisi jongkok. Faktor yang berpengaruh sangat besar yaitu terhadap fasilitas yang digunakan. Tidak adanya kesesuaian antara operator yang satu dengan yang lain. Tingkat kategori rasa sakit yang berbeda pada bagian tubuh yang disebabkan berbedanya antropometri operator pada setiap bagian tubuhnya. Perbedaan ini juga disebabkan oleh tata letak komponen pada masing-masing tempat kerja yang belum teratur dan kecenderungan bekerja dengan fasilitas seadanya dan mengandalkan kebiasaan selama bekerja. Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan penyesuain rancangan fasilitas kerja dengan antropometri operator, melakukan pengaturan tata letak komponen sehingga tata letak lebih teratur dan benda kerja berada jangkauan operator dengan postur kerja yang sesuai. 3.8.3 Analisa Postur Kerja Aktual QEC Berdasarkan hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC, level tindakan yang dilakukan pada setiap elemen kerja dapat dilihat pada tabel 1. Elemen kerja mengambil batang besi, memposisikan batang besi, mengebor besi, mengambil dan meletakkan hasil bor merupakan postur kerja yang tidak alamiah disebabkan oleh oleh posisi belakang punggung dalam keadaan membungkuk, gerakan lengan, pergelangan tangan yang kontiniu dan posisi leher yang membungkuk serta posisi tubuh yang jongkok. Dari hasil penilaian postur kerja tersebut dapat diketahui bahwa terdapat beberapa postur kerja yang tidak alamiah. 198

3.8.4 Analisa Biomekanika Postur Kerja Aktual Dari nilai gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) diketahui bahwa berada diatas Nilai MPL yang ditetapkan oleh NIOSH hal ini tentunya kegiatan yang dilakukan oleh operator sudah tergolong berbahaya dan perlu dilakukan perbaikan segera. Untuk penilaian Recommended Weight Limit (RWL) diketahui bahwa nilai Lifting Index sebesar 21,44 > 1 hal ini dapat di simpulkan bahwa aktivitas tersebut dapat beresiko cedera tulang belakang dan perlu dilakukan perbaikan. 3.8.5 Analisa Kondisi Aktual Fasilitas Kerja Kondisi fasilitas kerja pada proses pengeboran yang rendah dimana posisi mesin bor ditarok di lantai, hal ini menyebabkan posisi operator pada saat mengoperasikan mesin harus menyesuaikan sehingga terjadi sikap kerja yang tidak alamiah terutama pada kaki operator dengan posisi jongkok serta sekali-kali harus berdiri dengan posisi membungkuk dengan pandangan fokus pada mata bor. Hal ini merupakan sikap kerja yang tidak alamiah yang dapat menyebabkan keluhan musculoskeletal jika terjadi secara terus-menerus. Jarak batang besi yang akan diambil untuk diletakkan pada mesin bor berjarak sekitar 2 meter sehingga operator sulit untuk mengangkat batang besi yang memiliki berat rata-rata 45 kg dengan panjang 60 cm. operator harus mengangkat batang besi lalu meletakkan kewadah tepat pada mata mesin bor. Bentuk pada wadah penahan batang besi yang agak kecil sehingga operator membutuhkan waktu cukup lama untuk memposisikan batang besi agar tetap lurus dan pas pada mata bor. 3.8.6 Analisa Postur Kerja pada Fasilitas Kerja Usulan Analisa postur kerja ini dilakukan berdasarkan gambar pada fasilitas kerja usulan. Penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC untuk setiap elemen kerja dari kegiatan pengeboran, antara lain : dari hasil penilaian postur kerja dengan menggunakan metode QEC untuk setiap elemen kerja dari kegiatan pengeboran pada fasilitas kerja usulan didapatkan hasil semua elemen kerja berada pada level aman. 4. KESIMPULAN 1) Dari hasil pengolahan tingkat keluhan yang di alami oleh operator dengan menggunakan penyebaran kuesioner Standart Nordic Questionnaire (SNQ) terdapat perbedaan kategori rasa sakit pada bagian tubuhnya. Dimana operator merasakan tingkatan sangat sakit pada bahu kanan, punggung, pinggang kebelakang, paha kanan, lutut kanan, betis kiri dan betis kanan serta operator merasakan tingkatan sakit pada bahu kiri, paha kiri, lutut kiri, pegelangan kaki kiri, dan telapak kaki kanan. Perbedaan tersebut disebabkan karena berbedanya dimensi tubuh operator dan tata letak komponen pada masing-masing tempat kerja. 2) Hasil penilaian postur kerja aktual dengan metode Quick Exposure Check(QEC) terdapat elemen kerja yang memerlukan perbaikan yaitu : mengambil batang besi, memposisikan batang besi, mengebor besi, mengambil hasil bor dan meletakkan hasil bor. Sementara elemen kerja mengunci batang besi, memasang mata bor dan menyemprot mata bor berada pada level aman. 3) Hasil penilaian postur kerja dengan pendekatan biomekanika dengan melakukan penilaian Recommended Weight Limit (RWL) diketahui bahwa nilai Lifting Index (LI) 21,44 > 1 hal ini berada pada level tidak aman yang dapat berisiko cedera musculoskeletal pada operator yang harus dilakukan perbaikan segera. Sedangkan berdasarkan perhitungan Maximum Permissible Limit (MPL) diketahui gaya tekan/kompresi pada L5/S1 (FC) > MPL dari 4 kegiatan pengangkatan yang dilakukan oleh operator seperti terlihat pada tabel berikut ini: 199

Tabel 13. Hasil Perhitungan Maximum Permissible Limit No Elemen Pekerjaan AL FC MPL Kesimpulan 1 Mengambil Benda Kerja 3.500 N 6.998,38 N 6.500 N Berbahaya 2 Mengangkat Benda Kerja 3.500 N 9.899,90 N 6.500 N Berbahaya 3 Meletakkan Benda Kerja 3.500 N 7.525,36 N 6.500 N Berbahaya Mengambil Benda 4 Kerja dari Mesin 3.500 N 7.525,36 N 6.500 N Berbahaya Bor Dari hasil perhitungan di simpulkan bahwa aktivitas yang dilakukan oleh operator berada pada level berbahaya teridentifikasi dapat beresiko pada L5/S1. 4) Perbaikan rancangan fasilitas kerja terdiri dari : a. Tinggi mata bor 103 cm b. Tinggi kursi operator 44 cm c. Lebar dudukan kursi 36 cm d. Panjang conveyor 142 cm e. Tinggi meja penumpukan material 96 cm f. Lebar meja penumpukan material 62 cm Dari hasil penilaian postur kerja pada fasilitas kerja usulan yaitu mengambil batang besi, memposisikan batang besi, dan mengebor besi berada pada level aman. 5. DAFTAR PUSTAKA Anis, Muchlison, Perbaikan Metode Kerja Operator Melalui Analisis Musculoskeletal Disorders (MSDs), Seminar Nasinonal IENACO, ISSN : 2337-4349, 2014. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 2006. Dwiwaluyo, Sihono Statistika untuk Pengambilan Keputusan. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2001. Ilman, Ahmad., Yuniar., dan Helianty, Yanty, Rancangan Perbaikan Sistem Kerja dengan Metode Quick Exposure Checklist (QEC) di Bengkel Sepatu X di Cibaduyut. Teknik Industri Itenas No. 2 Vol. 1, 2013. Manuaba, A. Penerapan Ergonomi Partisipasi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Disampaikan pada Seminar Nasional Ergonomi. Reevaluasi Penerapan Ergonomi dalam Meningkatkan Kinerja Industri. Surabaya, 23 Nopember 1999. Nurmianto, Eko. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikainya. Surabaya: PT. Guna widya. 2003. Poerwanto, Setiadi, Muhammad Yudi, Anizar, Usulan Alat Bantu Pemindahan Batako untuk Mengurangi Resiko Musculoskeletal Disorders di PT.XYZ, e-jurnal Teknik Industri FT USU, Vol.1 No.3, April 2013. Santoso, Gempur. Ergonomi Manusia, Peralatan dan Lingkungan. Surabaya: PT. Guna Widya. 2004. Stanton, Neville.et.al. Handbook of Human Factors and E rgonomics Methods. CRC Press LLC: United States of America. 2004. Sugiharto, Usulan Perbaikan Fasilitas Kerja Pada Stasiun Pemotongan Untuk Mengurangi Keluhan Musculoskeletal di CV.XYZ, e-jurnal Teknik Industri FT USU, Vol.1 No.2, Maret 2013. Sutalaksana, I.Z, dkk. Teknik Tata Cara Kerja. Bandung: ITB. 1979. Tarwaka, Solichul, dkk. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. Denpasar: Universitas Udayana. 2004. Wignjosoebroto, Sritomo. Ergonomi, Studi Gerakan dan Waktu. Surabaya: PT Guna Widya. 1995. Worths, Butter. Applied Ergonomi Handbook. London: Loughborough University of Technology. 1989. 200