BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Global Economic Resession atau krisis ekonomi dunia yang dimulai bulan September 2008 di Amerika, pada awalnya diakibatkan oleh adanya kehancuran pada industri properti Amerika dimana para developer tidak mendapatkan pembayaran dari customer sehingga menyebabkan pihak developer tidak mampu melakukan pembayaran hutang pada bank dan pada akhirnya bank kekurangan dana sehingga tidak dapat memberikan pinjaman pada sektor riil lainnya. Adanya kehancuran ekonomi di Amerika juga menimbulkan efek domino terhadap seluruh sektor industri di dunia seperti properti, garmen, dan manufacturing. Begitu pula dengan Indonesia, walaupun tingkat ekspor Indonesia terbilang cukup kecil, sekitar 18% per tahun, namun efek kehancuran ekonomi Amerika juga berdampak pada seluruh sektor usaha yang berakibat pada kenaikkan harga bahan baku, biaya produksi, biaya promosi, biaya distribusi dan pada masyarakat mengakibatkan menurunnya daya beli.
2 Sektor yang paling pertama terkena dampak krisis ekonomi dunia adalah industri otomotif. Berbagai perusahaan otomotif besar dunia seperti General Motor, Ford, BMW, dan Mercedes Benz mengalami kebangkrutan. Sektor industri otomotif di Indonesia juga mengalami dampak dari krisis ekonomi dunia dimana harga bahan baku seperti besi, plastik dan karet mengalami kenaikkan harga yang signifikan yang mengakibatkan perusahaan harus menaikkan harga jual ke konsumen. Dengan adanya kenaikkan harga, maka tingkat penjualan kendaraan akan menurun begitu juga dengan tingkat produksinya. Industri otomotif Indonesia merupakan salah satu industri potensial dan salah satu penggerak perkonomian Indonesia. Berdasarkan data Gaikindo, setiap tahunnya terjual sekitar 500.000 unit kendaraan bermotor roda empat dan 900.000 unit kendaraan bermotor roda dua. Salah satu pelaku bisnis di bidang otomotif Indonesia adalah PT. Toyota Astra Motor (PT. TAM). PT. TAM adalah agen tunggal pemegang merk (ATPM) kendaraan Toyota. Pada tahun 2008, Toyota menguasai 40% pangsa pasar otomotif nasional dengan volume penjualan lebih dari 200.000 unit kendaraan. Dengan adanya krisis ekonomi dunia, penjualan kendaraan Toyota mengalami penurunan mulai bulan Oktober 2008 Desember 2008. Di mana hal ini mengakibatkan penurunan target penjualan kendaraan pada tahun 2009. Dengan adanya penurunan penjualan kendaraan, maka perusahaan juga akan mengalami penurunan keuntungan. Namun walaupun terjadi penurunan keuntungan, biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk terus menjalankan roda bisnis perusahaan
3 terus bertambah karena meningkatnya harga bahan-bahan produksi. Maka untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, perusahaan mengeluarkan kebijakkan Cost Reduction. Cost Reduction yang dilakukan antara lain dengan melakukan pengurangan waktu over time karyawan. Langkah ini di ambil karena perusahaan melihat bahwa biaya yang dikeluarkan untuk membayar waktu over time karyawan setiap bulan sangat besar. Berdasarkan informasi yang diberikan oleh pihak finance, rata-rata biaya over time yang dibayarkan kepada karyawan setiap bulannya adalah Rp. 3,000,000 per karyawan. Perusahaan berpendapat bahwa dengan mengurangi waktu over time karyawan, maka perusahaan akan memiliki cadangan biaya untuk mengantisipasi kondisi penjualan apabila kondisi ekonomi semakin memburuk. Di sisi lain, pengurangan waktu over time sama dengan pengurangan penghasilan bagi para karyawan. Hal ini dikarenakan karena selama ini gaji over time dimasukkan ke dalam salah satu variabel gaji yang cukup besar oleh para karyawan. Karena tujuan setiap karyawan bekerja adalah mendapatkan penghasilan, dengan adanya penurunan penghasilan, padahal di sisi lain kebutuhan setiap karyawan terus meningkat, tentu saja dapat mengurangi semangat dan motivasi setiap karyawan. Apabila motivasi dan semangat kerja para karyawan menurun tentu saja produktivitas karyawan juga akan berkurang dan hal ini tentu saja akan berdampak negatif pada prestasi perusahaan.
4 Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh pengurangan waktu over time terhadap tingkat kepuasan dan produktivitas karyawan, maka penulis melakukan penelitian mengenai hal tersebut. Manusia merupakan sumber daya yang memiliki akal, pikiran, kemauan, serta latar belakang yang berbeda-beda. Manusia merupakan sumber daya terpenting di dalam suatu perusahaan. Oleh sebab itu perusahaan harus dapat menemukan solusi bagaimana untuk tetap menjaga agar produktivitas kerja karyawan dapat terus optimum serta mempunyai mutu yang baik. Perusahaan harus dapat mengetahui keinginan dan kebutuhan karyawan dalam hal pencapaian produktivitas kerja yang tinggi dan dapat mengembalikan semangat dan motivasi kerja para karyawan. Perusahaan hendaknya tidak memiliki pemikiran bahwa cost untuk meningkatkan kepuasan akan lebih tinggi dibanding dengan benefit yang akan diperoleh. Pemikiran yang demikian merupakan pemikiran yang keliru dan sama sekali tidak benar. Jika hal ini terjadi sama artinya perusahaan meletakkan bom waktu pada karyawan. Sebab ketidakpuasan karyawan akan mengakibatkan reaksi-reaksi negatif yang akan merugikan perusahan. Kepuasan kerja adalah keadaan emosional karyawan yang terjadi atau tidak terjadi titik temu antara nilai balas jasa karyawan dan perusahaan dengan tingkat nilai balas jasa yang diinginkan oleh karyawan yang bersangkutan (Martoyo, 2000). Bila karyawan merasa puas, maka karyawan dapat memberikan kontribusi positif bagi perusahaan sehingga meningkatkan produktifitas perusahaan. Sedangkan karyawan yang merasa tidak puas akan menghasilkan dampak reaksi negatif bagi perusahaaan.
5 Reaksi yang muncul misalnya karyawan sering mangkir, karyawan sering ijin pulang cepat, kualitas pekerjaan menurun, angka turn over yang tinggi, dan lain-lain. Perusahan yang memiliki angka turn over yang tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan belum mampu untuk menjaga tingkat loyalitas karyawan. Dalam bukunya yang berjudul Psychology and Industry To Day, Schultz (1990) mengatakan bahwa kepuasan kerja memiliki hubungan langsung dengan positive behavior pada pekerjaan. Menurutnya karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan memiliki higher perfomance dari pada karyawan yang tidak puas. Setelah melihat betapa pentingnya kepuasan kerja karyawan bagi perusahaan, hendaknya perusahan tidak menunggu para karyawan/ti menjadi tidak produktif sama sekali. Keputusan untuk melakukan cost reduction hendaknya tidak merusak semangat dan motivasi karyawan. Pepatah mengatakan : akibat nila setitik rusak susu sebelangga. 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1.2.1. Identifikasi Masalah Adanya kebijakan cost reduction yang salah satunya dilakukan dengan cara pengurangan waktu over time karyawan berpengaruh secara langsung terhadap penghasilan yang diperoleh oleh karyawan setiap bulannya. Dengan berkurangnya peghasilan, maka tidak tertutup kemungkinan akan menurunkan tingkat kepuasan dan produktivitas karyawan akibat hilangnya motivasi bekerja. Apabila tingkat produktivitas kerja karyawan menurun, maka hal itu akan menyebabkan turunnya
6 produktivitas perusahaan pula. Oleh karena nya perlu dilakukan penelitan mengenai hubungan antar pengurangan waktu over time dengan tingkat kepuasan dan produktivtas kerja karyawan. 1.2.2. Perumusan Masalah - Bagaimana tingkat kepuasan karyawan sesudah terjadinya pengurangan waktu over time? - Bagaimana tingkat produktivitas karyawan pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pengurangan waktu over time? - Apakah pengurangan waktu over time berpengaruh terhadap kepuasan dan produktivitas karyawan departemen sales di PT. Toyota Astra Motor? 1.3. Ruang Lingkup Untuk memperjelas lingkup permasalahan dan mengurangi kompleksitas dari permasalahan yang ada maka perlu dilakukan pembatasan ruang lingkup pembahasan sebagai berikut: 1. Penelitian ini meneliti tentang analisa hubungan pengurangan waktu over time dengan kepuasan dan produktivitas kerja karyawan pada Sales Division PT. Toyota Astra Motor. 2. Tempat yang digunakan untuk melakukan penelitian adalah PT. Toyota Astra Motor yang berlokasi di Jl. Yos Sudarso, Jakarta Utara. 3. Pembahasan produktivitas karyawan dibatasi hanya pada tingkat absensi / kehadiran dan pengunduran diri karyawan.
7 1.4. Tujuan dan Manfaat Tujuan dilakukan penelitian ini, sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tingkat kepuasan kerja karyawan di perusahaan. 2. Untuk mengetahui pengaruh hubungan antar pengurangan waktu over time karyawan terhadap kepuasan dan produktivitas karyawan di perusahaan. 3. Untuk menjaga dan meningkatkan kepuasan dan produktivtias kerja karyawan Manfaat yang didapatkan dari penelitian yang dilakukan, sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan dapat mengetahui tingkat kepuasan para karyawan sehingga dengan itu dapat menjadi acuan untuk terus meningkatkan kepuasan karyawan agar pada akhirnya perfomance perusahaan juga dapat ditingkatkan. 2. Bagi perusahaan hasil ini dapat digunakan sebagai rujukan untuk mengetahui hubungan antara pengurangan waktu over time karyawan dengan kepuasan dan produktivitas kerja karyawan. 3. Bagi penulis penelitian ini akan membantu mempelajari dan manganalisa serta mengembangkan ilmu yang telah didapat untuk dapat diterapkan dalam kehidupan nyata.
8 1.5. Gambaran Umum Perusahaan (Objek penelitian) 1.5.1. Perkembangan Perusahaan PT. TAM didirikan pada tanggal 12 April 1971. PT. TAM merupakan perusahaan joint venture antara PT. Astra International Tbk. (saham 51%) dan Toyota Motor Corporation (saham 49%), Jepang. Pada mulanya, PT. TAM hanya sebagai importir kendaraan Toyota. Satu tahun kemudian, beralih fungsi sebagai distributor. Pada tanggal 31 Desember 1988 PT. TAM melakukan merger bersama dengan tiga perusahaan yaitu : 1. PT. Multi Astra (pabrik perakitan, berdiri 1973) 2. PT. Toyota Mobilindo (pabrik komponen bodi, berdiri 1976) 3. PT. Toyota Engine Indonesia (pabrik mesin, berdiri 1982) Hasil merger ini menjadi PT. TAM. Ini dilakukan guna menyatukan langkah dan efisiensi dalam menjawab tuntutan terhadap kualitas serta menghadapi ketatnya persaingan di dunia otomotif. Terhitung sejak tanggal 15 Juli 2003, PT. TAM melakukan restrukturisasi, berubah menjadi PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia, dan didirikan perusahaan baru PT. TAM.
9 Profil perusahaan setelah restrukturisasi adalah : Tabel 1.1 Profil Perusahaan Setelah Restrukturisasi PT. Toyota-Astra Motor (TAM) PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Kantor pusat Didirikan 15 Juli 2003 Jln. Yos Sudarso, Sunter II, Jakarta 14330 12 April 1971 Saham PT. Astra International : 51 % PT. Astra International : 5 % Toyota Motor Cororation : 49 % Toyota Motor Cororation : 95 % Modal disetor Rp. 400.000.000.000,- Rp. 19.500.000.000,- Aktivitas Agen penjualan, importir, dan distributor produk Toyota Pabrik perakitan produk Toyota. Pabrik pembuat mesin, jig, dies, dan komponen otomotif. Eksportir kendaraan Toyota dan part komponen kendaraan Fasilitas Jaringan Dealer Toyota Fasilitas Produksi Dealer utama : Auto 2000, PT. New Ratna Motor, Kawasan Sunter : Pabrik pengecoran,pencetakan, PT. Agung Automall, PT. Hasjrat Abadi, perakitan NV. Hadji Kalla Trd.Co. Kawasan Karawang : Pabrik pencetakan, perakitan Outlet resmi : 154 (per Desember 2003) Bengkel resmi : 128 (per Desember 2003) Sumber : PT. TAM Toyota telah menguasai pasar Indonesia sejak tahun 1987 dengan produk andalan Starlet*,Soluna*, Vios, Corolla, Cressida*, Corona*, Camry, Crown, Hiace*, Kijang, Land Cruiser*, Dyna ( * = sudah tidak diproduksi). Kendaraan yang dihasilkan memiliki kualitas tinggi. Kini Toyota melakukan perakitan untuk Avanza bekerjasama dengan PT. Astra Daihatsu Motor untuk kelas sub-compact, Dyna yang dirakit di PT Sugity Creatives yang diperuntukkan sebagai kendaraan pengangkut barang, dan Kijang Innova yang diproduksi dengan menggunakan standar kelas dunia, yang akan diekspor ke berbagai negara di dunia. Sebagai dukungan layanan purna jual, Toyota memiliki pusat TGP Toyota terbesar di Indonesia yang dikelola secara komputerisasi sehingga dapat dihubungkan langsung dengan pusat TGP Toyota di Jepang. Layanan purna jual yang prima juga
10 dibuktikan dengan tersebarnya jaringan bengkel resmi yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. 1.5.2. Struktur Organisasi Perusahaan Struktur organisasi PT. TAM memiliki tingkat fleksibilitas yang tinggi. Artinya, struktur organisasi dapat berubah setiap waktu guna mengantisipasi berbagai tantangan, hambatan, dan peluang yang ada. Saat ini, PT TAM terdiri dari dua direktorat, enam divisi dan 26 departemen. Stuktur organisasi PT. TAM dapat dilihat pada Gambar 1.1.
11 Sales Marketing Planning & Customer Relation Domestic Sales Dealer Development Customer Satisfaction Planning & Analysis Product Planning Communication Administration Marketing Marketing Planning Parts Control Service Parts Supply Operation Warehouse Board of Directors National Service Field Representative G.A & Part No Adm Planning Technical & Warranty Training Sudirman Workshop Sunter Workshop Field Representative Administration Support Vehicles Logistics Finance & Administration Delivery Control Logistics Accounting Financing Human Resources General Affairs System Support Gambar 1.1 Struktur Organisasi PT. TAM Sumber : PT. TAM
12 1.5.3. Uraian Pekerjaan 1.5.3.1. Boards of Directors Boars of Directors terdiri dari President Director, Vice President Director, dan Directors. Jajaran ini merupakan pemegang kebijakan tertinggi perusahaan. Director memimpin satu direktorat yang membawahi beberapa divisi. 1.5.3.2. Marketing Directors Merupakan bagian utama jalannya perusahaan, yang langsung berhubungan dengan konsumen. Direksi ini dibagi menjadi 4 divisi. Tugas utama dari direksi ini adalah menjual produk sebanyak-banyaknya, dan memastikan adanya pelayanan purna jual yang baik. Ini dilakukan dengan melakukan berbagai program dan standarstandar kerja, baik di dalam intern perusahaan, maupun dealer-dealer. 1.5.3.2.1. Sales Division Tugas pokok divisi ini adalah bertanggung jawab terhadap pengembangan dealer dan pencapaian target penjualan kendaraan domestik. 1.5.3.2.2. Marketing Planning & Customer Relation Division Tugas pokok divisi ini adalah menjamin dan menjaga kepuasan konsumen, melakukan perencanaan dan analisa pasar, merencanakan produk yang akan dilempar ke pasaran, dan menjadi public relation bagi perusahaan. 1.5.3.2.3. Service Parts Division Service Parts Division bertanggung jawab akan ketersediaan TGP bagi konsumen di seluruh Indonesia. TGP yang disediakan harus sesuai dengan kebutuhan (tidak
13 kurang dan tidak berlebih). Divisi ini juga melakukan pembinaan, pendidikan ke dealer. 1.5.3.2.4. National Service Division Divisi ini merupakan salah satu wujud jaminan Toyota akan layanan purna jual yang prima. Layanan servis yang memuaskan, disertai jaringan bengkel yang tersebar diseluruh Indonesia dengan mengikuti standar servis Toyota merupakan tugas utama divisi ini. 1.5.3.3. Administration Support Directors Fungsi dari Administration Support Direction merupakan direksi pendukung dari marketing. Tanpa kinerja yang bagus dari direksi ini, akan mengganggu kinerja Marketing Directors. 1.5.3.3.1. Vehicles Logistics Division Vehicle Logistic Division berfungsi mendistribusikan mobil-mobil baru ke berbagai daerah baik secara direct delivery (mobil diantar langsung), atau dengan truk pengangkut. Mobil yang dikirim harus dipastikan memiliki kualitas yang bagus, dan diterima dalam keadaan baik oleh konsumen. 1.5.3.3.2. Finance & Administration Division Bertanggung jawab mendukung kelancaran operasi semua divisi. Divisi ini melakukan fungsi supporting yang diterjemahkan ke dalam departemen-departemen yang berada di bawahnya (lihat Gambar 2.1). Kinerja Finance & Administration Division yang tidak maksimal akan memberikan pengaruh yang buruk kepada divisidivisi yang lain.