Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh: Eldawati. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK

JURNAL PENELITIAN. Oleh : SOTRIADI NPM:

By: Silvi Ayuningsih. *Student. Student of Guidance and Counseling program, STKIP PGRI West Sumatera ABSTRACK

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MEWUJUDKAN KEPERCAYAAN DIRI PESERTA DIDIK DI KELAS VII SMP NEGERI 27PADANG JURNAL PENELITIAN

KERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT E JURNAL

HAMBATAN PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK OLEH GURU BK DI SMA NEGERI KOTA PADANG. Oleh: Nurlela* Azrul Said** Rahma Wira Nita**

PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK MENENTUKAN JURUSAN KE PERGURUAN TINGGI DI KELAS XII SMAN 2 KOTA PADANG PANJANG

PELAKSANAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 SUTERA JURNAL

PELAKSANAAN LAYANAN PENGUASAAN KONTEN OLEH GURU BK DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS X SMKN 2 PAYAKUMBUH By:

Keyword: Reinforcement, Learning BK, Information Service

Keywords: Effectiveness, Information Services, Teachers BK

Peran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas di SMA Negeri 2 Solok Selatan. By:

USAHA GURU BK UNTUK MEMBANTU MEMENUHI KEBUTUHAN SOSIAL REMAJA DALAM BELAJAR DI SMP N 2 PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA. Oleh: Fauziah Latif *)

KERJASAMA GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER DI SMA NEGERI 1 TALAMAU KABUPATEN PASAMAN BARAT ARTIKEL

PROFIL HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI SMK NEGERI 1 SIJUNJUNG

KENDALA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DI SMA NEGERI 7 KERINCI

Peni Putri Ninda Sari * Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons ** Yasrial Chandra, M.Pd **

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DI SMK NEGERI 5 PADANG. (Studi Deskriptif Kuantitatif di Kelas XI SMK Negeri 5 Padang) Oleh:

PROFIL PERHATIAN ORANG TUA KEPADA PESERTA DIDIK YANG MEMPUNYAI KESULITAN BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI I KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

FAKTOR SOSIOLOGIS KESULITAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X SMA PGRI 1 PADANG

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA KETERAMPILAN GURU BK DALAM MEMBERIKAN LAYANAN INFORMASI DI SMP N 1 PASAMAN

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

PEMBERIAN PENGUATAN OLEH GURU PEMBIMBING TERHADAP PESERTA DIDIK DALAM LAYANAN INFORMASI DI SMP NEGERI 26 PADANG. Oleh : Ismi Auldra Efendi*

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK YANG TIDAK TINGGAL DENGAN ORANG TUA (Suatu Kajian di SMA Negeri I Rao Kabupaten Pasaman) E-JURNAL

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TERHADAP MINAT PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI LAYANAN INFORMASI

Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik Melalui Layanan Informasi (Studi Eksperimen Pada Peserta Didik Kelas VIII.8 SMP N 13 Padang) ABSTRACT

PENERAPAN KETERAMPILAN DASAR DALAM KONSELING KELOMPOK OLEH GURU BK DI KELAS VIII SMP NEGERI 31 PADANG JURNAL

MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK TINGGAL KELAS DAN PROGRAM LAYANAN OLEH GURU BK (Studi di SMP MUHAMMADIYAH 6 PADANG) JURNAL RANI ETA PUTRI NPM:

PERAN GURU BK DALAM MENINGKATKAN KECERDASAN INTERPERSONAL PESERTA DIDIK KELAS VIII MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 12 PADANG

Keywords: Group Guidance Services, learning skills, Junior High School Students

PROFIL INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 4 PADANG JURNAL ULFI SAPUTRA NPM:

Profil Peserta Didik Slow Learner dan Implikasinya Pada Pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMPN 18 Padang ABSTRACT

Indra Priono * Fitria Kasih ** Rahma Wira Nita ** *Mahasiswa Bimbingan dan Konseling 08/C STKIP PGRI Sumatera Barat

Keyword: Social Support, Counselor School, Deaf Students

UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL

EFEKTIVITAS LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PERILAKU SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMA N 12 PADANG. Oleh: Dedi Miswar. Fitria Kasih Rahma Wira Nita

The Study of Attitude Students of Attended Learning Geography in XI Social Studies Class of Senior High School Bunda Padang. By:

EFEKTIFITAS LAYANAN KONSULTASI DALAM MEMBANTU KONSULTI MENGENTASKAN MASALAH PIHAK KETIGA JURNAL

JURNAL PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XII SMA NEGERI 2 PARIAMAN

BENTUK PENILAIAN DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN OLEH GURU BK DI SMA PGRI 1 PADANG JURNAL. Asmaneli

GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA DIAN ANDALAS PADANG JURNAL

HAMBATAN YANG DIHADAPI OLEH GURU BK DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SMPN 4 BATANG ANAI KABUPATEN PADANG PARIAMAN ARTIKEL

FAKTOR PENDORONG INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK DENGAN GURU MATA PELAJARAN DI SMA NEGERI 2 SOLOK SELATAN JURNAL PENELITIAN

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI MASALAH INTERAKSI ANTAR KELOMPOK TEMAN SEBAYA DI MTs MUHAMMADIYAH LAKITAN KECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

PROFIL KETERAMPILAN KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI KELAS X SMA NEGERI 1 LINGGO SARI BAGANTI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

KESIAPAN MAHASISWA DALAM MELAKSANAKAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DI SEKOLAH

PROFIL PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK DALAM BELAJAR DI ASRAMA PUTRA SMAN 1 LUBUK SIKAPING KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI CARA BELAJAR MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING ANGKATAN 2011 DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT JURNAL

PELAKSANAAN EVALUASI LAYANAN INFORMASI YANG DILAKUKAN GURU BK DI SMP NEGERI 11 PADANG (STUDI TERHADAP KELAS VIII)

Pelaksanaan Layanan Penempatan dan Penyaluran dalam Program Peminatan di Kelas X SMA Negeri 2 Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Peningkatan Motivasi Belajar Anak Asuh Melalui Layanan

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN

PROFIL BENTUK KOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI KELAS X SMA NEGERI 1 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT ABSTRACT

IMPLEMENTASI KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BK DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PESERTA DIDIK (Studi di SMP Pertiwi 2 Padang) JURNAL

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

Oleh : Novita Sari. Fitria Kasih Rahma wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

STUDI TENTANG PROFIL KETERAMPILAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 1 PAINAN JURNAL

PROFIL PERILAKU BULLYING PESERTA DIDIK DI SEKOLAH (Studi Terhadap Siswa Kelas VIII SMP N 1 Panti Kabupaten Pasaman) ABSTRACT

MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK. Meity Fitri Yani 1 Syarifuddin Dahlan 2 Yusmansyah 3

UPAYA GURU BK DALAM MENGEMBANGKAN HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DIKLAT DI SMA NEGERI 5 PADANG Oleh:

PEMENUHAN KEBUTUHAN PENGHARGAAN PADA MASA REMAJA (Studi terhadap Peserta Didik di Kelas X SMA Negeri 1 Kinali Pasaman Barat) ARTIKEL ILMIAH

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

PELAKSANAAN DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR DAN PENGAJARAN REMEDIAL OLEH GURU BK DAN GURU MATA PELAJARAN

The Counselor Role in Developing the Talents of Students Through the Placement Services in the Fields SMP 27 By:

FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN EVALUASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA NEGERI KOTA PADANG.

UPAYA GURU PEMBIMBING DAN GURU MATA PELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SMP PERTIWI 2 PADANG

FAKTOR PENYEBAB KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK JURNAL

PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK PINDAHAN DALAM BELAJAR DI MTs TI BATANG KABUNG PADANG. Oleh: Hermina Mirawati*) Asmaiwaty Arief**)) Yusnetti**))

Oleh: Iponofita Yani. Fitria Kasih Rahma Wira Nita. Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Dalam Meningkatkan Kegiatan Belajar Peserta Didik

KENDALA GURU BK DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI KELAS X SMK NEGERI 4 PADANG

PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING PERORANGAN DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS VIII DI SMP NEGERI I SALO PROVINSI RIAU JURNAL

PROFIL GAYA BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA ADABIAH 2 PADANG JURNAL

BENTUK KERJASAMA GURU BK DENGAN WALI KELAS DALAM MENGATASI MASALAH BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA DIAN ANDALAS PADANG. Oleh ABSTRACK

FAKTOR PENYEBAB PESERTA DIDIK LUPA TERHADAP MATERI PELAJARAN YANG TELAH DIAJARKAN OLEH GURU DI SMA KARTIKA I-5 PADANG Oleh: ABSTRACT

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 10 PONTIANAK

Konseling Individu Dengan Teknik Trait & Factor untuk Mengatasi Dampak. Overprotektif terhadap Kemandirian Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Nogosari

PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA BK DI KELAS XI MIPA SMA NEGERI 3 PADANG ABSTRACT

PENGGUNAAN KARTU FLASH

PERSIAPAN MAHASISWA MENGIKUTI PERKULIAHAN STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT JURNAL

INTERAKSI SOSIAL PESERTA DIDIK BERPRESTASI DALAM BELAJAR DI SMP NEGERI 4 PAYAKUMBUH JURNAL MARISA NANDA

Oleh: Taufik. Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Padang Sumatera Barat

PENINGKATAN INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TEMAN SEBAYA MELALUI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

PENGGUNAAN LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENYESUAIAN DIRI SISWA DI SEKOLAH

POLA ASUH ORANG TUA DALAM MEMBINA KEMANDIRIAN BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 9 PADANG

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :

PROFIL HUBUNGAN INTERPERSONAL REMAJA DALAM MENGIKUTI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI PANTI ASUHAN AL-IHSAN PADANG JURNAL ANGGI FADILAH NPM:

PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI OLEH GURU BK DALAM PERENCANAAN KARIR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 1 RAO KABUPATEN PASAMAN ARTIKEL

UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN SISWA MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN PENDEKATAN BEHAVIORISTIK PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI GONDANGREJO

PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI OLEH GURU BK DALAM MENCIPTAKAN DISIPLIN BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMAN 2 SIJUNJUNG ARTIKEL

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DI DALAM KELAS MELALUI BIMBINGAN KELOMPOK DI SMA N 2 BANGKO KABUPATEN ROKAN HILIR. Oleh: Hayati Tatoe *)

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING SERTA PERAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) NEGERI

PERSEPSI PESERTA DIDIK TENTANG PELAKSANAAN LAYANAN INFORMASI BIDANG PENGEMBANGAN KARIER DI KELAS XI SMA N 2 BAYANG

Oleh : Ambar Budi Suprihatin ( ) Abstract

Oleh: Mardiatun* Rahma Wira Nita, M.Pd., Kons.** Citra Imelda Usman, M.Pd., Kons.**

PROFIL PEMANFAATAN WAKTU UNTUK BELAJAR PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI 2 MUARA BUNGO

REGULASI DIRI BELAJAR PESERTA DIDIK DI KELAS XI SMA NEGERI 2 SIJUNJUNG

Transkripsi:

Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman Oleh: Peninas Saputri Student Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACK This research is there is obstraction the counselor in giving guidance group service. The purpose of this research is to decribe: (1) comprehension in doing guidance group, (2) creating dynamics group. This research used qualitative research that is descriptive. The source of this research is two counselor, two student in class eleven, and one vice of students. Instrument that is used by researcher is interview and technique of data analysis from data presentation and conclusion. The result of this research: (1) Obstraction that is happen in counselor in giving guidance group service that is looked from comprehension in doing guidance group is: student did not give enough attention to counselor when explaination, counselor got bad atmosphere and student did not do interaction to share their experience because student did not understand about activity that is done. (2) Obstraction that is happen counselor in creating dynamics group is: the facilitate was not enough in this school. The recomendation of this research is for counselor so that they can increase eforts in problem solving of student with their friends in learning from quidance group service. Keywords:Guidance group, creating dynamics group, counselor Pendahuluan Pendidikan sangat membutuhkan tenaga pendidik yang handal dan profesional, untuk itu diperlukan pelatihan dan pembekalan serta sistematis kepada tenaga pendidik atau salah satunya kepada guru bimbingan dan konseling SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman. Guru bimbingan dan konseling (guru BK) nantinya akan menjadi guru yang profesional, namun sebelum menjadi guru profesional guru bimbingan dan konseling akan melalui berbagai tahap untuk menjadi guru yang profesional. Berbicara tentang guru sebagai guru profesional, guru bimbingan dan konseling harus memiliki berbagai kemampuan, ilmu pengetahuan, pengalaman lapangan dan pelatihan. Setelah mendapat bekal dan ilmu dalam mengikuti pelatihan, maka guru mempraktikkan ilmu yang telah didapat yakni praktik di sekolah. Guru yang akan praktik lapangan harus memiliki berbagai kompetensi, berakhlak baik, bertanggung jawab dan mempunyai wawasan yang luas. Agar nantinya tidak kaku dan membingungkan melakukan layanan bimbingan kelompok yang akan diberikan. Tenaga pendidik yang bertugas membimbing adalah guru bimbingan dan konseling. Guru bimbingan dan konselinglah yang akan memberikan pelayanan-pelayanan baik secara pribadi maupun kelompok kepada peserta didiknya. Hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Badrujaman (2011: 28) Bimbingan dan Konseling dapat diartikan sebagai : Seperangkat program pelayanan bantuan yang dilakukan melalui kegiatan perorangan dan kelompok untuk membantu peserta didik melaksanakan kehidupan sehari-hari secara mandiri dan berkembang secara optimal, serta membantu peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. Hal ini juga senada dengan yang dijelaskan oleh Tohirin (2008: 26) Bimbingan dan Konseling merupakan: Proses bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh pembimbing (konselor)

kepada individu (konseli) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya, agar konseli memiliki kemampuan atau kecakapan melihat dan menentukan masalahnya serta mampu memecahkan masalahnya sendiri. Atau proses pemberian bantuan atau pertolongan yang sistematis dari pembimbing (konselor) kepada konseli (peserta didik) melalui pertemuan tatap muka atau hubungan timbal balik antara keduanya untuk mengungkap masalah konseli sehingga konseli mampu melihat masalah sendiri, mampu menerima dirinya sendiri sesuai dengan potensinya dan mampu memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya. Sesuai dengan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling tersebut adalah proses pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami masalah sehingga konselor bisa memberikan bantuan untuk menyelesaikan masalahnya. Hambatan adalah usaha yang ada dan berasal dari dalam diri sendiri yang memiliki sifat atau memiliki tujuan untuk melemahkan dan menghalangi secara konsepsional. Hartinah (2009: 12) menyatakan hambatan guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok yaitu: 1. Pemahaman dalam pelaksanaan layanan bimbingan 2. Menciptakan dinamika Pemahaman dalam pelaksanaan layanan bimbingan kelompok yaitu kemampuan dalam merencakan dan menyusun program yang positif bagi diri pribadi maupun lingkungan dengan keberanian untuk melakukan penolakan terhadap hal yang negatif dan menciptakan dinamika kelompok yaitu pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat digerakkan dalam kelompok tersebut. Dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi suatu Sejalan dengan itu bahwa bimbingan kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan kepada individu melalui bimbingan kelompok untuk menyelesaikan masalah yang dialami oleh peserta didik tersebut. Hal ini juga dijelaskan oleh Tohirin (2009: 170) pengertian bimbingan kelompok adalah: Layanan bimbingan kelompok merupakan suatu cara memberikan bantuan (bimbingan) kepada peserta didik melalui kegiatan Dalam layanan bimbingan kelompok, aktivitas, dan dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah peserta didik yang menjadi peserta layanan. Sesuai dengan pendapat sebelumnya bimbingan kelompok adalah suatu cara memberikan bantuan kepada peserta didik unuk memecahkan masalah yang sedang dialami oleh peserta didik tersebut. Sementara Gazda (Prayitno, 2004:30 9) menyatakan bimbingan kelompok adalah Kegiatan informasi kepada sejumlah peserta didik untuk membantu mereka menyusun rencana dan keputusan yang tepat. Jadi bimbingan kelompok adalah kegiatan pemberian bantuan kepada anggota kelompok yang bermanfaat bagi kehidupan sebagai individu, pelajar, dan masyarakat. Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk usaha pemberian bantuan kepada orang-orang yang mengalami masalah. Suasana kelompok yaitu anatara hubungan dari semua orang yang terlibat. Hasil dari wawancara dengan guru BK di sekolah yakni di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman pada tanggal 23 Februari 2015 bahwa ada sebagian guru BK yang sudah melaksanakan hambatan yang dimiliki oleh guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok, namun ada juga sebagian guru BK yang belum melaksanakan hambatan yang dimiliki oleh guru BK dalam pemberian layanan bimbingan Sejalan dengan itu wawancara yang dilakukan dengan salah seorang guru BK di SMA Negeri 1 Panti pada tanggal 5 Maret 2015 masih ada hambatan guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok seperti guru BK belum terampil dalam memimpin anggota kelompok saat melaksanakan bimbingan kelompok, guru BK belum melaksanakan bimbingan kelompok secara rutin kepada peserta didik sehingga tidak dapat berjalan dengan baik dan sukses, guru BK kesulitan dan masih bingung dalam melaksankan layanan bimbingan kelompok, guru BK belum bisa dalam menciptakan dinamika kelompok saat melaksanakan layanan bimbingan kelompok, banyak peserta didik yang tidak mengetahui peranannya dalam melaksanakan bimbingan kelompok sehingga mengakibatkan rasa bosan selama bimbingan kelompok berlangsung.

Sejalan dengan fenomena di atas peneliti tertarik untuk mengkaji lebih lanjut Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman. Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yaitu: 1. Guru BK belum terampil dalam kecakapan untuk menarik perhatian peserta didik. 2. Guru BK belum melaksanakan bimbingan kelompok secara rutin. 3. Guru BK kesulitan mendapatkan jam pelajaran. 4. Guru BK belum bisa dalam menciptakan dinamika 5. Banyak peserta didik yang tidak mengetahui peranannya. Sejalan dengan itu maka fokus masalah dalam penelitian adalah: 1. Hambatan yang dialami oleh guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok dilihat dari pemahaman dalam pelaksanaan bimbingan 2. Hambatan yang dialami oleh guru BK dilihat dari pengelolaan kelompok dalam menciptakan dinamika Sesuai dengan latar belakang masalah maka tujuan penelitian yaitu: 1. Hambatan yang dialami oleh guru BK dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok dilihat dari pemahaman dalam pelaksanaan bimbingan 2. Hambatan yang dialami oleh guru BK dilihat dari pengelolaan kelompok dalam menciptakan dinamika Sejalan dengan itu maka manfaat penelitian yaitu: 1. Guru BK untuk menambah pengetahuan dan pemahaman. 2. Kepala sekolah sebagai bahan pertimbangan. 3. Pengelolaan program studi bimbingan dan konseling sebagai masukan dalam melakukan evaluasi. 4. Bagi peneliti untuk menambah pengetahuan dan pemahaman dalam mempersiapkan diri sebagai guru BK. 5. Peneliti selanjutnya untuk contoh dalam melaksanakan layanan bimbingan 6. Peserta didik untuk menambah ilmu pengetahuan dan berbagi pengalaman. Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan yaitu deskriptif kualitatif penelitian yang dilakukan termasuk penelitian kualitatif yang menghasilkan data deskriptif. Penulis menggambarkan hambatan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman dalam pemberian layanan bimbingan Penelitian deskriptif kualitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan dua atau lebih fakta dan sifat objek yang diteliti. Penelitian yang dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta tersebut berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Menurut Informan menurut Moleong (2010:132) Orang yang memberikan informasi baik tentang dirinya maupun orang lain atau suatu kejadian. Informan penelitian ini ditentukan setelah penelitian menentukan informan kunci ( key informants) dan selanjutnya dari informan kunci ditetapkan informan berikutnya Informan penelitian yaitu 2 orang guru bimbingan dan konseling sebagai informan kunci dan 2 orang peserta didik dan 1 orang wakil kesiswaan sebagai informan tambahan diambil dengan menggunakan teknik purpos. Menurut Sugiyono (2013:400) Penelitian kualitatif, sampel data dipilih secara purpos. Penentuan sampel sumber data, pada proposal masih bersifat sementara dan akan berkembang kemudian setelah penelitian di lapangan. Menurut Noor (2011:138) Teknik pengumpulan data merupakan cara mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Teknik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara. Wawancara dijelaskan oleh Yusuf (2005:278): Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa wawancara ( interview) adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi antara pewawancara ( interviewer) dengan responden atau orang yang diwawancarai (interviewee) melalui komunikasi langsung. Senada dengan hal di atas Muhammad (Mahmud, 2011:173) juga mendefinisikan Wawancara sebagai berikut wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekam jawabanjawaban responden. wawancara dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung dengan sumber data. Sugiyono (2011:194) menyatakan bahwa Wawancara digunakan sebagai teknik

pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit atau kecil. Hal ini juga dijelaskan oleh Noor (2011:138-139) Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan yang diwawancarai tetapi dapat juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Hal ini juga dijelaskan kembali oleh Sugiyono (2011:194) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit/kecil. Sejalan dengan itu pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah salah satu alat pengumpulan data yang bisa digunakan untuk memperoleh informasi secara langsung dari responden tentang masalah yang akan diteliti. Tujuan wawancara dilakukan ini adalah untuk mendapatkan data atau informasi tentang Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman. Teknik analisis data dijelaskan oleh Musfiqon (2012:153) Analisis data kualitatif tidak mengunakan rumus statistik. Analisis menggunakan otak dan kemampuan pikir peneliti, karena peneliti sebagai alat analisis (human as instrument). Kemampuan peneliti untuk menghubungkan secara sistematis antara data satu dengan data lainnya sangat menentukan proses analisis data kualitatif. Hal ini juga dijelaskan oleh Sugiyono (2011:335) Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis. Menurut Miles dan Hubermen (Sugiyono, 2011:337) menjelaskan bahwa aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif ada 3 tahapan yaitu: 1. reduksi data, 2. penyajian data, 3. penarikan kesimpulan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015 di SMA Negeri 1 Panti tentang hambatan guru bimbingan dan konseling di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman dalam pemberian layanan bimbingan Hasil dan Pembahasan Secara umum hasil penelitian mengenai hambatan yang dialami guru bimbingan dan konseling dalam pemberian layanan bimbingan kelompok di SMA Negeri 1 Panti sebagai berikut: 1. Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok dilihat dari Pemahaman dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok: a. Tahap Pembentukan Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dengan guru BK diketahui bahwa guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok dilihat dari pemahaman pada pelaksanaan bimbingan kelompok dan tahap pembentukan guru BK dalam melakukan tahap pembentukan tidak dapat melakukan tahap pembentukan sebagaimana yang guru BK inginkan. Menurut Prayitno (19 95:40) dalam tahap pembentukan para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapanharapan yang ingin dicapai oleh masingmasing, sebagian atau seluruh anggota. Namun dari hasil wawancara diketahui peserta didiknya kurang memperhatikan disaat guru BK menjelaskan tentang tahap pembentukan tersebut. Peserta didik juga banyak yang minta izin keluar, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik dan lancar. Sejalan dengan itu dapat disimpulkan bahwa pada tahap pembentukan tersebut guru BK tidak dapat melakukan pembentukan karena peserta didiknya banyak yang minta izin keluar, sehingga tidak sesuai dengan yang dijelaskan oleh ahli. b. Tahap Peralihan Sesuai dengan hasil temuan peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa hambatan guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok dilihat dari pemahaman dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dalam memberikan tahap peralihan guru BK mendapatkan suasana yang tidak baik, tidak dapat mewarnai tahap peralihan tersebut. Peserta didik juga banyak yang merasa tertekan ataupun resah yang menyebabkan tingkah laku peserta didik menjadi tidak sebagaimana biasanya.

Guru BK disini ingin membantu peserta didik untuk menghadapi halangan ataupun keengganan sikap mempertahankan diri dan ketidaksabaran yang timbul lagi. Menurut Prayitno (1995:40) menjelaskan tahap peralihan adalah kegiatan kelompok hendaknya dibawa lebih jauh oleh pemimpin kelompok menuju kegiatan kelompok yang sebenarnya sehingga suasana ketidakseimbangan secara khusus dapat mewarnai tahap peralihan tersebut. Sering kali terjadi konflik, seperti banyak anggota yang merasa tertekan ataupun resah yang mengakibatkan tingkah laku mereka menjadi tidak sebagaimana biasanya. Sejalan dengan itu pembahasan dapat disimpulkan bahwa hambatan guru BK pada tahap peralihan ini hasil wawancara dengan guru BK sejalan dengan yang dijelaskan ahli tersebut yaitu peserta didik banyak yang merasa tertekan ataupun resah yang mengakibatkan tingkah laku mereka menjadi tidak sebagaimana biasanya. c. Tahap Kegiatan Berdasarkan hasil temuan peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa hambatan guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok dilihat dari pemahaman dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dalam memberikan tahap kegiatan guru BK tidak mendapatkan peserta didik untuk saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri tidak berlangsung dengan bebas, karena pada tahap sebelumnya guru BK tidak begitu menjelaskan tentang kegiatan yang sedang dilaksanakan, sehingga membuat peserta didiknya tidak paham dan mengerti tentang tahap kegiatan yang sedang dilaksanakan, sehingga guru BK tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Menurut Prayitno (1995:40) tahap kegiatan adalah tahap kehidupan yang sebenarnya dari kelompok, namun kelangsungan kegiatan kelompok amat tergantung pada hasil dua tahap sebelumnya.jika tahap-tahap sebelumnya berhasil dengan baik, maka tahap ini akan berlangsung dengan lancar dan saling berhubungan antara anggota kelompok tumbuh dengan baik. Sesuai dengan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hambatan guru BK dalam tahap kegiatan adalah tidak mendapatkan peserta didik untuk saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri tidak berlangsung dengan bebas sehingga tidak sesuai dengan yang dijelaskan ahli. d. Tahap Pengakhiran Sejalan dengan hasil temuan peneliti di lapangan dapat diketahui bahwa hambatan guru BK dalam pemberian layanan bimbingan kelompok dilihat dari pemahaman dalam pelaksanaan bimbingan kelompok dalam memberikan tahap pengakhiran guru BK tidak mendapatkan perhatian utama dari peserta didik tersebut, melainkan peserta didik sendirilah yang ingin mengakhiri kegiatan itu, karena disini peserta didik merasa bosan saat melakukan kegiatan. Guru BK disini juga menanyakan kepada peserta didik kapan kegiatan ini akan dilaksanakan kembali, tetapi disini peserta didik tidak memberikan jawaban yang pasti kepada guru BK, sehingga dari kegiatan itu guru BK tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dari peserta didik tersebut. Menurut Prayitno (1995:40) tahap pengakhiran adalah pokok perhatian utama bukanlah pada beberapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu ketika mrnghentikan pertemuan, dalam hal ini ada kelompok yang emnetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan. Sesuai dengan pendapat sebelumnya dapat disimpulkan bahwa hambatan guru BK pada tahap pengakhiran adalah tidak mendapatkan perhatian utama dari peserta didik tersebut, melainkan peserta didik sendirilah yang ingin mengakhiri kegiatan itu, karena disini peserta didik merasa bosan saat melakukan kegiatan. 2. Hambatan yang dialami Guru BK dalam Menciptakan Dinamika Kelompok: a. Semangat Tinggi Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dengan guru BK dapat diketahui bahwa guru BK tidak bisa menciptakan semangat yang tinggi sebab fasilitas disekolah yang kurang memadai sehingga peserta didik disini banyak yang malas-malasan dalam belajar, sehingga membuat guru BK susah untuk meningkatkan semangat yang tinggi peserta didik tersebut. Peserta didik disini kebanyakan suka melakukan kegiatan diluar kegiatan yang diberikan oleh gurunya. Guru BK juga susah untuk memberikan dorongan kepada peserta didik supaya peserta didik

bangkit dan memiliki semangat yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan yang sebelum-sebelumnya. Menurut Prayitno (1995:23) semangat tinggi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki semangat tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaan yang sekarang. Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan hambatan guru BK dalam pemberian semangat tinggi adalah peserta didik disini banyak yang malas-malasan dalam belajar, peserta didik juga kebanyakan suka melakukan kegiatan diluar kegiatan yang diberikan oleh gurunya, karena semangat tinggi tersebut adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. b. Hubungan yang Harmonis Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dengan guru BK dapat diketahui bahwa peserta didik disini banyak yang tidak serasi atau tidak seimbang dalam berteman, sehingga peserta didik memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan sesama temannya. Peserta didik disini dalam berteman suka memilihmilih teman, peserta didik yang kaya dia ingin berteman dengan peserta didik yang kaya pula, tidak mau berteman dengan peserta didik yang biasa-biasa saja, sehingga membuat guru BK susah untuk menyatukan peserta didik tersebut dan memciptakan hubungan yang harmonis diantara peserta didik itu. Menurut Prayitno (1995:23) hubungan yang harmonis adalah adanya suatu interaksi bukan sekedar relasi atau hubungan yang pasif, melainkan suatu aktifitas untuk mengembangkan hasil yang lebih produktif dan memuaskan. Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hambatan guru BK dalam menciptakan hubungan yang harmonis adalah peserta didik disini banyak yang tidak serasi atau tidak seimbang dalam berteman, sehingga peserta didik memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan sesama temannya. c. Kerja Sama yang Baik dan Mantap Hasil temuan peneliti melalui wawancara di lapangan dengan guru BK dapat diketahui bahwa guru BK susah untuk menyatukan peserta didik karena peserta didik disini memiliki kelompok-kelompok dalam berteman, sehingga tidak pernah tercapai kerja sama yang baik dan mantap diantara peserta didik tersebut. Guru BK juga tidak dapat meningkatkan partisipasi diantara peserta didiknya, sehingga tidak tercapailah hubungan yang baik dan mantap diantara peserta didik itu dalam kegiatan bimbingan Menurut Prayitno (1995:23) kerja sama yang baik dan mantap adalah pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh individu tapi dikerjakan secara bersamaan oleh dua orang atau lebih dengan tujuan agar pekerjaan tersebut menjadi lebih ringan. Berdasarkan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hambatan guru BK dalam menciptakan kerja sama yang baik dan mantap adalah susah untuk menyatukan peserta didik karena peserta didik disini memiliki kelompok-kelompok dalam berteman, sehingga tidak pernah tercapai kerja sama yang baik dan mantap diantara peserta didik tersebut. Simpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian tentang Hambatan Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok di SMA Negeri 1 Panti Kabupaten Pasaman, maka dapat diambil kesimpulan, sebagai berikut : 1. Hambatan yang Dialami Guru BK dalam Pemberian Layanan Bimbingan Kelompok dilihat dari Pemahaman dalam Pelaksanaan Bimbingan Kelompok. a. Tahap Pembentukan Guru BK tidak dapat melakukan tahap pembentukan sebagaimana yang guru BK inginkan, karena disini peserta didiknya kurang memperhatikan disaat guru BK menjelaskan tentang tahap pembentukan tersebut. Peserta didik juga banyak yang minta izin keluar, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak berjalan dengan baik dan lancar. b. Tahap Peralihan Guru BK mendapatkan suasana yang tidak secara khusus, tidak dapat mewarnai tahap peralihan tersebut. Peserta didik juga banyak yang merasa tertekan ataupun resah yang menyebabkan tingkah laku peserta didik menjadi tidak sebagaimana biasanya. Guru BK disini ingin membantu peserta didik untuk menghadapi halangan ataupun keengganan sikap mempertahankan diri dan ketidaksabaran yang timbul lagi. c. Tahap Kegiatan

Guru BK tidak mendapatkan peserta didik untuk saling tukar pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri tidak berlangsung dengan bebas, karena pada tahap sebelumnya guru BK tidak begitu menjelaskan tentang kegiatan yang sedang dilaksanakan, sehingga membuat peserta didiknya tidak paham dan mengerti tentang tahap kegiatan yang sedang dilaksanakan, sehingga guru BK tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. d. Tahap Pengakhiran Guru BK tidak mendapatkan perhatian utama dari peserta didik tersebut, melainkan peserta didik sendirilah yang ingin mengakhiri kegiatan itu, karena disini peserta didik merasa bosan saat melakukan kegiatan. Guru BK disini juga menanyakan kepada peserta didik kapan kegiatan ini akan dilaksanakan kembali, tetapi disini peserta didik tidak memberikan jawaban yang pasti kepada guru BK, sehingga dari kegiatan itu guru BK tidak mendapatkan hasil yang memuaskan dari peserta didik tersebut. 2. Hambatan yang Dialami Guru BK dalam Menciptakan Dinamika Kelompok. a. Semangat Tinggi Guru BK tidak bisa menciptakan semangat tinggi sebab fasilitas disekolah yang kurang memadai sehingga peserta didik disini banyak yang malas-malasan dalam belajar, sehingga membuat guru BK susah untuk meningkatkan semangat tinggi peserta didik tersebut. Peserta didik disini kebanyakan suka melakukan kegiatan diluar yang diberikan oleh gurunya. Guru BK juga susah untuk memberikan dorongan kepada peserta didik supaya peserta didik bangkit dan memiliki semangat yang lebih tinggi lagi dibandingkan dengan yang sebelumsebelumnya. b. Hubungan yang Harmonis Peserta didik disini banyak yang tidak serasi atau tidak seimbang dalam berteman, sehingga peserta didik memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan sesama temannya. Peserta didik disini dalam berteman suka memilih-milih teman, peserta didik yang kaya dia ingin berteman dengan peserta didik yang kaya pula, tidak mau berteman dengan peserta didik yang biasa-biasa saja, sehingga membuat guru BK susah untuk menyatukan peserta didik tersebut dan memciptakan hubungan yang harmonis diantara peserta didik itu. c. Kerja Sama yang Baik dan Mantap Guru BK susah untuk menyatukan peserta didik karena peserta didik disini memiliki kelompok-kelompok dalam berteman, sehingga tidak pernah tercapai kerja sama yang baik dan mantap diantara peserta didik tersebut. Guru BK juga tidak dapat meningkatkan partisipasi diantara peserta didiknya, sehingga tidak tercapailah hubungan yang baik dan mantap diantara peserta didik itu dalam kegiatan bimbingan A. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka penulis menyarankan kepada berbagai pihak yang terkait, sebagai berikut: 1. Guru Bimbingan dan Konseling. Guru BK hendaknya lebih meingkatkan kompetensi dalam melaksanakan layanan bimbingan 2. Peserta Didik. Peserta didik harus bersungguh-sungguh dalam melaksanakan layanan bimbingan kelompok dan tidak ada lagi yang membedakan teman. 3. Kepala Sekolah. Kepala sekolah lebih memperhatikan fasilitas dan waktu dalam melaksanakan layanan penempatan dan penyaluran.bimbingan 4. Program Studi Bimbingan Konseling. Agar dapat membentuk dan membekali para calon konselor dengan berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dapat memberikan pengetahuan kepada peserta didik khususnya mengenai bimbingan kelompok di sekolah. 5. Peneliti selanjutnya. Peneliti selanjutnya sebagai tambahan referensi untuk melakukan penelitian. Kepustakaan Badrujaman, Aip. (2011). Teori dan Aplikasi Evaluasi Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Indeks. Hartinah, Sitti. (2009). Konsep Dasar Bimbingan Kelompok. Bandung: Refika Aditama. Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Indah.

Moleong. (2010 ). Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Musfiqon. (2012). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya. Noor, Juliansyah. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Prenada Media. Prayitno. (2004). Layanan L1-L9. Padang: UNP. Prayitno, (1995). Pelayanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil). Jakarta: Ghalia Indonesia. Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2013). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta. Yusuf, A., Muri. (2005). Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.