I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada permukaan basis gigi tiruan dapat terjadi penimbunan sisa makanan dan plak, terutama pada daerah sayap bukal atau bagian-bagian yang sukar dibersihkan (David dan MacGregor, 1992). Endapan seperti plak mikrobial, kalkulus, sisa makanan pada gigi tiruan merupakan penyebab dari berbagai masalah termasuk stomatitis akibat gigi tiruan, stomatitis angular, rasa tidak enak, bau tidak sedap, dan cepat rusaknya bahan gigi tiruan (Basker dkk.,1996). Plak adalah organisme lunak, padat, pekat pada permukaan gigi yang tidak dapat hilang dengan kumur-kumur dan terdiri dari bermacam-macam kuman. Pembentukan plak diawali dengan suatu lapisan yang disebut dengan pelikel. Pelikel merupakan suatu lapisan protein yang terdiri dari komponen-komponen utama protein ludah dalam konsentrasi rendah (Tjahja dan Made, 2005). Menurut Andre dkk. (2011), pelikel ini akan berubah menjadi biofilm yang terbentuk dari pelikel, mikroorganisme dan hasil metabolismenya. Streptococcus mutans adalah bakteri yang paling berperan dalam pembentukan biofilm, karena dapat memproduksi polisakarida dari metabolisme gula yang dikonsumsi dan masuk ke dalam celah resin akrilik, kemudian menyebabkan bakteri lain ikut menempel. Dari penelitian Andre dkk. (2011), dari 57 pasien pengguna tiruan, 75,4% terdapat bakteri Streptococcus mutans dan 24,6% terdapat bakteri Streptococcus sobrinus. Plak merupakan faktor etiologi utama denture stomatitis, karies gigi, dan penyakit periodontal (Çelik dkk., 2008). Denture stomatitis adalah peradangan kronis pada mukosa pendukung gigi tiruan yang sifatnya dapat setempat atau 1
2 menyeluruh. Adanya plak yang menempel pada permukaan basis gigi tiruan, dapat menyebabkan denture stomatitis (Zarb dkk., 2001). Permukaan basis gigi tiruan yang porus dan jarang dibersihkan, memungkinkan mikroba seperti Streptococcus mutans untuk berkoloni sehingga membentuk plak yang menyebabkan denture stomatitis (Çelik dkk., 2008). Permukaan basis gigi tiruan resin akrilik yang porus, dapat mempercepat pertumbuhan biofilm Streptococcus. Beberapa Streptococcus (S.) yang sering ditemukan pada basis gigi tiruan resin akrilik adalah S. sanguis, S. mutans, dan S. mitis (Gharechahi dkk., 2012). S. mutans dapat menempel karena porositas yang terdapat pada permukaan basis gigi tiruan resin akrilik, dimana pelikel dari saliva juga akan menempel dan menyebabkan perlekatan bagi koloni bakteri lain lalu akhirnya membentuk plak (Beyari, 2011). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Monroy dkk. (2005), saliva pasien yang mengalami denture stomatitis terdapat beberapa koloni bakteri, diantaranya Streptococcus mutans. Kondisi ini menyebabkan ph saliva pasien lebih rendah sehingga memudahkan bakteri untuk berkembang biak. Streptococcus mutans merupakan pemicu etiologi dan patogenesis dari denture stomatitis. Pemakaian dari bahan antimikrobial dapat memberikan manfaat untuk penderita denture stomatitis yang memiliki kebersihan gigi dan mulut yang buruk serta laju saliva yang rendah (Vasconcoles dkk., 2010). Cara untuk mencegah terjadinya denture stomatitis adalah dengan menjaga kebersihan rongga mulut pasien pengguna gigi tiruan serta kebersihan dari gigi tiruan yang dipakai. Kontrol plak adalah pembersihan atau pengangkatan plak dan
3 mencegah terjadinya akumulasi plak, dimana yang dibahas kali ini adalah pada permukaan basis gigi tiruan. Kontrol plak ada dua cara yaitu secara mekanis dan kimiawi. Kontrol plak secara mekanis dapat dengan cara menyikat gigi dan menggunakan dental floss. Sedangkan kontrol plak secara kimiawi yaitu dengan suatu bahan desinfektan tertentu (Tjahja dan Made, 2005). Desinfektan adalah bahan kimia yang menghancurkan atau menginaktivasi mikroorganisme (Tietjen, dkk., 2004). Ada beberapa jenis desinfektan seperti : alkalin peroksida, asam, dan hipoklorid. Alkalin peroksida merupakan jenis yang paling sering digunakan. Aksi membersihkannya sebagian besar dikarenakan adanya pembentukan buih-buih oksigen yang melepaskan bahan yang menempel ringan pada permukaan gigi tiruan. Salah satu jenis asam berisi 5% asam hidroklorik. Pembersih ini dapat digunakan pada gigi tiruan untuk melembutkan kalkulus yang kemudian dihilangkan dengan menyikatnya. Kemudian pencelupan gigi tiruan ke dalam pembersih hipoklorit selama lebih dari enam jam akan mengakibatkan hilangnya plak dan noda berat (Basker dkk.,1996). Sirih merah (Piper crocatum) merupakan salah satu tanaman obat potensial yang diketahui secara empiris memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai jenis penyakit. Sirih merah mengandung flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Senyawa-senyawa tersebut di ketahui memiliki sifat antibakteri (Juliantina dkk., 2008). Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri. Alkaloid juga memiliki kemampuan sebagai antibakteri, dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri
4 (Zubier dkk, 2010). Tanin bekerja sebagai antibakteri dengan menghambat pertumbuhan glukosa yang berasal dari Streptococcus mutans, sehingga dapat mencegah tumbuhnya plak (Wahyuningtyas, 2005). Minyak atsiri berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu proses terbentuknya membran atau dinding sel sehingga tidak terbentuk atau terbentuk tidak sempurna (Juliantina dkk., 2008). Berdasarkan penelitian tentang pengaruh perbedaan konsentrasi ekstrak sirih merah pada sedian obat kumur terhadap Streptococcus mutans yang pernah dilakukan oleh Martha, P. (2009), menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih yang diberikan dalam obat kumur, semakin bagus daya hambatnya terhadap S. mutans dalam rongga mulut. Kenaikan konsentrasi dalam setiap perlakuan berpengaruh pada jumlah fenol yang terkandung, dimana dalam flavonoid; alkaloid; dan tanin merupakan senyawa yang tersusun lebih dari satu gugus fenol. Senyawa fenol sendiri bekerja sebagai senyawa antibakteri yang mendenaturasi protein sel dan merusak membran sel bakteri. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah timbul permasalahan : apakah ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) berpengaruh terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans pada basis gigi tiruan resin akrilik?
5 C. Keaslian Penelitian Penelitian semacam ini pernah dilakukan oleh Pradika Danu Martha (2009) dengan judul Pengaruh Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dalam Sediaan Obat Kumur Terhadap Pertumbuhan Streptococcus mutans (kajian in vitro). Hasilnya adalah ekstrak daun sirih merah berpengaruh terhadap jumlah Streptococcus mutans. D. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) terhadap pertumbuhan Streptococcus mutans pada basis gigi tiruan resin akrilik. E. Manfaat Penelitian Manfaat dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Sebagai bahan materi penyuluhan untuk pasien pemakai gigi tiruan agar dapat mengurangi prevalensi terjadinya denture stomatitis. 2. Memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya di bidang prostodonsia kedokteran gigi mengenai bahan desinfektan untuk basis gigi tiruan dengan bahan resin akrilik.