17 PENDAHULUAN Latar Belakang Kompetensi petani tepi hutan dalam melestarikan hutan lindung perlu dikaji secara mendalam. Hal ini penting karena hutan akan lestari jika para petani yang tinggal di sekitar hutan memiliki kompetensi yang memadai dalam melestarian hutan. Kerusakan hutan lindung di Lampung terus meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini menjadi semakin parah pada era Reformasi yang dimulai pertengahan tahun 1997, dan berlanjut terus pada era Otonomi Daerah pada tahun 2001. Hal ini sejalan dengan desakan kebutuhan hidup petani yang tidak berlahan atau berlahan sempit, yang terus meningkat sehingga mereka membuka lahan hutan lindung untuk berkebun. Selain karena tidak mempunyai lahan, petani tertarik untuk membuka kawasan hutan lindung karena lahan tersebut masih subur. Kesuburan tanah dibutuhkan petani untuk mengembangkan usaha taninya seperti: tanaman kopi, coklat, tangkil, lada hitam, cabai, timun, sayur-sayuran dan sebagainya yang harganya baik di pasar. Sekalipun ada pengelolaan lahan hutan menjadi kebun, upaya konservasi tanah dan air dalam bidang kehutanan harus dilakukan dengan benar agar dapat menjaga dan meningkatkan kondisi hutan, serta memberikan manfaat bagi kehidupan. Pengelolaan hutan harus dilakukan dengan baik dan benar agar tidak akan menimbulkan masalah. Hal ini hanya bisa dicapai jika petani memahami dan mempraktekkan prinsip-prinsip kelestarian hutan dan pertanian konservasi berkelanjutan. Dengan mempraktekkan prinsip-prinsip tersebut maka kelestarian hutan lindung akan terjaga dan penggundulan hutan dapat dicegah sehingga erosi, dan longsor, dapat dikendalikan dengan baik.
18 Keuntungan petani dalam mempraktekkan prinsip-prinsip kelestarian selain terjaganya kondisi fisik hutan yang luas manfaatnya adalah terjaganya produktivitas hasil tanaman yang mampu menopang kebutuhan hidupnya. Tingkat produktivitas dapat terjaga dengan baik, apabila petani mampu memilih bibit unggul, merawat tanaman dengan baik dan memelihara keseimbangan unsur-unsur hara di dalam tanah melalui pemupukan baik organik maupun kimia dengan tepat. Kesemuanya itu dapat berjalan dengan baik apabila petani di kawasan hutan lindung mendapat bimbingan dan penyuluhan, antara lain dari Dinas Kehutanan, dan Dinas Perkebunan. Dengan adanya bimbingan tersebut, pengelolaan kawasan hutan lindung, akan terjaga dengan baik dan para petani sadar bahwa perilaku merusak hutan lindung seperti menebang dan membuka areal tanam baru tanpa memperhatikan prinsip kelestarian, membuka lereng-lereng terjal yang mengakibatkan erosi dan hilangnya daerah tangkapan air, dapat dicegah dan mengurangi kerusakan lingkungan yang lebih parah. Berkaitan dengan hal di atas, dalam rangka menjaga dan memulihkan kualitas hutan lindung di Lampung yang sudah rusak, diperlukan studi yang mendalam tentang perilaku yang didasarkan kompetensi petani tepi hutan dalam melestarikan hutan lindung dan melakukan pertanian konservasi di areal hutan lindung tersebut. Rumusan Masalah Masalah kompetensi dalam berperilaku tidak terlepas dari aspek pengetahuan, sikap dan ketrampilan, karena sebelum orang melakukan tindakan, terlebih dahulu yang muncul adalah predisposisi dari perilaku tersebut yakni sikap. Melalui sikap inilah muncul kecenderungan untuk bertindak yang didasarkan atas penilaian pada obyek
19 tertentu. Inti permasalahannya adalah petani yang memanfaatkan hutan lindung sebagai tempat pemenuhan kebutuhan pada dasarnya tidak dibenarkan secara hukum, namun telah menjadi kenyataan bahwa petani telah memanfaatkan dan mengelola hutan lindung tanpa prinsip kelestarian dan pertanian konservasi, sehingga fungsi hutan lindung menjadi terganggu dan menurun. Dengan demikian pertanyaan penelitian adalah: (1) Bagaimana petani tepi hutan yang dikaji dalam penelitian ini terdistribusi pada sejumlah karakteristik yang diamati? (2) Kompetensi apa yang dimiliki petani tepi hutan dalam melestarikan hutan? (3) Sejauh mana terdapat hubungan diantara karakteristik individu petani tepi hutan dengan kompetensi melestarikan hutan lindung? (4) Bagaimana pola hubungan tidak langsung kompetensi petani dalam melestarikan hutan dengan karakteristik mereka? Tujuan Penelitian Mengacu pada masalah penelitian yang ada, maka tujuan umum penelitian adalah untuk mengungkapkan dimensi kuantitatif dan kualitatif dalam bentuk terukur aspek-aspek permasalahan kompetensi melestarikan hutan lindung secara proporsional dan ilmiah dalam perspektif ilmu penyuluhan pembangunan. Dengan demikian tujuan penelitian adalah: (1) Menetapkan distribusi pada sejumlah karakteristik petani tepi hutan lindung yang diamati di Provinsi Lampung. (2) Mengungkapkan kompetensi petani tepi hutan dalam melestarikan hutan lindung (3) Menentukan derajat hubungan karakteristik petani tepi hutan dengan upaya mereka dalam melakukan pengelolaan lahan yang lestari di kawasan hutan lindung.
20 (4) Mengungkapkan pola hubungan tidak langsung karakteristik petani tepi hutan dengan kompetensi melestarikan. Kegunaan Penelitian Hasil disertasi diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu penyuluhan secara teoritis khususnya tentang kompetensi petani tepi hutan lindung, serta bagi penyuluh yang bergerak dalam pemberdayaan masyarakat sekitar hutan. Secara spesifik kegunaannya adalah: Bagi Pemerintah dan LSM (1) Sebagai masukan kepada pemerintah khususnya jajaran Departeman Kehutanan dan Pemerintah Daerah untuk mengambil kebijakan didasarkan pada kompetensi petani tepi hutan dalam meningkatkan kelestarian hutan lindung. (2) Memberikan informasi tentang potensi, dan karakteristik petani tepi hutan dalam perilaku melestarikan dan pertanian konservasi di hutan lindung. (3) Bagi LSM dapat merupakan salah satu referensi materi dalam memerankan sebagai community organizer (CO) Bagi Perguruan Tinggi (1) Sebagai upaya sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu penyuluhan pembangunan berkaitan dengan pengembangan kompetensi petani tepi hutan yang dapat menjadi dasar dari pemberdayaan masyarakat (Community Development).
21 (2) Memberikan kontribusi yang dapat menjelaskan duduk permasalahan secara proporsional dan ilmiah, masalah kompetensi petani di hutan lindung kepada semua pihak serta memberikan peluang kajian yang lebih intensif tentang kompetensi sebagai dasar perilaku petani hutan dimasa akan datang. Definisi Istilah Pentingnya memberi batasan definisi istilah yang digunakan berkaitan dengan peubah-peubah agar pengertian yang dibangun menjadi jelas dan tidak menimbulkan interpretasi yang berbeda. Istilah yang digunakan meliputi: I. Petani tepi hutan, adalah orang yang berdiam di desa-desa tepi hutan lindung dan bermata-pencaharian pokok mengelola lahan di dalam kawasan hutan lindung. II. Karakteristik demografi petani tepi hutan adalah ciri ciri petani tepi hutan yang melekat pada diri individu berupa: umur, lama tinggal di desa, suku, motivasi melestarikan, pendidikan formal, pendidikan non formal, pengalaman berusaha, luas lahan garapan, status lahan, pendapatan keluarga, kekosmopolitan, jumlah anggota keluarga dan kontak dengan PPL (Petugas Penyuluh Lapangan). (1) Umur ialah usia petani tepi hutan yang dihitung sejak lahir sampai keulangtahuan terdekat ketika menjadi responden dan diukur jumlah tahun. (2) Lama tinggal di desa yaitu waktu lamanya tinggal petani tepi hutan yang dihitung sejak kedatangan atau lahir sampai keulangtahuan terdekat ketika menjadi responden dan diukur dalam jumlah tahun.
22 (3) Suku adalah golongan etnis, atau kesatuan sosial yang dapat dibedakan dari kesatuan sosial lainnya berdasarkan kesadaran dan identitas perbedaan kebudayan, atau bahasanya dan diidentifikasi menurut garis keturunan ayah. (4) Motivasi melestarikan hutan ialah dorongan yang timbul dari dalam petani tepi hutan berupa alasan datang menggarap lahan hutan dan keinginan untuk meningkatkan kualitas fisik lingkungan hutan. (5) Pendidikan adalah tingkat proses belajar formal yang ditempuh responden, yang dinyatakan dalam jumlah tahun sekolah yang pernah dilalui. (6) Pendidikan non formal ialah frekuensi pelatihan yang pernah diikuti petani dengan materi kehutanan atau pertanian konservasi. (7) Pengalaman berusaha ialah aktivitas yang pernah dilakukan petani tepi hutan dalam pengelolaan lahan kering atau mengelola di kawasan hutan. (8) Luas kepemilikan lahan garapan ialah hamparan lahan dalam satuan hektar yang digunakan oleh petani tepi hutan untuk berusaha tani. (9) Status kepemilikan lahan garapan, ialah hak kepemilikan lahan yang digunakan petani untuk memenuhi kebutuhannya (10) Pendapatan keluarga ialah besarnya konsumsi responden yang bersumber dari usahatani maupun yang bukan, yang dihitung dalam rupiah perbulan. (11) Tingkat kekosmopolitan yaitu keterbukaan petani tepi hutan terhadap informasi dalam pelestarian hutan dengan berbagai sumber informasi. (12) Jumlah anggota keluarga ialah banyaknya jiwa dalam keluarga petani. (13) Kontak dengan PPL yaitu frekuensi petani tepi hutan berhubungan dengan penyuluh kehutanan dalam suatu pertemuan.
23 III. Hutan Lindung adalah kawasan hutan yang memiliki fungsi sebagai sumber tata air pada daerah sekitarnya, dan status hutan kawasan lindung ditetapkan oleh pemerintah. IV. Kompetensi melestarikan hutan adalah sejumlah potensi untuk berperilaku secara cerdas guna menjawab tantangan dan masalahnya dan merupakan kombinasi sinergis antara kemampuan dari ranah pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Dengan demikian kompetensi melestarikan hutan lindung terkait dengan aspek teknis kehutanan, sosialbudaya, sosial-ekonomi dan pertanian konservasi. V. Pertanian lahan kering diartikan sebagai suatu sistem pertanian yang dilaksanakan di atas lahan tanpa mengandalkan atau menggunakan irigasi secara permanen, sehingga kebutuhan air bergantung pada curah hujan. VI. Pertanian konservasi cara atau teknik pengelolan lahan untuk pertanian dengan menekankan pada aspek tata olah lahan yang tepat, supaya lahan tetap mampu berproduksi dan terjaga kesuburannya, sehingga mampu mencegah terjadinya erosi atau hilangnya lapisan subur pada tanah, dengan demikian kondisi tanah tetap terjaga produktivitasnya. VII. Peubah laten yaitu adalah peubah yang digunakan untuk mengukur indikator namun peubah tersebut tidak dapat diamati secara langsung sehingga diperlukan peubah tak langsung untuk mengukurnya dan peubah laten terdapat pada analisis konfirmatory (Structural Equations Model).