BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji itas, Reliabilitas, Normalitas dan Asumsi Klasik 4.1.1 Uji itas dan Reliabilitas Sebelum melakukan analisis data, langkah yang harus dilakukan adalah pengujian terhadap asumsi-asumsi statistika terhadap data agar didapat hasil dan kesimpulan yang realibel, valid dan dapat dipertanggungjawabkan. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya jika kevalidan suatu instrumen rendah menunjukkan bahwa instrumen tersebut kurang valid. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat, yaitu apabila butir-butir yang membentuk instrumen tidak menyimpang dari fungsi instrumen. Uji validitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Teknik Korelasi Pearson,s Product Moment, suatu item pertanyaan dianggap valid bila nilai r > 0,25 (Azwar, 2000). Tabel 4.1 Hasil Uji itas Item-item Pertanyaan Pearson Correlation Hasil Konsep Diri 1 Konsep Diri 2 Konsep Diri 3 Konsep Diri 4 Konsep Diri 5 0.603 0.755 0.738 0.786 0.614
Lingk. Keluarga 1 Lingk. Keluarga 2 Lingk. Keluarga 3 Lingk. Keluarga 4 Lingk. Keluarga 5 Minat Wirausaha 1 Minat Wirausaha 2 Minat Wirausaha 3 Minat Wirausaha 4 Minat Wirausaha 5 Sumber : Data primer diolah, 2012 0.749 0.685 0.710 0.745 0.540 0.658 0.642 0.725 0.715 0.669 Dengan melihat nilai korelasi pearson (r) dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa setiap item-item pertanyaan kuesioner memiliki nilai r di atas 0.25. Untuk variabel Konsep Diri, nilai r berada diantara 0.603 0.786. Variabel Lingkungan Keluarga memiliki nilai r 0.540 0.745. Sedangkan variabel Minat Berwirausaha memiliki nilai r 0.642 0.725. Melihat nilai r setiap item-item pertanyaan yang memiliki nilai r di atas 0.25 maka dapat disimpulkan bahwa semua item-item pertanyaan kuesioner dapat dikatakan valid. Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi atau keterpercayaan hasil ukur yang mengandung kecermatan pengukuran. Reliabilitas menunjukan bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik. Untuk uji reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha. Jika
nilai Cronbach Alpha di atas 0.6 maka instrumen dapat dikatakan reliabel (handal). Tabel 4.2 Hasil Uji Reliabilitas Nilai Crobach Alpha Konsep Diri Lingk. Kel. Minat Usaha 0.734 0.713 0.712 Sumber : Data primer diolah, 2012 Dengan melihat nilai koefisien Cronbach Alpha pada tabel 4.2, maka dapat dinyatakan bahwa semua instrumen tersebut reliabel karena memiliki nilai koefisien Cronbach Alpha di atas 0.6. 4.1.2 Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi berdistribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji kolmogorov-smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% (0,05) maka jika nilai Asymp.Sig (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Data Variabel X1 X2 X3 Y Asymp.Sig 0.532 0.158 0.306 0.124 (2-tailed) Sumber : Data primer diolah, 2012 Dari tabel 4.3 dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig (2-tailed) untuk setiap variabel penelitian ternyata > 0.05. Hal ini menunjukkan bahwa data sampel
berdistribusi normal dan asumsi dalam statistik parametrik dapat dipenuhi sehingga analisa regresi berganda dapat dilakukan. 4.1.3 Uji Multikolinearitas Pengujian multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Hal ini merupakan prasyarat yang harus dipenuhi dalam model regresi berganda. Jika terjadi korelasi, maka terdapat persoalan multikolinearitas, karena seharusnya tidak boleh terjadi korelasi antar variabel independennya. Uji multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan Variance Inflation Faktor (VIF). Hasil multikolinearitas dapat dilihat dalam tabel 4.4. Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas Variabel Nilai VIF Konsep Diri 2.710 Prestasi Belajar Kewirausahaan 2.453 Lingkungan Keluarga 2.577 Sumber : Data primer diolah, 2012 Dari tabel 4.4, terlihat bahwa nilai VIF untuk setiap variabel tidak lebih dari 5 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala multikolinearitas antarvariabel bebas. Dengan kata lain dinyatakan bahwa tidak ada hubungan linear atau korelasi antarvariabel independen dalam model regresi pada data yang akan kita uji ini sebagai salah satu syarat mutlak yang harus dipenuhi. Jika terjadi korelasi, maka terdapat persoalan multikolinearitas, karena seharusnya tidak boleh terjadi korelasi antarvariabel independennya.
4.1.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya penyimpangan asumsi klasik autokolerasi, yaitu korelasi yang terjadi antara residual pada satu pengamatan dengan pengamatan lain pada model regresi. Prasyarat yang harus dipenuhi adalah tidak adanya autokorelasi dalam model regresi. Metode pengujian pada penelitian ini adalah dengan Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai berikut: a. Jika dw lebih kecil dari dl atau lebih besar dari (4-dL) berarti terdapat autokorelasi. b. Jika dw terletak antara du dan (4-dU), berarti tidak ada autokorelasi. c. Jika dw terletak antara dl dan du atau di antara (4-dU) dan (4-dL), berarti tidak menghasilkan kesimpulan yang pasti (Gujarati, 2006) Hasil pengujian autokorelasi dengan menggunakan Durbin-Watson, diperoleh nilai Durbin-Watson 2.281. Dari tabel Durbin Watson dengan n (jumlah data) = 54 dan k (jumlah variable independen) = 3, diperoleh nilai dl sebesar 1.446 dan nilai du sebesar 1.680. Dari hasil pengujian, nilai Durbin Watson yang diperoleh (2.281) berada diantara nilai du dan (4 du) sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat gejala autokorelasi. Hal ini berarti bahwa pada penelitian ini variabel yang diuji akan menghasilkan kesimpulan yang pasti. 4.2 Pengujian Hipotesis Untuk dapat mengetahui pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen maka digunakan analisis regresi berganda dengan bantuan
program SPSS 16.0. Dari hasil penghitungan regresi berganda maka dapat dibentuk persamaan regresi berganda sebagai berikut : Y = -1.535 + 0.300 X1 + 0.026 X2 + 0.560 X3 + e Keterangan : Y = Minat Berwirausaha X1 = Konsep Diri X2 = Prestasi Belajar Kewirausahaan X3 = Lingkungan Keluarga e = Error Interpretasi hasil estimasi dari persamaan regresi linier berganda yang telah diperoleh dapat dilihat bahwa: 1. Konstanta sebesar 1.535 berarti bahwa jika variabel independen dianggap konstan atau nol, maka minat berwirausaha siswa SMK Pelita Salatiga sebesar 1.535. 2. Koefisien regresi variabel Konsep Diri sebesar 0.300 menunjukkan bahwa variabel konsep diri berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga, artinya setiap peningkatan variabel konsep diri sebesar satu satuan maka minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga akan meningkat sebesar 0,300. 3. Koefisien regresi variabel Lingkungan Keluarga sebesar 0.026 menunjukkan bahwa variabel lingkungan keluarga berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga, artinya setiap
peningkatan variabel lingkungan keluarga sebesar satu satuan maka minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga akan meningkat sebesar 0,026. 4. Koefisien regresi variabel Prestasi Belajar Kewirausahaan sebesar 0.560 menunjukkan bahwa variabel prestasi belajar kewirausahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga, artinya setiap peningkatan variabel prestasi belajar kewirausahaan sebesar satu satuan maka minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga akan meningkat sebesar 0.560 4.2.1 Pengaruh Konsep Diri Terhadap Minat Berwirausaha Pengujian pengaruh variabel konsep diri terhadap minat berwirausaha maka digunakan uji t. Penerimaan terhadap hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. t > 0.05 dan penolakan hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. t < 0.05. Dari hasil olah data regresi berganda, nilai Sig. t diperoleh sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05). Hal itu berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan konsep diri berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Besarnya pengaruh konsep diri terhadap minat berwirausaha dapat dilihat dari standardized coefficients sebesar 0.295. Hal itu menunjukkan bahwa perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh konsep diri sebesar 29,5%. 4.2.2 Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Pengujian pengaruh variabel prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha maka digunakan uji t. Penerimaan terhadap hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. t > 0.05 dan penolakan hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. t <
0.05. Dari hasil olah data regresi berganda, nilai Sig. t diperoleh sebesar 0.011 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05). Hal itu berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan prestasi belajar kewirausahaan berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Besarnya pengaruh prestasi belajar kewirausahaan terhadap minat berwirausaha dapat dilihat dari standardized coefficients sebesar 0.195. Hal itu menunjukkan bahwa perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh prestasi belajar kewirausahaan sebesar 19,5%. 4.2.3 Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Pengujian pengaruh variabel lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha maka digunakan uji t. Penerimaan terhadap hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. t > 0.05 dan penolakan hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. t < 0.05. Dari hasil olah data regresi berganda, nilai Sig. t diperoleh sebesar 0.000 yang lebih kecil dari nilai alpha (0.05). Hal itu berarti bahwa Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan lingkungan keluarga berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Besarnya pengaruh lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha dapat dilihat dari standardized coefficients sebesar 0.542. Hal itu menunjukkan bahwa perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebesar 54,2%. 4.2.4 Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Dalam menganalisa pengaruh secara bersama-sama dari variabel konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha maka perlu dilakukan uji F. Penerimaan terhadap hipotesis nol
terjadi jika nilai Sig. F > 0.05 dan penolakan hipotesis nol terjadi jika nilai Sig. F < 0.05. Dari hasil olah data regresi berganda, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi F sebesar 0.000 yang lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga secara bersama-sama berpengaruh terhadap minat berwirausaha. Untuk melihat besarnya pengaruh variabel independen yaitu konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan, dan lingkungan keluarga terhadap variabel dependen yaitu minat berwirausaha di kalangan siswa SMK Pelita Salatiga digunakan koefisien determinasi (R 2 ). Nilai R-Square atau nilai determinan (R 2 ) mendekati satu berarti pengaruh variabel konsep diri, prestasi belajar, dan lingkungan keluarga terhadap minat berwirausaha (Y) adalah besar dan sebaliknya Dari hasil olah data regresi berganda dengan menggunakan SPSS 16.00, dapat dilihat bahwa nilai Adjusted R 2 sebesar 0.883. Hal itu berarti variabel independen yaitu konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan, dan lingkungan keluarga terhadap variabel dependen yaitu minat berwirausaha di kalangan siswa SMK Pelita Salatiga sebesar 88.3%. 4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 4.3.1 Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Hasil analisis data menunjukkan bahwa konsep diri siswa berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, hal ini ditunjukkan dengan standardized
coefficients sebesar 0.295 dengan Sig. t 0.000 < 0.05. Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik konsep diri siswa akan diikuti kenaikan minat berwirausaha, begitu juga sebaliknya. Perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh konsep diri sebesar 29,5%. Seseorang yang akan berwirausaha perlu memahami tentang konsep dirinya karena didalamnya terdapat cakupan sikap, nilai-nilai, aspirasi, perasaaan, emosi, kemampuan dan ketidakmampuannya. Konsep diri adalah pandangan menyeluruh tentang diri sendiri baik mengenai karakteristik kepribadian, nilainilai kehidupan, prinsip hidup, moralitas, kelemahan dan potensinya yang terbentuk dari pengalaman dan interaksinya dengan orang lain, yang dapat membantu seseorang atau individu dalam mengaktualisasikan diri secara bebas dan bertanggung jawab dalam mencapai suatu tujuan seperti apa yang diharapkan. Dalam berwirausaha hal pengenalan diri melalui konsep diri ini berguna untuk dapat mengenali lingkungan, melihat peluang serta menggunakan sumber daya guna memanfaatkan peluang tersebut dalam batas resiko yang tertanggungkan untuk mencapai nilai tambah. Siswa yang memiliki konsep diri yang positif akan dapat mengenal dirinya dengan baik kelemahan dan kelebihannya sehingga dapat merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis, sehingga juga akan lebih bijak dalam menentukan kariernya ke masa mendatang, termasuk berani untuk berwirausaha. Sedangkan siswa yang memiliki konsep diri negatif akan pesimis terhadap kompetisi sehingga enggan memanfaatkan kelebihan dan kekurangannya.
Oleh karena itu, untuk dapat mendorong minat seseorang, dalam hal ini siswa SMK Pelita Salatiga, untuk berwirausaha diperlukan konsep diri yang kuat dan positif sebagai salah satu faktor intern yang dapat mempengaruhi. Hal ini dikarenakan bahwa dengan konsep diri yang kuat dan positif tersebut, berarti siswa sudah mampu mengenali tentang dirinya baik dari segi sikap, emosi, perasaan, kemampuan, ketidakmampuan, nilai-nilai dan aspirasinya sehingga mereka memiliki keyakinan yang kuat bahwa mereka mampu untuk mandiri dan juga mampu melihat kesempatan yang ada di sekitarnya untuk mendapatkan peluang yang bisa dijadikan nilai tambah yang menguntungkan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan bahwa konsep diri siswa berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. 4.3.2 Pengaruh Prestasi Belajar Kewirausahaan Terhadap Minat Berwirausaha Hasil analisis data menunjukkan bahwa prestasi belajar kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, hal ini ditunjukkan dengan standardized coefficients sebesar 0.195 dengan Sig. t 0.011 < 0.05. Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik prestasi belajar kewirausahaan akan diikuti kenaikan minat berwirausaha, begitu juga sebaliknya. Perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh prestasi belajar kewirausahaan sebesar 19,5%. Menurut Arifin (1991:3) prestasi adalah kemampuan, keterampilan dan sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia oleh Poerwodarminto (1995:787) yang dimaksud
dengan prestasi adalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya. Seseorang, dalam hal ini siswa SMK Pelita Salatiga, yang akan berwirausaha perlu memiliki pengetahuan tentang kewirausahaan yang dapat diperoleh melalui pembelajaran di sekolah. Siswa yang memiliki prestasi atau nilai yang baik dalam mata diklat kewirausahaan akan memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang diperlukan untuk berwirausaha. Untuk menumbuhkan minat berwirausaha pada siswa SMK Pelita Salatiga, pihak sekolah harus memberikan pengetahuan dan keterampilan yang memadai kepada para siswa. Hal itu bisa berupa teori maupun praktek, selain itu pihak sekolah bisa memberikan wadah bagi para siswa dalam menerapkan ilmunya misalnya dengan mendirikan bisnis center di lokasi SMK Pelita Salatiga. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik simpulan bahwa prestasi belajar mata diklat kewirausahaan berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha. 4.3.3 Pengaruh Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Hasil analisis data menunjukkan bahwa lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, hal ini ditunjukkan dengan standardized coefficients sebesar 0.542 dengan Sig. t 0.011 < 0.05. Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik lingkungan keluarga akan diikuti kenaikan minat berwirausaha, begitu juga sebaliknya. Perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh lingkungan keluarga sebesar 54,2%. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarga yang interaksi sosial
keluarganya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang peranann sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain (Alex Sobur, dalam Sumarni, 2006). Lingkungan keluarga dapat dikatakan merupakan kelompok sosial pertama yang mewarnai pribadi anak dimana anak pertama kali diberikan penanaman nilai dan sikap bagi perkembangannya. Dalam hal kaitannya dengan minat berwirausaha bahwa lingkungan keluarga dengan segala kondisi yang ada didalamnya yang meliputi cara orang tua mendidik, keadaan ekonomi, hubungan antar anggota keluarga, pengertian/pemahaman orang tua terhadap anak dan latar belakang budaya yang ada akan dapat menunjang, membimbing dan mendorong siswa untuk kehidupannya mendatang. Hal ini juga berarti bahwa orang tua juga dapat mempengaruhi minat terhadap jenis pekerjaan/karier bagi anak di masa yang akan datang, termasuk untuk berwirausaha. Kondisi orang tua sebagai keadaan yang ada dalam lingkungan keluarga dapat menjadi figur bagi pemilihan pekerjaan anak, juga sekaligus dapat dijadikan sebagai pembimbing untuk menumbuhkembangkan minatnya terhadap suatu pekerjaan. Minat tidaklah akan cukup kuat dan direalisasikan jika hanya dibina dan dibentuk melalui pengalaman di sekolah dan masyarakat tanpa ada dorongan dan bimbingan dari orang tua. Walaupun telah tumbuh minat yang kuat dalam diri siswa dan mampu untuk terjun ke suatu bidang pekerjaan sebagai wirausaha, jika
tidak ada dukungan orang tua yang kuat dan tidak menemukan figur yang baik/menguntungkan bagi dirinya pada bidang yang ditekuni, maka kemungkinan ia akan merasa kurang yakin kembali untuk dapat melakukannya bahkan tidak mau lagi untuk meneruskan keinginannya tersebut. Jelas bahwa dorongan orang tua maupun anggota kelurga dapat memberikan pengaruh terhadap minat berwirausaha. 4.3.4 Pengaruh Konsep Diri, Prestasi Belajar Kewirausahaan dan Lingkungan Keluarga Terhadap Minat Berwirausaha Hasil analisis data menunjukkan bahwa konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga berpengaruh positif terhadap minat berwirausaha, hal ini ditunjukkan dengan nilai Adjusted R 2 sebesar 0.883 dengan Sig. F 0.011 < 0.05. Hal itu menunjukkan bahwa semakin baik konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga akan diikuti kenaikan minat berwirausaha, begitu juga sebaliknya. Perubahan minat berwirausaha siswa dipengaruhi oleh konsep diri, prestasi belajar kewirausahaan dan lingkungan keluarga sebesar 88,3%. Untuk membentuk manusia yang berjiwa wirausaha dan sekaligus mampu melakukan wirausaha, maka yang harus tertanam dahulu adalah minat untuk berwirausaha itu sendiri. Loekmono dalam Sumarni (2006) mengungkapkan bahwa minat dapat diartikan kecenderungan untuk merasa tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang, sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Minat merupakan salah satu hal ikut menentukan keberhasilan seseorang dalam segala bidang, baik studi, kerja dan
kegiatan-kegiatan lain. Minat pada suatu bidang tertentu akan memunculkan perhatian terhadap bidang tertentu. Minat berwirausaha akan tumbuh dalam diri seseorang, dalam hal ini siswa SMK Pelita Salatiga, jika siswa tersebut memiliki konsep diri yang baik dan memiliki pengetahuan dan keterampilan yang baik tentang kewirausahaan. Selain itu, dukungan dari keluarga juga haruskuat sehingga mampu mendorong minat berwirausaha dari siswa. Jelas bahwa pengenalan diri melalui konsep diri, pengetahuan dan keterampilan tentang kewirausahaan dan dorongan orang tua maupun anggota keluarga dapat memberikan pengaruh terhadap minat berwirausaha.