21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan dan Produksi Padi pada Berbagai Dosis Pemberian Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Parameter yang digunakan dalam mengamati pertumbuhan tanaman padi pada berbagai perlakuan dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat adalah tinggi tanaman dan jumlah anakan padi. 10 Tinggi Tanaman (cm) 9 8 7 6 5 4 3 4 5 6 7 8 9 Minggu Setelah Tanam L0 L1 L2 L3 L1H L2H L3H setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 7. Pertumbuhan Tinggi Tanaman Padi pada Berbagai Dosis Penambahan Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Pada Gambar 7 disajikan grafik pertumbuhan tanaman padi pada berbagai perlakuan yang diberikan. Secara umum berdasarkan grafik pada Gambar 7, ratarata tinggi tanaman dari tertinggi sampai terendah adalah tanaman dengan kode perlakuan A2>A1>A4>A0>A3>A5>A6. Berdasarkan data tersebut, pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi dari tanaman kontrol adalah perlakuan dengan dosis pemberian terak baja setara 3 (A1) dan 6 (A2) ton/ha tanpa penambahan bahan humat, serta perlakuan pemberian terak baja 3 ton/ha dengan penambahan bahan humat (A4). Hasil uji statistik terhadap pertumbuhan tinggi tanaman menunjukkan perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat tidak berbeda nyata. Artinya, bahwa pertumbuhan tinggi tanaman
22 pada seluruh perlakuan yang diberikan dianggap seragam secara statistik. Pertumbuhan tinggi pada perlakuan A3, A5, dan A6 yang lebih rendah dari kontrol (A0) tidak sesuai dengan prediksi awal penelitian ini yang menduga pertumbuhan tinggi tanaman akan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Data perkembangan jumlah anakan tanaman padi pada berbagai perlakuan yang diberikan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Data Perkembangan Anakan Tanaman Padi pada Berbagai Dosis Penambahan Terak Baja Dengan dan Tanpa Penambahan Bahan Humat Waktu pengamatan 3 4 5 6 7 8 9 Anakan Produktif A0 7 9 11 12 16 17 17 15 A1 8 11 13 14 18 19 19 18 A2 8 11 12 13 18 19 20 19 A3 8 11 13 15 17 19 19 17 A4 9 12 13 14 18 19 21 20 A5 9 13 15 16 20 21 22 22 A6 9 13 16 17 21 22 23 22 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Berdasarkan data pada Tabel 5, pada minggu ke-3 sampai minggu ke-7 setelah tanam, perkembangan jumlah anakan padi terus meningkat. Perkembangan anakan mendekati konstan pada minggu ke-9. Hal ini disebabkan pada minggu ke- 8 tanaman sudah menunjukkan tanda-tanda bunting, sehingga secara perlahan fase vegetatif berganti dengan fase generatif. Secara umum perkembangan jumlah anakan dari yang paling banyak sampai yang paling sedikit adalah A6>A5>A4>A2>A3>=A1>A0. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah anakan semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Perkembangan jumlah anakan pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat (A4, A5, dan A6) menunjukkan perkembangan yang cenderung lebih baik jika dibandingkan dengan tanaman kontrol dan tanaman dengan perlakuan penambahan terak baja tanpa penambahan bahan humat (A0, A1, A2, dan A3).
23 Data produksi padi pada berbagai perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat disajikan pada Tabel 6. Parameter yang digunakan dalam mengamati produksi padi adalah bobot gabah, bobot gabah bernas, dan jumlah gabah bernas. Tabel 6. Data Hasil Produksi Padi pada Berbagai Bobot Jumlah Persentase Bobot Peningkatan gabah gabah bobot gabah gabah produksi (g/pot) * bernas bernas bernas (%) (g/pot) (perpot) (%) A0 42,03a 39,20 2.189 93,27 0 A1 43,84a 39,74 2.298 90,65 04,31 A2 49,93a 48,56 2.923 97,26 18,80 A3 45,92a 42,47 2.712 92,49 09,26 A4 44,50a 40,97 2.317 92,07 05,88 A5 51,72a 47,83 2.814 92,48 23,05 A6 52,53a 47,99 2.831 91,36 24,98 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. * angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf nyata 0,01 (α = 1%) dengan uji lanjut Duncan. Berdasarkan Tabel 6, urutan perlakuan yang menghasilkan produksi padi dari tertinggi sampai yang paling rendah adalah A6>A5>A2>A3>A4>A1>A0. Berdasarkan data tersebut, produksi padi pada perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman kontrol. Produksi padi pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat yang cenderung lebih tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan penambahan terak baja tanpa penambahan bahan humat dan tanaman kontrol sejalan dengan data perkembangan jumlah anakan padi. Untuk mengetahui perbedaan pengaruh perlakuan yang diberikan terhadap produksi padi, maka dilakukan analisis sidik ragam. Hasil analisis sidik ragam terhadap produksi padi menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada semua perlakuan. Meskipun demikian, produksi padi menunjukkan data semakin meningkat dengan semakin tingginya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat.
24 4.2. Perubahan Nilai ph Tanah setelah Panen Pada Tabel 7 ditunjukkan ph tanah pada berbagai perlakuan penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat setelah panen. Tabel 7. Hasil Analisis ph Tanah Setelah Panen Ulangan 1 4,60 5,60 6,40 6,95 5,60 5,20 5,20 Ulangan 2 4,90 5,70 5,50 7,30 5,00 5,20 5,40 Ulangan 3 5,00 5,90 6,00 6,80 5,80 5,20 5,40 Rata-rata 4,83 5,73 5,97 7,02 5,47 5,20 5,33 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Berdasarkan data pada Tabel 7, ph tanah menunjukkan nilai semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja. Pada perlakuan A0, ph tanah masih tergolong agak masam yaitu 4,83 kemudian terus meningkat mendekati ph normal dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja. terak baja dengan penambahan bahan humat menunjukkan peningkatan ph tanah pada kisaran 5,20 5,47. Peningkatan ph disebabkan oleh tingginya kandungan CaO pada terak baja, yaitu 53,36% (Tabel 2). Senyawa CaO bereaksi dengan H 2 O membentuk Ca 2+ dan 2OH -. Peningkatan konsentrasi OH - dalam larutan tanah mampu meningkatkan nilai ph tanah. Perbedaan nilai ph ini akan sangat mempengaruhi konsentrasi hara dalam tanah. Peningkatan ph yang tinggi pada perlakuan A3 mencapai ph 7,3, justru menghambat pertumbuhan dan produksi padi. Hal ini dikarenakan peningkatan ph antara 6 7 pada tanah yang disawahkan dapat meningkatkan fiksasi K dalam tanah, sehingga serapannya oleh tanaman akan semakin menurun (Agus et al., 2004). Kondisi ini sejalan dengan data pertumbuhan dan produksi padi. Pertumbuhan dan produksi padi pada perlakuan A3 cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat (A4, A5, dan A6) tidak menunjukkan peningkatan nilai ph yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan pada ph di bawah 7, gugus karboksil pada bahan humat
25 mengalami disosiasi gugus OH - sehingga terjadi peningkatan konsentrasi H + pada larutan tanah (Tisdale dan Nelson, 1975). 4.3. Konsentrasi Basa-basa Dapat Dipertukarkan (Ca, Mg, dan K) dalam Tanah setelah Panen dan Konsentrasi Ca, Mg, dan K pada Tanaman Pada Gambar 8 disajikan grafik konsentrasi basa-basa dapat dipertukarkan (Ca, Mg, dan K) pada tanah setelah panen (a) dan konsentrasi Ca, Mg, dan K pada tanaman (b). Konsentrasi Ca, Mg dan K dalam tanah (me/100g) 1 8,00 6,00 4,00 2,00 a Ca Mg K Konsentrasi Ca, Mg dan K dalam tanaman (%) 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 b Ca Mg K setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 8. Konsentrasi Ca, Mg, dan K Dapat Dipertukarkan dalam Tanah Setelah Panen (a) dan Konsentrasi Ca, Mg, dan K pada Tanaman (b) Berdasarkan grafik pada Gambar 8a Konsentrasi basa-basa (Ca, Mg, dan K) semakin meningkat dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja
26 dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Kalsium (Ca) merupakan basa dengan konsentrasi paling tinggi dalam contoh tanah setelah panen. Konsentrasi Ca pada perlakuan kontrol (A0) sangat rendah, kemudian meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Akan tetapi, grafik pada Gambar 8b menunjukkan bahwa konsentrasi Ca yang tinggi dalam tanah tidak berbanding lurus dengan konsentrasinya dalam tanaman. Hal ini disebabkan Ca merupakan unsur esensial sekunder, sehingga konsentrasinya dalam tanaman tidak sebanyak unsur P dan K yang merupakan unsur esensial primer bagi tanaman, dan tampaknya ada persaingan dengan Mg seperti yang dapat dilihat pada Gambar 8a dan Gambar 8b. Tingginya konsentrasi Ca dalam tanah disebabkan oleh tingginya konsentrasi CaO pada terak baja (53,36%). Konsentrasi Mg dalam tanah setelah panen cenderung semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (Gambar 8a). Hal ini sejalan dengan konsentrasi Mg dalam tanaman. Grafik pada Gambar 8b menunjukkan bahwa konsentrasi Mg semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Demikian juga dengan konsentrasi kalium dalam tanah. Grafik pada gambar 8a menunjukkan bahwa konsentrasi kalium (K) dalam tanah semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Ada kecenderungan kadar K tanaman pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat lebih tinggi dibandingkan perlakuan penambahan terak baja tanpa penambahan bahan humat. Hal ini disebabkan kandungan K yang tinggi pada bahan humat yang berasal dari proses pembuatan bahan humat. Selain itu, tingginya konsentrasi Ca dalam tanah mampu menjadi kompetitor K untuk mengisi komplek jerapan tanah sehingga ketersediaan K meningkat. Kondisi ini sejalan dengan data produksi padi yang menunjukkan produksi padi pada perlakuan penambahan terak baja dengan bahan humat lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan penambahan terak baja tanpa bahan humat.
27 4.4. Konsentrasi P Tersedia dalam Tanah setelah Panen dan Konsentrasi P pada Tanaman Pada Gambar 9 disajikan grafik konsentrasi P tersedia dalam tanah setelah panen (a) dan konsentrasi P pada tanaman (b). 25,00 Konsentrasi P dalam tanah a 2 15,00 1 5,00 Konsentrasi P dalam tanaman (%) b 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 9. Konsentrasi P dalam Tanah Setelah Panen (a) dan Konsentrasi P pada Tanaman (b) Berdasarkan grafik pada Gambar 9a, konsentrasi P tersedia dalam tanah paling rendah pada perlakuan kontrol (A0), kemudian semakin meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Kondisi serupa juga tampak pada kadar P dalam tanaman. Grafik pada Gambar 9b menunjukkan bahwa konsentrasi P dalam tanaman semakin
28 meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Kondisi ini sejalan dengan data pertumbuhan dan produksi padi yang cenderung meningkat dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Hal ini selain disebabkan oleh kandungan P pada terak baja, juga dapat disebabkan oleh tingginya kandungan SiO 2. Senyawa SiO 2 pada terak baja terhidrolisis membentuk anion SiO 4 4- yang mampu mendorong anion P sehingga P dibebaskan ke dalam larutan tanah (Kristen dan Erstad, 1996). Terdapat kecenderungan kadar P pada tanaman semakin meningkat dengan semakin meningkatnya pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat. Hal ini dapat dijelaskan oleh Mendez et al. (2004), bahwa bahan humat tepatnya asam humik mampu menjadi media kolonisasi mikroflora. Kemudian mikroflora mengeluarkan enzim yang dapat menjadi katalis terurainya besi dan fosfor pada komplek Fe-P yang tidak larut, serta kalsium dan fosfor pada komplek Ca-P yang tidak larut menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman. 4.5. Konsentrasi Cu dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen dan Konsentrasi Cu pada Tanaman Pada Gambar 10 disajikan konsentrasi Cu dalam fraksi terekstrak akuades dan fraksi yang terekstrak MgCl 2 dalam tanah setelah panen (a) serta konsentrasi Cu pada tanaman (b). Fraksi yang terekstrak akuades digunakan sebagai nilai pendekatan konsentrasi unsur Cu dalam larutan tanah, sedangkan fraksi terekstrak MgCl 2 sebagai pendekatan konsentrasi dalam fraksi yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan grafik pada Gambar 10a, konsentrasi Cu dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 pada perlakuan kontrol (A0) memiliki nilai konsentrasi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kemudian semakin menurun dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (A1, A2, A3, A4, A5, dan A6). Jika hal ini dihubungkan dengan grafik pada Gambar 10b, penurunan konsentrasi Cu pada tanah sebagian besar bukan disebabkan terserap tanaman. Karena kadar Cu pada tanaman tidak menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian terak baja.
29 a Konsentrasi Cu dalam tanah 0,16 0,14 0,12 0,10 0,08 0,06 0,04 0,02 Fraksi terekstrak aquades Fraksi terekstrak MgCl2 Konsentrasi Cu dalam tanaman b 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 10. Konsentrasi Cu dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan fraksi yang Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen (a) serta Konsentrasi Cu pada Tanaman (b) Penurunan konsentrasi Cu pada tanah dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 lebih disebabkan mekanisme kimia yang terjadi di dalam tanah. Meningkatnya ph tanah (Tabel 7) dapat menekan mobilitas Cu, kemudian Cu mengendap dan ditrasnsformasikan kedalam bentuk yang terikat hidroksida dan khelat bahan organik. Tingginya konsentrasi Ca 2+ dalam tanah dengan semakin meningkatnya dosis pemberian terak baja juga sangat berpengaruh terhadap mobilitas Cu. Hal ini disebabkan oleh kemampuan Ca 2+ menjadi kompetitor Cu dalam mengisi permukaan liat. Pada perlakuan pemberian terak baja dengan
30 penambahan bahan humat (A4, A5 dan A6) konsentrasi Cu dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 konsentrasinya sangat rendah. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar Cu ditransformasikan ke dalam bentuk yang terikat dalam khelat bahan organik. Nguyen et al. (2010) menyatakan bahwa bahan humat mampu menyerap Cu, Zn, dan Pb lima kali lebih tinggi dibandingkan oleh permukaan mineral liat. 4.6. Konsentrasi Zn dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen dan Konsentrasi Zn pada Tanaman Pada Gambar 11 disajikan konsentrasi Zn dalam fraksi terekstrak akuades dan fraksi yang terekstrak MgCl 2 dalam tanah setelah panen (a) serta konsentrasi Zn pada tanaman (b). Fraksi yang terekstrak akuades digunakan sebagai nilai pendekatan konsentrasi unsur Zn dalam larutan tanah, sedangkan fraksi terekstrak MgCl 2 sebagai pendekatan konsentrasi dalam fraksi yang dapat dipertukarkan. Berdasarkan grafik pada Gambar 11a, konsentrasi Zn dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 lebih tinggi jika dibandingkan konsentrasi Cu. Konsentrasi Zn dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 pada perlakuan kontrol (A0) memiliki nilai konsentrasi yang paling tinggi jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Kemudian semakin menurun dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (A1, A2, A3, A4, A5, dan A6). Jika hal ini dihubungkan dengan grafik pada Gambar 11b, penurunan konsentrasi Zn pada tanah sebagian besar bukan disebabkan terserap tanaman. Karena kadar Zn pada tanaman tidak menunjukkan kecenderungan yang meningkat dengan meningkatnya dosis pemberian terak baja. Konsentrasi Zn yang cenderung lebih tinggi dibandingkan Cu dikarenakan mobilitas Zn yang lebih tinggi. Bersama dengan Ca 2+, Zn juga mampu menjadi kompetitor Cu dan Pb mengisi permukaan liat. Hanya saja gaya elektrostatik yang ditimbulkan antara Zn dengan permukaan liat lebih besar dibandingkan dengan Cu dan Pb, sehingga konsentrasinya pada fraksi yang terekstrak MgCl 2 lebih tinggi.
31 Konsentrasi Zn dalam tanah a 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 Fraksi terekstrak aquades Fraksi terekstrak MgCl2 Konsentrasi Zn dalam tanaman b 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 11. Konsentrasi Zn dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi yang Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah setelah Panen (a) serta Konsentrasi Zn pada Tanaman (b) 4.7. Konsentrasi Pb dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen dan Konsentrasi Pb pada Tanaman Pada Gambar 12 disajikan konsentrasi Pb dalam fraksi terekstrak akuades dan fraksi yang terekstrak MgCl 2 dalam tanah setelah panen (a) serta konsentrasi Pb pada tanaman (b). Fraksi yang terekstrak akuades digunakan sebagai nilai pendekatan konsentrasi unsur Pb dalam larutan tanah, sedangkan fraksi terekstrak MgCl 2 sebagai pendekatan konsentrasi dalam fraksi yang dapat dipertukarkan.
32 Logam berat Pb digunakan sebagai representasi kandungan logam berat dalam tanah, meskipun Pb tidak terdeteksi pada hasil analisis kimia terak baja (Tabel 3). Akan tetapi, berdasarkan hasil pada Gambar 12a Pb terukur dalam tanah setelah panen. Hal ini dimungkinkan Pb sudah ada pada tanah awal. Konsentrasi Pb dalam tanah a 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 0,05 Fraksi terekstrak aquades Fraksi terekstrak MgCl2 Konsentrasi Pb dalam tanaman b 0,05 0,04 0,04 0,03 0,03 0,02 0,02 0,01 0,01 setara 3, 6, 9 ton/ha; A4, A5, dan A6 = perlakuan pemberian terak baja dengan dosis setara 3, 6, 9 ton/ha dengan penambahan bahan humat setara 15 l/ha. Gambar 12. Konsentrasi Pb dalam Fraksi Terekstrak Akuades dan Fraksi yang Terekstrak MgCl 2 dalam Tanah Setelah Panen (a) serta Konsentrasi Pb dalam Tanaman (b) Berdasarkan grafik pada Gambar 12a, konsentrasi Pb dalam fraksi terekstrak akuades dan terekstrak MgCl 2 memiliki nilai yang paling rendah dibandingkan Cu dan Zn. Konsentrasi Pb dalam fraksi terekstrak akuades dan
33 terekstrak MgCl 2 pada perlakuan kontrol (A0) memiliki nilai yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya. Kemudian terus mengalami penurunan seiring dengan meningkatnya dosis penambahan terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat (A1, A2, A3, A4, A5, dan A6). Konsentrasi Pb yang meningkat dari tanah awal bukan berasal dari terak baja, melainkan diduga berasal dari penambahan lain atau pada tanah awal sudah mengandung Pb meskipun dalam kadar yang sangat kecil. Konsentrasi Pb dalam tanah setelah dilakukan penanaman yang sangat rendah sejalan dengan konsentrasi Pb dalam tanaman. Berdasarkan grafik pada Gambar 12b, konsentrasi Pb pada tanaman sangat rendah pada seluruh perlakuan pemberian terak baja dengan dan tanpa penambahan bahan humat. Penurunan konsentrasi Pb dalam tanah lebih disebabkan oleh meningkatnya ph tanah (Tabel 7). Pengikatan Pb oleh hidroksida meningkat dengan meningkatnya ph tanah (Darmawan dan Wada, 1999). Konsentrasi Pb yang semakin rendah pada perlakuan pemberian terak baja dengan penambahan bahan humat selain disebabkan meningkatnya ph tanah juga disebabkan Pb terikat dengan bahan humat dalam betuk khelat bahan organik.