51 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015 dan mempublikasikan laporan tahunannya serta laporan keuangan di website Bursa Efek Indonesia secara konsisten. Populasi awal yang diperoleh berjumlah 49 perusahaan, namun setelah diseleksi berdasarkan kriteria yang ditetapkan maka diperoleh sampel akhir sebanyak 11 perusahaan. Maka jumlah data penelitian ini adalah 11 perusahaan x 5 tahun = 55 data. Penentuan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut : a. Semua perusahaan yang termasuk dalam kelompok industri properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Perusahaan yang selalu menghasilkan laba selama periode 2011-2015. c. Perusahaan yang menyajikan laporan keuangan menggunakan mata uang rupiah. d. Data-data mengenai variabel penelitian yang akan diteliti tersedia lengkap dalam laporan keuangan perusahaan.
52 B. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran yang jelas dan sistematis tentang variable yang diteliti. Statistik deskriptif bisa dilihat dari jumlah data, rata-rata sampel, dan standar deviasinya. Adapun hasil analisis statistik deskriptif data dari variable-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N Minimu m Maximu m Mean Std. Deviation KINS 55.1788.8856.608565.1998924 KOAUD 55 2.0000 4.0000 3.054545.4045199 LEVERAGE 55.1962 1.4207.774658.3351110 KUAUD 55.0000 1.0000.272727.4494666 ILK 55.0055.2197.077338.0578955 Valid N (listwise) 55 Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Tabel diatas menjelaskan statistik deskriptif dari variabel yang masingmasing disajikan dibawah ini : 1. Variabel Kepemilikan Institusional (KINS) pada perusahaan properti dan real estate pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 bergerak dari nilai minimum sebesar 0.1788 yang dimiliki oleh PT Lippo Karawaci Tbk pada periode tahun 2011-2013, hingga nilai maksimum sebesar 0.8856 yang di miliki oleh PT Duta Pertiwi Tbk pada periode tahun 2012-2015. Nilai standar
53 deviasi sebesar 0.1998924 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 0.608565. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data Kepemilikan Institusional adalah merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi. 2. Variabel komite audit (KOAUD) pada perusahaan properti dan real estate pada periode tahun 2011 sampai dengan 2015 bergerak dari nilai minimum sebesar 2.0000 yang dimiliki oleh PT Perdana Gapura Prima Tbk pada periode tahun 2011-2013, hingga nilai maksimum sebesar 4.0000 yang dimiliki oleh PT Intiland Development Tbk pada periode tahun 2012. Nilai standar deviasi sebesar 0.4045199 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 3.054545. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data komite audit adalah merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi. 3. Variabel Kualitas Audit (KUAUD) pada perusahaan properti dan real estate pada periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan nilai minimum sebesar 0.0000 hingga nilai maksimum sebesar 1.0000, nilai ratarata 0.2727 dan standar deviasi 0.4494. 4. Variabel Leverage pada perusahaan properti dan real estate pada periode tahun 2011 sampai dengan 2015 bergerak dari nilai minimum sebesar 0.1962 yang dimiliki oleh PT Ciputra Property Tbk pada periode tahun 2011, hingga nilai maksimum sebesar 1.4207 yang dimiliki oleh PT Pakuwon Jati Tbk pada periode tahun 2011. Nilai standar deviasi sebesar 0.3351110 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 0.774658. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data Leverage adalah merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi.
54 5. Variabel Integritas Laporan Keuangan pada perusahaan properti dan real estate pada periode tahun 2011 sampai dengan 2015 bergerak dari nilai minimal sebesar 0.0055 yang dimiliki oleh PT Bumi Serpong Damai Tbk pada periode tahun 2013, hingga nilai maksimal sebesar 0.2197 yang dimiliki oleh PT Lippo Karawaci Tbk pada periode tahun 2012. Nilai standar deviasi sebesar 0.0578955 lebih kecil dari nilai rata-rata sebesar 0.077338. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran data Integritas Laporan Keuangan adalah merata, artinya perbedaan data satu dengan yang lainnya tidak terlalu tinggi. C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Pengujian normalitas dapat dilakukan dengan menggunkan Kolmogorov Smirnov, dengan melihat perbandingan nilai signifikansi. Apabila nilai signifikansi yang dihasilkan > 0.05 maka distribusi datanya dapat dikatakan normal. Sebaliknya, jika nilai signifikansi yang dihasilkan < 0.05 maka data tidak terdistribusikan dengan normal (ghozali, 2011). Hasil uji normalitas pada pengujian terhadap 55 data sampel dapat terlihat pada tabel berikut :
55 Tabel 4.2 Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N 55 Normal Parameters a,b Std. Deviation.04776982 Mean 0E-7 Most Extreme Differences Absolute.115 Positive.115 Negative -.081 Kolmogorov-Smirnov Z.850 Asymp. Sig. (2-tailed).466 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Berdasarkan tabel 4.2 diatas, terlihat bahwa hasil uji normalitas menunjukkan level signifikansi lebih besar dari α (α = 0.05) yaitu 0.466 > 0.05 yang berarti bahwa data terdistribusi dengan normal. 2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Gejala multikolinearitas ditandai dengan adanya hubungan
56 yang kuat diantara variabel independen (bebas) dalam suatu persamaan regresi. Apabila dalam suatu persamaan regresi terdapat gejala multikolinearitas, maka akan menyebabkan ketidakpastian estimasi, sehingga kesimpulan yang diambil tidak tepat. Model regresi yang dinyatakan bebas dari multikolinearitas apabila nilai Tolerance> 0.10 dan nilai VIF < 10. Hasil pengujian asumsi multikolinearitas untuk variabel penelitian ini dapat dilihat berdasarkan nilai VIF dan nilai Tolerance sebagai berikut: Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF (Constant).019.063.299.766 KINS -.108.036 -.373-2.966.005.860 1.163 1 KOAUD.028.017.198 1.683.099.985 1.015 LEVERAGE.046.022.268 2.127.038.855 1.169 KUAUD.007.016.055.453.653.911 1.098 a. Dependent Variable: ILK Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Tabel 4.3 menunjukkan bahwa semua variabel memiliki nilai Tolerance lebih dari 0.10 yaitu Kepemilikan Institusional (KINS) sebesar 0.860, Komite Audit (KOAUD) sebesar 0.985, Kualitas Audit (KUAUD) sebesar 0.911 dan Leverage sebesar 0.855. Sedangkan nilai Variance
57 Inflation Factor (VIF) semua variabel kurang dari 10, yaitu Kepemilikan Institusional sebesar 1.163, Komite Audit sebesar 1.015, Kualitas Audit sebesar 1.098 dan Leverage sebesar 1.169. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala multikolinearitas antar semua variabel independen (bebas) yang terdapat dalam penelitian. 3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2011). Uji heteroskedastisitas dapat diuji dengan menggunakan grafik plot antara nilai prediksi variable terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi Y sesungguhnya) yang telah distundentized. Hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan grafik plot dapat ditunjukkan pada gambar grafik sebagai berikut :
58 Gambar 4.1 Hasil Uji Heteroskedastisitas Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Dari gambar 4.1 dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas pada model regresi. Sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi Integritas Laporan Keuangan pada perusahaan properti dan real estate yang listing di BEI periode tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 berdasarkan variable
59 independen Kepemilikan Institusonal, Komite Audit, dan Kualitas Audit serta variabel kontrol Leverage. 4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t pada t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan berkaitan satu dengan lainnya. Model regresi yang baik adalah tidak adanya gangguan autokorelasi, pengujian autokorelasi dapat diketahui dengan menggunakan uji statistik Durbin-Watson (Ghozali, 2011). Model regresi yang baik adalah tidak terdapat autokorelasi dalam penelitian yang dapat dilihat dari nilai Durbin Watson (D-W) yang terletak antara -2 sampai 2. Pengambilan keputusan tersebut sesuai dengan penjelasan berikut ini (Santoso dalam Ghina Latifah, 2013) : a) Bila nilai D-W besar atau diatas 2 berarti ada autokorelasi negatif. b) Bila nilai D-W terletak diantara -2 sampai 2 berarti tidak ada autokorelasi atau bebas autokorelasi. c) Bila nilai D-W kecil atau dibawah -2 berarti ada autokorelasi positif. Hasil uji Durbon-Watson (DW test) dapat dilihat sebagai berikut :
60 Tabel 4.4 Hasil Uji Autokorelasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1.565 a.319.265.0496438 1.048 Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, seperti yang terdapat pada tabel diatas, dapat dilihat nilai D-W yaitu sebesar 1.120 berada diantara -2 dan 2. Maka -2 < 1,048 < 2, maka dapat disimpulkan model regresi yang digunakan bebas dari gangguan autokorelasi. D. Pengujian Hipotesis 1. Uji Koefisien Determinasi (R 2) Menurut Ghozali (2011), uji koefisien determinasi (R 2 ) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 (nol) dan 1 (satu). Nilai R 2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada tabel berikut :
61 Tabel 4.5 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1.565 a.319.265.0496438 1.048 Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Berdasarkan tabel 4.5 tampak bahwa hasil uji diperoleh nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 0.265 atau 26.5%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya pengaruh variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Kualitas Audit dan Leverage terhadap variabel dependen yaitu Integritas Laporan Keuangan dapat dijelaskan oleh persamaan ini sebesar 26.5%. Sedangkan sisanya yaitu 73.5% dijelaskan oleh faktor-faktor lain atau variabel lain diluar model yang secara bersama-sama mempengaruhi Integritas Laporan Keuangan. 2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Pada dasarnya uji statistic F digunakan untuk menguji apakah semua variabel-variabel independen atau bebas yaitu Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Kualitas Audit dan Leverage yang dimasukkan ke dalam model mempunyai pengaruh secara keseluruhan terhadap variabel dependen atau terikat yaitu Integritas Laporan
62 Keuangan. Hasil pengolahan data untuk perhitungan uji F dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 4.6 Hasil Uji F ANOVA a Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Regression.058 4.014 5.861.001 b 1 Residual.123 50.002 Total.181 54 a. Dependent Variable: ILK b. Predictors: (Constant), KINS, KOAUD, KUAUD, Leverage Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat dilihat nilai F sebesar 5.861 dengan nilai signifikansi 0.001. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 atau 5%, hal ini berarti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen yaitu Kepemilikan Institusional, Komite Audit, Kualitas Audit dan Leverage secara bersama-sama terhadap variabel dependen Integritas Laporan Keuangan dalam penelitian ini. 3. Uji Parsial (Uji Statistik t) Menurut Ghozali (2011), uji statistik t digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hasil output dari uji t dalam penelitian ini sebagai berikut:
63 Tabel 4.7 Hasil Uji t Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta (Constant).019.063.299.766 KINS -.108.036 -.373-2.966.005 1 KOAUD.028.017.198 1.683.099 LEVERAGE.046.022.268 2.127.038 KUAUD.007.016.055.453.653 a. Dependent Variable: ILK Sumber : Data yang diolah dengan SPSS versi 22 Berdasarkan hasil olahan data pada tabel 4.7, maka dapat dilihat pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut : a. Pengaruh Kepemilikan Intitusional terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Kepemilikan Institusional sebesar -0.108 dengan nilai signifikansi sebesar 0.005. Karena nilai signifikansi kurang dari 0.05 maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji menunjukkan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dengan demikian hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa
64 Kepemilikan Institusional berpengaruh signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan diterima. Hasil pengujian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Sri Gayatri (2013). b. Pengaruh Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Komite Audit sebesar 0.028 dengan nilai signifikansi sebesar 0.099. Karena nilai signifikansi lebih dari 0.05 dan koefisien positif, maka dapat disimpulkan bahwa hasil uji menunjukkan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dengan demikian hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Integritas Laporan Keuangan ditolak. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Kurnia Sari (2016), Nesa Elva Citra (2013), dan juga N.P Yani Wulandari dan I Ketut Budiartha (2014). c. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Kualitas Audit sebesar 0.007 dengan nilai signifikansi sebesar 0.653. Karena nilai signifikansi lebih dari 0.05 berarti hasil uji menunjukkan bahwa Kualitas Audit tidak berpengaruh signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dengan demikian hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa
65 Kualitas Audit berpengaruh positif terhadap Integritas Laporan Keuangan dapat ditolak. d. Pengaruh Leverage terhadap Integritas Laporan Keuangan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil perhitungan uji secara parsial diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Leverage sebesar 0.046 dengan nilai signifikansi sebesar 0.038. Karena nilai signifikansi kurang dari 0.05 dan koefisien positif, maka hasil uji menunjukkan bahwa Leverage berpengaruh signifikan terhadap Integritas Laporan Keuangan. Dengan demikian hipotesis keempat (H4) yang menyatakan bahwa Leverage berpengaruh positif terhadap Integritas Laporan Keuangan dapat diterima. 4. Analisis Regresi Linear Berganda Dalam penelitian ini dilakukkan analisis regresi linier berganda untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antar variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen). Dari pengujian asumsi klasik dapat disimpulkan bahwa model regresi dapat digunakan dalam pengolahan data. Berdasarkan pengolahan data dari tabel 4.7 maka dapat dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut: Y= 0.019-0.108 KINS + 0.028 KOAUD + 0.007 KUAUD + 0.046 Leverage + e
66 a. Nilai Constant sebesar 0,019 menyatakan bahwa jika terdapat nilainilai pada variabel independen maka pengungkapan Integritas Laporan Keuangan adalah sebesar 0,019. b. Nilai koefisien regresi Kepemilikan Institusional (KINS) sebesar - 0.0108 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan KINS mengalami kenaikan sebesar 1%, maka Integritas Laporan Keuangan akan mengalami penurunan sebesar -0.108. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara KINS dengan integritas laporan keuangan, semakin tinggi kepemilikan saham oleh institusional, maka semakin rendah integritas laporan keuangan. c. Nilai koefisien regresi Komite Audit (KOAUD) sebesar 0,028 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan KOAUD mengalami kenaikan sebesar 1%, maka Integritas Laporan Keuangan akan mengalami kenaikan sebesar 0,028. d. Nilai koefisien regresi Kualitas Audit (KUAUD) sebesar 0,007 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan KUAUD mengalami kenaikan sebesar 1%, maka Integritas Laporan Keuangan akan mengalami kenaikan sebesar 0,007. e. Nilai koefisien regresi Leverage sebesar 0,046 artinya adalah jika variabel independen lain nilainya tetap dan Leverage mengalami kenaikan sebesar 1%, maka Integritas Laporan Keuangan akan mengalami kenaikan sebesar 0,046
67 E. Pembahasan dan Hasil Penelitian Dari penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil sebagai berikut : a. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil pengujian hipotesis variabel kepemilikan institusional membuktikan berpengaruh signifikan negatif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0.05 < 0.005, Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan diterima namun dalam hasil penelitian dapat dilihat bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini berarti, semakin tinggi kepemilikan institusional, maka akan semakin rendah Integritas Laporan Keuangan. Hasil peneltian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Sri Gayatri (2013) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap integritas laporan keuangan. b. Pengaruh Komite Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa komite audit yang diproksikan dengan jumlah rapat komite audit membuktikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi 0.099 > 0.05. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah rapat komite audit berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan ditolak.
68 Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rizki Kurnia Sari (2016) dan penelitian yang dilakukan oleh Lita Nurjannah dan Dudi Pratomo (2012) yang menyatakan bahwa hasil pengujian komite audit menunjukkan hasil tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. c. Pengaruh Kualitas Audit terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil penelitian variabel kualitas audit membuktikan tidak berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0.653 > 0.05, dengan demikian bahwa kualitas jasa audit yang diberikan KAP yang lebih besar tidak menghasilkan opini yang lebih baik sehingga tidak mempengaruhi integritas laporan keuangan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nesa Elva Citra (2013) yang menunjukkan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. d. Pengaruh Leverage terhadap Integritas Laporan Keuangan Hasil penelitian variabel leverage membuktikan berpengaruh secara parsial terhadap integritas laporan keuangan. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikan 0.038 < 0.05, dengan demikian pendanaan dari utang (leverage) dapat mendorong perusahaan untuk menyajikan laporan keuangan yang berintegritas. Untuk menghilangkan keraguan kreditur akan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, perusahaan perlu mengungkapkan informasi dengan integritas yang tinggi. Oleh karena itu, perusahaan dengan leverage yang tinggi memiliki kewajiban
69 untuk mengungkapkan informasi secara lebih luas dibandingkan perusahaan dengan leverage yang rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ida Ayu Sri Gayatri (2013) yang menyatakan bahwa hasil pengujian leverage menunjukkan hasil yang positif signifikan berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan.