BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Paradigma konstruktifitis dapat dijelaskan melalui empat dimensi seperti diutarakan oleh Dedy N Hidayat, sebagai berikut: 1. Ontologis: relativism, realitas merupakan konstruksi sosial. Kebenaran suatu realitas bersifat relatif berlaku sesuai kontes spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial. 2. Epistemologis: transacsionalist atau subjektivitis, pemahaman tentang suatu realitas atau temuan suatu penelitian merupakan produk interaksi antara peneliti dengan yang diteliti. 3. Aksiologis: nilai, etika, dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari suatu penelitian. Penelitian sebagai Passionate Participant, fasilitator yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. Tujuan penelitian lebih kepada rekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti. 4. Metodologis: menekanan empati, dan interaksi dialektis antara peneliti dengan respon untuk merekonstruksi realitas yang diteliti melalu metodemetode kualitatif seperti partisipan observation. Kriteria kualitas penelitian
authenticity dan reflectivty: sejauh mana temuan merupakan refleksi otentik dari realitas yang dihayati oleh para pelaku sosial. 1 Tipe penelitian ini bersifat deskriptif, dimana dalam penelitian menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang hanya memaparkan suatu peristiwa atau situasi. Tipe penelitian ini digunakan untuk mempresentasikan Pencitraan Polisi dalam film THE RAID : REDEMPTION. Penelitian ini tidak mencari atau menjelaskan hubungan, dan tidak membuat prediksi melainkan hanya melukis variabel-variabel. Penelitian deskriptif lahir karena suatu peristiwa yang menarik perhatian penelitian tetapi belum ada kerangka teoritis untuk menjelaskan. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian ini juga mendekati makna ketajaman analisis-logis. Penelitian kualitatif merupakan suatu cara yang relevan dalam memahami fenomena sosial. Maka dengan penelitian kualitatif dapat menentukan tema apa yang tidak kita ketahui dalam fenomena. Data yang di kumpulkan dalam penelitian ini dapat berupa gambar dan kata-kata. Selain itu, semua data yang dikumpulkan dapat menjadi kunci terhadapa apa yang di teliti. Dengan demikian, laporan penelitian ini berisi kutipan-kutipan data dalam memberi gambaran pada penyajian laporan tersebut. Data berasal dari catatan, video film, foto serta data resmi lainnya. 1 Indiwan Seto, Semiotika Komunikasi Aplikasi Praktis Bagi Penelitian Dan Skripsi Komunikasi, Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, Hal. 28
3.2 Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan analisis semiotika. Semiotika yang digunakan adalah interpretatif. Secara metodologis, kritisme yang terkandung dalam teori-teori interpretatif menyebabkan cara berfikir mahzab kritis terbawa pula dalam kajian semiotika ini. Secara khusus pendekatan kritis bertujuan untuk menginterpresentasikan dan memahami bagaimana kelompok sosial dikekang dan ditindas. Pendekatan ini juga mengkaji kondisi-kondisi sosial dalam usahanya untuk mengungkap strukturstruktur yang sering kali tersembunyi. Dengan menggunakan semiotika Charles Sanders Pierce yang meliputi tanda atas icon (ikon), index (indek), dan symbol (simbol). Tanda-tanda pada film THE RAID: REDEMPTION, dapat memberikan penjelasan lebih terperinci tentang kandungan dari tanda-tanda. 3.3 Unit Analisis Unit analisis penelitian ini adalah aspek visual yang terdapat dari dalam film THE RAID : REDEMPTION. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah : 3.4.1 Data Primer Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui observasi audio visual tayangan film THE RAID : REDEMPTION.
3.4.2 Data Sekunder Teknik yang digunakan dalam memperoleh data sekunder adalah melalui studi kepustakaan. Dengan cara meneliti berbagai literatur-literatur bahan. Bacaan seperti buku dan majalah yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti untuk melengkapi serta mendapatkan landasan teori mengenai masalah ini. Sumber lainnya juga akan diperoleh dari info internet dan makalah yang berhubungan dengan permasalahan ini. 3.5 Teknis Analisis Data Analisis data yang ada dalam penelitian ini akan menggunakan proses semiotika makna dari Charles Sanders Pierce yaitu (sign) tanda, object (objek), interpretant (interpretasi) yang kemudian peneliti membagi tanda-tanda yang ada kedalam klasifikasi tanda oleh Pierce atas dasar hubungan segitiga makna (triangle of meaning). Dimana Signnya adalah film THE RAID : REDEMPTION. Sedangkan objeknya adalah Polisi. Sementara interpretannya adalah pemikiran penulis tentang pembentukan citra baik seorang Polisi yang dirujuk sebuah tanda dalam film THE RAID : REDEMPTION. Ketiga elemen - elemen makna itu berinteraksi dalam benak penulis, maka muncul makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Bagi Peirce tanda is something which stands to somebody for something in some respect or capacity. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh Peirce disebut ground. Konsekueninya, tanda (sign atau representamen)
selalu terdapat dalam hubungan tradik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar hubungan ini, Pierce mengadakan klasifikasi tanda. Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisgn, sinsign, dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, misalnya kata kata kasar, keras, lemah, lembut, merdu. Sinsign adalah eksistensi aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda; misalnya kata kabur atau keruh yang ada pada urutan kata air sungai keruh yang menandakan ada hujan di hulu sungai. Lesign adalah norma yang dikandung oleh tanda, misalnya rambu rambu lali lintas yang merupakan hal hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon), index (indeks), dan syimbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain ikon adalah hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat kemiripan; misalnya potret pada peta. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Contoh yang paling jelas ialah asap sebagai tanda adanya api. Tanda dapat pula mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya di antaranya bersifat arbitrer atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme, dicent sign atau dicisign, dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Misalnya, orang yang merah matanya dapat saja menandakan bahwa orang itu baru menangis, atau menderita penyakit mata, atau mta dimasukin insekta, atau baru bangun, atau ingin tidur. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai kenyataan. Misalnya, pada suatu jalan sering terjadi kecelakaan, maka ditepi jalan dipasang rambu lalu lintas yang menyatakan bahwa fisitu sering terjadi kecelakaan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu.