UPAYA GURU BK DALAM MEMPERBAIKI CARA BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI LAYANAN PENGUASAAN KONTEN DI SMP NEGERI 18 PADANG ARTIKEL Oleh: DONI HERIANTO NPM: 12060106 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2016
TEACHER EFFORTS IN IMPROVING GUIDANCE AND COUNSELING STUDENTS LEARN HOW TO CONTROL THE CONTENT ON THE SERVICE SMP N 18 PADANG Oleh: * Student ** Lectures Doni Herianto* Dr. Helma, M.Pd** Septya Suarja, M.Pd** Student Guidance and Counseling STKIP PGRI West Sumatra ABSTRAK This research was motivated by students who have problems in their learning. The purposes of this research are to described: 1) the effort of counselor in improving students learning in the form of service planning of content mastery; 2) the effort of counseling teacher in improving students learning in the form of implementation service of content mastery; 3) the effort of counseling teacher in improving students learning in the form of service evaluation of content mastery. This research is quantitative research. The population was class VIII and IX of SMP Negeri 18 Padang which was 602 students. The writer used stratified random sampling technique to determine the sample of this research. The data were analyzed by using percentage formula. The result of this research show that 1) the effort of counseling teacher in improving students learning in the form of service planning of content mastery is in a good categories; 2) the effort of counseling teacher in improving students learning in the form of service implementation of content mastery is in a good categories; 3) the effort of counseling teacher in improving students learning in the form of service evaluation of content mastery is in a good categories. Key Word: Improving Students Learning PENDAHULUAN Sekolah Menengah Pertama adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (atau sederajat). Sekolah menengah pertama ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 7 sampai kelas 9. Saat ini Sekolah Menengah Pertama menjadi program wajib 12 Tahun (SD, SMP, SMA). Lanjutan sekolah menengah pertama dapat melanjutkan pendidikan ke sekolah menengah atas atau sekolah menengah kejuruan (atau sederajat). Pelajar sekolah menengah pertama umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni sekolah dasar (atau sederajat) 6 tahun, sekolah menengah pertama (atau sederajat) 3 tahun, dan sekolah menegah atas (sederajat) 3 tahun. Pendidikan merupakan langkah bijak dalam pembinaan generasi bangsa Indonesia. Upaya semua pihak melalui pendidikan, terutama pendidikan formal diharapkan dapat membina para peserta didik mencapai perkembangan yang optimal. Upaya pembinaan peserta didik sebagai generasi masa depan ini telah dirumuskan dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional sebagai berikut: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya pada Pasal 3 tentang Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan 1
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Menurut Daradjat (201 1: 266) guru sebagai pembimbing dan pemberi bimbingan adalah dua macam peranan yang mengandung banyak perbedaan dan persamaan. Keduanya sering dilakukan oleh guru yang ingin mendidik dan yang bersikap mengasihi dan mencintai peserta didik. Sebagai pembimbing, guru lebih suka kalau mendapat kesempatan menghadapi sekumpulan peserta didik di dalam interaksi belajar-mengajar. Ia memberi dorongan dan menyalurkan semangat mengiringi mereka, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain dengan tenaganya sendiri. Guru Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu tenaga pendidik yang ada di lingkungan sekolah. Dalam hal ini berarti guru BK juga bertugas mewujudkan suasana belajar dan tugas pembelajaran layanan bimbingan dan konseling. Tugas utama seorang guru BK ialah memberikan bantuan berupa layanan melalui bimbingan kearah kemandirian peserta didik, baik itu bimbingan yang menyangkut keadaan pribadi sampai kepada bimbingan yang menyangkut untuk Kehidupan Efektif Sehari-hari (KES). Sebagai pertanda bahwa peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar dapat diketahui dari berbagai jenis gejalanya seperti yang dikemukakan oleh Ahmadi (Soetjipto dan Kosasi 1999: 66) sebagai berikut: 1. Hasil belajarnya rendah, di bawah rata-rata kelas. 2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukannya. 3. Menunjukan sikap yang kurang wajar: suka menentang, dusta, tidak mau menyelesaikan tugastugas, dan sebagainya. 4. Menunjukan tingkah laku yang berlainan seperti suka membolos, suka mengganggu, dan sebagainya. Kondisi sebagaimana dikemukakan di atas, maka bimbingan dan konseling dapat memberikan layanan dalam bimbingan belajar. Bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Bimbingan ini antara lain meliputi: 1. Cara belajar, baik belajar secara kelompok maupun individual. 2. Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar. 3. Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran. 4. Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan mata pelajaran tertentu. 5. Cara, proses, dan prosedur tentang mengikuti pelajaran. Menurut Slameto (Djamarah, 2002: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut Djamarah (2002: 13) belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan dua unsur, jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan. Tentu saja perubahan yang didapatkan itu bukan perubahan fisik, tetapi perubahan jiwa dengan sebab masuknya kesan-kesan yang baru. Dengan demikian, maka perubahan fisik akibat sengatan serangga, patah tangan, dan sebagainya bukanlah termasuk perubahan akibat belajar. Oleh karena itu, perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi tingkah laku seseorang atau peserta didik. Berdasarkan kesimpulan di atas belajar adalah serangkaian kegitan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. Salah satu sistem yang dapat difungsikan dalam upaya pengembangan kebiasaan belajar adalah layanan penguasaan konten atau layanan pembelajaran. Layanan dalam kegiatan bimbingan konseling ini merupakan sebuah opsi yang dapat dijalankan konselor dalam rangka membantu peserta didik menemukan cara-cara efektif dan sesuai bagi dirinya untuk melangsungkan kegiatan belajar. Penemuan cara-cara yang efektif dalam kegiatan belajar diyakini dapat membantu dalam membentuk persepsi dan sikap positif peserta didik terhadap belajar. Menurut Prayitno (2004: 2) definisi layanan penguasaan konten adalah layanan bantuan kepada individu (sendiri -sendiri 2
ataupun dalam kelompok) untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Jadi di dalam layanan penguasaan konten harus terdapat suatu konten atau kemampuan atau kompetensi tertentu yang dibelajarkan kepada peserta didik dan diharapkan peserta didik mampu menguasai konten tersebut secara matang. Konten dalam penelitian ini adalah kebiasaan belajar peserta didik. Dalam upaya mengembangkan keterampilan belajar, guru dapat melangsungkan layanan tentang cara membuat catatan, membuat ringkasan, membaca efektif, bertanya efektif. Sedangkan dalam pengembangan sikap belajar, guru dapat memberikan pelayanan seperti menemukan motif belajar, mengatur waktu belajar, belajar menggunakan sumber belajar. Layanan penguasaan konten dinilai efektif karena layanan ini memiliki fungsi utama sebagai pemeliharaan dan pengembangan (Mugiarso, dkk 2009: 61). Diharapkan setelah mengikuti layanan penguasaan konten, peserta didik mampu memelihara kebiasaan belajar yang efektif sehingga mampu memberikan dampak yang positif bagi dirinya. Prosedur pelaksanaan layanan penguasaan konten hampir sama dengan layanan klasikal lainnya dalam bimbingan dan konseling. Layanan klasikal umumnya mengisi tahap inti dengan penyajian materi bahasan dan tanya jawab. Namun berbeda dengan layanan penguasaan konten yang menambahkan kegiatan lanjutan setelah diberikan penyampaian materi dan tanya jawab. Kegiatan lanjutan ini dapat berupa diskusi kelompok, latihan terbatas, survei lapangan, studi kepustakaan, percobaan, atau latihan tindakan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mengubah kebiasaan belajar peserta didik melalui layanan penguasaan konten. Aspek yang perlu ditingkatkan dalam kebiasaan belajar peserta didik adalah cara peserta didik mengerjakan tugas di sekolah (Delay Avoidance) dan kebiasaan dalam melaksanakan kegiatan belajar (Works Methods). Misalnya saat peneliti ingin meningkatkan aspek cara peserta didik mengerjakan tugas di sekolah, peneliti tidak hanya menyampaikan materi tentang pentingnya cara yang efektif mengerjakan tugas di sekolah dan tanya jawab, tetapi juga memberikan latihan terbatas bagaimana cara membuat ringkasan materi pelajaran. Lalu apabila peneliti ingin meningkatkan kebiasaan dalam melaksanakan kebiasaan belajar, dapat diberikan kegiatan lanjutan berupa memberikan latihan mengurangi rasa kantuk saat belajar benar agar dapat menerima pelajaran dengan baik, bagaimana cara bertanya kepada guru, dan sebagainya Berdasarkan wawancara pada tanggal 3 April 2016 di SMP Negeri 18 Padang dengan salah satu guru BK bahwasanya peserta didik banyak mengalami masalah dalam cara belajar seperti meribut di kelas, copy paste, sering memainkan handphone saat belajar, peserta didik sering izin keluar kelas, tidak fokus pada saat belajar sehingga menggangu kondisi belajar mengajar, dan adanya peserta didik yang mendapatkan nilai rendah. Hasil observasi pada tanggal 3 April 2016 di SMP Negeri 18 Padang tersebut terlihat peserta didik yang mengalami masalah seperti adanya peserta didik yang melamun saat belajar, tidak membawa buku catatan, tidak memiliki catatan yang lengkap, suka mengganggu teman yang lain saat belajar. Upaya yang dilakukan guru BK belum maksimal dalam memperbaiki cara belajar peserta didik yang kurang baik. Berdasarkan penjelasan di atas bahwa guru sebagai pendidik yang bisa memberikan pembinaan ke arah yang lebih baik dalam memperbaiki cara belajar peserta didik. Berdasarkan fenomena tersebut, maka penulis tertarik untuk mngadakan penelitian yang berjudul Upaya Guru BK dalam Memperbaiki Cara Belajar Peserta Didik Melalui Layanan Penguasaan Konten di SMP Negeri 18 Padang. Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka batasan masalah penelitian ini adalah : 1. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara perancanaan layanan penguasaan konten. 2. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara pelaksanaan layanan penguasaan konten. 3. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara evaluasi layanan penguasaan konten. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan; Bagaimana upaya guru BK dalam memperbaiki cara belajar konten belajar di SMP Negeri 18 Padang?. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara perancanaan layanan penguasaan konten. 3
2. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara pelaksanaan layanan penguasaan konten. 3. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara evaluasi layanan penguasaan konten. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Yusuf (2005: 83) penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi tertentu atau menggambarkan secara detail. populasi dalam penelitian yakni peserta didik kelas VIII dan IX SMP Negeri 18 Padang yang berjumlah 602 orang.dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik stratified random sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Arikunto (201 3:275) bahwa data interval menunjukkan adanya jarak antara data yang satu dengan data yang lain karena interval artinya jarak. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan oleh peneliti adalah data tentang cara belajar peserta didik. Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik di kelas VIII dan XI SMP 18 Padang, sedangkan data sekunder pada penelitian ini adalah data yang didapatkan dari tata usaha. Instrumen yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Arikunto (2013 : 128) quesioner (angket) yaitu seperangkat pertanyaan atau pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal ingin diketahui. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase. Menurut Sugiyono (2013: 43) persentase dapat dihitung dengan rumus: P = x 100% HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Perencanaan Layanan Penguasaan Konten Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui upaya guru BK dalam memperbaiki cara belajar konten di SMP Negeri 18 Padang, kategori sangat baik frekuensi 26 (30,23%), kategori baik frekuensi 37 (43,02%), kategori cukup baik frekuensi 18 (20,93%), kategori kurang baik frekuensi 5 (5,82%), kategori sangat kurang baik tidak ada. Jadi upaya guru BK dalam memperbaiki cara aspek perencanaan layanan penguasaan konten 2. Pelaksanaan Layanan Penguasaan Konten Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui upaya guru BK dalam memperbaiki cara belajar konten di SMP Negeri 18 Padang, kategori sangat baik frekuensi 31 (36,05%), kategori baik frekuensi 40 (46,51%), kategori cukup baik frekuensi 13 (15,12%), kategori kurang baik frekuensi 2 (2,32%), kategori sangat kurang baik tidak ada. Jadi upaya guru BK dalam memperbaiki cara aspek pelaksanaan layanan penguasaan konten 3. Evaluasi Layanan Penguasaan Konten Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui upaya guru BK dalam memperbaiki cara belajar konten di SMP Negeri 18 Padang, kategori sangat baik frekuensi 33 (38,37%), kategori baik frekuensi 47 (54,65%), kategori cukup baik frekuensi 4 (4,65%), kategori kurang baik frekuensi 2 (2,33%), kategori sangat kurang baik tidak ada. Jadi upaya guru BK dalam memperbaiki cara aspek evaluasi layanan penguasaan konten KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa upaya guru BK dalam memperbaiki cara belajar konten sebagai berikut: 1. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara perancanaan layanan penguasaan konten 2. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara pelaksanaan layanan penguasaan konten 4
3. Upaya guru BK dalam memperbaiki cara evaluasi layanan penguasaan konten berada pada kategori baik. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yanag telah dikemukakan berikut diberikan saran kepada: 1. Peserta didik Diharapkan peserta didik, agar lebih memperhatikan tentang layanan penguasaan konten mengenai cara belajar efektif yang diberikan oleh guru BK serta menerapkan materi-materi yang diberikan oleh guru BK dalam kehidupan sehari-hari karena sangat penting dan dapat menunjang prestasi belajar peserta didik. 2. Guru BK Sebaiknya, guru BK tetap mempertahankan dan meningkatkatkan dalam pelaksanaan layanan penguasaan konten mengenai cara belajar efektif peserta didik. 3. Guru mata pelajaran Diharapkan agar guru mata pelajaran ikut serta dalam meningkatkan dan mempertahankan cara dan kebiasaan belajar peserta didik. 4. Kepala Sekolah Sebagai pimpinan sekolah, agar dapat memperhatikan lagi faktor penunjang keberhasilan suatu tujuan pembelajaran, serta melengkapi sarana dan prasarana yang mendukung terciptanya pembelajaran yang diharapkan. 5. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling Program Studi Bimbingan dan Konseling sebagai acuan dalam upaya guru BK memperbaiki cara belajar peserta didik dan sebagai masukan dalam rangka meningkatkan program perkuliahan untuk meluluskan tenaga guru BK di sekolah yang professional. 6. Peneliti selanjutnya Agar dapat meneliti dengan variabel yang berbeda. Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Padang: Jurusan BK FIP Universitas Negeri Padang. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. 2003. Bandung: Fokusmedia. Yusuf, A. Muri. 2005. Metode Penelitian. UNP: Padang. KEPUSTAKAAN Arikunto, Suharismi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : PT Rineka Cipta. Mugiharso, Heru. 2009. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UNNES Press. 5