BAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Manusia secara individu maupun secara sosial tidak pernah lepas dari aspek

Lisa Hulda Lessil

BAB V PENUTUP. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:

BAB 5 PENUTUP 5.1 KESIMPULAN. 1. Kisah Ina Mana Lali Ai ini merupakan gambaran dari realitas

BAB IV ANALISIS DATA DAN REFLEKSI TEOLOGIS. Di dalam pasal 1 Undang-Undang No.1, 1974 menyebutkan bahwa Perkawinan ialah ikatan

BAB IV. Refleksi Teologis

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB V REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV REFLEKSI KRITIS TEOLOGIS TENTANG DENDA ADAT MASYARAKAT MOA. pemikiran kritis teologis tentang kedudukan perempuan secara Kristiani.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV TINJAUAN KRITIS DARI PERSPEKTIF PEDAGOGI PEMBEBASAN PAULO FREIRE TERHADAP MODEL PENYULUHAN AGAMA KRISTEN

BAB 4 PENUTUP. pengguna Sterilisasi dan Rumah Sakit Umum Daerah Haulussy Ambon.

MAMA RAJA NEGERI ADAT DI MALUKU. (Studi Kasus Terhadap Eksistensi Raja Perempuan di Negeri Rumah Tiga, Soahuku dan Tananahu dalam Perspektif Jender)

BAB V KESIMPULAN. Di dalam Alkitab, setidaknya terdapat tiga peristiwa duka dimana Yesus

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

B A B V P E N U T U P. Fakta-fakta dan analisis dalam tulisan ini, menuntun pada kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB VI ANALISIS PEREMPUAN MENURUT HAMKA. perempuan dalam al-quran telah banyak, disebutlah dalam surat an-nisa masalah

I. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

BAB V PENUTUP. Pada bab ini maka penulis akan mengakhiri seluruh penulisan tesis ini dengan

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

INA MANA LALI AI. (Studi Jender Terhadap Ungkapan Makna Ina Mana Lali Ai yang. Menyebabkan Ketidakadilan Terhadap Perempuan Rote di Dengka Kec.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak laki-laki. Ideologi Patriakat tumbuh subur dalam masyarakat yang

LAMPIRAN. A. Foto-foto. Kedua gambar diatas adalah ketua sinode pertama (gambar paling atas) dan juga

BAB VI PENUTUP VI.1. Kesimpulan Data.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

Pemahaman Analisis Gender. Oleh: Dr. Alimin

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV. Refleksi Teologis. sekolah adalah perbedaan peranan antara laki-laki dan perempuan. Dimana sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1 Lihat sila pertama dalam Dasar Negara Indonesia: Pancasila

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB V PENUTUP. 1. Variabel sanksi pajak memperlihatkan pengaruh yang positif dan

Partisipasi Masyarakat dalam Pencegahan Pelanggaram HAM dan Pengingkaran Kewajiban

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil pembahasan Bab IV terdahulu, maka peneliti rumuskan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB V PENUTUP. juga akan mencoba mengajukan beberapa rekomendasi atau saran.

BAB V PENUTUP. budaya Jawa terhadap liturgi GKJ adalah ada kesulitan besar pada tata

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

#### Selamat Mengerjakan ####

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Pemilu

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

BAB IV ANALISA DAN REFLEKSI TEOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. digunakan Dalihan na tolu beserta tindak tutur yang dominan diujarkan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

WALIKOTA SALATIGA SAMBUTAN WALIKOTA SALATIGA PADA UPACARA BENDERA PERINGATAN HUT KE-71 KEMERDEKAAN RI TINGKAT KOTA SALATIGA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB V PENUTUP. 1. Tradisi Piring Nazar sebagai sebuah kenyataan sosio-religius dapat dijadikan sebagai

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MASYARAKAT ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SPIRITUALITAS MISTIK DAN KENABIAN DALAM PRAKSIS PENDIDIKAN SEKOLAH KATOLIK Pertemuan MABRI, Muntilan 22 Maret 2014 Paul Suparno, S.J.

Pekerjaan Suami : Bekerja / Tidak Bekerja Pendidikan Anak : SD / SMP Pembantu Rumah Tangga : Punya / Tidak Punya (Lingkari pilihan Anda)

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian dan analisa mengenai perjumpaan budaya Sabudan

BAB V PENUTUP. masih dipertahankan sampai saat ini. Bersama dangan adat yang lain, harta buang

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

BAB IV MAKNA ARUH MENURUT DAYAK PITAP. landasan untuk masuk dalam bagian pembahasan yang disajikan dalam Bab IV.

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan

KISI-KISI PENULISAN SOAL. kemampuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

Kebijakan Jender. The Partnership of Governance Reform (Kemitraan) 1.0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt cüéä Çá ]tãt UtÜtà

BAB V PENUTUP. dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Realitas Patriarkhi dalam Pesantren di Kabupaten Kediri

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap warganegara untuk memperoleh pendidikan. Karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB IV A. PENGANTAR. 1 Wahyudi Kumorotomo, Etika Administrasi Negara (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), hlm 43 2 Ibid, 44

Transkripsi:

BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat yang merupakan peninggalan dan warisan leluhur yang penting dan sangat dijaga oleh masyarakat Moa. Denda adat menjadi tindakan hukum yang mesti dijalankan jika ada masyarakat melakukan kesalahan. Hal ini menunjukan adat merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan masyarakat Moa. Denda Adat hubungan di luar nikah merupakan sistim yang diciptakan masyarakat untuk menjaga ikatan kekerabatan warga, mencegah terjadinya pertumpahan darah antara keluarga yang bertikai dan menata kehidupan sosial masyarakat supaya terciptanya kehidupan yang adil dan damai. 2. Budaya patriarkhi masih mengakar kuat dalam realitas kehidupan masyarakat Moa. Hal ini menjadikan kedudukan perempuan Moa selalu berada di bawah laki-laki. Ketidakseimbangan kedudukan laki-laki dan perempuan nampak dari pembagian kerja yang tidak seimbang dan tidak adanya perangkat desa dan adat yang perempuan. Rendahnya kedudukan perempuan dalam pemerintahan adat, berdampak pada aturan dan pengambilan keputusan dalam denda adat hubungan di luar nikah yang bias 1

jender. Kedudukan perempuan Moa menjadi termarginalisasi karena perempuan sendiri menganggap diri sebagai yang lemah, tidak dapat menjadi seorang pemimpin dan tidak memahami adat sehingga tidak di perlakukan adil. 3. Pada dasarnya sistim denda adat hubungan di luar nikah tidak terlalu memberatkan bagi pihak laki-laki, denda yang diberikan tidak seberapa dibandingkan kehidupan perekonomian yang dimiliki. Denda adat menjadikan laki-laki bebas dari tanggungjawab terhadap perempuan dan anak hasil perselingkuhannya. Semua hal yang dibutuhkan anak terkait masa depannya tidak lagi ditanggung pihak laki-laki. Hal ini membenarkan bahwa sampai saat ini budaya patriarkhi yang merugikan perempuan masih dilanggengkan masyarakat melalui berbagai aturan dan tatanan dalam masyarakat. Pembayaran denda yang dilakukan adalah wujud dari penghargaan bagi perempuan dan penyelesaian masalah sesungguhnya bukan akhir dari persoalan. Sebab sesungguhnya masih banyak dampak yang harus dijalani dalam jangka waktu yang panjang bagi perempuan, yaitu dampak fisik, psikis, sosial, material dan religius. Hak-hak anak hasil hubungan di luar nikah tidak menjadi perhatian karena sistim denda adat yang berlaku dalam masyarakat Moa. Anak sepenuhnya menjadi tanggungjawab ibunya sebab, ia telah menerima denda adat dari pihak lakilaki. 4. Kedudukan perempuan Moa yang selalu berada di bawah laki-laki menjadikan perempuan Moa belum dapat mengaktualisasikan diri dengan baik, hal ini dikarenakan pemikiran mereka masih terbelenggu dalam 2

bingkai pemikiran budaya patriarkhi, menjadikan dirinya termarginalisasi dan tersubordinasi dalam masyarakat. Padahal jika mau dilihat perempuan Moa memiliki semangat, kerja keras dan kualitas pendidikan yang dapat diperhitungkan dalam persaingan dunia publik. 5. Gereja dalam denda adat tidak terlalu memiliki peran bermakna bagi adat yang merugikan perempuan dan anak. Padahal gereja hadir ditengah masyarakat Moa yang menjunjung tinggi adat-istiadat. Pilihan yang sulit antara adat yang bias jender atau iman yang membebaskan. Hal ini menjadi penyebab kurangnya partisipasi gereja menyikapi ketidakadilan jender dalam denda adat. B. Saran Berdasarkan penelitian dan analisis yang dilakukan, maka ada beberapa saran yang dapat penulis sampaikan kepada keluarga, pemerintah desa dan adat, gereja dan masyarakat (laki-laki dan perempuan) yaitu: 1. Keluarga sebagai basis awal suatu masyarakat, harus mampu membangun kehidupan bersama yang tidak bias jender. Orang tua wajib mendidik anaknya secara adil, terbuka dan tidak membeda-bedakan perlakuan berdasarkan jenis kelamin. Keluarga diharapkan menjadi wadah pendidikan karakter, tingkah laku serta sikap yang dimiliki anak, sehingga anak-anak tumbuh menjadi generasi yang adil dan sadar jender. Hak-hak anak hasil hubungan di luar nikah seperti kebutuhan hidup dan pendidikan perlu diperhatikan bersama oleh kedua orangtuanya, walaupun setelah denda dibayarkan orang tuannya tidak lagi memiliki keterikatan. 3

2. Pemerintah desa dan adat, dalam mengambil suatu keputusan haruslah melibatkan semua elemen yang ada baik itu laki-laki maupun perempuan secara seimbang. Pemerintahan desa dan adat harus sadar jender sehingga hasil keputusan yang terkait dengan adat akan berorientasi pada kesetaraan jender dan kesejahteraan bersama. Pemerintah perlu mengkaji keputusankeputusan dan aturan-aturan yang dibuat dan dilakukan dalam masyarakat sehingga, benar-benar ada keadilan dan kesetaraan kedudukan dan peran antara laki-laki dan perempuan. pemerintah desa dan adat, sedapatnya dengan sungguh-sungguh memberlakukan keputusan yang sadar dan adil jender dengan benar, agar tidak ada lagi perempuan yang dikorbankan. 3. Gereja perlu menyadarkan dan memperlengkapi umat sebagai subjek berteologi dengan perangkat pengetahuan praktis yang membentuk atau memberikan kepekaan terhadap nilai nilai kesetaraan jender yang ada dalam masyarakat. Gereja dengan sadar menanamkan nikai-nilai moral, menghormati lembaga keluarga dan melindungi kemanusiaan. Gereja dapat melakukan pemahaman Alkitab bersama umat tentang kedudukan dan peran laki-laki dan perempuan sebagai ciptaan yang sama dan setara, patner kerja dalam lingkup gereja dan masyarakat. Gereja perlu merefleksikan denda adat berdasarkan terang injil sehingga, masyarakat Moa tidak kehilangan identitas sebagai masyarakat adat yang melestarikan warisan leluhur dan juga tidak kehilangan identitas sebagai masyarakat beriman. Keduanya menjadi satu paket yang komplit bagi kehidupan bersama yang harmonis. Gereja mesti mengembangkan adat yang benar dan dengan sadar berani 4

melawan adat yang bertentangan dengan injil yang menunjukan kasih secara seimbang terhadap laki-laki dan perempuan. 4. Perempaun Moa, harus berani mengkritisi pembagian kerja yang tidak seimbang dalam masyarakat yang menyebabkan perempuan kehilangan hak, dimarginalkan dan menjadi korban kekerasan. Perempuan Moa perlu mengembangkan rasa percaya diri dan menyadarkannya akan karunia, talenta dan potensi yang dimilikinya sehingga berani tampil di depan publik, meningkatkan prestasi dan kemampuannya. 5. Laki-laki Moa, haruslah bersikap terbuka terhadap perubahan masyarakat terkait kesetaraan jender. Laki-laki tidak boleh bersikap dominan dan menempatkan perempuan sebagai yang tersubordinasi tetapi, sebagai patner yang saling melengkapi. Laki-laki perlu memberikan kesempatan kepada perempuan untuk mengembangkan potensinya baik dalam keluarga juga masyarakat. Sudah saatnya laki-laki Moa menyadari dampak dampak negatif dari adat yang diskriminatif dan tidak manusiawi, selalu mengorbankan perempuan, masa depan dan hak-hak anak. 5

6