BAB III. METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mulya Kencana Kecamatan Tulang Bawang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini meliputi pengertian yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

iv Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. BPK-RI Perwakilan Provinsi Lampung didirikan pada tanggal 7 Juni 2006, berdasarkan Surat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. research) menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif

Gambar 2.5 Diagram Analisis SWOT

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pendekatan Penelitian

III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian adalah wilayah pesisir di Kecamatan Punduh Pidada,

BAB III METODE PENELITIAN. yang terletak di Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB III METODE PENELITIAN

METODE Lokasi dan Waktu Teknik Sampling

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Magang Kegiatan magang ini berlokasi di permukiman Telaga Golf Sawangan, yang terletak di Depok.

EVALUASI KINERJA PENYULUH DAN PENENTUAN PENGEMBANGAN STRATEGI KINERJA PENYULUH PERTANIAN ORGANIK ATAS DASAR FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL KOTA BATU

BAB III METODE PENELITIAN. diskriptif yaitu suatu metode penelitian yang berusaha mendeskripsikan atau

BAB III METODOLOGI. Gambar 2. Peta Jakarta Timur Gambar 3. Pata Lokasi Taman Mini Indonesia (Anonim, 2010b) Indah (Anonim, 2011)

DAFTAR ISI Silvia Sely Murthy, 2014 Analisis rantai nilai dan strategi pengembangan industri kreatif di kota bandung dan cimahi.

BAB III METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian: Masterplan Sentul City (Atas); Jalur Sepeda Sentul City (Bawah) Tanpa Skala

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kata kunci: mutu nonakademik, analisis swot, ban pt, renstra

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian

Gambar 2 Tahapan Studi

IV METODOLOGI 4.1 Metode Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. daya tarik wisata budaya yang lebih baik. Dalam pengembangan ini perlu

III. METODE PENELITIAN. survei. Menurut Masri Singarimbun (1989:4), penelitian survei dapat digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian. Metode Pengumpulan Data

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

BAB III METODE PENELITIAN

Potensi Pantai Joko Tingkir Kabupaten Pemalang untuk Pengembangan Kawasan Wisata

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. H. Juanda yang terletak disebelah utara Kota Bandung berjarak + 7 km dari pusat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

III. METODE PENELITIAN. sesuai dengan tujuan penelitian. Konsep dasar dan batasan operasional dalam

III. METODE PENELITIAN. Subjek dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang terlibat langsung di

BAB V ANALISA DAN HASIL

ANALISA KINERJA PENERAPAN ISO 9001 : 2000 DI DINAS PERIJINAN DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN SIDOARJO

IV. TATA CARA PENELITIAN. A. Waktu Dan Tempat

III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

IV. METODOLOGI 4.1 Waktu dan Tempat Penelitian 4.2 Metode Penelitian 4.3 Metode Pengambilan Sampel

Gambar 2. Peta Area Magang Sentul City: Masterplan Sentul City (Atas) dan Lokasi magang di kawasan permukiman Sentul City (Bawah)

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat,

BAB III METODE PENELITIAN. ini di peroleh dari sumber utamanya atau asli, baik berupa data kualitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di lokasi perusahaan Bintang Gorontalo dan waktu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODOLOGI. Gambar 3 Peta lokasi penelitian.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis SWOT Deskriptif Kualitatif untuk Pariwisata

BAB III METODOLOGI. (BPS) dan instansi terkait lainnya. Data yang digunakan adalah PDRB atas dasar

Deskripsi Lokasi dan Waktu Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Analisis SWOT (strengths-weaknessesopportunities-threats)

BAB III METODE PENELITIAN. mengidentifikasi jenis-jenis makanan tradisional, persepsi wisatawan terhadap

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Lokasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. variabel yang hendak diteliti. Adapun variabel tersebut yaitu :

Transkripsi:

BAB III. METODE PENELITIAN Metode penelitian sebagai cara untuk memecahkan persoalan yang ada disusun dengan mengacu pada latar belakang dan tujuan penelitian yang ingin dicapai, meliputi : 3.1 Jenis Penelitian Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan informasi tentang keadaan-keadaan nyata pada waktu sekarang ataupun yang sementara berlangsung secara lebih jelas. Analisis deskriptif secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan dalam penelitian ini. Analisis kualitatif digunakan dengan tujuan untuk mempermudah penafsiran dan penjelasan mengenai hasil kuesioner dalam mengetahui persepsi dan partisipasi masyarakat, dan analisis kuantitatif dilakukan dalam mengolah data biotik dan abiotik hutan mangrove di Desa Pesantren. 3.2 Ruang Lingkup 1.2.1 Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah pada penelitian ini meliputi kawasan hutan mangrove baik berupa hamparan maupun yang berada di pematang tambak di Desa Pesantren Kabupaten Pemalang. 1.2.2 Ruang Lingkup Materi Ruang lingkup materi pada penelitian ini meliputi kondisi vegetasi hutan mangrove di Desa Pesantren, dan keadaan penduduk desa. Kondisi hutan mangrove Desa Pesantren meliputi flora, fauna, kualitas air, jenis tanah, dan iklim. Kriteria penduduk desa meliputi tingkat pendidikan, mata pencaharian, persepsi masyarakat terhadap kondisi hutan mangrove dan partisipasi masyarakat dalam upaya pengelolaan hutan mangrove di Desa Pesantren. 24

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitiann ini dilaksanakan di Desa Pesantren Pesantren Kecamatan Ulujami Kabupaten Pemalang pada Bulan Juni- Agustus 2016. Peta Lokasi Penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 1. Peta LokasiPenelitian Desa Pesantren Pemilihan desa tersebut dilakukan berdasarkan pertimbangan yaitu (1) Desa Pesantren merupakan salah satu desa pesisir di Kabupaten Pemalang yang memiliki hutan mangrove, (2) desa Pesantren mengalami abrasi setiap tahun, (3) di Desa Pesantren terdapat budid aya udang Vannamae yang luas. 3.4 Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini menggunakan data primer yang merupakan data utama dan diperoleh langsung dari lapangan. Data primer diperoleh dari anggota masyarakat yang turut serta dan mengetahui dalam 25

pengelolaan wilayah pesisir di desa Pesantren berupa persepsi terhadap kondisi hutan mangrove, partisipasi terhadap upaya pengelolaan hutan mangrove dan kondisi biotik hutan. Data sekunder sebagai pendukung berupa gambaran kondisi umum meliputi monografi desa, peta desa, dokumen yang terkait administrasi kelembagaan desa hingga kebupaten danfungsi fauna yang diperoleh dari studi kepustakaan, internet, balai desa dan UPTD terkait dengan rincian pada Tabel 2. Tabel 1. Parameter dan Jenis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian Tujuan Data/Parameter Metode Jenis Data Mengetahui Kondisi Umum/ Studi Sekunder kondisi Gambaran lokasi Pustaka, lingkungan Penelitian ekosistem - Keadaan mangrove di Geografis Desa - Potensi SDA Pesantren - Potensi SDM Sumber Data Desa, DKP Kab. Pemalang, Dispertanhut, KLH dan BPS Pemalang Persepsi dan Partisipasi masyarakat Kondisi Mangrove Biotik : - Kerapatan - Frekuensi - Penutupan - INP - Fauna Faktor Abiotik : - Iklim - Jenis Tanah - Oksigen terlarut - ph - Salinitas - Suhu Upaya Peningkatan - Masyarakat /Anggota Kelompok - Pihak luar terkait Observasi Studi Pustaka, Observasi, Pengukuran, Studi Pustaka Wawancara, Studi Pustaka Primer dan Sekunder Primer dan Sekunder Primer dan sekunder DKP, KLH, Dispertanhut, observasi BMKG, DKP, Bappeda Kab. Pemalang Anggota Kelompok, perangkat desa, Bappeda, DKP, KLH, Dipertanhut, Menentukan strategi dalam upaya pengelolaan hutan mangrove oleh masyarakat Kuesioner Primer Anggota Kelompok, Bappeda, DKP, KLH, Dipertanhut, Masyarakat, perangkat desa, 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan secara observasi, dokumentasi dan wawancara dengan masyarakat dan keypersons. 26

Sedangkan data sekunder diperoleh secara tidak langsung melalui mencari, mengumpulkan dan mengkaji data-data pendukung yang terkait dengan objek penelitian yang diperoleh dari DKP, Dispertanhut, KLH, dan Bappeda Kabupaten Pemalang. a. Observasi Teknik pengumpulan data melalui observasi lapangan dilakukan untuk mengetahui lebih dalam subjek dan objek yang sedang diteliti (Sugiyono, 2005). Peneliti melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik tentang kondisi fisik serta keadaan biotik dan abiotik mangrove Desa Pesantren, kondisi sosial ekonomi masyarakat pesisir Desa Pesantren danpartisipasimasyarakat dalam mengelola mangrove. b. Dokumentasi Pengambilan gambar dilakukan terhadap kondisi fisik kawasan hutan mangrove di Desa Pesantren. Studi dokumentasi merupakan pelengkap teknik pengumpulan data pada observasi dan wawancara. c. Studi Pustaka Dalam studi pustaka dokumen resmi yang digunakan dapat berupa memo, pengumuman, instruksi, atau aturan suatu lembaga dan dokumen eksternal seperti majalah, buletin, pernyataan dan berita yang disiarkan di media massa. Studi pustaka merupakan langkah awal dalam metode pengumpulan data. d. Wawancara Wawancara dilakukan sedalam mungkin untuk memperoleh informasi sebanyak mungkin dari narasumber. Pertanyaan dilakukan dengan obrolan santai sembari narasumber melakukan aktifitasnya namun tetap mengacu pada panduan/ kuisioner (lampiran 1). Selain anggota kelompok sebagai narasumber, wawancara juga dilakukan kepada pihak luar seperti pengurus desa, dan stakeholder terkait. Sebelum digunakan untuk memperoleh data melalui wawancara, maka terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan relibilitas terhadap 27

kuesioner. Uji tersebut dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap 7 (tujuh) orang keypersons yang mumpuni dibidangnya. Pengukuran butir pertanyaan dalam uji kuesioner ini menggunakan skala Likert / skala ordinal dengan 5 (lima) tingkatan alternatif jawaban (1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = ragu/ netral; 4 = setuju dan 5 = sangat setuju). Hasil pembobotan kuesioner dapat dilihat pada lampiran 3. a. Uji relibilitas digunakan untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan indikator dari variabel dan memiliki jawaban yang konstan. Kuesioner dikatakan reliabel jika butir pertanyaanya memiliki nilai cronbanch s alpha > 0,6 (Azwar, 2011). Dari hasil pengukuran uji relibititas (lampiran 4) diperoleh nilai cronbanch s alpha sebesar 0,991 > 0,6 maka butir pertanyaan dikatakan memiliki realibilitas yang kuat. b. Uji validitas (ketepatan, kecermatan alat ukur) digunakan untuk mengetahui apakah butir pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan fenomena yang akan diukur. Menurut Azwar (2011),teknik untuk menguji validitas adalah menggunakan Bivariate pearson (Produk Momen Pearson) yaitu dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor butir dengan skor total, butirbutir yang berkorelasi signifikan dengan skor total berarti mampu memberikan dukungan dan mengungkap apa yang ingin diungkap. Jika r hitung tiap butir pertanyaan bernilai positif dan lebih besar dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut dikatakan valid. Diketahui r tabel untuk N : 7 adalah sebesar 0,754 dan darihasil uji validitas (lampiran 3) diperoleh r hitung> r tabel pada 23 (dua puluh tiga) butir pertanyaan, sehingga terdapat 1 (satu) butir pertanyaan yang tidak valid. 3.6 Teknik Penentuan Responden Respondenditentukan menggunakan salah satu dari teknik nonprobabilitas sampling yaitu sampling jenuh (sensus) (Moleong, 28

2002).Dalam penelitian ini populasi yang dipilih adalah masyarakat yang mengerti dan melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan hutan mangrove di Desa Pesantren yang terbentuk dalam kelompok tani dan stakeholder. Stakeholder tersebut meliputi pegawai dari Dinas Kelautan dan Perikanan, Kantor Lingkungan Hidup, Dispertanhut dan Bappeda Kabupaten Pemalang, serta aparat Desa Pesantren. 3.7 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini dikumpulkan data sebanyak-banyaknya terkait dengan pengelolaan mangrove di Desa Pesantren. Selanjutnya tahap reduksi data dipilah-pilah sesuai aspek yang diperlukan dalam penelitian, dan data tersebut disajikan dalam bentuk tabel, matrik, diagram dan sebagainya. Data yang diperoleh dianalisis dengan teori - teori yang berkaitan untuk dilakukan penarikan kesimpulan. 3.7.1 Analisis Struktur Komunitas Hutan Mangrove a. Flora Hutan Mangrove Analisis tentang kondisi flora sebgai faktor biotik dilakukan secara deskriptif menggunakan data primer yang diperoleh dari observasi berupa pengukuran dan data sekunder sebagai pendukung. Keadaan biotik dari flora mangrove yang diukur dan diamati serta dicatat hasilnya untuk dianalisis berupa struktur komunitas hutan berdasarkan jenis penyusun dan Indeks Nilai Pentingnya menggunakan metodekuarter(point Centered Quarter Method)(Marsono dan Supriyadi, 2003).Langkah-langkah dalam metode ini adalah sebagai berikut : 1. Membuat rencana panjang garis pengamatan hutan (tinggi permukaan, jenis tanah, rapat, jarang, dll), diusahakan semua kriteria tersentuh garis / keterwakilan keadaan 2. Membuat kuadran imajiner pada tiap titik 3. Dari titik berdiri cari pohon terdekat dengan diameter 10 cm pada ketinggian 130 cm dari permukaan tanah 29

4. Ukur jarak dari tiap-tiap pohon (keempat kuadran), kenali jenisnya dan mengukur keliling pohon 5. Catat hasil pengamatan pada tabel 6. Hitung menggunakan rumus Perhitungan untuk mendapatkan Indek Nilai Penting digunakan rumus-rumus sebagai berikut : Densitas (kerapatan) relatif jenis A = 100% Densitas (kerapatan) jenis A = x Basal area jenis A =, ( ) ², Dominasi relatif jenis A = 100 Frekuensi Jenis A = Frekuensi relatif jenis A = 100% INP jenis A =Densitas relatif jenis A+Dominasi relatif jenis A+Frekuensi jenis A Hasil dari perhitungan dapat disusun pada Tabel 3. Jenis A B Dst. Densitas Tabel 2. Susunan Hasil Analisis Metode Kuarter Densitas Relatif Dominasi Dominasi Relatif Frekuensi Frekuensi Relatif INP Keragaman spesiesdiukur menggunakan Margalef s diversityindex(moy dkk, 2013), sebagai berikut : d = Keterangan : : Indeks Keanekaragaman : Jumlah spesies : Jumlah total individu Log e : 0,43 Kriteria Margalefs,s Index : - d < 3,5 maka keragaman spesies rendah 30

- 3,5 < d < 5 maka keragaman spesies sedang - d > 0,5 maka keragaman jenis tinggi b. Fauna Keberadaan fauna diketahui dengan menggunakan data primer dari hasil wawancara dan sekunder dari studi pustaka mengenai keberadaan fauna di lingkungan hutan mangrove Desa Pesantren c. Parameter Abiotik Komponen abiotik yang digunakan pada penelitian ini adalah iklim, kondisi tanah, suhu, ph, kandungan oksigen terlarut (DO), data ini berupa data primer pada parmeter perairan dan sekunder pada iklim dan kondisi tanah.kondisi abiotik lingkungan diukur dan diketahuisebagai gambaranmengenai kesesuaian lingkungan sebagai habitat mangrove. 3.7.2 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder Persepsi dan partisipasi masyarakat diketahui dengan mendeskripsikan aktivitas-aktivitas pengelolaan lingkungan hutan mangrove meliputi perencanaan (mengikuti pelatihan dan sosialisasi, kehadiran dalam rapat anggota kelompok, keaktifan menyampaikan pendapat) pengorganisasian (terbentuknya kelompok, adanya struktur organisasi), pelaksanaan (keterlibatan da lam penanaman, pengawasan dan kegiatan peningkatan pengetahuan) dan pengawasan (ketaatan terhadap peraturan yang ada). Data mengenai persepsi dan partisipasi atau peran serta stakeholder diperoleh melalui observasi dan kuesioner terhadap responden. Pendapat, pengetahuan dan peran serta dalam mengelola lingkungan hutan mangrove diperoleh melalui kuesioner. Peran serta instansi terkait dan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok masyarakat juga diketahui melalui kesioner. 31

3.7.3 Menentukan faktor SWOT Analisis SWOT digunakan untuk merumuskan rekomendasi yang tepat untuk mewujudkan pengelolaan lingkungan hutan mangrove berbasis masyarakat yang sesuai. Perumusan ini diperoleh dari hasil identifikasi semua yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam pengelolaan lingkungan hutan mangrove berbasis masyarakat di Desa Pesantren Kabupaten Pemalang. Dalam pelaksanaan analisisi SWOT digunakan alat bantu berupa matrik IFAS- EFAS, dimana IFAS adalah Internal factors Analysis Summary dan EFAS adalah Eksternal Factors Analysis Summary. Faktor internal berupa strength (kekuatan) meliputi segala hal yang terdapat pada kawasan hutan mangrove Desa Pesantren yang menguntungkan atau mendukung upaya pengelolaan hutan mangrove baik dari alam maupun oleh manusia dan weakness (kelemahan) meliputi segala hal yang terdapat pada kawasan hutan mangrove Desa Pesantren yang merugikan atau tidak dapat mendukung dan diperkirakan menghambat upaya pengelolaan hutan mangrove. Faktor eksternal berupa opportunity (peluang) yang meliputi semua kesempatan yang terdapat di luar kawasan hutan mangrove yang menguntungkan atau dapat mendukung upaya pengelolaan hutan mangrove dan threat (ancaman) dideskripsikan sebagai segala hal yang terdapat diluar kawasan hutan mangrove Desa Pesantren yang menghambat atau tidak mendukung upaya pengelolaan hutan mangrove. 3.7.4 Analisis Faktor SWOT Analisis faktor merupakan pendekatan statistika yang dapat digunakan untuk menganalisis interrelationship diantara sejumlah variabel dengan mengelompokan variabel-variabel yang berhubungan erat satu sama lain sehingga memudahkan interpretasi melalui reduksi data. Analisis faktor yang digunakan adalah Common Factor Analysis (CFA) 32

dimana masing-masing variabel adalah komponen utama / principal component. Untuk melihat korelasi antar variabel secara keseluruhan menggunakan Kaiser-Mayer-Olkin (KMO) dan Bartlett s test. Hasil yang diinginkan dari tes ini adalah nilai korelasi antarvariabel > 0,5 dan signifikansi < 0,05 yang berarti bahwa variabel tersebut dapat diterima dan dianalisis lebih lanjut. Selanjutnya untuk memperoleh data mana yang mengalami reduksi dapat dilihat dari tabel Anti-Image Matrices. Dari nilai Measure of Sampling Adequency ditentukan data yang direduksi adalah yang bernilai < 0,1 dikarenakan variabel tersebut membawa informasi yang lebih sedikit atau memiliki kemampuan menjelaskan yang lebih buruk(singgih, 2006). 3.7.5 Pembobotan Faktor SWOT Langkah selanjutnya setelah memperoleh variabel dari hasil reduksi adalah melakukan identifikasi dari masing-masing faktor dan dianalisis menggunakan pendekatan IFAS-EFAS melalui tahap : 1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman 2. Menentukan rating masing-masing faktor internal dan eksternal dengan skala 1-4 (pengaruh kecil-sedang-besar-sangat besar) 3. Memberikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1 sampai 3 (cukup penting-penting-tidak penting) 4. Menghitung nilai pengaruh masing-masing faktor dengan cara mengalikan nilai bobot dengan nilai rating untuk masing-masing faktor. Dalam penetapan strategi dapat dilakukan beberapa skenario dengan menggunakan matriks IFAS-EFAS. Matriks ini digunakan untuk menentukan strategi yang tepat dalam pengelolaan hutan mangrove, yaitu dengan mempertimbangkan berbagai kekuatan dan kelemahan yang terdapat pada objek yang diteliti, serta berbagai peluang dan ancaman yang ada. Dari matriks IFAS-EFAS SWOT diperoleh 4 (empat) 33

alternatif strategi, meliputi : 1) Strategi SO, 2) Strategi WO, 3) Strategi ST, dan 4) Strategi WT. Eksternal Peluang (Opportunity) Internal Tabel 3. Matriks IFAS-EFAS SWOT Kekuatan (Strength) Strategi SO Strategi yang dibuat dengan enggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang Kelemahan (Weakness) Strategi WO Strategi yang dibuat dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang Ancaman (Threats) Strategi ST Strategi yang dibuat dengan menggunakan kekuatan untuk menghindari ancaman Strategi WT Strategi yang dibuat dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman 34

24