BAB V PEMBAHASAN 5.1. Sifat Fisikokimia Kadar Air

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENINGKATAN KUALITAS SENSORIS CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGGUNAAN SUSU SKIM

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS DENGAN PROPORSI MARGARIN DAN KACANG TUNGGAK KUKUS SKRIPSI OLEH : STEPHANNIE

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kadar Air

PENGARUH KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGURANGAN 50% TELUR SKRIPSI

PENGGUNAAN NA-CMC DAN GUM XANTHAN UNTUK MEMPERBAIKI KUALITAS CAKE BERAS RENDAH LEMAK

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI TERHADAP SIFAT FISIK, KIMIA, DAN ORGANOLEPTIK CAKE BERAS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGURANGAN KUNING TELUR PADA BEBERAPA KONSENTRASI GUM XANTHAN TERHADAP KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK CAKE

PENGARUH SUBSTITUSI PARSIAL TELUR DENGAN ISOLAT PROTEIN KEDELAI DAN KONSENTRASI EMULSIFIER TERHADAP KARAKTERISTIK CAKE BERAS SKRIPSI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

SKRIPSI OLEH: HENRY YOGIE SANTOSA

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

PENGARUH PENGURANGAN KUNING TELUR TERHADAP KARAKTERISTIK TEKSTUR CAKE BERAS RENDAH LEMAK SKRIPSI OLEH: ATHALIA LYSANDRA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian Tahap Pertama. Tabel 6. Komposisi Kimia TDTLA Pedaging

Tekstur biasanya digunakan untuk menilai kualitas baik tidaknya produk cookies.

KARAKTERISTIK CAKE BERAS RENDAH LEMAK DENGAN PENGGUNAAN PROPORSI GUM XANTHAN DAN NATRIUM KARBOKSIMETIL SELULOSA (Na-CMC)

Lampiran 1. Spesifikasi Tepung Jagung

4. PEMBAHASAN Analisa Sensori

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perbandingan Tepung Tapioka : Tepung Terigu :

PROSES PRODUKSI ROTI MANIS DI VIRGIN CAKE & BAKERY SEMARANG

PENGARUH PROPORSI TEPUNG TERIGU : PISANG TANDUK KUKUS DAN PENAMBAHAN TELUR TERHADAP KUALITAS CAKE SKRIPSI. Oleh :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II BAHAN DAN PROSES PENGOLAHAN

LOGO BAKING TITIS SARI

OLEH: ROMA KHATELINA HUTAGAOL

PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Volume Pengembangan Roti Manis

TEKSTUR CAKE BERAS KETAN HITAM DENGAN VARIASI LAMA PENYIMPANAN SUHU DINGIN SKRIPSI OLEH: ONNY MELIANA

rv. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. Pemikiran, 1.6 Hipotesis Penelitian, dan 1.7 Tempat dan Waktu Penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

denaturasi pada saat pemanasan dan mempertahankan bentuk pada produk akhir. Pati yang merupakan komponen utama dalam tepung (sekitar 67%) pada proses

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Uji Pembedaan Segitiga Ikan Teri (Stolephorus sp.) Kering

PENGARUH PENGURANGAN TELUR DAN PENAMBAHAN GUM XANTHAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEKSTUR CAKE BERAS RENDAH LEMAK

4. PEMBAHASAN 4.1. Aktivitas Antioksidan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

APLIKASI PRODUK INTERAKSI ANTARA PROTEIN KORO PEDANG (Canavalia ensiformis L) DAN GUM XANTHAN DENGAN PENAMBAHAN DEXTRIN PADA PEMBUATAN CAKE SKRIPSI

PENGARUH PENGGUNAAN BUBUR BUAH LABU KUNING KUKUS SEBAGAI FAT REPLACER TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK REDUCED FAT COOKIES JAGUNG

KARAKTERISTIK DAN UJI PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP DONAT SUBSTITUSI TEPUNG JALEJO HINGGA 50 PERSEN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Tabel Penentuan Glukosa, Fruktosa, dan Gula Invert dalam Suatu Bahan dengan Metode Luff Schoorl ml 0,1 N Natiosulfat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kue bolu merupakan kue berbahan dasar tepung terigu dengan penambahan

PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DAN UJI ORGANOLEPTIK PRODUK OLAHAN MAKANAN DENGAN BAHAN DASAR KENTANG DAN UBI JALAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

4.1. Uji Fisik Roti Ubi Kayu Original, Manifer, Ekstrudat, dan Tapioka

4. PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Fisik Mi Kering Non Terigu Cooking Time

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG

BAB I PENDAHULUAN. diizinkan, berbentuk khas mie (Badan Standarisasi Nasional, 1992). Berdasarkan survey oleh USDA dalam Anonim A (2015) mengenai

4. PEMBAHASAN 4.1. Proses Pembuatan Tepung Pisang 4.2. Profil Fisikokimia Tepung Pisang

KAJIAN PROPORSI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG UBI JALAR KUNING SERTA KONSENTRASI LESITIN TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MUFFIN

I. PENDAHULUAN. Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jenis sayuran sehat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGGORENGAN, EKSTRUSI, & PEMANGANGGAN. Teti Estiasih - THP - FTP - UB

I PENDAHULUAN. selain sebagai sumber karbohidrat jagung juga merupakan sumber protein yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBAHASAN 4.1.Karakteristik Fisik Mi Jagung Cooking loss

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG LABU KUNING TERHADAP SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK MUFFIN

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN TEKNOLOGI PENGOLAHAN SEREALIA DAN KACANG-KACANGAN. ( Food Bar )

4. PEMBAHASAN 4.1. Nilai Warna Mi Non Terigu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

OLEH: TABITHA CHRISTINA ERLIENAWATI NRP

4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian Analisa Proksimat Kadar Air

KAJIAN SIFAT FISIKOKIMIA DAN SENSORI TEPUNG UBI JALAR UNGU (Ipomoea batatas blackie) DENGAN VARIASI PROSES PENGERINGAN

Lampiran 1. Kuisioner Uji Organoleptik Rice Cake (Uji Kesukaan) KUISIONER UJI KESUKAAN

Written by Administrator Thursday, 10 September :01 - Last Updated Thursday, 10 September :08

I PENDAHULUAN. Indonesia kaya akan sumber daya tanaman umbi-umbian, termasuk aneka

KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH PREGELATINISASI DENGAN METODE PENGERINGAN OVEN DAN SANGRAI SERTA EFEKNYA PADA TEKSTUR CAKE

KARAKTERISTIK FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK SOSIS AYAM DENGAN PROPORSI KACANG MERAH KUKUS DAN MINYAK KELAPA SAWIT

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan 30 November Mei 2016

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengamatan yang dilakukan pada tepung jagung nikstamal adalah sifat

I. PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,

I PENDAHULUAN. Karakteristik tepung yang digunakan akan menentukan karakteristik cookies yang

I PENDAHULUAN. hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Kelapa termasuk dalam famili Palmae,

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Rendemen merupakan suatu parameter yang penting untuk mengetahui nilai

Pembuatan Cake Kacang Tunggak (Vigna Unguiculata) Dengan Pencampuran Tepung Gandum

BAB I PENDAHULUAN. maka perlu untuk segera dilakukan diversifikasi pangan. Upaya ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

SUBSTITUSI TERIGU DENGAN TEPUNG KENTANG TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK MUFFIN SKRIPSI OLEH : SURYA FELIX NATANAEL K

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

Sutomo, B

FORMAT MENAMPILKAN DATA TABEL, GAMBAR & TEHNIK MEMBAHAS

LOGO. Karakterisasi Beras Buatan (Artificial Rice) Dari Campuran Tepung Sagu dan Tepung Kacang Hijau. Mitha Fitriyanto

5.1 Total Bakteri Probiotik

I. PENDAHULUAN. Mie adalah produk makanan yang pada umumnya dibuat dari tepung terigu

NANTONG SUN-GREEN BIO-TECH CO., LTD. Certificate of Analysis. Name of Product : Isolated Soy Protein :

Transkripsi:

BAB V PEMBAHASAN Cake beras mengandung lemak dalam jumlah yang cukup tinggi. Lemak yang digunakan dalam pembuatan cake beras adalah margarin. Kandungan lemak pada cake beras cukup tinggi, yaitu secara teoritis sebesar 57,46 g/404,95 g adonan (14,19%). Penggunaan kacang merah (Phaseolus vulgaris L.) sebagai fat replacer dilakukan untuk menurunkan kandungan lemak yang terdapat pada cake beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus, yaitu 0%:100%, 20%:80%, 40%:60%, 60%:40%, 80%:20% dan 100%:0% memberikan pengaruh nyata terhadap karakteristik fisikokimia dan organoleptik cake beras. Sifat fisikokimia yang diuji meliputi kadar air, volume spesifik, hardness dan springiness. Sifat organoleptik yang diuji meliputi kesukaan terhadap warna crumb, keseragaman pori, kelembutan, rasa dan moistness. 5.1. Sifat Fisikokimia 5.1.1. Kadar Air Kadar air menjadi salah satu parameter kualitas yang mempengaruhi sifat fisikokimia cake beras. Hasil penelitian menunjukkan kadar air cake beras berkisar antara 41,46% hingga 48,80%. Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.1) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus berpengaruh nyata terhadap kadar air cake beras. Grafik hubungan antara proporsi kacang merah kukus dan margarin terhadap kadar air cake beras serta hasil uji DMRT pada α = 5% terdapat pada Gambar 5.1. 31

32 Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.1. Grafik Hubungan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus terhadap Kadar Air Cake Beras Kadar air cake beras dipengaruhi oleh proporsi margarin dan kacang merah kukus. Hal ini disebabkan kacang merah yang digunakan adalah kacang merah kukus (kadar air 14,16%). Proses pengukusan mengakibatkan terjadi absorbsi air oleh kacang merah sehingga kadar air adonan cake beras meningkat seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus. Menurut Mwangwela (2006), granula-granula pati akan mengabsorbsi air dan terjadi pembengkakan granula pati selama proses gelatinisasi. Menurut Zayas (1997), protein akan mengalami denaturasi selama proses pengukusan sehingga struktur polipeptida akan terbuka. Selama proses pengukusan kacang merah terjadi interaksi pati-protein melalui gugus hidroksil. Granula pati akan mengisi rongga-rongga kosong

33 pada protein sehingga kompleks pati-protein akan memerangkap air. Air akan diikat secara fisik dalam gel. Protein yang terdapat pada kacang merah kukus yang ditambahkan dalam adonan akan berinteraksi dengan pati yang berasal dari tepung beras, protein yang berasal dari telur dan Na-CMC. Protein kacang merah selama proses pengukusan akan terjadi denaturasi sehingga akan mengakibatkan penurunan terhadap daya serap air protein kacang merah. Menurut Damodaran (2008), denaturasi protein akan mengakibatkan kemampuan protein untuk mengikat air menjadi turun seiring dengan peningkatan suhu. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan jumlah ikatan hidrogen dan pembongkaran beberapa gugus hidrofobik yang sebelumnya tersembunyi di bagian dalam struktur rantai polipeptida. Air dalam adonan dengan jumlah yang terbatas tidak diikat kuat oleh protein kacang merah akibat penurunan daya serap air protein kacang merah sehingga dapat diperangkap oleh matriks pati-protein yang terbentuk selama proses pemanggangan dan dihitung sebagai kadar air cake beras. Adanya panas selama proses pemanggangan akan menyebabkan matriks pati-protein memerangkap air semakin kuat dan tidak akan mudah lepas. Semakin kuat ikatan matriks pati-protein maka semakin tinggi kemampuannya untuk menahan air. Gambar 5.1 menunjukkan bahwa kadar air cake beras cenderung meningkat seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus. Korelasi antara tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan kadar air cake beras adalah linear dengan fungsi Y=1,450x+39,70. Koefisien korelasi (R) persamaan tersebut sebesar 0,9940, yang menunjukkan bahwa korelasi antara proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan kadar air cake beras sangat erat dan positif. Semakin banyak kacang merah kukus yang ditambahkan dalam adonan maka semakin tinggi kadar air cake beras.

34 5.1.2. Volume Spesifik Volume cake menjadi salah satu parameter yang menjadi pertimbangan bagi konsumen karena konsumen umumnya menyukai cake dengan volume pengembangan yang besar. Volume spesifik cake beras merupakan perbandingan antara volume cake beras (cm 3 ) dengan berat cake beras (g). Perbandingan antara volume dan berat cake beras dapat menentukan besarnya volume cake beras per satuan berat sehingga dapat diketahui tingkat kepadatan massanya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa volume spesifik cake beras berkisar antara 233,24 ml/g hingga 309,32 ml/g. Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.2) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap volume spesifik cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap volume spesifik, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.2. Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.2. Grafik Hubungan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus terhadap Volume Spesifik Rata-Rata Cake Beras.

35 Volume cake beras pada awalnya dihasilkan dari proses pengocokan telur, gula, kacang merah kukus, susu cair low-fat dan Na- CMC. Proses pengocokan akan menyebabkan gas terperangkap sehingga menghasilkan foam. Menurut Desrosier (1998), volume cake berasal dari udara yang terperangkap selama proses pengocokan. Udara yang terperangkap semakin lama akan semakin bertambah jumlahnya dan mengalami pengecilan ukuran sehingga mempengaruhi viskositas adonan yang dihasilkan (Stadelman dan Cotterill, 1990). Gula ditambahkan pada proses pengocokan untuk meningkatkan stabilitas foam yang terbentuk. Menurut Figoni (2004), adanya penambahan sejumlah gula pada saat proses pengocokan akan membantu menjaga stabilitas foam yang dihasilkan karena gula memiliki sifat higroskopis sehingga dapat mengikat air dan membentuk adonan cake yang lebih viskus dan sulit untuk mengalir, namun hal ini dapat menghambat pengembangan volume. Penambahan Na-CMC selama proses pengocokan akan meningkatkan viskoelastisitas adonan cake beras karena Na-CMC memiliki gugus hidrofilik yang mampu mengikat air dalam adonan yang berasal dari telur melalui ikatan hidrogen dengan gugus hidroksil dari pati dan membentuk konformasi heliks. Ikatan ini akan membentuk struktur tiga dimensi apabila berikatan dengan makromolekul lain. Na-CMC mampu membentuk matriks yang ekstensibel sehingga adonan cake beras dapat menahan gas yang mengalami pemuaian selama proses pemanggangan dan menyebabkan volume cake meningkat. Proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap volume spesifik cake beras. Protein kacang merah memiliki stabilitas foam yang baik, yaitu sebesar 84,52% (Lampiran C.6). Proporsi kacang merah kukus yang semakin banyak dalam adonan cake beras akan menyebabkan gas yang terperangkap dalam adonan cake beras semakin banyak. Proses pemanggangan akan

36 menyebabkan gas yang terperangkap dalam adonan cake beras memuai sehingga volume cake akan meningkat seiring dengan proporsi kacang merah kukus yang semakin besar. Gambar 5.2 menunjukkan bahwa volume spesifik cake beras cenderung meningkat seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus. Korelasi antara proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan volume spesifik cake beras adalah linear dengan fungsi Y=15,199x+217,3. Koefisien korelasi (R) persamaan tersebut sebesar 0,9644, yang menunjukkan bahwa korelasi antara proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan volume spesifik cake beras sangat erat dan positif. Semakin banyak kacang merah kukus yang ditambahkan dalam adonan maka semakin tinggi volume spesifik cake beras. Peningkatan volume spesifik cake beras dapat dilihat pula dari ketinggian cake beras pada Gambar 5.3. Ketinggian cake beras semakin meningkat seiring dengan tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus yang semakin besar. Peningkatan ketinggian cake beras disebabkan karena terjadi peningkatan kapasitas pembentukan foam selama proses pengocokan adonan cake beras seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus sehingga gas yang terperangkap dalam adonan semakin banyak serta mengakibatkan pemuaian gas yang terjadi dalam adonan selama proses pemanggangan semakin besar. 5.1.3. Tekstur Pengujian tekstur cake beras dilakukan untuk mengetahui pengaruh proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap hardness dan springiness cake beras.

37 100% : 0% 80% : 20% 60% : 40% 40% : 60% 20% : 80% 0% : 100% Gambar 5.3. Penampang Cake Beras dengan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus yang Berbeda 5.1.3.1. Hardness Roshental (1999) menyatakan bahwa nilai hardness ditunjukkan pada nilai puncak setelah produk ditekan untuk pertama kalinya. Semakin tinggi nilai hardness maka semakin besar gaya (g) yang dibutuhkan untuk menekan produk sehingga semakin keras produk itu. Pengukuran

38 hardness pada cake beras bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap hardness cake beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hardness cake beras berkisar antara 810,45 g hingga 1260,30 g. Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.4) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap hardness cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap hardness, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.4. Proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap hardness cake beras. Selama proses pemanggangan akan terjadi pemuaian gas dalam adonan cake beras. Kemampuan matriks pati-protein dalam menahan pemuaian gas menjadi turun akibat adanya komponen lain dalam kacang merah kukus yang mengganggu ekstensibilitas matriks pati-protein dalam menahan pemuaian gas. Ekstensibilitas matriks pati-protein yang terganggu akan mengakibatkan dinding matriks pati-protein pecah dan terjadi penggabungan cell yang satu dengan cell yang lain sehingga terbentuk pori-pori cake yang lebih besar dan tidak seragam. Jumlah poripori cake yang tidak seragam dan dalam jumlah yang banyak menunjukkan kerangka cake beras yang tidak kokoh sehingga gaya yang dibutuhkan untuk menekan cake beras semakin rendah. Hardness cake beras menurun seiring dengan peningkatan proporsi margarin dan kacang merah kukus. Gambar 5.4 menunjukkan bahwa hardness cake beras cenderung menurun seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus. Korelasi antara proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan hardness cake beras adalah linear dengan fungsi Y=-83,924x+1396,2. Koefisien korelasi (R) persamaan tersebut sebesar 0,9420, yang menunjukkan bahwa korelasi antara proporsi margarin dan kacang merah

39 kukus dengan hardness cake beras sangat erat dan positif. Semakin banyak kacang merah kukus yang ditambahkan dalam adonan maka semakin rendah hardness cake beras. Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.4. Grafik Hubungan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus terhadap Hardness Rata-Rata Cake Beras Hardness cake beras berkorelasi negatif dengan volume spesifik cake beras (Sub bab 5.1.2). Semakin tinggi volume spesifik cake beras, maka nilai hardness akan semakin rendah. Volume spesifik yang semakin besar menunjukkan bahwa ketinggian cake beras yang semakin meningkat. Pori-pori yang terbentuk pada cake beras akan semakin banyak dan tidak seragam. Hal ini akan menyebabkan nilai hardness cake beras menurun. 5.1.3.2. Springiness Roshental (1999) menyatakan bahwa springiness adalah kemampuan suatu produk pangan untuk kembali seperti semula setelah

40 diberi tekanan. Pengukuran springiness pada cake beras bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap springiness cake beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa springiness cake beras berkisar antara 0,947 hingga 0,997. Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.4) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap springiness cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap springiness, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.5. Gambar 5.5 menunjukkan bahwa springiness cake beras cenderung meningkat seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus. Korelasi antara proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan hardness cake beras adalah linear dengan fungsi Y=0,0107x+0,9359. Koefisien korelasi (R) persamaan tersebut sebesar 0,9867, yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan springiness cake beras sangat erat dan positif. Semakin banyak kacang merah kukus yang ditambahkan dalam adonan maka semakin tinggi springiness cake beras. Proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap springiness cake beras. Nilai springiness merupakan perbandingan antara tekanan kedua dan tekanan pertama yang diberikan pada cake beras. Peningkatan proporsi kacang merah kukus menghasilkan nilai springiness yang semakin besar. Hal ini disebabkan karena seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus, tekanan kedua yang diberikan pada cake beras semakin meningkat. Cake beras mengalami deformasi setelah pemberian tekanan pertama. Cake beras tidak mengandung substansi mirip gluten sehingga tidak mampu mempertahankan struktur cake.

41 Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.5. Grafik Hubungan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus terhadap Springiness Rata-Rata Cake Beras Cake yang mengalami deformasi setelah diberi tekanan pertama tidak mampu kembali ke ukuran ketinggian cake yang semula sehingga membutuhkan gaya yang lebih besar pada saat pemberian tekanan kedua pada cake. Hal ini menyebabkan nilai springiness cake menjadi meningkat seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus. Peningkatan springiness cake beras berbanding lurus dengan volume spesifik cake beras (Sub bab 5.1.2). Semakin tinggi nilai springiness cake beras maka semakin tinggi nilai volume spesifik cake beras. Volume spesifik yang semakin meningkat menunjukkan bahwa semakin banyak pori-pori pada cake beras, sehingga cake beras yang dihasilkan semakin empuk.

42 5.2. Sifat Organoleptik Uji organoleptik kesukaan (preference test) yang dilakukan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap cake beras yang dihasilkan. Parameter yang diuji dalam uji organoleptik kesukaan panelis terhadap cake beras dengan proporsi margarin dan kacang merah meliputi warna crumb, keseragaman pori, kelembutan, rasa dan moistness cake beras. Pengujian ini dilakukan di Laboratorium Pengawasan Mutu Pangan dan Pengujian Sensoris pada 85 orang panelis yang tidak terlatih yang diperoleh dari mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya dan diharapkan hasil yang diperoleh dapat mewakili berbagai panelis. Skala yang digunakan pada pengujian kesukaan organoleptik adalah 1-9, artinya sangat amat tidak suka hingga sangat amat suka. 5.2.1. Kesukaan Warna Crumb Warna crumb merupakan salah satu sifat organoleptik yang menentukan kualitas cake beras. Warna crumb cake beras dipengaruhi oleh adanya penambahan kuning telur yang mengandung pigmen karotenoid yang berwarna jingga kekuningan, reaksi Maillard antara gugus karbonil dengan gugus amin dari senyawa protein dalam adonan dan margarin yang mengandung pigmen karotenoid. Kuning telur yang ditambahkan pada cake beras dalam penelitian ini dalam jumlah yang sama sehingga pengaruhnya terhadap tingkat kesukaan terhadap warna crumb cake beras dianggap sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap warna crumb cake beras berkisar antara 4,00 (agak tidak suka) hingga 6,34 (agak suka). Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.5) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan warna crumb cake beras.

43 Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap kesukaan warna crumb cake beras, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.6. Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.6. Histogram Rata-Rata Kesukaan Warna Crumb Cake Beras Peningkatan proporsi kacang merah kukus mengakibatkan penurunan terhadap tingkat kesukaan panelis terhadap warna crumb cake beras. Menurut Hubbell dkk. (2007), penambahan kacang merah kukus dapat menyebabkan pengaruh negatif pada warna crumb. Hal ini disebabkan karena seiring dengan peningkatan proporsi kacang merah kukus maka jumlah margarin yang ditambahkan semakin sedikit. Margarin mengandung pigmen karotenoid sehingga akan menimbulkan warna kuning pada produk cake yang dihasilkan. Semakin tinggi proporsi kacang merah kukus yang ditambahkan maka intensitas warna cake yang dihasilkan semakin menurun sehingga tingkat kesukaan panelis terhadap warna crumb cake beras semakin menurun.

44 5.2.2. Kesukaan Keseragaman Pori Keseragaman pori merupakan salah satu sifat organoleptik yang dapat mewakili kualitas cake beras. Charley (1982) menyatakan bahwa sponge cake yang baik diharapkan memiliki pori-pori yang kecil dan seragam serta memiliki dinding sel yang tipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap keseragaman pori cake beras berkisar antara 4,13 (agak tidak suka) hingga 6,69 (agak suka). Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.5) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan keseragaman pori cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap kesukaan keseragaman pori cake beras, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.7. Peningkatan proporsi margarin dan kacang merah kukus pada tiap perlakuan menyebabkan foam yang terbentuk dalam adonan semakin meningkat sehingga pada saat proses pemanggangan, jumlah gas yang memuai semakin banyak. Selain itu dengan proporsi kacang merah kukus yang semakin tinggi, jumlah komponen lain (selulosa) dalam kacang merah kukus yang terikut dalam adonan semakin banyak. Hal ini menyebabkan ekstensibilitas matriks pati-protein dalam mempertahankan pemuaian gas menjadi turun. Dinding matriks pati-protein pecah dan terjadi penggabungan pori yang satu dengan pori yang lain sehingga menyebabkan pori-pori cake yang dihasilkan tidak seragam. Hal ini mengakibatkan tingkat kesukaan panelis terhadap keseragaman pori cake beras menjadi turun.

45 Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.7. Histogram Rata-Rata Nilai Kesukaan Keseragaman Pori Cake Beras 5.2.3. Kesukaan Kelembutan Kelembutan merupakan salah satu karakteristik yang diperhitungkan konsumen sebagai parameter penentu kualitas cake. Cake yang disukai konsumen memiliki kesan halus dan empuk ketika digigit. Kesukaan terhadap kelembutan cake beras diuji saat panelis menguyah sampel cake beras di dalam mulut. Pengujian organoleptik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap kelembutan cake beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap kelembutan cake beras berkisar antara 3,79 (tidak suka) hingga 6,66 (agak suka). Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.5) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan kelembutan cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap kesukaan kelembutan cake beras, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.8.

46 Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.8 Histogram Rata-Rata Nilai Kesukaan Kelembutan Cake Beras Hasil uji organoleptik kesukaan panelis terhadap kelembutan cake beras (Gambar 5.8) menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap kelembutan cake beras cenderung menurun dengan meningkatnya proporsi margarin dan kacang merah. Menurut Ashokkumar (2009), lemak dalam pembuatan cake memiliki peranan penting untuk menghasilkan cake dengan tekstur yang lembut. Margarin yang ditambahkan dalam adonan berfungsi sebagai sumber lemak utama dalam cake beras yang dapat melapisi matriks pati-protein dalam adonan sehingga menghasilkan cake beras dengan tekstur yang lembut. Semakin tinggi tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus maka semakin sedikit jumlah margarin yang ditambahkan sehingga tekstur cake beras menjadi tidak lembut.

47 5.2.4. Kesukaan Rasa Rasa merupakan salah satu sifat organoleptik yang dapat mewakili kualitas cake beras. Rasa merupakan salah satu parameter dalam menentukan kualitas dari cake beras karena akan menentukan tingkat penerimaan konsumen akan produk cake beras yang dihasilkan. Rasa cake beras dipengaruhi oleh bahan-bahan penyusunnya, yaitu telur, gula, tepung beras, susu cair low fat, kacang merah kukus, dan margarin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap rasa cake beras berkisar antara 4,34 (agak tidak suka) hingga 6,71 (agak suka). Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.5) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan rasa cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap kesukaan rasa cake beras, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.9. Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.9. Histogram Rata-Rata Nilai Kesukaan Rasa Cake Beras Gambar 5.9 menunjukkan bahwa peningkatan proporsi margarin dan kacang merah kukus menyebabkan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa cake beras cenderung menurun pada tiap perlakuan. Jumlah margarin

48 yang semakin berkurang seiring dengan meningkatnya proporsi kacang merah kukus menyebabkan penurunan tingkat kesukaan panelis terhadap rasa cake beras. Hal ini disebabkan margarin sebagai sumber lemak utama pada produk cake beras mampu memberikan rasa gurih yang disukai oleh konsumen. Proporsi margarin yang semakin menurun akan menyebabkan berkurangnya intensitas rasa gurih pada cake beras yang dihasilkan. 5.2.5. Kesukaan Moistness Moistness merupakan sensasi basah yang dirasakan oleh panelis saat produk cake ditelan. Charley (1982) menyatakan bahwa struktur crumb dari sponge cake yang diharapkan konsumen adalah bersifat moist dan tidak kering. Pengujian organoleptik ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesukaan panelis terhadap moistness cake beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai kesukaan terhadap moistness cake beras berkisar antara 3,89 (tidak suka) hingga 6,85 (agak suka). Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.5) menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap kesukaan moistness cake beras. Grafik hubungan proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap kesukaan moistness cake beras, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.10. Gambar 5.10 menunjukkan bahwa peningkatan proporsi margarin dan kacang merah kukus menyebabkan tingkat kesukaan panelis terhadap moistness cake beras cenderung menurun pada tiap perlakuan. Hal ini disebabkan karena jumlah margarin yang semakin berkurang seiring dengan peningkatan proporsi margarin dan kacang merah kukus. Lemak dari margarin yang ditambahkan pada adonan berfungsi sebagai pelumas pada produk cake beras. Lemak akan melapisi matriks patiprotein sehingga cake beras mudah untuk ditelan. Penurunan jumlah margarin disertai penambahan kacang merah kukus akan menyebabkan penurunan terhadap kesukaan moistness cake beras. Hal ini menunjukkan

49 bahwa penambahan kacang merah kukus tidak dapat menggantikan sifat lemak (margarin) sebagai pemberi moistness pada produk cake beras. Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.10. Histogram Rata-Rata Nilai Kesukaan Moistness Cake Beras Tingkat moistness berbanding lurus dengan kadar lemak cake beras. Semakin tinggi proporsi margarin dan kacang merah kukus maka nilai moistness dan kadar lemak semakin menurun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar lemak cake beras berkisar antara 5,18% hingga 16,84%. Hasil ANOVA pada α = 5% (Lampiran C.3) menunjukkan bahwa tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus memberikan pengaruh nyata terhadap kadar lemak cake beras. Grafik hubungan tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus terhadap kadar lemak cake beras, serta hasil uji DMRT pada α = 5% dapat dilihat pada Gambar 5.11.

50 Keterangan: huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan nyata pada α = 5% Gambar 5.11. Grafik Hubungan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus terhadap Kadar Lemak Cake Beras Kadar lemak cake beras (Gambar 5.11) cenderung menurun pada tiap perlakuan. Korelasi antara tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan kadar lemak cake beras adalah linear dengan fungsi Y=-2,4049x+19,225. Koefisien korelasi (R) persamaan tersebut sebesar 0,9948, yang menunjukkan bahwa korelasi antara tingkat proporsi margarin dan kacang merah kukus dengan kadar lemak cake beras sangat erat dan positif. Besarnya pengaruh perlakuan terhadap cake beras sebesar 98,96%(R 2 ). Semakin banyak kacang merah kukus yang ditambahkan dalam adonan maka semakin rendah kadar lemak cake beras. 5.3. Pemilihan Perlakuan Terbaik Perlakuan proporsi margarin dan kacang merah kukus pada cake beras bertujuan untuk menghasilkan cake beras rendah lemak serta memiliki karakteristik fisikokimia dan organoleptik yang baik. Hasil penelitian menunjukkan proporsi margarin dan kacang merah kukus

51 mempengaruhi kadar air, kadar lemak, volume spesifik, hardness, springiness dan kesukaan panelis terhadap warna crumb, keseragaman pori, kelembutan, rasa dan moistness cake beras. Penentuan cake beras dengan perlakuan terbaik mempertimbangkan penerimaan panelis terhadap warna crumb, keseragaman pori, rasa, kelembutan, dan moistness cake beras, serta sifat fisikokimia (kadar air, kadar lemak, volume spesifik, hardness, springinesss). Pemilihan perlakuan terbaik cake beras didasarkan pada penerimaan konsumen terhadap keseragaman pori, kelembutan dan moistness sebagai pertimbangan utama dan karakteristik fisikokimia cake beras. Hasil penelitian terhadap karakteristik fisikokimia dan uji organoleptik cake beras dengan proporsi margarin dan kacang merah kukus (Tabel 5.1. dan Tabel 5.2.). Data pada kedua tabel tersebut menunjukkan bahwa proporsi margarin dan kacang merah kukus dalam cake beras yang masih dapat diterima oleh panelis dan dapat direkomendasikan adalah pada proporsi kacang merah kukus sebesar 20%. Hasil uji organoleptik cake beras dengan proporsi margarin dan kacang merah kukus 20% mempunyai rata-rata di atas 6 untuk kelima parameter yang diuji, yaitu sebesar 6,26-6,69 (agak suka). Hasil analisa fisikokimia cake beras menunjukkan bahwa pada proporsi kacang merah kukus 20% memiliki kadar lemak yang lebih rendah dari proporsi kacang merah kukus 0%, yaitu sebesar 14,78%. Volume spesifik yang dihasilkan cake beras dengan proporsi kacang merah kukus 20% lebih tinggi dari cake beras dengan proporsi 0%, yaitu sebesar 251,32 ml/g. Parameter hardness dan springiness cake beras dengan proporsi kacang merah kukus 20% juga tidak berbeda nyata dengan cake beras dengan proporsi kacang merah kukus 0% sehingga perlakuan proporsi margarin dan kacang merah kukus 80%:20% dapat direkomendasikan sebagai perlakuan terbaik.

52 Tabel 5.1. Karakteristik Fisikokimia Cake Beras Perlakuan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus Kadar Air (%) 0%:100% 48,80±1,19 e 5,18±0,75 a 309,32±21,52 d 810,45±297,8360 a 0,997±0,0027 c Tabel 5.2 Uji Sifat Organoleptik Cake Beras Perlakuan Proporsi Margarin dan Kacang Merah Kukus 100%:0% 6,34 d Kadar Lemak (%) Volume Spesifik (ml/g) Hardness Sifat Organoleptik Warna Crumb Keseragaman Pori Kelembutan Rasa Moistness 6,54 d 6,66 d 6,71 d 6,85 e 80%:20% 6,26 c 6,69 d 6,38 d 6,56 d 6,38 de 60%:40% 5,78 bc 5,15 bc 5,81 c 5,55 c 5,47 c 40%:60% 5,58 b 5,34 c 5,32 c 5,89 c 5,98 d 20%:80% 4,48 a 4,68 b 4,48 b 5,07 b 4,84 b 0%:100% 4,00 a 4,13 a 3,79 a 4,34 a 3,89 a Tekstur Springiness 100%:0% 41,46±1,13 a 16,84±1,23 e 233,24±19,39 a 1260,30±124,9648 b 0,947±0,0112 a 80%:20% 42,47±0,55 ab 14,78±0,45 d 251,32±13,90 b 1227,61±111,7799 b 0,955±0,0358 a 60%:40% 44,07±1,14 bc 12,07±0,73 c 258,40±18,27 bc 1181,69±130,6349 b 0,965±0,0230 ab 40%:60% 45,12±1,37 cd 8,73±0,21 b 274,09±4,23 c 1113,68±216,8415 b 0,984±0,0030 bc 20%:80% 46,80±1,49 d 7,27±0,21 b 296,63±13,80 d 1020,91±182,6456 ab 0,990±0,0037 bc