Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah

dokumen-dokumen yang mirip
Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Bulan September 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN NOVEMBER 2016 TURUN -0,90 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

2. Indeks Harga Dibayar Petani (Ib)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN NOVEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI LAMPUNG NAIK 0,61 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN FEBRUARI 2017

Perkembangan Nilai Tukar Petani September 2017 Provinsi Jambi

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2017

BERITA RESMI STATISTIK

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN AGUSTUS 2014 SEBESAR 102,18

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2015 SEBESAR 99,48

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MARET 2017 TURUN -0,03 PERSEN

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JULI 2015

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2015

Perkembangan Nilai Tukar Petani

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2016

Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Harga Gabah

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JUNI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN DESEMBER 2016 TURUN -0,11 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN SEPTEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN APRIL 2015 SEBESAR 98,71

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2016

BERITA RESMI STATISTIK

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN FEBRUARI 2017 NAIK 0,60 PERSEN

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN AGUSTUS 2017 TURUN -0,28 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2015 SEBESAR 102,82

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN OKTOBER 2016 TURUN -0,27 PERSEN

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2013

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN MEI 2017 TURUN -0,26 PERSEN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN DESEMBER 2015

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Bulan Oktober 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2014

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN MARET 2014 SEBESAR 102,05

Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Bulan Oktober 2017

Tabel 1 Nilai Tukar Petani Provinsi Sumatera Utara per Subsektor Maret-April 2012 (2007=100)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN AGUSTUS 2017

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2015 SEBESAR 100,79

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA OKTOBER 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JANUARI 2016 NAIK 0,61 PERSEN

Perkembangan Nilai Tukar Petani Provinsi Maluku Utara Bulan September 2017

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2014 SEBESAR 99,65

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2015 SEBESAR 100,36

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN AGUSTUS 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MARET 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOVEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN OKTOBER 2014 SEBESAR 103,40

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA SEPTEMBER 2016

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN DESEMBER 2012 SEBESAR 117,59

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN MARET 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH JAWA TENGAH BULAN JANUARI 2015

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA JULI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN SEPTEMBER 2016

BPS PROVINSI LAMPUNG A. PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN DESEMBER 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA APRIL 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH DAN BERAS

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN MEI 2017

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) PROVINSI PAPUA BULAN JUNI 2016

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI (NTP)

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI DAN HARGA PRODUSEN GABAH

BPS PROVINSI ACEH PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI, INFLASI PEDESAAN, DAN HARGA PRODUSEN GABAH BULAN JUNI 2016

NILAI TUKAR PETANI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BULAN JUNI 2017 SEBESAR

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI PROVINSI SULAWESI TENGGARA DESEMBER 2016

Transkripsi:

No. 74/10/33/Th.XI, 01 November 2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Perkembangan Nilai Tukar Petani Dan Harga Produsen Gabah Jawa Tengah Nilai Tukar Petani (NTP) Oktober 2017 sebesar 102,97 atau naik 0,40 persen NTP Jawa Tengah Oktober 2017 sebesar 102,97 atau naik 0,40 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP dikarenakan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) naik sebesar 0,43 persen dan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,03 persen. Dari lima sub sektor pertanian komponen penyusun NTP, dua sub sektor mengalami kenaikan indeks yaitu : Tanaman Pangan naik 2,17 persen dan Tanaman Perkebunan Rakyat naik 2,05 persen. Sedangkan tiga sub sektor lainnya mengalami penurunan indeks yaitu : Hortikultura turun 1,72 persen, Peternakan turun 0,91 persen dan Perikanan turun 0,83 persen. Pada Oktober 2017, komoditas yang mengalami kenaikan harga, antara lain pada komoditas tanaman pangan seperti: gabah dan ketela pohon/ubi kayu dan ubi jalar, komoditas tanaman perkebunan rakyat seperti : tembakau dan nilam. Subsektor hortikultura, peternakan dan perikanan mengalami penurunan harga antara lain pada komoditas kol/kubis, bawang daun,belimbing, melon, kencur, jahe,domba, telur ayam ras, ikan kurusi/kerusi, bawal, nila, rumput laut, bandeng, kerapu dan lain-lain. Dari 33 provinsi di Indonesia, pada Oktober 2017 kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jambi sebesar 1,52 persen. Sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung sebesar 2,12 persen. Pada Oktober 2017, Jawa Tengah terjadi deflasi perdesaan sebesar 0,09 persen disebabkan oleh turunnya indeks kelompok bahan makanan. Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) Jawa Tengah Oktober 2017 sebesar 108,99 atau naik 0,18 persen dibanding NTUP bulan sebelumnya. 1

1. Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani (It) terhadap indeks harga yang dibayar petani (Ib). NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi. Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan/daya beli petani. Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 29 kabupaten di Jawa Tengah pada Oktober 2017, NTP Jawa Tengah naik 0,40 persen dibandingkan NTP September 2017, yaitu dari 102,56 menjadi 102,97. Kenaikan NTP pada Oktober disebabkan oleh perubahan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dibandingkan dengan perubahan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Kenaikan NTP Oktober 2017 dipengaruhi oleh naiknya NTP pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 2,17 persen dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,05 persen, sedangkan subsektor yang mengalami penurunan yaitu subsektor Hortikultura sebesar 1,72 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,91 persen dan subsektor Perikanan sebesar 0,83 persen. Tabel 1 Nilai Tukar Petani Jawa Tengah Per Subsektor Serta Persentase Perubahannya September-Oktober 2017 (2012=100) Bulan Subsektor September % Perubahan Oktober 2017 2017 (1) (2) (3) (4) Gabungan a. Nilai Tukar Petani (NTP) 102,56 102,97 0,40 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,92 131,48 0,43 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 127,65 127,70 0,03 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,94 132,83-0,09 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 120,34 120,64 0,25 1. Tanaman Pangan a. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) 99,05 101,20 2,17 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 129,44 132,23 2,15 - Padi 119,63 123,24 3,02 - Palawija 155,70 156,29 0,38 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 130,68 130,66-0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 132,48 132,30-0,13 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 125,96 126,37 0,32 2. Hortikultura a. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) 101,57 99,82-1,72 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 130,92 128,68-1,71 - Sayur-sayuran 111,45 109,35-1,89 - Buah-buahan 154,81 152,29-1,63 - Tanaman Obat 127,30 126,78-0,41 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128,90 128,91 0,01 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133,09 133,02-0,05 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 118,97 119,19 0,18 2

Bulan Subsektor September 2017 Oktober 2017 % Perubahan (1) (2) (3) (4) 3. Tanaman Perkebunan Rakyat a. Nilai Tukar Petani Perkebunan Rakyat (NTPR) 110,49 112,75 2,05 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 142,27 145,12 2,01 - Tanaman Perkebunan Rakyat 142,27 145,12 2,01 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 128,76 128,71-0,04 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133,04 132,93-0,09 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 120,65 120,71 0,05 4. Peternakan a. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) 102,90 101,96-0,91 b. Indeks Harga yang Diterima Petani (It) 125,76 124,83-0,74 - Ternak Besar 133,14 132,36-0,58 - Ternak Kecil 106,75 105,26-1,39 - Unggas 126,27 125,69-0,46 - Hasil Ternak 122,02 120,88-0,94 c. Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) 122,21 122,42 0,17 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133,23 133,16-0,06 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 114,85 115,25 0,35 5. Perikanan a. Nilai Tukar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (NTNP) 103,91 103,06-0,83 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan dan Pembudidaya Ikan (It) 130,76 129,60-0,89 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan dan Pembudidaya Ikan (Ib) 125,84 125,76-0,06 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133,90 133,68-0,17 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 115,14 115,26 0,11 5.1. Perikanan Tangkap a. Nilai Tukar Nelayan (NTN) 116,00 114,87-0,97 b. Indeks Harga yang Diterima Nelayan (It) 145,87 144,29-1,08 - Penangkapan Perairan Umum 149,70 148,27-0,95 - Penangkapan Laut 145,57 143,98-1,09 c. Indeks Harga yang Dibayar Nelayan (Ib) 125,75 125,61-0,11 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 134,11 133,89-0,17 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 115,09 115,05-0,04 5.2. Perikanan Budidaya a. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 101,22 100,42-0,79 b. Indeks Harga yang Diterima Pembudidaya Ikan 127,39 126,33-0,84 - Budidaya Air Tawar 127,78 126,65-0,88 - Budidaya Laut 128,43 127,25-0,91 - Budidaya Air Payau 126,47 125,55-0,72 c. Indeks Harga yang Dibayar oleh Pembudidaya Ikan (Ib) 125,86 125,79-0,05 - Indeks Konsumsi Rumah Tangga 133,86 133,63-0,17 - Indeks Biaya Produksi dan Panambahan Barang Modal (BPPBM) 115,15 115,31 0,14 3

2. Indeks Harga Yang Diterima Oleh Petani (It) Pada Oktober 2017, It Jawa Tengah naik sebesar 0,43 persen dibanding It Agustus 2017, yaitu dari 130,92 menjadi 131,48. Kenaikan It pada Oktober 2017 disebabkan naiknya It pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 2,15 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,01 persen. Sementara itu, It yang mengalami penurunan yaitu It subsektor Hortikultura sebesar 1,71 persen, subsektor Peternakan sebesar 0,74 persen dan subsektor Perikanan sebesar 0,89 persen. 3. Indeks Harga Yang Dibayar Oleh Petani (Ib) Melalui Ib dapat dilihat fluktuasi harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani yang merupakan bagian terbesar dari masyarakat perdesaan, serta fluktuasi harga barang dan jasa yang diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Pada Oktober 2017, Ib Jawa Tengah naik sebesar 0,03 persen bila dibanding Ib September 2017, yaitu dari 127,65 menjadi 127,70. Kenaikan Ib disebabkan terjadinya kenaikan pada subsektor Hortikultura sebesar 0,01 persen dan subsektor Peternakan sebesar 0,17 persen. Sedangkan Ib yang mengalami penurunan terjadi pada subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,01 persen, subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,04 persen dan subsektor Perikanan sebesar 0,06 persen. 4. NTP Menurut Subsektor a. Nilai Tukar Petani Tanaman Pangan (NTPP) Pada Oktober 2017 terjadi kenaikan NTPP sebesar 2,17 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 2,15 persen, sedangkan Ib turun sebesar 0,01 persen. Kenaikan It pada Oktober 2017 disebabkan oleh kenaikan kelompok padi (komoditas gabah) sebesar 3,02 persen dan kelompok palawija (khususnya komoditas ketela pohon/ubi kayu dan ubi jalar) naik sebesar 0,38 persen. Penurunan Ib sebesar 0,01 persen disebabkan oleh Indeks Kelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mengalami penurunan sebesar 0,13 persen, sedangkan Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) mengalami kenaikan sebesar 0,32 persen. b. Nilai Tukar Petani Hortikultura (NTPH) Pada Oktober 2017, NTPH turun sebesar 1,72 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 1,71 persen, sedangkan Ib naik sebesar 0,01 persen. Penurunan It pada Oktober 2017 disebabkan oleh turunnya harga berbagai komoditas di kelompok sayur-sayuran (khususnya komoditas kol/kubis dan bawang daun) secara rata-rata turun sebesar 1,89 persen, kelompok buah-buahan (khususnya komoditas belimbing dan melon) secara rata-rata turun sebesar 1,63 persen dan kelompok tanaman obat (khususnya komoditas kencur dan jahe) secara ratarata turun sebesar 0,41 persen. Kenaikan Ib sebesar 0,01 persen, yaitu dari 128,90 menjadi 128,91 disebabkan naiknya indeks kelompok BPPBM sebesar 0,18 persen, sedangkan indeks kelompok KRT turun sebesar 0,05 persen. c. Nilai Tukar Petani Tanaman Perkebunan Rakyat (NTPR) Pada Oktober 2017, NTPR naik sebesar 2,05 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 2,01 persen sedangkan Ib mengalami penurunan sebesar 0,04 persen. Kenaikan It pada Oktober 2017 disebabkan oleh naiknya indeks kelompok tanaman perkebunan rakyat (khususnya komoditas tembakau dan nilam). Penurunan yang terjadi pada Ib sebesar 0,04 persen disebabkan oleh turunnya indeks kelompok KRT sebesar 0,09 persen sedangkan indeks kelompok BPPBM naik sebesar 0,05 persen. 4

d. Nilai Tukar Petani Peternakan (NTPT) Pada Oktober 2017, NTPT turun sebesar 0,91 persen. Hal ini terjadi karena adanya penurunan It sebesar 0,74 persen, sedangkan Ib naik sebesar 0,17 persen. Penurunan It pada Oktober 2017 disebabkan oleh turunnya indeks pada empat kelompok ternak, yaitu kelompok ternak besar sebesar 0,58 persen, kelompok ternak kecil sebesar 1,39 persen, kelompok unggas sebesar 0,46 persen dan kelompok hasil ternak sebesar 0,94 persen. Komoditas yang menyebabkan penurunan indeks terbesar pada subsektor Peternakan yaitu domba dan telur ayam ras. Kenaikan Ib sebesar 0,17 persen, yaitu dari 122,21 menjadi 122,42 dikarenakan naiknya Indeks Kelompok BPPBM sebesar 0,35 persen, sedngkan Indeks Kelompok KRT mengalami penurunan sebesar 0,06 persen. e. Nilai Tukar Nelayan Dan Pembudidaya Ikan (NTNP) Pada Oktober 2017, NTNP turun sebesar 0,83 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,89 persen dan Ib turun sebesar 0,06 persen. Penurunan It pada Oktober 2017 disebabkan oleh indeks kelompok penangkapan ikan (khususnya komoditas ikan kurusi/kerisi dan bawal) secara rata-rata turun sebesar 1,08 persen dan kelompok budidaya ikan (khususnya komoditas ikan nila dan bandeng) secara rata-rata turun sebesar 0,84 persen. Penurunan yang terjadi pada IB dikarenakan turunnya indeks Kelompok KRT sebesar 0,17 persen, sedangkan indeks Kelompok BPPBM naik sebesar 0,11 persen. 1) Nilai Tukar Nelayan (NTN) Pada Oktober 2017, NTN turun sebesar 0,97 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 1,08 persen dan Ib turun sebesar 0,11 persen. Penurunan It sebesar 1,08 persen disebabkan oleh turunnya indeks kelompok penangkapan perairan umum (khususnya komoditas ikan sepat dan kodok) dan indeks kelompok penangkapan laut (khususnya komoditas ikan kurusi/kerisi dan bawal). Ib turun dikarenakan Indeks Kelompok KRT dan Indeks Kelompok BPPBM mengalami penurunan masing-masing sebesar 0,17 persen dan 0,04 persen. 2) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) Pada Oktober 2017, NTPi turun sebesar 0,79 persen. Hal ini terjadi karena It turun sebesar 0,84 persen dan Ib turun sebesar 0,05 persen. Penurunan It pada Oktober 2017 disebabkan oleh turunnya indeks pada kelompok budidaya air tawar(khususnya komoditas ikan nila dan bawal), indeks kelompok budidaya laut (khususnya komoditas rumput laut dan kerang) dan indeks kelompok budidaya air payau (khususnya komoditas ikan bandeng dan kerapu). Sedangkan penurunan Ib disebabkan oleh turunnya indeks kelompok KRT sebesar 0,17 persen, sedangkan Indeks Kelompok BPPBM mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen. 5. Perbandingan Antar Provinsi Dari 33 provinsi yang diamati perkembangan indeksnya, pada Oktober 2017 ada 27 provinsi yang mengalami kenaikan NTP dan 6 provinsi lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jambi yaitu sebesar 1,52 persen dan sebaliknya penurunan NTP terbesar terjadi di Provinsi Bangka Belitung yaitu sebesar 2,12 persen. 5

Tabel 3 Nilai Tukar Petani Provinsi Di Indonesia dan Persentase Perubahannya Oktober 2017 (2012=100) It Ib NTP Provinsi % Indeks % Perubahan Indeks Perubahan Rasio % Perubahan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) Aceh 120,60 0,22 128,21 0,33 94,07-0,12 Sumatera Utara 129,68 0,80 130,32 0,14 99,51 0,66 Sumatera Barat 122,41-0,04 127,89 0,61 95,71-0,65 Riau 132,01 1,42 128,17 0,14 103,00 1,28 Jambi 128,58 1,65 126,80 0,13 101,41 1,52 Sumatera Selatan 121,03 0,17 125,02-0,24 96,81 0,41 Bengkulu 122,90 0,93 129,20 0,12 95,12 0,81 Lampung 133,72 0,77 125,41 0,16 106,62 0,61 Bangka Belitung 114,29-2,00 122,02 0,11 93,67-2,12 Kep. Riau 118,57 0,83 121,95 0,12 97,23 0,71 DKI Jakarta 118,46 0,02 121,21-0,02 97,73 0,04 Jawa Barat 141,05 1,32 131,38 0,01 107,36 1,30 Jawa Tengah 131,48 0,43 127,70 0,03 102,97 0,40 DI Yogyakarta 129,84-1,08 127,24-0,12 102,04-0,96 Jawa Timur 138,15 0,38 129,18-0,15 106,94 0,54 Banten 131,01 1,15 129,70 0,82 101,01 0,32 Bali 129,86 0,24 124,27 0,20 104,49 0,03 Nusa Tenggara Barat 135,09 0,93 126,02-0,35 107,20 1,28 Nusa Tenggara Timur 130,55 0,14 126,35-0,18 103,32 0,32 Kalimantan Barat 123,54 0,02 126,74-0,24 97,47 0,26 Kalimantan Tengah 122,58-0,40 124,34-0,45 98,59 0,05 Kalimantan Selatan 117,96 0,09 122,16-0,40 96,56 0,49 Kalimantan Timur 121,75 0,47 125,83-0,14 96,75 0,61 Sulawesi Utara 118,97 0,95 126,20-0,42 94,27 1,38 Sulawesi Tengah 122,00-0,02 128,25-0,75 95,13 0,73 Sulawesi Selatan 129,83 0,62 128,85-0,12 100,76 0,74 Sulawesi Tenggara 120,86 0,70 126,87-0,62 95,26 1,33 Gorontalo 133,42-0,61 125,59-1,32 106,23 0,71 Sulawesi Barat 133,18 0,09 122,12-1,27 109,05 1,38 Maluku 130,56-0,39 128,88-0,36 101,30-0,03 Maluku Utara 129,02-0,14 126,78-0,26 101,77 0,12 Papua Barat 129,06 0,82 127,65 0,01 101,11 0,81 Papua 119,74-0,37 127,77-0,33 93,71-0,04 Nasional 131,59 0,49 128,03-0,05 102,78 0,54 Jika dilihat dari 6 provinsi di Jawa, maka NTP tertinggi terjadi di Provinsi Jawa Barat yang mengalami kenaikan sebesar 1,30 persen, sedangkan NTP terendah terjadi di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mengalami penurunan sebesar 0,96 persen. NTP Jawa Tengah yang naik sebesar 0,40 persen menempati peringkat ketiga di wilayah Pulau Jawa dan peringkat ke-20 secara nasional. 6

Tabel 4 Perbandingan NTP Provinsi Di Pulau Jawa Oktober 2017 (2012=100) Provinsi NTP Peringkat Perubahan NTP (%) Peringkat (1) (2) (3) (4) (5) DKI Jakarta 97,73 6 0,04 5 Jawa Barat 107,36 1 1,30 1 Banten 101,01 5 0,32 4 Jawa Tengah 102,97 3 0,40 3 DI Yogyakarta 102,04 4-0,96 6 Jawa Timur 106,94 2 0,54 2 6. Inflasi Perdesaan Perubahan Indeks Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) mencerminkan angka inflasi/deflasi perdesaan. Pada Oktober 2017, daerah perdesaan di Jawa Tengah mengalami deflasi sebesar 0,09 persen yang disebabkan adanya penurunan indeks harga pada kelompok bahan makanan sebesar 0,40 persen. Sedangkan beberapa kelompok mengalami kenaikan indeks yaitu: kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau naik sebesar 0,15 persen, kelompok perumahan naik sebesar 0,27 persen, kelompok sandang naik sebesar 0,14 persen, kelompok kesehatan naik sebesar 0,07 persen, kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga naik sebesar 0,01 persen dan kelompok transportasi dan komunikasi naik sebesar 0,08 persen. Keterbandingan inflasi perdesaan di seluruh Indonesia pada Oktober 2017, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Provinsi Banten yaitu sebesar 0,96 persen dan terendah di Provinsi Gorontalo dengan deflasi sebesar 1,80 persen. Provinsi Jawa Tengah dengan deflasi perdesaan sebesar 0,09 persen menempati peringkat ke-15 secara nasional. 7

Provinsi Tabel 5 Persentase Perubahan Indeks Harga Konsumen Perdesaan Menurut Provinsi Oktober 2017 (2012=100) Bahan Makanan Makanan Jadi Perumah an Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi & Olahraga Transpor tasi Dan Komunik asi Inflasi Perdesa an (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) NAD 0,63 0,08 0,23 0,03 0,20-0,09 0,30 0,36 3 Sumatera Utara 0,22 0,13 0,19 0,12-0,04 0,03 0,16 0,17 5 Sumatera Barat 1,59 0,22 0,19 0,04 0,07 0,07 0,13 0,79 2 Riau 0,35 0,10 0,11 0,07 0,12-0,02-0,43 0,14 6 Jambi 0,06 0,17 0,02-0,06 0,22 0,03 0,53 0,13 7 Sumatera Selatan -1,00 0,25 0,25-0,25-0,08 0,14 0,13-0,39 24 Bengkulu -0,13 0,26 0,50 0,57 0,29 0,06 0,03 0,12 8 Lampung 0,19 0,15-0,01 0,12 0,33-0,03-0,07 0,12 9 Bangka Belitung 0,13 0,22-0,09 0,36 0,01 0,01 0,03 0,11 10 Kep. Riau -0,41 0,99 0,13 0,23 0,22 0,00-0,02 0,04 11 DKI Jakarta -0,21 0,07-0,03 0,65 0,39 0,00-0,09-0,02 14 Jawa Barat -0,36 0,31 0,19 0,32 0,31 0,14 0,06-0,01 13 Jawa Tengah -0,40 0,15 0,27 0,14 0,07 0,01 0,08-0,09 15 DI Yogyakarta -0,60 0,23 0,39 0,09-0,07 0,01 0,00-0,13 16 Jawa Timur -1,11 0,25 0,40 0,26 0,23 0,11 0,13-0,32 20 Banten 1,25 0,81 1,76 0,38 0,17-0,14 0,23 0,96 1 Bali -0,48 0,51 1,02-0,05 0,41 0,28 0,91 0,21 4 Nusa Tenggara Barat -1,28 0,00 0,00 0,13 0,20 0,01 0,19-0,55 26 Nusa Tenggara Timur -0,73 0,10 0,38 0,50 0,12 0,05 0,01-0,27 18 Kalimantan Barat -0,96-0,03 0,06 0,10 0,11 1,55 0,27-0,36 22 Kalimantan Tengah -1,69 0,18 0,47 0,22 0,17 0,11 0,49-0,60 29 Kalimantan Selatan -1,86 0,12 0,11 0,13 0,24 0,86 1,11-0,57 28 Kalimantan Timur -0,46 0,03 0,20 0,01 0,08 0,28 0,03-0,17 17 Sulawesi Utara -1,34 0,20 0,14 0,01 0,07 0,13 0,15-0,56 27 Sulawesi Tengah -2,23 0,01-0,17 0,04-0,01 0,01-0,03-1.01 31 Sulawesi Selatan -0,91 0,04-0,09 0,23 0,30 0,09 0,69-0,28 19 Sulawesi Tenggara -2,15 0,26 0,09 0,07 0,02 0,26 0,04-0,85 30 Gorontalo -3,79 0,34 0,17 0,07 0,08 0,05 0,07-1,80 33 Sulawesi Barat -3,65 0,23 0,00 0,23-0,08-0,04 0,13-1,60 32 Maluku -0,94 0,05 0,06 0,01-0,09 0,00 0,00-0,44 25 Maluku Utara -0,78-0,01 0,38-0,08 0,09 0,03-0,13-0,34 21 Papua Barat -0,17 0,20 0,15 0,05-0,04 0,00 0,06-0,01 12 Papua -0,90 0,22 0,17-0,37 0,37-0,01-0,07-0,38 23 Pering kat Inflasi 7. NTUP Menurut Subsektor Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga merupakan perbandingan antara Indeks Harga Yang Diterima Oleh Petani (It) dengan Indeks Harga Yang Dibayar Oleh Petani (Ib) dimana komponen Ib hanya meliputi Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM). Secara konseptual, NTUP 8

mengukur seberapa cepat Indeks Harga Yang Diterima Oleh Petani dibandingkan dengan Indeks Harga Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal. Pada Oktober 2017 terjadi kenaikan NTUP sebesar 0,18 persen. Hal ini terjadi karena It naik sebesar 0,43 persen, lebih besar dari kenaikan Indeks BPPBM sebesar 0,25 persen. Kenaikan NTUP disebabkan oleh naiknya NTUP di dua subsektor yaitu subsektor Tanaman Pangan dan subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat. Sedangkan NTUP subsektor Hortikultura, subsektor Peternakan dan subsektor Perikanan mengalami penurunan. Tabel 6 Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian per Subsektor dan Persentase Perubahannya September - Oktober 2017 (2012=100) Subsektor September 2017 Oktober 2017 % Perubahan (1) (2) (3) (4) 1. Tanaman Pangan 102,76 104,63 1,82 2. Hortikultura 110,04 107,97-1,89 3. Tanaman Perkebunan Rakyat 117,92 120,22 1,95 4. Peternakan 109,50 108,31-1,08 5. Perikanan 113,57 112,44-0,99 a. Tangkap 126,74 125,42-1,05 b. Budidaya 110,63 109,56-0,97 Jawa Tengah 108,79 108,99 0,18 Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat mengalami kenaikan NTUP tertinggi pada bulan Oktober 2017 yaitu sebesar 1,95 persen. Sementara itu, subsektor Hortikultura mengalami penurunan NTUP tertinggi yaitu sebesar 1,89 persen. 9

Isikan tag line (kata unik yang menari k) Harga Gabah Kering Giling di Tingkat Petani naik 4,29 persen dan Gabah Kering Panen naik 6,56 persen Survei Harga Produsen Gabah di Jawa Tengah, Oktober 2017 mencatat 105 observasi di 16 kabupaten terpilih. Observasi didominasi oleh kelompok Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 69,52 persen, diikuti Gabah Kering Giling (GKG) 16,19 persen dan kelompok gabah kualitas rendah 14,29 persen. Harga gabah tertinggi di tingkat petani mencapai Rp. 6 010,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKG varietas IR 64 terdapat di Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Harga gabah terendah di tingkat petani mencapai Rp. 4 200,00 per kg pada gabah kualitas rendah Varietas IR 64 terdapat di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang Di tingkat penggilingan, harga gabah tertinggi tercatat Rp. 6 100,00 per kg berasal dari gabah kualitas GKG yaitu Varietas IR 64 terdapat di Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Harga gabah terendah diperoleh pada kelompok gabah kualitas rendah yaitu Rp. 4 400,00 per kg dengan Varietas C4 terdapat di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. Rata-rata harga gabah Oktober 2017, GKG di tingkat petani naik 4,29 persen dari Rp. 5 540,00 per kg pada September menjadi Rp. 5 777,65 per kg. Kelompok GKP naik 6,56 persen harga dari Rp. 4 795,80 per kg menjadi Rp. 5 110,27 per kg 1. Banyaknya Observasi Survei Monitoring harga produsen gabah Oktober 2017 di Jawa Tengah berhasil mencatat 105 observasi transaksi penjualan gabah di 16 kabupaten terpilih. Berdasar komposisi jumlah observasi yang dilakukan selama Oktober 2017, transaksi terbanyak berasal dari kelompok Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 73 observasi (69,52 persen) diikuti kelompok Gabah Kering Giling 17 observasi (16,19 persen) dan kelompok gabah kualitas rendah 15 observasi (14,29 persen). Dari 105 observasi transaksi harga penjualan gabah yang berhasil dicatat selama Oktober 2017, terbanyak berasal dari Kabupaten Kendal 13 observasi (12,38 persen), Kabupaten Sragen 11 observasi (10,48 persen), Kabupaten Klaten dan Sukoharjo masing-masing 10 observasi (9,52 persen), Kabupaten Pati sebanyak 9 observasi (8,57 persen), Kabupaten Kebumen dan Blora masing-masing sebanyak 8 observasi (7,62 persen) dan selebihnya 34,29 persen tersebar di 9 kabupaten yang lainnya. 10

Tabel 1 Jumlah Observasi dan Harga Gabah Terendah dan Tertinggi di TingkatPetani dan Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas, Oktober 2017 Keterangan: GKG : KA 14,00% dan KH 3,00% GKP : KA (14,01% - 25,00%) dan KH (3,01% - 10,00%) Di Luar Kualitas : KA > 25,00% atau KH > 10% HPP berdasarkan Inpres No.5 Tahun 2015 tgl. 17 Maret 2015, diberlakukan mulai 17 Maret 2015 2. Harga Gabah Tertinggi dan Terendah Harga gabah tertinggi di tingkat petani pada Oktober 2017 tercatat Rp. 6 010,00 per kg ditemukan di Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Sedangkan harga terendah ditemukan seharga Rp. 4 200,00 per kg terdapat di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang dari kelompok gabah kualitas rendah varietas IR 64. Di tingkat penggilingan, harga tertinggi mencapai Rp. 6 100,00 per Kg ditemukan pada kelompok GKG dengan varietas IR 64 berasal dari Kecamatan Petarukan, Kabupaten Pemalang. Sementara harga terendah Rp. 4 400,00 ditemukan pada kelompok gabah kualitas rendah varietas C4 di Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang. 3. Rata-rata Komponen Mutu Rata-rata komponen mutu hasil observasi transaksi jual beli yang meliputi Kadar Air (KA) dan Kadar Hampa (KH) selama Oktober 2017 mengalami sedikit peningkatan. Rata-rata KA kelompok GKG tercatat 11,55 persen pada September menjadi 12,,98 persen pada Oktober. Kelompok GKP naik dari 17,17 persen menjadi 17,97 persen dan kelompok gabah kualitas rendah juga mengalami kenaikan dari 24,75 persen menjadi 25,95 persen. 11

Tabel 2 Rata-rata Komponen Mutu Menurut Kelompok Kualitas September Oktober 2017 Kelompok Kualitas Rata-rata Kadar Air (%) Rata-rata Kadar Hampa (%) September Oktober September Oktober (1) (2) (3) (4) (5) GKG 11,55 12,98 2,36 2,59 GKP 17,17 17,97 5,57 6,05 Kualitas Rendah 24,75 25,95 6,71 4,91 Rata-rata KH Oktober 2017 juga menunjukkan kenaikan. KH kelompok GKG naik dari 2,36 persen menjadi 2,59 persen, kelompok GKP naik dari 5,57 persen menjadi 6,05 persen. Sedangkan kelompok gabah kualitas rendah mengalami penurunan dari 6,71 persen menjadi 4,91 persen. 4. Rata-rata Harga Gabah Menurut Kelompok Kualitas Rata-rata harga gabah di tingkat petani dan di tingkat penggilingan, Oktober 2017 kembali mengalami kenaikan. Rata-rata harga gabah kelompok GKG di tingkat petani naik 4,29 persen dari Rp. 5 540,00 per kg menjadi Rp. 5 777,65 per kg, dan di tingkat penggilingan naik 4,28 persen dari Rp. 5 606,33 per kg menjadi Rp. 5 846,47 per kg. Kelompok GKP di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga gabah 6,56 persen dari Rp 4 795,00 menjadi Rp 5 110,27, demikian pula di tingkat penggilingan naik 6,43 persen. Dibandingkan setahun yang lalu, kelompok GKG di tingkat petani juga mengalami kenaikan rata-rata harga gabah 20,65 persen dari Rp. 4 788,82 per kg dan di tingkat penggilingan naik 20,39 persen dari Rp 4 856,47 per kg. Sedang kelompok GKP di tingkat petani naik 18,21 persen dari Rp. 4 322,94 per kg dan di tingkat penggilingan naik 18,06 persen dar Rp. 4 371,54. Tabel 3 Rata-rata Harga Gabah di Tingkat Petani dan Penggilingan Menurut Kelompok Kualitas, September Oktober 2017 12

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI JAWA TENGAH Bidang Statistik Distribusi Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang- Undang, hak cipta melekat pada Badan Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan, mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik. 13