BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengganti nasi. Mi termasuk produk pangan populer karena siap saji dan

BAB I PENDAHULUAN. 1960, namun sampai sekarang ketergantungan terhadap beras dan terigu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia adalah perkembangan pola

memenuhi kebutuhan warga negaranya. Kemampuan produksi pangan dalam negeri dari tahun ke tahun semakin terbatas. Agar kecukupan pangan nasional bisa

beras atau sebagai diversifikasi bahan pangan, bahan baku industri dan lain sebagainya.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hortikultura, subsektor kehutanan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

PENDAHULUAN. (Rencana Aksi Pemantapan Ketahanan Pangan ).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Konsumsi beras di Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya

PEMBUATAN ROMO (ROTI MOCAF) YANG DIPERKAYA DENGAN TEPUNG KACANG HIJAU (Vigna radiata L.) SEBAGAI SUMBER PROTEIN SKRIPSI OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan, sebab pangan merupakan kebutuhan dasar manusia. Meningkatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat Tahun Sumber : Susenas ; BPS diolah BKP Kementan

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENINGKATAN NILAI TAMBAH JAGUNG SEBAGAI PANGAN LOKAL Oleh : Endah Puspitojati

KETERANGAN TW I

Tabel 1. Data produksi dan konsumsi beras tahun (dalam ton Tahun Kebutuhan Produksi Tersedia Defisit (impor)

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERENCANAAN STRATEGI PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI KRIPIK SINGKONG PRESTO DI CASSAVA GEDONGAN, KELURAHAN LEDOK, SALATIGA

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan dasar manusia. Ketahanan pangan adalah ketersediaan

PRODUKSI PADI, JAGUNG, KEDELAI DAN UBI KAYU 2015

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. atau berwirausaha. Kepuasan konsumen merupakan salah satu fokus utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pertumbuhan pasar dalam negeri bagi sektor-sektor nonpertanian

BAB I PENDAHULUAN. ditingkat mutu maupun harga. Meningkatnya daya beli masyarakat menuntut

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1 PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha, ** (Miliar Rupiah)

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Produksi dan Konsumsi Kedelai di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp:// [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

LAPORAN AKHIR ANALISIS PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BERBASIS PANGAN LOKAL DALAM MENINGKATKAN KEANEKARAGAMAN PANGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI PEDESAAN

I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. umbi umbian yang cukup penting di Indonesia baik sebagai sumber pangan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

I. PENDAHULUAN. melalui nilai tambah, lapangan kerja dan devisa, tetapi juga mampu

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. ANALISIS SITUASI

KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan Produk Domestik Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha pada Tahun * (Miliar Rupiah)

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN FEBRUARI 2007 SEBESAR 131,62 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan zaman, banyak perusahaan baik berskala domestik

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

Bab 1 PENDAHULUAN. bahan mentah seperti beras, jagung, umbi-umbian, tepung-tepungan, sayursayuran,

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

BAB I PENDAHULUAN. Mie merupakan jenis makanan hasil olahan tepung yang sudah. dikenal oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Mie juga merupakan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STABILISASI HARGA PANGAN

NILAI TUKAR PETANI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA BULAN APRIL 2008 SEBESAR 135,16

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. (1995) roti adalah produk yang diperoleh dari adonan tepung terigu yang. makanan lain dan bahan tambahan makanan yang diizinkan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRODUKSI PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI 2015

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENGEMBANGAN USAHATANI TANAMAN PANGAN BERBASIS AGRIBISNIS DI KECAMATAN TOROH, KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI DAN IMPOR KEDELAI DI INDONESIA. Oleh : RIKA PURNAMASARI A

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian merupakan salah satu pilihan strategis untuk

IbM Kelompok Tani Buah Naga

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian dipandang dari dua pilar utama dan tidak bisa

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

PENDAHULUAN. kemiskinan. Padahal potensi umbi-umbian cukup tinggi untuk digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1 Bungaran Saragih Agribisnis Paradigma Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian

ANGKA TETAP TAHUN 2015 PADI DAN PALAWIJA SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. UNIT USAHA Satuan Tahun 2009 Tahun 2010 A. Usaha Mikro, Kecil dan (Unit)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan akan vitamin dan mineral yang diperoleh dari buah-buahan

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I. PENDAHULUAN. serealia, umbi-umbian, dan buah-buahan (Kementan RI, 2012). keunggulan yang sangat penting sebagai salah satu pilar pembangunan dalam

BAB I PENDAHULUAN. lahan. Kemampuan lahan yang dikelola akan memberikan. produksi yang berbeda-beda tingkat produktivitasnya.

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketela pohon (Manihot utilissima) adalah salah satu komoditas pangan yang termasuk tanaman penting di Indonesia selain tanaman padi, jagung, kedelai, dan kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh di berbagai lingkungan agroklimat tropis, walaupun tingkat produksinya akan bervariasi menurut tingkat kesuburan dan ketersediaan air tanah. Ketela pohon memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan tanaman lain, yaitu dapat tumbuh di lahan kering dan kurang subur, memiliki daya tahan terhadap penyakit yang relatif tinggi, memiliki masa panen yang tidak terlalu diburu waktu sehingga bisa dijadikan lumbung hidup, selain itu daun dan umbinya juga dapat diolah menjadi makanan. Berdasarkan keunggulan tersebut, ketela pohon merupakan tanaman pangan yang dapat diandalkan untuk menjadi cadangan pangan dan dapat diandalkan pula untuk meningkatkan pendapatan petani. Namun, dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa konsumsi ketela pohon di Indonesia pada kurun waktu 2011 2015 masih tergolong rendah dibandingkan dengan komoditas lain seperti beras dan kedelai dan mengalami kecenderungan menurun dari tahun ke tahun. Rendahnya konsumsi ketela pohon di Indonesia sangat dimungkinkan oleh beberapa hal, seperti belum bergesernya konsumsi pokok sebagian besar

masyarakat dari beras ke pangan non beras yang juga mengandung karbohidrat, meningkatnya daya beli beras oleh masyarakat sehingga daya beli ketela pohon turun, dan juga masih kurangnya upaya untuk mengolah ketela pohon menjadi olahan makanan yang lebih menarik minat masyarakat. Tabel 1.1. Rata-rata Konsumsi Per Kapita Bahan Makanan Penting di Indonesia tahun 2011 2015 Komoditas Tahun (kg/kap/th) 2011 2012 2013 2014 2015 Beras 102,866 97,646 97,404 97,204 98,050 Kedelai 7,556 7,119 7,146 7,121 5,950 Ketela pohon 5,840 3,650 3,546 3,456 3,598 Jagung 1,401 1,363 1,439 1,439 1,969 Kacang Tanah 0,417 0,418 0,418 0,414 0,261 Sumber: Statistik Konsumsi Pangan, 2015 Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan kesejahteraan masyarakat, maka kebutuhan terhadap jenis dan kualitas produk makanan juga semakin meningkat dan beragam. Oleh karena itu, salah satu target Kementrian Pertanian tahun 2010 2014 adalah peningkatan diversifikasi pangan, terutama untuk mengurani konsumsi beras dan terigu. Selain itu juga diupayakan tercapainya pola konsumsi pangan beragam, bergizi, seimbang, dan aman. Dengan adanya target peningkatan diversifikasi pangan tersebut, upaya peningkatan konsumsi bahan makanan selain beras dan terigu ditingkat rumah tangga maupun industri dapat lebih signifikan. Ketela pohon ini dapat dijadikan suatu alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan diversifikasi pangan yang telah digalakan oleh pemerintah seperti yang telah

dijelaskan sebelumnya. Adanya diversifikasi pangan ini merupakan salah satu cara untuk mewujudkan ketahanan pangan serta merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pamor makanan yang berasal dari bahan pangan lokal. Selain itu, pengembangan ketela pohon mempunyai prospek yang baik jika dikaitkan dengan pengembangan bisnisnya, hal tersebut dikarenakan ketela pohon dapat dimanfaatkan dan dapat diolah menjadi berbagai olahan pangan. Dengan demikian apabila komoditas ketela pohon dapat dikembangkan dengan baik, maka sangat dimungkinkan dapat membuka lapangan pekerjaan sehingga dapat berdampak positif untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan mulai dari petani, daerah, maupun nasional. Sebagai salah satu provinsi penghasil ketela pohon terbesar di Indonesia, Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki potensi yang besar untuk meningkatkan konsumsi ketela pohon ditingkat rumah tangga maupun industri. Tabel 1.2. Produksi Ketela Pohon di Daerah Istimewa Yogyarakta per Kabupaten Tahun 2010 2014 (dalam ton) Kabupaten Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 Yogyakarta - - - - - Bantul 42.998 44.032 35.236 34.865 29.327 Sleman 20.868 14.741 11.670 11.482 12.496 Kulon Progo 56.528 46.269 47.445 45.793 52.369 Gunungkidul 994.271 726.554 772.006 921.425 844.773 Sumber: www.distan.jogjaprov.go.id, 2016 Namun angka produksi ketela pohon yang tinggi tidak sebanding dengan pendapatan yang akan diterima oleh para petani, hal ini disebabkan karena harga jual ketela pohon

yang rendah, tidak ada kepastian harga pasar, dan posisi tawar petani yang lemah. Dipasaran saat ini, ketela pohon segar dihargai Rp 1.000,00 hingga Rp 1.200,00 per kilogram. Melihat keadaan seperti ini, nilai ekonomis ketela pohon perlu ditingkatkan sebagai suatu upaya untuk memberi nilai tambah (added value) pada ketela pohon tersebut. Usaha yang mengolah bahan baku menjadi suatu produk yang mempunyai nilai tambah biasanya dapat berupa usaha kecil yang skala produksinya rumahan hingga usaha dengan skala produksi yang besar. Usaha Kecil Menengah atau UKM merupakan salah satu jenis usaha yang mengolah bahan baku menjadi suatu produk dan merupakan jenis usaha yang paling banyak jumlahnya di Indonesia. UKM dapat didefinisikan sebagai sebuah perusahaan baik berbadan hukum maupun tidak yang memiliki tenaga kerja 1 100 orang bahkan lebih, milik WNI (Warga Negara Indonesia), dengan total penjualan maksimal satu miliar per tahun. Kriteria UKM menurut Undang-undang No. 1 tahun 1995, yaitu: a. Kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan paling banyak Rp 1.000.000.000,00. c. Milik Warga Negara Indonesia (WNI). d. Berdiri sendiri, bukan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki atau dikuasai perusahaan besar.

e. Bentuk usaha orang per orang, badan usaha berbadan hukum maupun tidak berbadan hukum, termasuk koperasi. f. Usaha sektor industri memiliki total aset maksimal Rp 5.000.000.000,00. g. Untuk sektor yang bukan industri memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 6.000.000.000,00 (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau memiliki hasil penjualan tahunan Rp 3.000.000.000,00 pada usaha yang dibiayai. Peran UKM bagi perekonomian nasional sangat besar, yaitu sebagai penyedia barang dan jasa, penyerap tenaga kerja, pemerataan pendapatan, memberikan nilai tambah bagi produk daerah, serta peningkatan taraf hidup. Pada umumnya, UKM memiliki keunggulan dalam memanfaatkan sumber daya alam (SDA) lokal dan padat karya, seperti pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan, perdagangan, dan restoran. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan merupakan kelompok usaha yang memiliki kontribusi cukup besar terhadap struktur PDB dan sektor tersebut didominasi oleh kelompok usaha kecil. Salah satu UKM yang terdapat di Kabupaten Gunungkidul yang bergerak dalam industri pengolahan bahan makanan dari ketela pohon menjadi produk makanan yang bernilai lebih tinggi yaitu UKM Putri 21 yang berlokasi di Desa Ngawu, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. UKM Putri 21 merupakan salah satu UKM yang mengembangkan dan memanfaatkan ketela pohon sebagai bahan baku lokal yang kemudian dengan berbagai inovasi dan kreatifitasnya ketela pohon tersebut diubah menjadi produk yang bernilai lebih tinggi. Produk olahan ketela pohon yang

dihasilkan oleh UKM Putri 21 antara lain tepung mocaf, gathot instan, tiwul instan, dan berbagai olahan makanan yang berbahan dasar maupun bersubstitusi tepung mocaf, misalnya mie kering, aneka kue kering, aneka tepung, aneka keripik, egg roll, dan beras analog. Adanya UKM Putri 21 dapat membantu masyarakat di sekitarnya dalam mengurangi tingkat pengangguran karena tenaga kerja yang bekerja di UKM Putri 21 berasal dari warga sekitar UKM tersebut yang sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Selain itu, UKM Putri 21 masih mempunyai banyak peluang untuk berkembang dalam setiap aspek usahanya. Dengan demikian diharapkan proses bisnis di UKM Putri 21 dapat terus berlanjut dan berkembang sehingga dapat menopang kegiatan perekonomian bagi masyarakat sekitar UKM Putri 21 yang terlibat langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan bisnis yang dilakukan oleh UKM tersebut. Pada tahun 2015, UKM Putri 21 mampu mendapatkan keuntungan sebesar Rp 26.174.500,00 hanya dari penjualan mie kering. Tren penjualan mie kering tersebut cenderung terus meningkat walaupun pada penjualan pada bulan April sempat mengalami penurunan yang cukup besar (gambar 1.1). UKM Putri 21 menjual produkproduknya secara langsung ke konsumen dan juga di salurkan melalui distributor. Sampai saat ini, sebagian besar kegiatan pemasaran produk UKM Putri 21 masih bergantung pada bantuan dari BKPP DIY yang berlaku sebagai distributor. Dengan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini, UKM Putri 21 belum bisa memanfaatkan teknologi komunikasi dan informasi untuk sarana promosi, pemasaran,

bahkan penjualan produk-produknya secara mandiri. Promosi yang dilakukan masih sebatas word of mouth, mengikuti pameran-pameran yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintahan, atau memanfaatkan media cetak berupa artikel-artikel di koran dan media elektronik di saluran televisi lokal berupa acara talk show. Produk-produk yang dihasilkan oleh UKM Putri 21, terutama produk yang sudah memiliki merk dagang, seperti mie kering, egg roll, dan beras analog, sudah mulai dikenal oleh masyarakat. Dengan bantuan pemasaran dari BKPP DIY, produk mie kering dari UKM Putri 21 sudah tersedia di beberapa supermarket yang ada di Jakarta dan telah dipasarkan ke beberapa kota di Pulau Jawa, baik melalui pemasaran langsung keagenan dan melalui toko oleh-oleh. 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agsts Sep Okt Nov Des Penjualan (unit) 4280 4650 4725 3995 4136 5515 6500 5730 6068 6630 6557 6990 Gambar 1.1. Grafik Penjualan Mie Kering Bersubstitusi Mocaf Tahun 2015

Pemilik UKM Putri 21 mengatakan bahwa saat ini, pemasaran produk ini lebih banyak ke luar Gunungkidul dibandingkan di pasar lokal dan sebagian besar konsumennya adalah dari kalangan menengah ke atas. Hal ini disebabkan harga produk mie kering yang diproduksi oleh UKM Putri 21 harganya sedikit lebih mahal dari mie kering yang sudah ada di pasaran. Dapat juga disebabkan konsumen lebih memperhatikan bahan baku dan kandungan gizi dari produk tersebut, sehingga potensi pasar di luar Gunungkidul lebih tinggi dibandingkan di Gunungkidul sendiri. Selain itu, dengan begitu banyaknya produk substitusi yang ada di pasaran, sebagian besar konsumen masih mudah beralih pada produk substitusi yang mempunyai fungsi yang sama dengan harga lebih murah, sudah lebih dulu dikenal, dan lebih mudah ditemui dipasaran. Dalam pengelolaan usahanya, ada beberapa hal yang belum dilakukan oleh UKM Putri 21 dengan maksimal, yaitu proses manajemen dan administrasi yang terkait dengan keuangan. Alasan pentingnya proses manajemen dibutuhkan bagi sebuah usaha adalah untuk mengatur sistem tata kerja supaya dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Sedangkan administrasi khususnya yang terkait dengan keuangan dapat digunakan untuk menentukan kinerja perusahaan. Dengan melakukan pencatatan yang teratur, perkembangan usaha dapat dilihat setiap saat dan dapat dibandingkan dengan bulan atau tahun sebelumnya. Dengan demikian dapat diketahui usaha tersebut mengalami kenaikan atau penurunan, sehingga dapat diputuskan layak atau tidaknya usaha tersebut untuk mendapatkan bantuan modal dari pihak lain.

Hal-hal yang telah disebutkan diatas merupakan beberapa kondisi di lingkungan internal dan lingkungan eksternal yang ada di UKM Putri 21 dan kondisi tersebut dapat mempengaruhi kegiatan bisnis UKM Putri 21, apalagi faktor yang berasal dari lingkungan eksternal merupakan suatu keadaan yang sulit untuk dikendalikan dan UKM Putri 21 diharuskan untuk mengatasi hal tersebut. Peluang sekecil apapun akan menjadi sangat penting bagi UKM Putri 21 untuk bertahan dan untuk terus bersaing ditengah-tengah persaingan pasar yang semakin ketat dengan adanya persaingan dengan usaha-usaha sejenis, masuknya pesaing baru, dan banyaknya produk substitusi yang ada. Melihat hal tersebut, pemilik UKM Putri 21 merasa membutuhkan suatu strategi pengembangan di berbagai aspek dalam usahanya. Pengembangan usaha ini juga merupakan suatu upaya dari UKM Putri 21 untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar yang cenderung meningkat dari waktu ke waktu. UKM Putri 21 memerlukan perencanaan pengembangan usahanya untuk menonjolkan kekuatan yang dimilikinya secara konsisten dan berusaha untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk dapat mengatasi ancaman yang membahayakan usahanya. Oleh karena itu, UKM Putri 21 memerlukan strategi yang tepat untuk mengembangkan usahanya, yaitu suatu strategi yang dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki untuk meminimalkan bahkan menghilangkan kelemahan dan mengatasi ancaman yang sedang dihadapi.

1.2. Rumusan Masalah UKM Putri 21 membutuhkan suatu strategi pengembangan usaha yang tepat supaya dapat terus bertahan ditengah persaingan usaha yang semakin ketat dan supaya dapat memenuhi kebutuhan konsumennya. Namun, untuk merumuskan strategi tersebut, UKM Putri 21 masih mengalami kendala karena UKM Putri 21 belum mengetahui tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk merumuskan strategi tersebut. Permusan strategi pengembangan UKM Putri 21 dilakukan sesuai dengan kerangka kerja perumusan strategi yang telah dikemukakan oleh David (2011), yang mana dalam pelaksanaannya diintegrasikan ke dalam tiga tahapan dan pada tahap pengambilan keputusan digunakan metode QSPM. Strategi yang dihasilkan dengan metode ini akan sesuai dengan kondisi lingkungan internal dan eksternal yang ada di UKM Putri 21 (bersifat objektif) karena setiap tahapannya saling berkaitan dan terintegrasi sehingga kemungkinan besar strategi yang dihasilkan dapat diimplementasikan. Selain itu, metode ini tergolong metode perumusan strategi yang cukup mudah dilakukan, sehingga pemilik UKM Putri 21 dapat melakukan perumusan strategi pengembangan usahanya secara mandiri dan berkala. 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Penelitian yang dilakukan berfokus pada proses bisnis UKM Putri 21.

2. Basis produk yang diproduksi oleh UKM Putri 21 adalah mie kering bersubstitusi mocaf. 3. Pengambilan data dilakukan pada periode September 2016 Februari 2017. 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Menentukan faktor utama internal dan faktor utama eksternal yang mempengaruhi kegiatan bisnis UKM Putri 21. 2. Menganalisis posisi bisnis UKM Putri 21 saat ini. 3. Merumuskan alternatif-alternatif strategi pengembangan UKM Putri 21 dan memilih prioritas strategi yang sebaiknya diterapkan oleh UKM Putri 21. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini memberikan informasi bagi pihak terkait yaitu, UKM Putri 21, mengenai keadaan internal dan eksternal yang mempengaruhi kegiatan bisnis UKM Putri 21 sehingga dapat memanfaatkan kekuatan dan peluang yang dimiliki untuk meminimalkan bahkan menghilangkan kelemahan dan mengatasi ancaman yang sedang dihadapi. Lebih lanjut, penelitian ini juga dapat memberikan suatu alternatif strategi yang sesuai dengan keadaan internal dan eksternal UKM Putri 21 supaya UKM Putri 21 dapat mengembangkan bisnisnya untuk tetap bertahan dan terus bersaing dengan usaha-usaha pengolahan pangan lainnya.