BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
Lampiran 1 Kuesioner. 4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 5. Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda/Duda

Universitas Sumatera Utara


IDENTITAS RESPONDEN Mohon kesediaan teman-teman untuk mengisi daftar pertanyaan serta memberikan tanda silang (X) pada tempat yang tersedia

PERANAN AGEN PENJUALAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN PADA PT YAKULT INDONESIA PERSADA

Lampiran 1. Kuesioner. 4. Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan. 5. Status Perkawinan : 1. Kawin 2. Belum Kawin 3. Janda/Duda

B. Persepsi Tentang Mutu Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Mutiara Kabupaten Asahan.

HUBUNGAN KELELAHAN KERJA DENGAN PRODUKTIVITAS KERJA PADA PEMETIK TEH DI PT PERKEBUNAN NUSANTARA IV BAH BUTONG KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2014

PEDOMAN PENGAMATAN PERAWAT HUBUNGAN PELAKSANAAN EDUKASI PERAWAT TERHADAP TINGKAT NYERI PASIEN PASCA TINDAKAN NASOLARINGOSCOPY

PERILAKU MAHASISWA GUNADARMA KAMPUS DEPOK KREDIT DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN KARTU KREDIT. Hertyn Frianka/ /3EA12

KUISIONER PENELITIAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. (TU) FKIP. Pada Tanggal 27 Maret 2014, penulis membuat surat ijin penelitian di

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

KUESIONER PENELITIAN

Lampiran 6 TABULASI DATA UMUM Lansia di RT 02 RW 02 Dusun Gadel Desa Sidorejo Kec. Sukorejo Kab. Ponorogo

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Lampiran 2

Lampiran 1 hasil uji Chi Square

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

LEMBAR KUESIONER HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN SINDROM DISPEPSIA PADA MAHASISWA FKM USU TAHUN 2015

Universitas Sumatera Utara


Kepada : Yth. Karyawan Perusahaan Roti Tiga Berlian di Semanggi Surakarta. : Pengisian Kuesioner

LEMBARAN PERSETUJUAN RESPONDEN

LAMPIRAN A SKALA IKLIM ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA SETELAH UJI COBA

LEMBAR PENJELASAN. Saya selaku mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Utara dengan: Nama : Ardytia Lesmana Stambuk : 2008

Universitas Sumatera Utara

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN I. No. Responden : Tanggal Wawancara : I. KARAKTERISTIK RESPONDEN. 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis kelamin : 4. Lama bekerja : Jam/hari

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1. KUESIONER PENILAIAN STRES KERJA PADA PERAWAT ICU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) RANTAUPRAPAT

LAMPIRAN Case Processing Summary Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA PERAWAT DI RS MEDISTRA, JAKARTA

LAMPIRAN 1 KUESIONER PENELITIAN PENGARUH KOMUNIKASI PERSUASIF BIDAN TERHADAP PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN SUSU FORMULA PADA BAYI USIA0-6

Lampiran 1 Instrumen Penelitian

ANALISIS PENGARUH SIKAP KERJA MANUAL HANDLING

(Berilah tanda (X) pada salah satu jawaban yang anda rasa benar) 1. Apa yang ibu ketahui tentang kantong plastik?

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PELAKSANAAN PROGRAM K3 DENGAN TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA PT. CHEVRON PACIFIC INDONESIA DURI TAHUN 20011

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

Lampiran 1 Kuesioner

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam bab ini penulis akan membahas hasil yang didapat dari pengolahan

KUESIONER PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

Lampiran 1. Daftar pertanyaan

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITI


FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

INSTRUMEN PENELITIAN

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KELUARGA DENGAN PROSES PENYEMBUHAN PADA PENDERITA KUSTA DI KABUPATEN BENGKALIS RIAU TAHUN 2010

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Kuisioner Penelitian HUBUNGAN HIPERTENSI DENGAN TINGKAT KEPARAHAN OSTEOARTHRITIS

Studi Identifikasi Faktor Penentu Keputusan Nasabah Dalam Memilih Jasa Perbankan di Kota Tarutung

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PROMOSI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DENGAN PERILAKU AMAN (SAFE BEHAVIOR) PADA KARYAWAN

(Nurul Azmi) Nim

.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Kuisioner/Alat Ukur Penelitian PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN UJI VALIDITAS

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

KUESIONER TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN PESERTA

LAMPIRAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA LEMBAR OBSERVASI

KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA BADAN PERTANAHAN NASIONAL KOTA MEDAN

CURRICULUM VITAE. : Jln.Sembilang No.16 pjk.baru Belawan. Nomor Telepon : , : H.Dianto.Ms dan Hj.

Lampiran 1. I. Data Responden

KUESIONER TENTANG PROFIL KINERJA PRAKTIK FARMASI KOMUNITAS/APOTEK DI KABUPATEN DELI SERDANG

LEMBARAN PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Chindy Tania Tempat / Tanggal Lahir : Jakarta, 8 Juli 1994 : Kristen Protestan

LAMPIRAN A SKALA SELF EFFICACY DAN ADVERSITY QUOTIENT SETELAH UJI COBA

KUESIONER PENDATAAN FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA PERDARAHAN POST PARTUM PADA IBU BERSALIN DI RSUD DELI SERDANG LUBUK PAKAM

Kuisioner Penelitian

Lampiran 1. Uji Validitas Jiwa Kewirausahaan dan Motivasi Berwirausaha

DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN (KUESIONER)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI POLA PEMILIHAN MAKANAN SIAP SAJI (FAST FOOD) PADA PELAJAR DI SMA SWASTA CAHAYA MEDAN TAHUN 2012

Lampiran. 1. Kuisioner

KUESIONER PENELITIAN. 2. Penyakit penyebab HD: DM Diabetes Mellitus Hipertensi Lainnya (sebutkan)...

Lampiran 1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden

SURAT PERNYATAAN MENJADI RESPONDEN

2. Menurut Ibu, apa saja yang termasuk imunisasi dasar (jawaban boleh lebih dari satu)?

KUESIONER POLA ASUH ORANGTUA

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN. Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pernyataan di bawah ini: Nama : Umur :

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA 2016

MATERI PERTEMUAN KE 3 SABTU, 5 APRIL 2014 EXPLORER. Buka kembali contoh soal pada pertemuan kedua minggu kemarin sbb:

p. ISSN: e. ISSN: Jurnal Elektronik Sistem Informasi Dan Komputer VOL 1 No.2 Juli-Desember 2015

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

KUESIONER HUBUNGAN BERMAIN GAME ONLINE TERHADAP TINGKAT KELELAHAN FISIK PADA MAHASISWA FAKULTAS KESEHATAN

UJI CHI SQUARE. (Uji data kategorik)

No. Tanggal :../.../.. DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Umur Diagnosis Jenis kelamin Jumlah Kolesterol

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PEKERJA TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD)

Lampiran 2

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. perdagangan internasional termasuk jasa pelayanan kesehatan. Badan Layanan Umum Daerah RSUD.

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu secara rasional, empiris dan sistematis. Adapun metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ialah suatu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Metode survei pada umumnya menggunakan instrumen kuisioner (quesionnaire) yang diisi oleh para responden dari objek penelitian yang ditetapkan dengan metode tertentu (Sinulingga, 2011). 3.2 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara. 3.3 Batasan Operasional Penelitian ini dibatasi oleh beberapa aspek sehingga tidak terjadi kesalahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan yang ada. Aspek-aspek yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Pola pembiayaan 2. Manajerial

Kedua aspek diatas yang hanya akan dibahas dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan kedua aspek ini merupakan hal yang paling penting dalam pengembangan UMKM. 3.4 Definisi Operasional Definisi operasional bertujuan untuk menghindari kesalahan pemahaman dalam menafsirkan istilah yang berkaitan dengan penelitian. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang menjadi objek penelitian dapat didefiniskan sebagai berikut: 1. Pola pembiayaan adalah pola pembiayaan yang dilakukan oleh UMKM dalam upaya untuk mendanai usaha mereka baik dari modal usaha sendiri, kredit bank ataupun pinjaman dari non bank. Dalam penelitian ini, skim pembiayaan yang akan dibahas yaitu: a. Modal usaha merupakan sumber pembiayaan yang digunakan pengusaha dalam menjalankan usahanya. Modal usaha yang dimaksud dalam penelitian ini apakah berasal dari dana sendiri, pinjaman keluarga, pinjaman teman, kredit bank, pinjaman mitra usaha ataupun koperasi. b. Asset merupakan keseluruhan material yang dimiliki usaha tersebut dan dinilai dalam bentuk dana. c. Omset merupakan jumlah uang hasil penjualan yang didapat pengusaha. Dalam hal ini, omset yang didapat dihitung per hari. d. Laba merupakan jumlah uang hasil penjualan yang didapat pengusaha kemudian dikurangi dengan biaya produksi yang dikeluarkan untuk

menghasilkan barang. Dalam hal ini, laba yang didapat dihitung per hari. 2. Aspek manajerial yang dibahas pada penelitian ini berupa: a. Pola pemasaran merupakan sistem yang digunakan pengusaha untuk mempromosikan dan mendistribusikan produknya baik secara langsung kepada konsumen, melalui agen, menggunakan salesman, melalui pameran ataupun internet. 3.5 Skala Pengukuran Variabel Skala pengukuran yang digunakan adalah skala kategori (category scale). Skala ini digunakan untuk mendapatkan jawaban tunggal dari multiple item atas jawaban yang tersedia bagi responden untuk dipilih sesuai dengan keadaannya (Sinulingga, 2011). Pada penelitian ini, setiap responden diharuskan memilih salah satu dari beberapa kategori jawaban yang ada sesuai keadaan yang terjadi sehingga nantinya jawaban-jawaban dari para responden akan disimpulkan untuk memperoleh hasil keseluruhan dari penelitian ini. 3.6 Populasi dan Sampel Penelitian Populasi yang dipilih dalam penelitian ini merupakan seluruh pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang termasuk kategori sektor industri rumah tangga di Kota Medan. Penentuan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan menetapkan secara sengaja lokasi penelitian dan responden yang diteliti. Sesuai dengan judul penelitian, fokus penelitian adalah kelompok pelaku usaha sektor industri rumah tangga di Kota Medan. Responden yang dijadikan sampel berjumlah 50 orang responden.

3.7 Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer merupakan data yang didapat atau dikumpulkan oleh peneliti dengan cara langsung dari sumbernya. Untuk memperoleh data primer, peneliti wajib mengumpulkannya secara langsung. Cara yang bisa digunakan peneliti untuk mencari data primer yaitu observasi, diskusi terfokus, wawancara serta penyebaran kuesioner. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), buku literatur, internet, jurnal, serta bacaan lain yang berhubungan dengan penelitian yang digunakan sebagai data penunjang. 3.8 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang dilakukan yaitu : 1. Kuisioner Kuisioner adalah salah satu teknik pengumpulan data dengan cara menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden. Dalam hal ini yang menjadi repondennya adalah pengusaha di sektor industri rumah tangga di Kota Medan. 2. Studi Kepustakaan Teknik studi kepustakaan merupakan cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data dan informasi melalui berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian ini. Data dan informasi dapat diperoleh melalui buku-buku, internet, jurnal, tesis dan sebagainya.

3.9 Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakananalisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengungkap fakta, keadaan, fenomena, variabel dan keadaan yang sedang terjadi saat penelitian berjalan. Setelah data-data yang diperoleh dari para responden dimasukkan ke dalam computer dalam bentuk coding, maka data tersebut dioleh dengan menggunakan SPSS 20. Hasil output SPSS tersebut, kemudian dianalisis dengan menggunakan perangkat analisis statistika seperti yang diuraikan dibawah ini. Tabel 3.1 Teknik Analisis Data yang Digunakan Tujuan 1. Mengetahui jumlah modal yang dibutuhkan pengusaha pada sektor industri rumah tangga di Kota Medan 2. Mengetahui pola pengelolaan usaha dari segi aspek manajerial UMKM pada sektor industri rumah tangga di Kota Medan Alat Analisis Analisis Crosstab Analisis Deskriptif 1. Analisis Crosstab Analisis crosstab (cross tabulation) menggunakan uji statistik untuk mengidentifikasikan dan mengetahui korelasi antar dua variabel. Dimana apabila terdapat hubungan antar keduanya, maka terdapat tingkat ketergantungan yang saling mempengaruhi yaitu perubahan variabel yang satu ikut mempengaruhi perubahan pada variabel lain. Hipotesis awal yang

digunakan pada tahap perhitungan crosstab adalah adanya keterkaitan antara variabel baris dan kolom. Dalam penelitian ini, analisis crosstab yang juga disebut tabulasi silang dilakukan untuk mengetahui modal yang dibutuhkan pengusaha pada sektor industri rumah tangga di Kota Medan. Analisis crosstab akan dilakukan dengan bantuan software SPSS 20untuk memudahkan dalam menganalisa data yang didapatkan dari lapangan 2. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif digunakan untuk menjawab permasalahan yang kedua yaitu untuk mengetahui pola pengelolaan usaha dari segi aspek manajerial UMKM pada sektor industri rumah tangga. Analisis ini akan dilakukan dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul. Data yang analisis berupa jawaban-jawaban kuisioner dari para responden yaitu pelaku sektor industri rumah tangga di Kota Medan.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Medan Kota Medan adalah daerah tingkat II yang berstatus kotamadya sebagai ibu kota provinsi Sumatera Utara. Kota Medan yang memiliki luas 265,10 km 2 atau 3,6 persen dari total luas wilayah Provinsi Sumatera Utara ini memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu pusat perekonomian daerah dan regional yang penting serta utama di Pulau Sumatera. Dengan potensi yang dimiliki maka pemerintah berupaya untuk menciptakan daya tarik pusat kota dan mendorong pengembangan dunia usaha. Perkembangan dunia usaha sangat dipengaruhi oleh iklim dan daya saing investasi. Sebagian besar jumlah usaha berada pada kelompok usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Hanya 0,2% pengusaha yang berada pada kelompok usaha besar. Namun jumlah kontribusi usaha mikro, kecil dan menengah tidak sebanding dengan kontribusinya. Kontribusi UMKM serta koperasi terhadap PDRB sebesar 39,8% sedangkan usaha besar mencapai 60,2%. Usaha mikro, kecil dan menengah yang sangat banyak seharusnya mampu memberikan kontribusi terhadap PDRB yang lebih besar sehingga jumlah usaha dan kontribusinya dapat sejalan. Hal ini disebabkan oleh kemampuannya dalam mengembangkan usaha tertutama dari modal yang dimilikinya sendiri. Usaha mikro dan kecil sangat minim modal dibandingkan dengan usaha besar sehingga tidak heran jika kontribusinya terhadap PDRB juga sangat rendah. Selain itu juga, para pelaku usaha memiliki kemampuan manajerial yang terbatas yang dipengaruhi juga oleh tingkat pendidikan yang mereka miliki. Kebanyakan

masyarakat yang memiliki pendidikan dan dana yang minim untuk melanjutkan pendidikan lebih memilih membuka usaha. Namun hal ini tidak dibarengi dengan kemampuan mereka dalam mengelola sebuah usaha. Mereka hanya menjalankan dengan seadanya saja untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari. Namun, peningkatan jumlah usaha di Kota Medan semakin hari mengalami peningkatan. Jika tidak dikelola dengan baik maka peran dan kontribusinya terhadap peningkatan PDRB akan terus mengalami penurunan. Tabel 4.1 Perkembangan UMKM tahun 2010 No Uraian Perdagangan Industri Aneka Usaha Jumlah % 1 Usaha Mikro - - 211.140 211.140 86,92 2 Usaha Kecil 16.881 7.540 6.526 30.947 12.74 3 Usaha Menengah 318 270 215 803 0,34 Jumlah 242.890 100 Sumber : BPS Kota Medan Berdasarkan tabel diatas, jumlah UMKM tahun 2010 sebanyak 242.890 yang didominasi oleh usaha mikro. Usaha mikro ini memiliki pekerja 1-4 orang tenaga kerja dan usaha kecil memiliki 5-19 orang tenaga kerja sedangkan usaha menengah 20-99 orang tenaga kerja. Kita dapat dengan mudah melihat banyaknya usaha mikro disekitar kita seperti rumah makan, penjual gorengan, pedagang asongan, pedagang kaki lima, dll. Banyaknya usaha-usaha ini juga menandakan kebebasan berusaha di Kota Medan. Selain itu juga para pelaku usaha ini kebanyakan belum terdaftar pada Dinas Koperasi dan UMKM sehingga kontribusi mereka terhadap PDRB belum ada. Oleh karena itu, pengaruh pemerintah dan

lembaga-lembaga terkait seperti perbankan juga berperan dalam peningkatan dan pengembangan kinerja UMKM ini. 4.2 Gambaran Umum Responden Keseluruhan pengusaha yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah 50 pengusaha dari sektor industri rumah tangga yang menetap di Kota Medan. Aspek-aspek yang diteliti dalam penelitian ini dapat dilihat seperti berikut: 4.2.1 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan hasil tabulasi kuesioner pada penelitian ini diketahui bahwa secara umum umur responden berkisar antara 19-67 tahun. Sebagian besar berada dalam umur 20 hingga 50 tahun yang berjumlah sebanyak 27 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Kota Medan No. Umur (tahun) Jumlah Persen (%) 1. <20 4 8,0 2. 20-30 13 26,0 3. 31-40 9 18,0 4. 41-50 14 28,0 5. 51-60 6 12,0 6. >60 4 8,0 Total 50 100,0 4.2.2 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dari hasil tabulasi kuisioner berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa 66% pelaku usaha sektor industri rumah tangga atau sekitar 33 orang merupakan laki-laki. Hal ini dianggap wajar karena pria merupakan tulang punggung keluarga. Sedangkan 34% atau sekitar 17 orang merupakan perempuan

yang pada umumnya menjalankan usaha dengan motif menambah pendapatan bagi keluarga saja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut. Gambar 4.1 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin 4.2.3 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dari hasil tabulasi kuisioner berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dominan menjadi responden adalah tamat SMA atau sederajat sebanyak 30 orang atau sekitar 60%, sementara yang paling sedikit adalah tidak tamat SD sebanyak 1 orang atau sekitar 2%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.2 Komposisi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.2.4 Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja Pada umumnya, seluruh responden yang menjalankan usaha ini memiliki jumlah tenaga kerja 0-5 orang 37 orang. Berdasarkan skala usaha menurut definisi BPS, maka kelompok ini diklasifikasikan ke dalam kelompok usaha mikro. Sedangkan usaha kecil yang memiliki karyawan 5-19 orang berjumlah 12 orang. Sedangkan yang tidak memakai tenaga kerja berjumlah 1 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. Tabel 4.3 Komposisi Responden Berdasarkan Jumlah Tenaga Kerja di Kota Medan No. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah Persen (%) 1. 0 orang 1 2,0 2. 1-4 orang 37 74,0 3. 5-19 orang 12 24,0 Total 50 100,0 Sumber: Data Primer diolah 4.2.5 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Usaha Kesulitan dalam mencari pekerjaan membuat masyarakat berpikir untuk masuk dunia usaha. Sebagian besar dari rseponden dalam penelitian ini sebanyak 60% masih relatif baru menjalankan usahanya yaitu sekitar 0-5 tahun. Sisanya sebanyak 22% antara 6-10 tahun dan hanya 10% yang sudah lebih dari 20 tahun dalam menjalankan usahanya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Komposisi Responden Berdasarkan Lama Usaha di Kota Medan No. Lama Usaha Jumlah Persen (%) 1. 0-5 tahun 30 60,0 2. 6-10 tahun 11 22,0 3. 11-15 tahun 2 4,0 4. 16-20 tahun 2 4,0 5. >20 tahun 5 10,0 4.3 Analisis Crosstab Total 50 100,0 Analisis ini digunakan untuk melihat crosstab (tabulasi silang) yang rasional dan signifikansi dari beberapa variabel penelitian. 4.3.1 Tenaga Kerja Kebutuhan Modal Tabel 4.5 dan 4.6 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara tenaga kerja dan modal yang dibutuhkan pengusaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output. Tabel 4.5 Crosstab Tenaga Kerja Kebutuhan Modal Tenaga Kerja Kebutuhan Modal 1,01-5 5,01-10 10,01-20 20,01-50 50,01-100 100,01-200 0-5 orang 0 0 1 0 0 0 6-10 orang 1 8 6 7 9 6 11-15 orang 1 1 3 3 1 3 Tabel 4.5 menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Untuk jumlah tenaga kerja 0-5 orang membutuhkan modal antara 10,01-20 sebanyak 1 responden, untuk tenaga kerja 6-10 orang membutuhkan modal

antara 1,01-200 sebanyak 37 responden, dan untuk tenaga kerja 11-15 orang membutuhkan modal antara 1,01-200 sebanyak 12 responden. Tabel 4.6 Chi-SquareTenaga Kerja Kebutuhan Modal Value a Pearson Chi-Square 7,753 10 Df Asymp. Sig. (2-sided),653 Likelihood Ratio 7,170 10,709 Linear-by-Linear Association,074 1,786 N of Valid Cases 50 a. 13 cells (72,2%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,04. Tabel 4.6 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 7,753 sedangkan Chi-Square tabel adalah 18.307 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara tenaga kerja dengan kebutuhan modal. 4.3.2 Asset Usaha Kebutuhan Modal Tabel 4.7 dan 4.8 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara asset usaha dan modal yang dibutuhkan pengusaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Asset Usaha Kebutuhan Modal Tabel 4.7 Crosstab Asset Usaha Kebutuhan Modal 1,01-5 5,01-10 10,01-20 20,01-50 50,01-100 100,01-200 < 1 0 3 1 0 0 2 1,01-5 1 2 4 3 2 1 5,01-10 0 1 1 3 0 0 10,01-30 1 2 2 1 4 2 30,01-50 0 1 0 1 1 2 > 50 0 0 2 2 3 2 Tabel 4.7menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Untuk jumlah asset usaha < 1 membutuhkan modal antara 5,01-20 sebanyak 4 responden namun ada 2 responden yang membutuhkan modal 100,01-200 dengan jumlah asset usaha yang sama.untuk jumlah asset usaha 1,01-5 membutuhkan modal antara 1,01-200 sebanyak 13 responden. Untuk jumlah asset usaha 5,01-10 membutuhkan modal antara 5,01-50 sebanyak 5 responden. Untuk jumlah asset usaha 10,01-30 membutuhkan modal antara 1,01-200 sebanyak 12 responden. Untuk jumlah asset usaha 30,01-50 membutuhkan modal antara 5,01-200 sebanyak 5 responden, dan untuk jumlah asset usaha > 50 membutuhkan modal antara 10,01-200 sebanyak 9 responden.

Tabel 4.8 Chi-Square Asset Usaha Kebutuhan Modal Value Df a Pearson Chi-Square 23,201 25 Asymp. Sig. (2-sided),566 Likelihood Ratio 27,881 25,313 Linear-by-Linear Association 4,168 1,041 N of Valid Cases 50 a. 36 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,20. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 23,201 sedangkan Chi-Square tabel adalah 37,652 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara asset usaha dengan kebutuhan modal. 4.3.3 Lama Usaha Kebutuhan Modal Tabel 4.9 dan 4.10 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara lama usaha dan modal yang dibutuhkan pengusaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output. Lama Usaha Tabel 4.9 Crosstab Lama Usaha Kebutuhan Modal Kebutuhan Modal 1,01-5 5,01-10 10,01-20 20,0-50 50,01-100 100,01-200 0-5 tahun 2 8 6 3 5 6 6-10 tahun 0 0 3 4 2 2 11-15 tahun 0 0 0 0 1 1 16-20 tahun 0 0 0 2 0 0 >20 tahun 0 1 1 1 2 0 Tabel 4.9menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Untuk usaha dengan waktu lama usaha 0-5 tahun membutuhkan modal antara 1,01-200 sebanyak 30 responden.untuk usaha dengan waktu lama usaha

6-10 tahun membutuhkan modal antara 10,01-200 sebanyak 11 responden. Untuk usaha dengan waktu lama usaha 11-15 tahun membutuhkan modal antara 50,01-200 sebanyak 2 responden. Untuk usaha dengan waktu lama usaha 16-20 tahun membutuhkan modal antara 20,01-50 sebanyak 2 responden, dan untuk usaha dengan waktu lama usaha > 20 tahun membutuhkan modal antara 5,01-100 sebanyak 5 responden. Tabel 4.10 Chi-SquareLama Usaha Kebutuhan Modal Value Df a Pearson Chi-Square 21,109 20 Asymp. Sig. (2-sided),391 Likelihood Ratio 23,214 20,278 Linear-by-Linear Association,529 1,467 N of Valid Cases 50 a. 25 cells (83,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,08. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 21,109 sedangkan Chi-Square tabel adalah 31,410 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara lama usaha dengan kebutuhan modal. 4.3.4 Omset Usaha Kebutuhan Modal Tabel 4.11 dan 4.12 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara omset usaha per hari yang didapat perusahaan dan modal yang dibutuhkan pengusaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Tabel 4.11 Crosstab Omset Usaha Kebutuhan Modal Omset Usaha Kebutuhan Modal 1,01-5 5,01-10 10,01-20 20,01-50 50,01-100 100,01-200 < 50.000 0 0 1 0 0 0 50.000-100.000 0 0 0 1 1 0 100.001 300.000 0 3 0 2 0 0 300.001 500.000 0 1 5 1 3 1 500.001-1 1 3 1 3 2 4 > 1 1 2 3 3 4 4 Tabel 4.11menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Untuk usaha dengan omset usaha per hari < 50.000 membutuhkan modal antara 10,01-20 sebanyak 1 responden. Untuk usaha dengan omset usaha per hari 50.000-100.000 membutuhkan modal antara 20,01-100 sebanyak 2 responden. Untuk usaha dengan omset usaha per hari 100.001-300.000 membutuhkan modal antara 5,01-10 sebanyak 3 responden. Namun ada juga responden yang membutuhkan modal 20,01-50 yaitu sebanyak 2 responden. Untuk usaha dengan omset usaha per hari 300.001-500.000 membutuhkan modal antara 5,01-200 sebanyak 11 responden dan untuk usaha dengan omset usaha per hari 500.001-1 membutuhkan modal mulai dari 1,01-200 sebanyak 14 responden sedangkan untuk usaha dengan omset usaha per hari > 1 membutuhkan mulai dari 1,01-200 sebanyak 17 responden.

Tabel 4.12 Chi-SquareOmset Usaha Kebutuhan Modal Value a Pearson Chi-Square 25,632 25 df Asymp. Sig. (2-sided),427 Likelihood Ratio 26,564 25,378 Linear-by-Linear Association 1,348 1,246 N of Valid Cases 50 a. 36 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,04. Tabel 4.12 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 25,632 sedangkan Chi-Square tabel adalah 37,652 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara omset usaha dengan kebutuhan modal. 4.3.5 Kemampuan Membayar Cicilan Kebutuhan Modal Tabel 4.13 dan 4.14 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara kemampuan membayar cicilan dan modal untuk pengembangan usaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Tabel 4.13 Crosstab Kemampuan Membayar Cicilan Kebutuhan Modal Kebutuhan Modal Kemampuan Membayar Cicilan 1,01-5 5,01-10 10,01-20 20,01-50 50,01-100 100,01-200 100.000 200.000 2 0 2 0 0 0 200.000 300.000 0 0 0 0 0 1 300.000 500.000 0 9 4 0 1 0 500.000 800.000 0 0 2 0 1 0 800.000 1.000.000 0 0 2 4 1 0 1.000.000 2.000.000 0 0 0 4 6 4 Lainnya 0 0 0 2 1 4 Tabel 4.13menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Dengan kemampuan membayar cicilan 100.000-200.000, perusahaanhanya mampu memenuhi kebutuhan modalnya antara 1,01-20 sebanyak 4 responden. Dengan kemampuan membayar cicilan 200.000-300.000, perusahaanmampu memenuhi kebutuhan modalnya antara 100,01-200 sebanyak 1 responden. Dengan kemampuan membayar cicilan 300.000-500.000, perusahaanmampu memenuhi kebutuhan modalnya antara 5,01-100 sebanyak 14 responden. Dengan kemampuan membayar cicilan 500.000-800.000, perusahaanmampu memenuhi kebutuhan modalnya antara 10,01-100 sebanyak 3 responden. Dengan kemampuan membayar cicilan 800.000-1.000.000, perusahaanmampu memenuhi kebutuhan modalnya antara 10,01-100 sebanyak 7 responden, dan dengan kemampuan membayar cicilan

1.000.000-2.000.000, perusahaanmampu memenuhi kebutuhan modalnya antara 20,01-200 sebanyak 14 responden, sedangkan 7 responden mampu membayar cicilan diatas 2.000.000 dengan pinjaman modal sebesar 20,01-200. Tabel 4.14 Chi-SquareKemampuan Membayar Cicilan Kebutuhan Modal Value a Pearson Chi-Square 88,294 30 df Asymp. Sig. (2-sided),000 Likelihood Ratio 81,586 30,000 Linear-by-Linear Association 26,400 1,000 N of Valid Cases 50 a. 42 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,04. Tabel 4.14 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 88,294 sedangkan Chi-Square tabel adalah 43,772 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Ho diterima yang berarti tidak ada hubungan antara kemampuan membayar cicilan dengan kebutuhan modal. 4.3.6 Kemampuan Membayar Cicilan Asset Usaha Tabel 4.15 dan 4.16 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara kemampuan membayar cicilan dan asset usaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Tabel 4.15 Crosstab Kemampuan Membayar Cicilan Asset Usaha Asset Usaha < 1 1,01-5 5,01-10 10,01-30 30,01-50 > 50 Kemampuan Membayar Cicilan 100.000-200.000 0 2 1 1 0 0 200.000-300.000 0 1 0 0 0 0 300.000-500.000 4 5 1 3 1 0 500.000-800.000 0 0 0 2 0 1 800.000-1.000.000 0 3 2 1 0 1 1.000.000-2.000.000 0 2 1 5 2 4 Lainnya 2 0 0 0 2 3 Tabel 4.15menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Untuk kemampuan membayar cicilan 100.000-200.000 sebanyak 4 responden memiliki asset usaha 1,01-30. Untuk kemampuan membayar cicilan 200.000 300.000 sebanyak 1 responden memiliki asset usaha 1,01-5. Untuk kemampuan membayar cicilan 300.000-500.000 sebanyak 14 responden memiliki asset usaha < 1-50. Untuk kemampuan membayar cicilan 500.000-800.000 sebanyak 2 responden memiliki asset usaha 10,01-30 namun ada 1 responden yang memiliki asset usaha > 50. Untuk kemampuan membayar cicilan 800.000-1.000.000 sebanyak 6 responden memiliki asset usaha 1,01-30 namun ada 1 responden yang memiliki asset usaha > 50. Untuk kemampuan membayar cicilan 1.000.000-2.000.000 sebanyak 14

responden memiliki asset usaha 1,01 sampai lebih besar dari 50. Untuk kemampuan membayar cicilan > 2.000.000 sebanyak 2 responden memiliki asset usaha < 1 namun ada 5 responden yang memiliki asset usaha 30,01 sampai lebih besar dari 50. Tabel 4.16 Chi-SquareKemampuan Membayar Cicilan Asset Usaha Value Df Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square a 37,268 30,169 Likelihood Ratio 45,234 30,037 Linear-by-Linear Association 9,255 1,002 N of Valid Cases 50 a. 42 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,10. Tabel 4.16 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 37,268 sedangkan Chi-Square tabel adalah 43,772 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Hoditerima yang berarti tidak ada hubungan antara kemampuan membayar cicilan dengan asset usaha. 4.3.7 Kemampuan Membayar Cicilan Omset Usaha Tabel 4.17 dan 4.18 dibawah menjelaskan hasil pengolahan dari uji crosstab dan uji chi-square antara kemampuan membayar cicilan danomset usaha. Analisa akan dijelaskan setelah tabel output.

Kemampuan Membayar Cicilan 100.000 200.000 200.000 300.000 300.000 500.000 500.000 800.000 800.000 1.000.000 1.000.000 2.000.000 Tabel 4.17 Crosstab Kemampuan Membayar Cicilan Omset Usaha Omset Usaha < 50.000 50.000-100.000 100.001-300.000 300.001-500.000 500.001-1 > 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 3 4 3 3 0 0 0 0 1 2 0 1 1 2 1 2 0 0 1 4 3 6 Lainnya 0 0 0 0 4 3 Tabel 4.17menunjukkan hubungan silang antara kedua variabel. Untuk kemampuan membayar cicilan 100.000-200.000 sebanyak 1 responden memiliki omset usaha sebesar < 50.000 per hari namun ada 3 responden yang memiliki omset usaha sebesar 300.001 sampai lebih besar dari 1 per hari. Untuk kemampuan membayar cicilan 200.000-300.000 sebanyak 1 responden memiliki omset usaha 500.001 - Rp 1. Untuk kemampuan membayar cicilan 300.000-500.000 sebanyak 14 responden memiliki omset usaha 50.001sampai lebih besar dari 1 per hari. Untuk kemampuan membayar cicilan 500.000-800.000 sebanyak 3 responden memiliki omset usaha 500.001sampai lebih besar dari 1 per hari. Untuk kemampuan membayar cicilan 800.000-1.000.000 sebanyak 7 responden memiliki omset usaha 500.001sampai lebih besar dari 1 per

hari. Untuk kemampuan membayar cicilan 1.000.000-2.000.000 sebanyak 14 responden memiliki omset usaha 100.001sampai lebih besar dari 1 per hari. Untuk kemampuan membayar cicilan > 2.000.000 sebanyak 7 responden memiliki omset usaha 500.001sampai lebih besar dari 1 per hari. Tabel 4.18 Chi-SquareKemampuan Membayar Cicilan Omset Usaha Value a Pearson Chi-Square 29,045 30 Df Asymp. Sig. (2-sided),515 Likelihood Ratio 25,452 30,703 Linear-by-Linear Association 4,373 1,037 N of Valid Cases 50 a. 42 cells (100,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is,02. Tabel 4.18 menunjukkan bahwa Chi-Square hitung adalah 29,045 sedangkan Chi-Square tabel adalah 43,772 sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Chi-Square hitung lebih kecil dari Chi-Square tabel, maka Hoditerima yang berarti tidak ada hubungan antara kemampuan membayar cicilan dengan omset usaha. 4.4 Pengelolaan Usaha dari Segi Aspek Manajerial Para pengusaha sektor industri rumah tangga yang menjadi responden memiliki dasar dalam menjalankan usahanya bukan hanya sekedar usaha uji coba. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.19 Komposisi Responden Berdasarkan Motivasi Menjalankan Usaha No. Motivasi Jumlah Persen (%) 1. Keinginan berwirausaha 39 78,0 2. Sebagai usaha sampingan 5 10,0 3. Sulit mencari pekerjaan 5 10,0 4. Lainnya 1 2,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.21 diatas, 78% dari jumlah responden menjalankan usahanya dikarenakan keinginan berwirausaha dan hanya 10% yang memilih sebagai usaha sampingan ataupun karena sulit mencari pekerjaan. Sedangkan yang menjawab lainnya sebanyak 2% yaitu karena alasan ingin meningkatkan pendapatannya. Sebagian besar pelaku usaha juga memilih jenis usahanya berdasarkan pengalaman yang mereka miliki. Lima tahun bukan waktu yang singkat dalam menjalankan usaha. Kesulitan dalam mendapatkan izin usaha menjadi sebuah hambatan untuk usaha ini berkembang. Tabel 4.20 Komposisi Responden Berdasarkan Izin Usaha No. Izin Usaha Jumlah Persen (%) 1. TDP 1 2,0 2. SIUP 7 14,0 3. NPWP 3 6,0 4. Lainnya 39 78,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.22 diatas, masih sedikit sektor industri rumah tangga yang memiliki izin usaha. Usaha yang memiliki Tanda Daftar Perusahaan (TDP) hanya 1 usaha saja, sedangkan yang memiliki Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) berjumlah 7 usaha dan yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak hanya 3

usaha. Sekitar 78% atau 39 usaha belum memiliki izin usaha. Sebagian besar usaha tidak memiliki usaha disebabkan karena sulitnya mengurus izin usaha dan besarnya biaya yang dikeluarkan. Tentunya jika mereka memiliki izin usaha, mereka akan dikenakan pajak dan hal ini akan menambah cost bagi mereka. Pola pembiayaan mereka juga harus diatur sedemikian rupa agar mereka tidak merugi. Namun pada hasil penelitian yang dilakukan, hanya sebagian kecil pengusaha yang membuat laporan keuangan perusahaan mereka. Tabel 4.21 Komposisi Responden Berdasarkan Laporan Keuangan No. Laporan Keuangan Jumlah Persen (%) 1. Ada 18 36,0 2. Tidak Ada 32 64,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.23 diatas, perusahaan yang tidak memiliki izin usaha lebih besar daripada yang memiliki izin. Sekitar 64% usaha tidak membuat laporan keuangan mereka. Mereka merasa tidak terlalu penting membuat laporan keuangan. Padahal dari laporan keuangan inilah, kita dapat meningkatkan produktivitas kinerja usaha kita dengan cara melihat perkembangan keuangan setiap produksi. Pola pemasaran juga mempengaruhi seberapa jauh perusahaan berkembang.

Tabel 4.22 Komposisi Responden Berdasarkan Pola Pemasaran No. Pola Pemasaran Jumlah Persen (%) 1. Dipasarkan langsung ke 36 72,0 konsumen 2. Dipasarkan lewat agen 2 4,0 3. Menggunakan salesmen 7 14,0 4. Pameran 0 0 5. Melalui Internet 5 10,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.24, pola pemasaran yang dilakukan para pengusaha sektor industri rumah tangga yang diteliti sebanyak 72% dari total responden masih dipasarkan langsung ke konsumen. Sedangkan yang menggunakan agen hanya 4% dari total responden. Hal ini disebabkan karena menggunakan agen harus membagi keuntungan penjualan lagi. Pengusaha belum tentu bisa mendapatkan keuntungan 100% jika dibandingkan dengan menggunakan pola pemasaran langsung ke konsumen. Begitu juga dengan menggunakan salesmen. Namun, perusahaan yang menggunakan salesman lebih banyak daripada yang menggunakan agen yaitu sebanyak 14%. Sisanya sebanyak 5% pengusaha memasarkan produknya melalui internet. Pola ini sebenarnya merupakan pola pemasaran yang lebih efisien dibandingkan dengan pola lainnya sebab hanya membutuhkan biaya yang relatif sedikit dan keuntungannya semua orang yang memiliki jaringan internet dapat mengetahui produk yang kita jual. Namun berdasarkan kuesioner yang dibuat, ada satu pola lagi yang tidak dipilih oleh responden yaitu pameran. Seluruh responden yang diteliti tidak memasarkan produknya melalui penelitian. Mereka tidak mengetahui cara mengikuti pameran dan waktu pelaksanaan pameran padahal produk-produk yang mereka hasilkan

memiliki kualitas yang mampu bersaing terlebih lagi di pasar lokal. Selain pola pemasaran yang kurang memadai, para pengusaha sektor industri rumah tangga juga mengalami hambatan. Hambatan yang dihadapi akan dijelaskan pada tabel berikut. Tabel 4.23 Komposisi Responden Berdasarkan Hambatan yang Dihadapi No. Hambatan Jumlah Persen (%) 1. Harga bahan baku 13 26,0 2. Harga bahan bakar 10 20,0 3. Ketersediaan bahan baku 6 12,0 4. Tenaga kerja terampil 7 14,0 5. Teknologi yang sudah tua 2 4,0 6. Lainnya 12 24,0 Total 50 50 Berdasarkan tabel 4.25 diatas, responden yang memilih harga bahan baku menjadi hambatan yang paling sering terjadi sebanyak 13 orang. Sedangkan harga bahan bakar sebanyak 10 orang, ketersediaan bahan baku sebanyak 6 orang, tenaga kerja terampil sebanyak 7 orang, teknologi yang sudah tua sebanyak 2 orang dan sisanya memilih lainnya seperti waktu produksi yang sangat terbatas dikarenakan pengusaha ini juga sedang duduk di bangku kuliah. Keterbatasan dana juga membuat mereka tidak mampu membayar pekerja untuk menjalankan usahanya padahal produk yang dihasilkan sangat inovatif. Selain itu, hambatan lainnya yang dialami yaitu kesulitan pemasaran sebab lokasi usaha yang kurang strategis. Keterbatasan teknologi juga menjadi hambatan bagi mereka. Sehingga para pengusaha mengharapkan bantuan dari pemerintah diantaranya berupa

bantuan teknologi, pelatihan pengembangan usaha, kemudahan perizinan, akses pasar dan penghapusan pungutan liar. Tabel 4.24 Komposisi Responden Berdasarkan Bantuan yang Diharapkan No. Jenis Bantuan Jumlah Persen (%) 1. Kemudahan perizinan 11 22,0 2. Pelatihan pengembangan usaha 22 44,0 3. Akses pasar atau informasi pasar 8 16,0 4. Bantuan teknologi 6 12,0 5. Penghapusan pungutan liar 1 2,0 6. Lainnya 2 4,0 Total 50 100,0 Berdasarkan tabel 4.26 diatas, hambatan yang paling sering dihadapi oleh pelaku sektor industri rumah tangga adalah pelatihan pengembangan usaha sebesar 44%. Pelatihan pengembangan usaha yang diharapkan pengusaha seperti pemasaran, keuangan atau pembukuan, ketrampilan teknis produksi, manajemen umum, komputer dan teknologi informasi. Tabel 4.25 Komposisi Responden Berdasarkan Jenis Pelatihan No. Jenis Pelatihan Jumlah Persen (%) 1. Pemasaran 31 62,0 2. Keuangan atau pembukuan 4 8,0 3. Ketrampilan teknis produksi 10 20,0 4. Manajemen umum 4 8,0 5. Komputer dan teknologi 1 2,0 informasi Total 50 100,0

Berdasarkan tabel 4.27 diatas, jenis pelatihan yang diharapkan untuk pengembangan usaha yang paling banyak dipilih oleh responden adalah pelatihan pemasaran sebab pemasaran inilah yang merupakan aspek untuk keberlann sebuah usaha. Pemasaran yang baik akan membuat usaha tersebut memiliki pangsa pasar yang luas sehingga omset yang didapat juga akan meningkat. Jika tidak ada peningkatan pemasaran maka usaha tersebut akan berjalan stagnan. Sehingga upaya yang perlu ditingkatkan dari aspek non finansial dapat melalui peningkatan kualitas tenaga kerja, penyediaan tempat usaha, kemudahan izin usaha (gratis), pemanfaatan teknologi informasi, menjalin kemitraan, peningkatan kualitas produk maupun perluasan pemasaran produk.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pola pembiayaan UMKM pada sektor industri rumah tangga sebagian besar berasal dari dana sendiri sehingga minim dalam hal permodalan. 2. Untuk pengembangan usaha, para pengusaha sektor industri rumah tangga memilih meminjam dana melalui kredit bank dengan jumlah kebutuhan modal antara 10,01-20 dengan rata-rata omset pengusaha tersebut adalah 300.000-500.000. Namun berdasarkan hasil analisis, besarnya modal yang mereka butuhkan tidak dipengaruhi oleh jumlah tenaga kerja, asset usaha, lama usaha, omset usaha, dan kemampuan membayar cicilan. 3. Pola pengelolaan usaha sektor indutri rumah tangga masih relatif rendah. Sebagian besar pengusaha masih memasarkan produknya langsung ke konsumen dan hanya sebagian yang menggunakan cara lain seperti melalui internet, pameran, agen ataupun salesman. Sekitar 64% usaha juga tidak membuat laporan keuangan mereka. Mereka merasa tidak terlalu penting membuat laporan keuangan. 4. Hambatan terbesar yang sering dihadapi oleh para pengusaha yaitu harga bahan baku. 5. Menurut pengusaha, jenis bantuan yang diharapkan dari pemerintah yaitu pelatihan pengembangan usaha.

6. Upaya yang diperlukan untuk peningkatan usaha dari aspek non finansial berupa peningkatan kualitas kerja, penyediaan tempat usaha, kemudahan izin, pemanfaatan teknologi informasi, menjalin kemitraan, peningkatan kualitas produk maupun perluasan pemasaran produk. 5.2 Saran 1. Pemerintah harus lebih teliti dalam memilih jenis usaha yang diberikan modal. Begitu juga dengan sektor perbankan harus lebih mempermudah sektor usaha yang ingin melakukan pinjaman. Kemitraan yang baik dapat menambah produktivitas masing-masing instansi sehingga tercipta peningkatan pertumbuhan ekonomi. 2. Pemerintah harus menjadi fasilitator dengan menghubungkan antara pengusaha dengan investor sehingga UMKM mampu bersaing secara global. 3. Untuk urusan hambatan yang dihadapi, sebaiknya pemerintah juga berkoordinasi dengan pengusaha dalam menjaga harga-harga bahan pokok terutama untuk produksi. Selain itu juga, pemerintah bisa memberikan subsidi untuk harga bahan baku sehingga perusahaan yang mengalami hambatan ini dapat tetap melaksanakan kegiatan produksinya tanpa perlu melakukan peminimalan produksi ataupun jumlah pekerja. 4. Pemerintah juga harus berperan dalam mensosialisasikan sistem manajerial dalam mengelola usaha dengan baik.