Fakultas Teknologi Pertanian, Univesitas Brawijaya 2 Fakultas Ilmu Budaya, Univesitas Brawijaya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Definisi Batik

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

IbM PELATIHAN KETRAMPILAN MEMBUAT BATIK PROBOLINGGO DIHIASI PAYET DI JREBENG KULON

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

Bab 2 Tinjauan Pustaka

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

PENGEMBANGAN DAERAH TERTINGGAL (UNDERDEVELOPMENT REGION) DI KABUPATEN SAMPANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. UMKM(Usaha Mikro Kecil Menengah) adalah unit usaha produktif yang

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

I. PENDAHULUAN. pengembangan ekonomi masyarakat. Usaha mikro selama ini terbukti dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB II BATIK BASUREK SEBAGAI IDENTITAS BENGKULU

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN. terletak antara lintang selatan dan. serta Kabupaten Demak di Selatan. Jepara dikenal sebagai kota ukir, karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. ragam bentuk seni kerajinan yang sudah sangat terkenal di seluruh dunia. Sejak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. keberlangsungan kehidupan manusia tersebut. Berawal dari proses produksi serta

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga, baiknya yang sifatnya profit

PENCIPTAAN SERAGAM BATIK UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PUSAT PENGEMBANGAN BATIK MADURA DI BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. repository.unisba.ac.id. 1.1 Latar Belakang

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BAB I PENDAHULUAN. dalam acara-acara formal maupun non formal. Dalam era modernisasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. istilah keramik tradisional. Keramik gerabah dikenal sebagai produk benda pakai

PENGEMBANGAN MASJID AGUNG DEMAK DAN SEKITARNYA SEBAGAI KAWASAN WISATA BUDAYA

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. dalam pengembangan motif Batik Bakaran. Ada beberapa permasalahan dan

STRATEGI BISNIS USAHA BATIK MADURA (Studi Kasus pada Galeri TRESNA art di Bangkalan Madura) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. disebut juga dengan Batik Girli (Pinggir Kali) 1980-an. Sebab, pionir kerajinan batik di Sregen umunya pernah bekerja

PENERAPAN UKIRAN MADURA PADA INTERIOR GALERI BATIK DI BANGKALAN PLAZA MADURA

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Pemasaran Home Industry Manik-manik Beads Flower. Pemasaran merupakan unsur yang sangat penting dalam suatu industri

I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan

BAB I PENDAHULUAN. sandang ini merupakan kebutuhan primer dalam kehidupan sehari-hari

MUSEUM BATIK DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta. Desa ini terletak 17 km di sebelah. yang lain yang dapat dikembangkan, yaitu potensi ekowisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan disektor industri adalah salah satu sasaran pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015 PENGARUH DIVERSIFIKASI PRODUK DAN PERSAINGAN TERHADAP PENDAPATAN PENGUSAHA BATIK DI CIREBON

PENGEMBANGAN PRODUK DAN STRATEGI PEMASARAN BAHAN BUSANA BATIK BANTULAN DENGAN STILASI MOTIF ETHNO MODERN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

KKS PENGABDIAN LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

BUPATI BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW NOMOR TAHUN 2015

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. Ketahanan ekonomi merupakan syarat mutlak bagi kemakmuran sebuah

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SAMBUTAN MENTERI PERINDUSTRIAN PADA PERESMIAN ACARA PESONA BATIK PESISIR UTARA JAWA BARAT. Di Hotel Sari Pan Pasific. Tanggal, 19 Mei 2016.

BAB I PENDAHULUAN. masyrakatnya juga terkenal dengan handmade dan handicraftnya. salah satunya Koto

Model Inovasi Motif dan Produk Dalam Membangun Sentra Industri Batik Berbasis Kreativitas Pada Pengrajin Batik Gedhog di Kabupaten Tuban

PROPOSAL PROGRAM HIBAH BINA DESA

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut mata pencaharian, tenaga kerja, dan pendapatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. tambah, daya saing, dan ekspor serta (4) meningkatkan kesejahteraan petani (RKT

BAB IV KESIMPULAN. Secara astronomi letak Kota Sawahlunto adalah Lintang Selatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

BAB II METODE PERANCANGAN. A. Analisis Permasalahan. Berdasarkan fokus permasalahan di atas ada tiga permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Berdasarkan uraian pada bab-bab sebelumnya, kiranya. telah cukup menjawab berbagai permasalahan yang diajukan

PUSAT BATIK DI PEKALONGAN (Showroom,Penjualan,Pelatihan Desain,dan Information center)

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. mancanegara. Dapat dikatakan sebagai kerajinan tradisional. Baik sebagai bentuk

PEMBERDAYAAN KELOMPOK WANITA PENGRAJIN SULAM DI KEC. TANGGULANGIN KAB. SIDOARJO

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN PENGRAJIN BATIK MELALUI INTRODUKSI DESAIN MOTIF BATIK BERBASIS CERITA RAKYAT SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN DAYA SAING UMKM BATIKDI KABUPATEN SAMPANG Wendra G Rohmah 1 *, Susinggih Wijana 1, M. Andhy Nurmansyah 2, Ika Atsari Dewi 1, Romy Setiawan 2 1 Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Univesitas Brawijaya 2 Fakultas Ilmu Budaya, Univesitas Brawijaya Jl. Veteran, Kota Malang, Kode Pos 65145, Indonesia *Email: wendrarohmah@ub.ac.id ABSTRAK Batik merupakan salah satu bentuk produk kerajinan asli Indonesia. Perkembangan batik semakin meningkat setelah batik diakui sebagai citakarya asli Indonesia oleh UNESCO. Saat ini hampir setiap daerah di Indonesia memiliki sentra kerajinan batik, termasuk di wilayah Jawa khususnya Jawa Timur. Perkembangan sentra batik di Jawa Timur belum menggembirakan seperti halnya sentra kerajinan batik di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Hal ini dikarenakan kurang berkembangnya desain motif batik serta keterbatasan teknologi produksi dan penguasaan manajemen industri yang dimiliki pengrajin UMKM batik. Desain motif batik yang berkembang saat ini belum sepenuhnya mampu mengekplorasi dan mereprentasikan budayadaerah setempat untuk memunculkan kekhasan motif batik daerah. Olehsebab itu diperlukan introduksi desain motif batik berbasis budaya daerah untuk mengangkat cerita rakyat dalam motif batik yang menjadi kekhasan daerah tersebut. Penelitian bertujuan mendapatkan motif desain motif batik berciri khas Kabupaten Sampang yang bersumber dari cerita rakyat. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan survei, wawancara, dan focus group discussion. Hasil penelitian merujuk pada cerita rakyat dari Sampang yaitu Raden Trunojoyo. Sosialisasi dan dukungan dari pemerintah daerah sangat diperlukan untuk mengembangkan rintisan motif batik berbasis budaya ini sehingga dapat memberdayakan UMKM batik untuk melestarikan budaya dan meningkatkan perekonomian dan kesejahteraannya sehingga berdaya saing dalam menghadapi lingkungan usaha yang dinamis. Kata Kunci: Daya Saing, Desain Motif Batik, Local Wisdom, Pemberdayaan UMKM PENDAHULUAN Batik merupakan salah satu bentuk produk kerajinan asli Indonesia berupa kain sebagai bahan baku pakaian yang telah dikenal dunia, pada saat sekarang kebutuhan pasar dan produksi batik sangat tinggi setelah diakuinya batik sebagai citakarya asli 149

Indonesia oleh UNESCO pada 30 September tahun 2009. Di wilayah Jawa Timur terdapat berbagai sentra kerajinan batik, namun demikian perkembangannya belum menggembirakan seperti halnya di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat. Diantara berbagai wilayah Jawa Timur tersebut yang produksi batik mengalami perkembangan pesat adalah di wilayah Madura, dengan sentranya di Sampang, Sampang, Pamekasan dan Sumenep. Berbagai sentra batik Jawa Timur tersebut pada saat sekarang telah berusaha mengembangkan desain dengan aneka produk batik inovatif, namun demikian hasil yang dicapai masih belum maksimal. Kelemahan mendasar yang dihadapi oleh sentra kerajinan di wilayah Jawa Timur adalah kurang berkembangnya desain batik dan masih tradinionalnya teknologi produksi yang digunakan. Kedua hal tersebut berdampak pada daya saing produk yang rendah akibat kecilnya kapasitas produksi dan lambannya inovasi motif batik yang ada. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi batik di Jawa Timur diperlukan upaya pemberdayaan unit rumah tangga batik yang ada di sentra kerajinan, berbagai kegiatan pemberdayaan yang dibutuhkan diantaranya meliputi: penajaman filosofi dalam pengembangan batik tradisional dan moderen, teknologi produksi batik, kelembagaan pendukung yang mampu memfasilitasi pemasaran produk serta akses permodalan bagi UKM untuk mempercepat tumbuhkembangnya industri kerajinan batik. Kurang berkembangnya industri kerajinan batik yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur khususnya wilayah Kabupaten Sampang yang disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah faktor desain kurang menarik, teknologi yang digunakan masih didominasi oleh teknologi tradisional, dan kelembagaan pendukung belum tertata dengan kuat.permasalahan desain yang digunakan oleh sebagian besar perajin belum sepenuhnya mampu mengekplorasi dan mereprentasikan nilai-nilai budaya daerah setempat untuk mengangkat karakter khusus (khas daerah), oleh sebab itu diperlukan introduksi desain yang lebih mengarah kepada seni atau sejarah daerah yang bersangkutan, sehingga batik yang dihasilkan lebih disukai oleh masyarakat di tempat asalnya dan memberikan ciri khas motif yang memberi identitas pada daerah yang bersangkutan. Salah satu metode pemberdayaan yang cocok untuk perajin batik adalah metode Participatory Rural Appraisal, metode tersebut melibatkan peran aktif masyarakat 150

sehingga benar-benar mengerti permasalahan yang dihadapi oleh perajin. Dengan pemanfaatan metode PRA tersebut diharapkan percepatan industri kerajinan batik lebih nyata dalam meningkatkan pendapatan perajin dan wilayah setempat.adanya kegiatan pemberdayaan pada sentra batik tersebut diharapkan dapat diperolehnya solusi strategis dalam pengembangan baik di wilayah Jawa Timur, sehingga pada tahap lanjut diharapkan akan dicapainya lingkungan kerajinan industri batik yang kondusif dan berdaya saing. METODE PENELITIAN Materi Kegiatan Materi yang digunakan sebagai obyek kegiatan penelitian kajian pemberdayaan ditekankan pada pelaku kerajinan batik (UKM) di wilayah terpilih, sedangkan bahasan materi akan ditekankan pada aspek filosofi budaya daerah yang dipresentasikan dalam kerajinan batik, perkembangan desain batik, dan introduksi desain batik berbasis cerita rakyat. Waktu pelaksanaan kegiatan dimulai pada bulan Februari hingga September tahun 2013. Metode Pelaksanaan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Participational Rural Appraisal (PRA). Pada metode tersebut pelaksanaan PRA ditekankan pada dimensi : a). Keterlibatan masyarakat dalam keseluruhan kegiatan, dan b). Peningkatan kemandirian dan kekuatan internal yang ada di kelompok UKM kerajinan batik HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Lokasi Penelitian Kabupaten Sampang secara administrasi terletak dalam wilayah Propinsi Jawa Timur yang secara geografis terletak di antara 113 o 08-113 o 39 Bujur Timur dan 6 o 05-7 o 13 Lintang Selatan. Kabupaten Sampang terletak ± 100 Km dari Surabaya. Sebelah utara Laut Jawa, sebelah timur Kabupaten Pamekasan dan sebelah barat Kabupaten Bangkalan, sedangkan sebelah selatan Selat Madura. Secara keseluruhan Kabupaten Sampang mempunyai luas wilayah sebanyak 1.233,30 Km 2. Proporsi luasan 14 kecamatan terdiri dari 6 kelurahan dan 180 Desa. 151

Kecamatan Banyuates dengan luas 141,03 Km 2 atau 11,44 % yang merupakan Kecamatan terluas, sedangkan Kecamatan terkecil adalah Pangarengan dengan luas hanya 42,7 Km 2 (3,46 %). Lokasi yang akan digunakan sebagai sampel penelitian sebagai sentra kerajinan batik adalah Desa Banyumas, Kecamatan Sampang. Kerajinan batik di wilayah Kabupaten Sampang termasuk sentra batik yang pada saat sekarang mengalami perkembangan pesat, baik dari aspek kuantitas produksi maupun perkembangan desain dan teknologi. Pada awalnya batik Sampang termasuk dalam jenis batik pedalaman dan pesisir, namun dalam perkembangannya desain mampu mengadopsi batik keraton yang dikombinasikan dengan desain asli. Daerah sentra produksi batik di wilayah Kabupaten Sampang yang diteliti berada di Kecamatan Kota, Kecamatan Camplong dan Kecamatan Banyuates. Perkembangan Motif Batik di Kabupaten Sampang a. Cara Membuat Desain Batik Hasil komunikasi personal dengan beberapa UKM batik di beberapa daerah diperoleh informasi bahwa sebagian besar UKM berasal dari tenaga perajin batik, yang pada tahap pengembangan selanjutnya meningkat menjadi pengepul dari beberapa perajin temannya, dan pada tahapan selanjutnya mereka berkembang menjadi UKM yang memproduksi batik. UKM tersebut telah memiliki jaringan dengan mitra para perajin sebayanya atau atau melatih generasi muda dibawahnya, dan akhirnya mereka mampu bertindak sebagai cluster perajin baru dengan menguasai teknik pembuatan pola, penutupan pewarnaan dan peluruhan. Selain belajar mendisain sendiri, cara yang paling praktis adalah dengan melihat/mencontoh motif batik lain, hal tersebut dipercepat dengan adanya permintaan terhadap motif tertentu yang telah beredar di pasar. Umumnya para UKM batik menganggap mencontoh motif paling mudah dilakukan, dibandingkan dengan dengan harus melakukan perancangan desain sendiri yang memerlukan energi pemikiran dan percobaan yang banyak.dalam membuat disain, umumnya pemilik langsung terlibat. Disain dapat ditawarkan kepada calon konsumen, konsumen membawa disain sendiri lalu perajin tinggal mengerjakan, atau perajin menjual disain langsung jadi. Sayangnya beberapa perajin tidak sempat menyimpan arsip atau prototype disain batiknya. Karena kebutuhan modal semua ikut terjual 152

sehingga menyulitkan pelanggan bila memilih contoh disain yang dikehendaki (Mardiantoro, et. al., 2012). b. Desain Motif Batik Berbasis Sumberdaya Alam Batik di wilayah Kabupaten Sampang didominasi oleh motif flora dan fauna. Flora yang banyak adalah daun Mengkudu (Gambar 1), sedangkan faunanya adalah burung Merak (Gambar 2). Batik sampang tradisional banyak didominasi oleh warna sogan cenderung kecoklatan. Pewarnaan ini tidak bisa ditiru di daerah lain di Madura. Bahkan beberapa proses pewarnaan daerah lain dilakukan di Sampang (Mardiantoro, et. al., 2012).Warna lain batik di daerah Sampang hampir sama dengan warna batik pada umumnya yang ada di Madura, sebagian perajin yang ada di wilayah utara (Banyuates) motif batiknya cenderung dipengaruhi oleh batik Tanjung Bumi (Bangkalan), sedangkan di pantai selatan (Camplong) lebih dipengaruhi oleh motif batik Pamekasan yang sebagian besar lebih mengarah pada motif kontemporer, sebagai contoh adalah batik Shiva. Dari segi kualitas sebenarnya batik Sampang lebih cerah dan lembut. Kadar ph air di tanah berkapur mendukung pewarnaan (Mardiantoro, et al., 2012). Sumber: Wijana, dkk. (2013) Gambar 1. Batik Sampang dengan motif SDA dengan motif Kepiting dan isian daun Mengkudu Sumber: Wijana, dkk (2013) Gambar 2. Batik Sampang dengan motif SDA fauna burung Merak dan isian bunga dedaunan 153

c. Desain Motif Batik Berbasis Budaya Dari hasil pengamatan yang ada di lapang menunjukkan bahwa belum banyak motif desain yang mengacu pada budaya masing-masing wilayah kabupaten yang digunakan. Di wilayah Madura terdapat batik yang telah mulai menampilkan motif budaya karapan sapi dan aduan ayam (Gambar 3 dan Gambar 4), akan tetapi di wilayah Kabupaten Sampang belum juga nampak desain batik yang memanfaatkan budaya leluhur dari daerah tersebut. Sulitnya mengekplorasi budaya di daerah tersebut disebabkan sedikitnya artefak budaya yang berupa prasasti bebatuan seperti halnya candi maupun patung yang relatif tahan lama seiring perkembangan jaman.kualitas batik yang ada di ketiga sentra UKM batik yang telah dievaluasi menunjukkan perubahan umum dari batik tulis sebagai motif lama menuju ke batik kontemporer, yang mengarah pada perubahan desain bebas dan menggunakan warna yang relatif beragam. Kualitas batik sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah desain batik, kain, bahan pewarna dan juga teknologi produksi yang digunakan (Anonymous, 2012). Sumber: Wijana, dkk. (2013) Gambar 3. Batik Madura dengan disain budaya berupa Karapan Sapi Sumber: Wijana, dkk. (2013) Gambar 4. Batik Madura yang menggunakan motif budaya Adu Jago 154

Introduksi Desain Motif Batik Berbasis Cerita Rakyat Kabupaten Sampang a. Cerita Rakyat Kabupaten Sampang Sejarah berdirinya wilayah Kabupaten Sampang tidak terlepas dari pahlawan Raden Trunojoyo. Raden Trunojoyo, sering pula ditulis Trunajaya, adalah seorang bangsawan Madura yang pernah melakukan pemberontakan terhadap pemerintahan Amangkurat I dan Amangkurat II dari Mataram. Pasukannya yang bermarkas di Kediri pernah menyerang dan berhasil menjarah keraton Mataram tahun 1677, yang mengakibatkan Amangkurat I melarikan diri dan meninggal dalam pelariannya. Trunojoyo akhirnya berhasil dikalahkan Mataram dengan bantuan dari VOC pada penghujung tahun 1679. Artefak sejarah Raden Trunojoyo di wilayah Kabupaten Sampang tidak banyak ditemukan, beberapa artefak dari bebatuan yang ada hingga kini adalah Makan Ibu Ratu yang terletak di Desa Polagan. Ornamen pada makan tersebut memiliki ciri yang hampir sama dengan masa kerajaan Majapahit, namun demikian untuk dapat dieksplorasi menjadi desain batik masih diperlukan pemikiran panjang dan penyamaan persepsi bagi pihak yang berkepentingan. Dalam sejarah tersebut tidak ditemukan cerita spesifik kehidupan sehari-hari Raden Trunojoyo, sehingga belum ada artefak atau simbol yang dapat diangkat menjadi elemen penyusun desain batik yang dapat digunakan sebagai dasar pengembangan desain berbasis budaya. Namun demikian hasil komunikasi personal dari salah seorang tokoh budaya Sampang (Daud, 2013) diperoleh informasi bahwa salah satu kisah yang paling menarik dalam perjuangan Raden Trunojoyo adalah kisah sewaktu beliau berhasil menusukkan keris pada bala tentara Belanda akan tetapi gagangnya patah, untuk dapat digunakan lagi Raden Trunojoyo menyambung kering dengan batang tanaman Lamtoro. Untuk mengenang kisah putusnya keris Raden Trunojoyo yang disambung dengan batang tanaman Lamtoro tersebut oleh masyarakat Kabupaten Sampang dilestarikan pada lambang Kabupaten Sampang, dan digunakan sebagai monumen dan gapura yang terletak di bebagai sudut penjuru strategis. Berbagai penjuru strategis tersebut diantaranya di gerbang perbatasan antar kabupaten Bangkalan dan Sampang, tugu monument trunojoyo di tengah alun-alun. 155

b. Desain Motif batik berbasis cerita Rakyat Kabupaten Sampang Elemen artefak budaya dilukiskan dalam gambar keris patah dan batang Lamtoro merupakan elemen dasar berbasis budaya, selanjutnya elemen pendukung dapat berupa bagian tanaman Lamtoro yang terdiri dari daun, biji maupun bunga lamtoro. Elemen pelengkap dari batik Sampang diharapkan merupakan hasil kreasi dari berbagai UKM perajin batik, seperti halnya yang selama ini banyak beredar seperti daun mengkudu maupun burung Buroq, ataupun diperkaya dengan artefak sumberdaya alam yang khas di Kabupaten Sampang pada khususnya maupun Madura pada umumnya. Gambar elemen tombak patah seperti disajikan pada Gambar 5. Sumber: Wijana, dkk. (2013) Gambar 5. Elemen dasar desain Batik khas Kabupaten Sampang yang diusulkan Tim Univ. Brawijaya c. Pemberdayaan UMKM Batik Sampang Pemberdayaan UMKM Batik Sampang melalui introduksi desain motif batik berbasis cerita rakyat yang dilakukan dengan sosialisasi desain dan filosofi motif batik tersebut. Tujuan sosialisasi adalah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan tentang desain motif batik berbasis cerita rakyat setempat serta 156

filosofinya. Desain motif batik berbasis cerita rakyat daerah setempat ini diharapkan dapat digunakan sebagai alternatif desain motif batik kabupaten Sampang yang mencirikan kekhasan daerah sehingga bisa bersaing dengan batikbatik daerah lainnya. Kontribusi pelatihan terhadap peserta pelatihan yakni dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM), membangkitkan semangat untuk berkoperasi dan berwirausaha, serta membantu masyarakat khususnya anggota kelompok prakoperasi dalam meningkatkan ekonomi keluarganya (Wesa & Suryono, 2014). Pendampingan oleh dinas terkait sangat diperlukan untuk menjadikan desain motif batik ini sebagai ciri khas batik Kabupaten Sampang sehingga dapat meningkatkan daya saing para pengrajin dan UMKM batik di Kabupaten sampan. Peningkatan daya saing pengrajin dan UMKM batik akan mendorong keberlangsungan usaha dan peningkatan kesejahteraan para pengrajin. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa introduksi desain motif batik berbasis cerita rakyat dilakukan sebagai upaya pemberdayaan pengrajin/umkm batik mencari alternative desain motif batik sehingga dapat berdaya saing. Upaya pemberdayaan ini diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah ekonomi batik dan peningkatan kesejahteraan pengrajin/umkm batik, baik secara social maupun finansial. Rekomendasi yang dapat diberikan untuk perbaikan di masa mendatang adalah perlunya monitoring dan pendampingan dari dinas terkait secara berkelanjutan sehingga desain motif batik berbasis cerita rakyat ini bisa berkembang dan diterima semua khalayak. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Badan Penelitian dan Pengembangan (BALITBANG) Provinsi Jawa Timur, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, atas bantuan dana hibah penelitian kerjasama Tahun 2013, serta Pusat Pengembangan Batik Nusantara (BATARA) Universitas Brawijaya. 157

DAFTAR PUSTAKA Anonymoaus, 2012. Mengenal Pewarna Batik Alami Dan Sintetis (Reaktif, Indigosol, Napthol, Dan Rapid). On-Line : http://www.kidungasmara.com/tag/pewarna- Batik-Sintetis/ Kabupaten Sampang dalam Angka. 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sampang Wesa, A., Dan Suryono, Y. (2014). Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat Peserta Pelatihan Kelompok Prakoperasi Di Kecamatan Namlea Kabupaten Buru. Jurnal Pendidikan Dan Pemberdayaan Masyarakat, 1(2), 149-159. Wijana, S., M Andhy Nurmansyah, Ika A. Dewi, Nur Lailatul Rahmah, Wendra G Rohmah, R P Sari (2013). Kajian Pengembangan Kelompok Usaha Rumah Tangga Kerajinan Batik Untuk Pemberdayaan Masyarakat Pedesaan. Laporan Penelitian Kerjasama Badan Penelitian Dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur Dan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya. 158