I-227. Naskah Saran Kebijakan : Ringkasan
|
|
- Yenny Hartono
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 I-227 Naskah Saran Kebijakan : STRATEGI PERCEPATAN PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT PESISIR KUPANG MELALUI PENERAPAN DAN DIFFUSI TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT, Ringkasan Kawasan (Kota dan Kabupaten) Kupang merupakan penghasil ikan yang penting baik bagi Nusa Tenggara Timur maupun Indonesia. Masyarakat pesisir di daerah Kupang khususnya di kawasan Oesapa kehidupannya sebagai nelayan sangat tergantung dari hasil produk tangkapan hasil laut. Sebagian besar ikan hasil tangkapan dijual dalam bentuk segar langsung kepada konsumen, hanya sedikit yang memanfaatkan ikan tersebut sebagai bahan baku olahan. Kalaupun ada, kegiatan proses pengolahan ikan masih dilakukan secara tradisional. Hal ini karena adanya berbagai resiko yang harus dihadapi dan kesenjangan informasi teknologi tepat sesuai dengan kebutuhan mereka. Sampai saat ini masih belum ada suatu analisis yang mendalam tentang pemetaan keberadaan usaha pengolahan hasil laut serta strategi pengembangan pengrajin pengolahan hasil laut di kawasan Oesapa Kupang NTT. Adanya penerapan teknologi hasil litbang diharapkan mampu memberikan perbaikan mutu dan diversifikasi produk, yang dapat menaikkan nilai ekonomi produk yang akan dijualnya. Dalam pelaksanaan kegiatan telah diperoleh tahapan-tahapan strategi penyiapan dan pelaksanaan yang dianggap telah berhasil dalam upaya percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir. Strategi tersebut dapat disebut dengan Strategi 6 - P, antara lain adalah: pemetaan potensi, penerapan TTG, penguatan kelompok, pemberian bantuan legal produk, pemberian bantuan desain label/kemasan dan pendampingan jejaring pemasaran. Beberapa pilihan kebijakan dapat diadopsi oleh Pemerintah Kabupaten/Kota Kupang untuk memperbaiki tingkat kehidupan ekonomi masyarakat pesisir. 1 Disampaikan pada Focus Group Discussion Penerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang-NTT di Ruang Pertemuan Maya Beach Hotel Jl. Sumatera 31 Kupang, 1 Oktober Page 1
2 PENDAHULUAN Indonesia yang dikenal sebagai negara maritim yang memiliki lebih dari 17 ribu pulau. Luas laut Indonesia adalah 5,8 juta kilometer persegi, atau 3 x lebih luas dari daratan yang hanya mencakup 1,9 juta kilometer persegi. Sumberdaya kelautan ternyata masih belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan, hanya 48% hasil laut di Indonesia dapat dimanfaatkan, dari potensi sebesar 6,7 juta ton. Dengan kata lain, kekayaan laut yang luar biasa ini masih berpeluang untuk didaya-gunakan. Salah satu wilayah potensial penghasil produk laut di Indonesia adalah Nusa Tenggara Timur. Berdasarkan kajian Percepatan Pembangunan dan Peningkatan Investasi di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dilakukan oleh Tim Deputi IV Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (2012), perikanan ditengarai merupakan komoditas unggulan potensial ke-2 sesudah rumput laut. Hal ini selaras pula dengan fokus strategis pemerintah daerah provinsi Nusa Tenggara Timur yang menjadikan perikanan sebagai salah satu sektor penting untuk menjadi penopang pembangunan wilayah. Potensi bahari-nya pula yang menjadikan Nusa Tenggara secara umum bersama dengan Bali - diapresisiasi sebagai gerbang pariwisata dan pendukung pangan nasional. Tantangannya adalah bagaimana agar supaya potensi ini dapat menjadi sumber kekuatan ekonomi masyarakat lokal. Meskipun semangat otonomi daerah yang diamanatkan dalam UU Nomor 32 Tahun 2004, secara jelas menyatakan bahwa pemerintah daerah mempunyai kewenangan di wilayah laut berupa eksplorasi, eksploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut, dukungan terhadap implementasi kebijakan ini diperlukan agar supaya mengena pada sasaran. Salah satu wilayah potensial di Pulau Timor, adalah Kupang. Secara lebih spesifik, pemerintah daerah melalui Dinas Perikanan dan Kelautan Kupang mengarahkan perhatian, khususnya kepada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dengan menempatkan perekonomian rakyat sebagai salah satu komponen utama. Sasaran strategis pembangunan sektor kelautan dan perikanan dirancang baik melalui peningkatan penguasaan teknologi yang terkait dengan produktivitas hasil tangkapan, maupun pendaya-gunaan potensi pesisir melalui introduksi teknologi budidaya berbagai komoditas, termasuk rumput laut. Ikan hasil tangkapan yang merupakan sumber pendapatan penting bagi keluarga nelayan, pada umumnya dijual dalam bentuk ikan segar. Hanya sedikit yang memanfaatkan ikan tersebut sebagai bahan baku olahan. Kalaupun ada, kegiatan proses pengolahan ikan masih dilakukan Page 2
3 secara tradisional. Dari gambaran kegiatan ekonomi berbasis ikan laut di Kupang, terbuka peluang pemanfaatan teknologi tepat guna, baik untuk meningkatkan mutu produk, maupun penganekanaragaman jenis produk olahan hasil laut tersebut. Diharapkan, melalui penerapan teknologi tepat guna, peluang untuk pengembangan usaha berbasis olahan hasil laut khususnya ikan akan semakin terbuka. Hal ini berarti, terbuka pula peluang bagi masyarakat lokal untuk ikut serta dalam denyut kegiatan ekonomi yang berbasis pada kekuatan sumberdaya lokal. DESKRIPSI MASALAH Kawasan (Kota dan Kabupaten) Kupang merupakan penghasil ikan yang penting baik bagi Nusa Tenggara Timur maupun Indonesia. Sebagian besar ikan hasil tangkapan dijual dalam bentuk segar langsung kepada konsumen, atau pun pedagang pengumpul yang kemudian memasarkannya ke wilayah lain dalam bentuk segar untuk diproses lanjut oleh pengolah ikan menjadi ikan asin. Daya simpan merupakan permasalahan yang dialami, baik oleh penjual ikan segar, maupun produsen ikan asin. Persoalan ini merupakan tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat lokal untuk mampu mengambil manfaat optimal dari ketersediaan ikan hasil tangkapan. Salah satu solusi dari masalah pendeknya daya simpan adalah pengolahan ikan. Saat ini, pengolahan ikan yang dikenal masyarakat hanya terbatas pada bentuk ikan kering yang diasinkan. Kalaupun ada proses pengolahan, jumlahnya terbatas dan usaha yang dilakukan oleh para pengrajin ini masih menggunakan cara sederhana karena keterbatasan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Tingginya tingkat ketersediaan ikan segar sebetulnya merupakan peluang bagi masyarakat lokal untuk membangun kegiatan ekonomi yang berbasis pada teknologi pengolahan ikan. Karena selain memberikan nilai tambah signifikan, beragam teknologi pengolahan ikan membuka peluang usaha bagi lebih banyak lagi masyarakat lokal. Produk hasil tangkap perikanan di Kupang pada umumnya dijual dalam bentuk segar dengan pertimbangan produk cepat rusak dan ingin cepat mendapatkan uang untuk keperluan operasional kapal penangkapan dan keperluan rumah tangga. Pengolahan hasil ikan dalam bentuk lain seperti pindang, ikan asap, nugget, baso, dendeng masih belum banyaka dilakukan oleh kaum ibu nelayan. Kalaupun ada proses pengolahan hanya dalam bentuk ikan kering yang diasinkan, jumlahnya tidak terlalu banyak. Usaha yang dilakukan oleh para pengrajin Page 3
4 yang masih menggunakan cara sederhana karena keterbatasan pengetahuan, keterampilan, modal usaha, sarana dan prasarananya. Selain itu bahan baku yang digunakan oleh para pengrajin tradisional berasal dari Tempat Pelelangan Ikan Oesapa yang mutunya sangat beragam, komposisi fisik, kimiawi dan kandungan bakterinya, proses dan kondisi lingkungannya sukar dikontrol. Sehingga berdampak pada produk tidak mampu bersaing dengan produk sejenis dari luar daerah sehingga tidak ada jaminan kemanan dan kesehatan jika pangan dikonsumsi masyarakat. Kondisi tersebut didukung oleh hasil pengamatan nelayan dari DKP Kota Kupang (2011) 2, masalah yang dihadapi dalam memperbaiki kehidupan masyarakat nelayan di Kota Kupang diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kurangnya alat tangkap beserta perlengkapanya baik jumlah maupun kualitas sehingga mengakibatkan kapasitas penangkapannya rendah. 2. Rendahnya pengetahuan teknis yang berkaitan dengan teknologi penangkapan, budidaya, pengolahan dan pemasaran hasil perikanan 3. Organisasi nelayan yang masih sangat lemah dalam struktur dan efektifitas manajemen yang rendah. 4. Terbatasnya sumberdaya finansial dan sumberdaya teknologi untuk menunjang berbagai keperluan pengembangan pembangunan sektor perikanan dan kelautan. 5. Kurangnya data pendukung yang lengkap dalam menunjang pengelolaan wilayah pesisir. 6. Kurangnya aparat/tenaga teknis dalam memberikan pembinaan dan penyuluhan. Dalam upaya meningkatkan nilai tambah produk UMKM perikanan maka teknologi menjadi faktor penting yang dapat berperan di berbagai aspek, diantaranya adalah sebagai instrumen yang memberikan peluang : Meningkatkan kemampuan pengetahuan dan keterampilan pengusaha Meningkatkan kapasitas usaha dan mutu produk yang dihasilkan Meningkatkan nilai tambah dan diversifikasi produk Meningkatkan daya saing produk Tingkat keberhasilan usaha pengolahan hasil perikanan dapat dikatakan akan sangat ditentukan oleh manajemen internal dan ekstenal yang melingkupinya. Manajemen internal 2 Sumber Situs Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang ; /06/sepotong-catatan.html#more diunduh tgl 7Januari 2012 Page 4
5 terkait dengan objek kegiatan usaha. Berupa manajemen produksi dan keuangan serta teknik pengolahan yang digunakannya. Hal ini ditentukan oleh SDM serta manajemen pemasaran dan jaringan kerja yang terbentuk. Sedangkan faktor eksternal ditentukan oleh mutu bahan baku dari para pemasok, pesaing, pangsa pasar/konsumen dan peraturan kebijakan pemerintah melalui instansi terkait. Memperhatikan permasalahan tersebut diatas, maka disadari diperlukan sentuhan dan perlakuan dari berbagai pihak baik itu berupa bantuan dana/modal usaha, sarana dan prasarana maupun upaya peningkatan sumberdaya manusia, demi memberdayakan ekonomi masyarakat pesisir/nelayan Kupang. LOKASI KEGIATAN Nusa Tenggara Timur dipilih sebagai lokus kegiatan, bukan hanya karena merupakan salah satu wilayah spesifik yang menjadi gerbang Ketahanan Pangan Nasional, akan tetapi juga karena merupakan wilayah yang berdasarkan angka Indeks Pembangunan Manusia berada di posisi ke 32 dari 33 propinsi di Indonesia. Maka kegiatan ini dilaksanakan dengan dasar strategis guna memicu terwujudnya penguatan ekonomi masyarakat melalui induksi teknologi tepat guna pada kelompok usaha mikro pengolah ikan di wilayah Kota Kupang. Harapannya, mereka akan mampu memberikan trickle down effect kepada komunitas di lingkungannya kelak. Kelompok usaha terpilih berada di Oesapa, Oebobo, Penfui dan Kupang Kota. Peta Kab. Kupang Peta Kota Kupang Gambar 1. Peta lokasi kegiatan di Kupang Selaras dengan komoditi yang menjadi prioritas pengembangan wilayah NTT, maka ikan adalah hasil laut terpilih yang ditangani. Fokus kegiatan adalah pada penerapan teknologi tepat guna olahan ikan hasil laut terhadap usaha mikro kecil menengah di Kupang Nusa Tenggara Timur. Hasil litbangyasa yang diimplementasikan merupakan teknologi yang telah diuji Page 5
6 kelayakan teknisnya serta ditetapkan berdasarkan berbagai pertimbangan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan UMKM calon pengguna. Usaha mikro dijadikan sasaran, dengan asumsi bahwa usaha mikro ini merupakan kegiatan ekonomi yang merakyat dan kelenturannya menjadi unsur signifikan untuk diadopsi oleh masyarakat yang lebih luas. Berdasarkan peta pemanfaatan teknologi tepat guna oleh UMKM pengolah ikan di Kupang, kajian terhadap potensi keberlanjutan dari penerapan teknologi dilakukan dengan menggunakan kriteria teknologi tepat guna. Gambar 2. Kerangka pikir yang mendasari perancangan kegiatan implementasi TTG Yang tidak kalah pentingnya bagi dimanfaatkannya hasil litbangyasa adalah pola penerapan teknologi tepat guna terhadap UMKM yang responsif terhadap karakter ke-mikro-an mereka. Seperti misalnya, rendahnya pengetahuan dan keterampilan, dan modal usaha. Secara umum, keberhasilan pemanfaatan hasil litbangyasa ditentukan dari : 1. Penguasaan teknologi tepat guna (TTG) oleh UMKM sasaran 2. Penerapan TTG yang dialihkan kepada UMKM sasaran 3. Partisipasi lembaga terkait dalam proses penerapan TTG di UMKM sasaran 4. Dukungan lembaga terkait terhadap kelangsungan penerapan TTG oleh UMKM sasaran Page 6
7 Percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat dimaksudkan untuk mendapatkan strategi dalam mengolah potensi lokal yang dapat ditingkatkan mutu dan kapasitas produksinya serta memberikan alternatif matapencaharian melalui implementasi teknologi tepat guna untuk pemanfaatan dan pengembangan sumber daya alam dan manusia setempat. Hasil kajian tindak tersebut akan dipakai sebagai data untuk pembuatan naskah saran kebijakan Strategi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kupang melalui Penerapan Teknologi Tepat Guna Olahan Hasil Laut yang dapat dijadikan acuan pemerintah daerah dalam mengembangkan dan menguatkan Sistim Inovasi Daerah. PILIHAN-PILIHAN KEBIJAKAN Dalam menyikapi percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir, maka ada beberapa alternatif kebijakan yang dapat diambil oleh Pemerintah Kabupaten/Kota Kupang guna mengatasi masalah tersebut, antara lain : 1) Merekomendasikan konsep pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir yang menekankan pada pendekatan pengorganisasian masyarakat pesisir untuk menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan dan kemasyarakatan, 2) Pemberdayaan pada dimensi ekonomi, fisik lingkungan dan keberlanjutan 3) Meningkatkan keterpaduan dalam perencanaan dan pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir melalui jejaring lintas sektoral dan lembaga riset serta sektor swasta 4) Membuat landasan hukum dari Bupati (antara lain melalui Peraturan Bupati) sebagai pedoman perencanaan dan pelaksanaan maupun monitoring evaluasi program pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir 5) Mempermudah prosedur bagi para Pengrajin pemula usaha makanan minuman berbasis sumber daya alam lokal guna mendapatkan sertifikat Legal Produk S-PIRT dan Halal MUI serta Legal Usaha dari Dinas Perdagangan. 6) Membantu kepada para Pengrajin UMKM untuk mendapatkan Hak Kekayaan Intelektual (HKI) berupa merk dagang agar mereka mendapatkan kepastian hukum dalam perlindungan hak merk dari para pesaing bisnis. 7) Merangsang para Pengrajin untuk membentuk kelompok atau koperasi dengan menawarkan program-program baru yang menarik, seperti pinjaman tanpa agunan dengan Page 7
8 tingkat bunga rendah, bantuan pengadaan bahan baku dan pemasaran. Pengembangan pemasaran dapat dilakukan dengan mengajak mengikuti pameran-pameran lokal maupun nasional tanpa pungutan biaya. 8) Menunjuk pendamping/ fasilitator lokal dan Kabupaten sebagai pendamping dan penghubung antara pihak Pengrajin dan Pemerintah maupun Swasta serta Lembaga Riset sebagai sumber teknologi. 9) Pemerintah membantu membuka jejaring antara UMKM dengan Pengusaha Swasta Besar agar mereka peduli dengan perkembangan usaha kecil dan dapat menjalin pemasaran maupun bantuan Corporate Social Responsibility (CSR). 10) Pemerintah membangun Klinik Konsultasi Bisnis UMKM dan/atau Sentra Gallery UKM yang dapat membantu permasalahan mereka dalam bidang permodalan, manajemen usaha, pembukuan usaha, pengadaan bahan baku, pelatihan teknologi proses, bantuan pengadaan peralatan, desain label dan kemasan, pemasaran serta pengurusan legal produk dan legal usaha. 11) Pelatihan Manajemen dengan kerjasama antara LSM, PT, Koperasi. Sikap dan perilaku para Pengrajin dalam bidang kewirausahaan masih sangat rendah. Misalnya sikap optimisme, kejelasan tujuan dan strategi serta pendekatan untuk mencapai tujuan dan memanfaatkan peluang yang mereka miliki masih rendah. Pengembangan sumberdaya manusia dapat melalui kegiatan insentif penyuluhan serta penyebaran informasi teknologi tepat guna, pengembangan wawasan kewirausahaan dan pembukuan usaha serta membangun jejaring usaha dengan para pengusaha. 12) Pemerintah membantu membuka akses pasar bagi produk olahan yang dihasilkan oleh para pengrajin kelompok binaan. Page 8
9 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pengembangan produk unggulan agro-marine merupakan suatu upaya yang sangat penting terutama untuk menarik dan mendorong munculnya industri baru di sektor perikanan kelautan dan pertanian secara luas, sebagai upaya menciptakan nilai tambah, menciptakan lapangan kerja, dan membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. Persoalan yang dialami dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di daerah pada umumnya adalah tidak berlanjutnya sebagian dari program-program yang diintroduksi. Banyak program yang sudah dilaksanakan dan teknologi yang diintroduksi, namun hanya beberapa yang berkelanjutan, dalam arti kegiatan tetap masih dilaksanakan oleh masyarakat tetapi program kegiatan tidak berkembang seperti yang diharapkan. Timbulnya permasalahan yang dihadapi oleh kelompok usaha juga karena penguatan dan pendampingan kelompok usaha, baik dari instansi atau dinas tekait, yang tidak berkesinambungan. Koordinasi, informasi dan sosialisasi mengenai teknologi juga masih terbatas. Begitu pula infrastruktur yang ada kurang mendukung proses pemasaran dan promosi produk yang telah dihasilkan. Akibat dari semua itu adalah terhambatnya proses tumbuh berkembangnya kelompok usaha yang telah terbentuk atau akan dibentuk. Tahapan strategi penyiapan dan pelaksanaan dalam upaya percepatan pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dapat disebut dengan Strategi 6-P, yaitu: 1) Pemetaan/penggalian potensi sumber daya lokal dengan studi TTG melalui observasi langsung sebagai dasar pengambilan keputusan penetapan bersama masyarakat akan jenisjenis teknologi yang tepat untuk diimplementasikan kepada mereka. Teknologi yang diberikan telah melalui proses analisis terhadap kelayakan pengembangan usaha mikro olahan ikan serta uji kelayakan teknis terhadap teknologi yang akan diterapkan. 2) Penerapan dan pemanfaatan Teknologi Tepat Guna dengan pelatihan olahan pangan serta bantuan teknologi berupa proses dan peralatan kerja untuk mendukung kegiatan usaha kelompok dan pengrajin binaan. 3) Penguatan kelompok dan pemberian bimbingan manajemen usaha dan pemasaran, bimbingan dari sisi teknis produksi dan pasca produksi 4) Pemberian bantuan legal produk berupa pengurusan sertifikasi produk industri skala rumah tangga dari Dinkes dan BPOM. 5) Pemberian bantuan desain label dan kemasan produk menurut jenis dan merk dagang. Page 9
10 6) Pendampingan untuk mendapatkan jejaring mitra kerja dalam pemasaran produk melalui Disperindag dan Sentra Gallery UKM. Untuk mendukung semua itu, diperlukan segera langkah strategis guna mempercepat pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir dengan memperhatikan dan mempertimbangkan kebijakan pemerintah daerah. Berikut adalah peran dan dukungan yang diharapkan: 1. Badan Pendidikan, Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D) sebagai penentu kebijakan penelitian dan pengembangan daerah. 2. BAPPEDA Propinsi Nusa Tenggara Timur sebagai penyusun kebijakan pembangunan daerah, terutama sebagai penyusun kebijakan teknis. 3. Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi NTT sebagai penentu kebijakan pembangunan kelautan dan perikanan Propinsi, serta sebagai penyusun kebijakan teknis. 4. Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Kupang sebagai penentu dan implementor kebijakan pengembangan potensi kelautan dan perikanan propinsi, serta pendamping UMKM perikanan. 5. Dinas Kesehatan Prop NTT dan BPOM sebagai dapat menetapkan status legal produk terkait dengan kelayakan keamanan dan kesehatan mutu pangan. 6. Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa Provinsi NTT dalam pemberdayaan masyarakat melalui penerapan teknologi tepat guna dan kebijakan penerapannya. 7. DisPerInDag Koperasi sebagai dalam menetapkan status legal usaha, mendukung permodalan dan pemasaran produk serta kemasan. 8. Pihak swasta untuk mendukung pengembangan usaha, terutama pasar; 9. Perguruan Tinggi & Lembaga penelitian untuk mendukung pengembangan produk; 10. Lembaga swadaya masyarakat untuk mendukung partisipasi dan pendampingan kegiatan pada kelompok masyarakat Perluasan jejaring dan kerjasama berbagai sektor penting untuk mempercepat peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat pesisir. Karena itu diperlukan koordinasi, dukungan dan perhatian dari semua pihak (stakeholder). Kupang, 01 Oktober 2012 Page 10
EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.
KODE JUDUL : I.227 EXECUTIVE SUMMARY INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciPenerapan TTG Olahan Hasil Laut di Kupang NTT
TERM OF REFERRENCE FOCUS GROUP DISCUSSION Tema : Merancang Strategi Percepatan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir Kupang melalui Penerapan dan Difusi Teknologi Tepat Guna Kegiatan Insentif PKPP Ristek
Lebih terperinciLembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
I.227 P e n e r a p a n T e k n o l o g i T e p a t G u n a O l a h a n H a s i l L a u t d i K a b. K u p a n g N T T Arie Sudaryanto Fithria Novianti Mirwan A. Karim Wawan Agustina Carolina Lembaga Ilmu
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan yang luas, yaitu sekitar 3,1 juta km 2 wilayah perairan territorial dan 2,7 juta km 2 wilayah perairan zona ekonomi eksklusif (ZEE)
Lebih terperinciVII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT. menjalankan kegiatan budidaya rumput laut. Dengan demikian mereka dapat
VII. KINERJA LEMBAGA PENUNJANG PEMASARAN DAN KEBIJAKAN PEMASARAN RUMPUT LAUT 7.1. Kinerja Lembaga Penunjang Pengembangkan budidaya rumput laut di Kecamatan Mangarabombang membutuhkan suatu wadah sebagai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan sub-sektor perikanan tangkap merupakan bagian integral dari pembangunan kelautan dan perikanan yang bertujuan untuk : (1) meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PROGRAM INTENSIFIKASI PEMBUDIDAYAAN IKAN (INBUDKAN) DI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR
PERATURAN MENTERI PERINDUSTRIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 99/M-IND/PER/8/2010 TENTANG PETA PANDUAN (ROAD MAP) PENGEMBANGAN INDUSTRI UNGGULAN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB.
KODE JUDUL : I.227 LAPORAN AKHIR INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinci10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG
10 REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN DI KABUPATEN KUPANG 10.1 Kebijakan Umum Potensi perikanan dan kelautan di Kabupaten Kupang yang cukup besar dan belum tergali secara optimal, karenanya
Lebih terperinciPaparan Walikota Bengkulu
Paparan Walikota Bengkulu Optimalisasi Kemaritiman Nasinal dalam Rangka Mendorong Pembangunan Infrastruktur Kota dan Kota Pantai PEMERINTAH KOTA BENGKULU BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH JL. Wr. Supratman
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Wilayah laut dewasa ini mendapat perhatian cukup besar dari pemerintah dan masyarakat, hal ini karena wilayah laut diyakini memiliki potensi sumberdaya yang dapat memberikan
Lebih terperinciBAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH
Risalah Kebijakan Pertanian dan Lingkungan Vol. 1 No. 3, Desember 2014: 187-191 ISSN : 2355-6226 BAHAN BAKU: URAT NADI INDUSTRI PENGOLAHAN PERIKANAN MIKRO KECIL DAN MENENGAH Yonvitner Departemen Manajemen
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBUPATI KUDUS. PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG
BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 Tahun 2010 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBERDAYA LOKAL DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciUPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY
UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY Oleh: Kevin Yoga Permana Sub: Pengembangan Minapolitan di Kabupaten Cilacap Tanpa tindakan konservasi dan pengelolaan, sektor
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 5 TAHUN : 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN PRODUK LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciBUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 72 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PETERNAKAN, PERIKANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN KEBUMEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperincia. Pelaksanaan dan koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dalam wilayah kewenangan kabupaten.
Sesuai amanat Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008. Serta Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang Mengingat : a. bahwa
Lebih terperinciARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES
ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN Potensi dan Tantangan DI INDONESIA Oleh: Dr. Sunoto, MES Potensi kelautan dan perikanan Indonesia begitu besar, apalagi saat ini potensi tersebut telah ditopang
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki lautan yang lebih luas dari daratan, tiga per empat wilayah Indonesia (5,8 juta km 2 ) berupa laut. Indonesia memiliki lebih dari 17.500 pulau dengan
Lebih terperinciKEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016
KEBIJAKAN PELAKSANAAN PROGRAM / KEGIATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2016 OLEH : DRS. HADJI HUSEN KEPALA BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PROVINSI NTT BADAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG. Nomor : 08 Tahun 2015
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG Nomor : 08 Tahun 2015 Menimbang : Mengingat : PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG USAHA MIKRO DAN KECIL DI KABUPATEN SERANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBAB I PENDUHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDUHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era otonomi daerah saat sekarang, daerah diberi kewenangan dan peluang yang luas untuk mengembangkan potensi ekonomi, sosial, politik dan budaya. Sebagian besar
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA: KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 1. Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Lainnya 2012 2013 2014 2012 2013 2014 305,2
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN
Lebih terperinciPROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016
PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016 MARGARETHA BUNGA (KEPALA BIDANG KETENAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN) DISAMPAIKAN PADA RAPAT SINKRONISASI KELEMBAGAAN PENYULUHAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal
Lebih terperinciMendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia
E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah pesisir adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah pesisir meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam
1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam perekonomian nasional melalui pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), perolehan devisa,
Lebih terperinciRINGKASAN EKSEKUTIF. vii. LAKIP 2015 Dinas Kelautan dan Perikanan
RINGKASAN EKSEKUTIF Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) APBD tahun 2015 disusun untuk memenuhi kewajiban Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan sesuai Perpres RI No.
Lebih terperinci6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Kebijakan di dalam pengembangan UKM
48 6. ANALISIS DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 6.1. Kebijakan di dalam pengembangan UKM Hasil analisis SWOT dan AHP di dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pemerintah Daerah mempunyai peranan yang paling utama
Lebih terperinciTerlaksananya kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan. Terlaksananya penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.
B. URUSAN PILIHAN 1. KELAUTAN DAN PERIKANAN a. KELAUTAN 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumberdaya kelautan
Lebih terperinciKESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN
VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil kajian mengenai strategi pengembangan ekonomi lokal di Kabupaten Pacitan, maka prioritas strategi yang direkomendasikan untuk mendukung
Lebih terperinciINSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka percepatan pembangunan industri perikanan nasional
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,
KEPUTUSAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 608 TAHUN 2003 TENTANG URAIAN TUGAS DINAS PERTANIAN, KEHUTANAN DAN KELAUTAN KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA, Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 73 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinci3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49,
PERATURAN DAERAH KOTA PADANG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TANGGUNGJAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang : a. bahwa keberadaan dunia usaha seyogyanya
Lebih terperinciKEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI 2012
logo lembaga Kode JudUl : M.7. ] EFEKTIVITAS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT NELAYAN DI WILAYAH PESISIR INDONESIA ] 1. Henry Donald Lbn. Toruan, SH,MH
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 20 1.1 Latar Belakang Pembangunan kelautan dan perikanan saat ini menjadi salah satu prioritas pembangunan nasional yang diharapkan menjadi sumber pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan mempertimbangkan
Lebih terperinci10. URUSAN KOPERASI DAN UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Perkembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan koperasi memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Hal ini ditunjukkan oleh keberadaan
Lebih terperinciKrisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan Juli 1997 mempunyai dampak yang besar terhadap perekonomian negara. Sektor pertanian di lndonesia dalam
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciRANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM
111 VI. RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM Rancangan strategi pengembangan pariwisata bahari di Kabupaten Natuna merupakan langkah terakhir setelah dilakukan beberapa langkah analisis, seperti analisis internal
Lebih terperinciBAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN
BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN 8.1 Program Prioritas Pada bab Indikasi rencana program prioritas dalam RPJMD Provinsi Kepulauan Riau ini akan disampaikan
Lebih terperinciBUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI TABANAN PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDI DAYA IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH
PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF DAN PEMBERIAN KEMUDAHAN PENANAMAN MODAL DI DAERAH GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN
Lebih terperinciIII. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN 3.3. PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN : ALTERNATIF PEMIKIRAN
III. RUMUSAN, BAHAN PERTIMBANGAN DAN ADVOKASI ARAH KEBIJAKAN PERTANIAN Pada tahun 2009, Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian melakukan kegiatan analisis dan kajian secara spesifik tentang
Lebih terperinciBUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL
BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PERCEPATAN PENGANEKARAGAMAN KONSUMSI PANGAN BERBASIS SUMBER DAYA LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang
Lebih terperinciPenetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria penataan ruang laut sesuai dengan peta potensi laut.
- 602 - CC. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN 1. Kelautan 1. Penetapan kebijakan norma, standar, prosedur, dan kriteria pengelolaan sumberdaya kelautan dan ikan di wilayah laut
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciINSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI
Kode : I. 227 Kementerian Lembaga Koridor : LIPI : 5 (NTT) Fokus Lokus Peneliti Utama Peneliti Anggota 1 Peneliti Anggota 2 Peneliti Anggota 3 Peneliti Anggota 4 : PERIKANAN : KUPANG NTT : Ir. Arie Sudaryanto
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan spiritual
Lebih terperinciPROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA
PROFESIONALISME DAN PERAN PENYULUH PERIKANAN DALAM PEMBANGUNAN PELAKU UTAMA PERIKANAN YANG BERDAYA Fahrur Razi Penyuluh Perikanan Muda pada Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan email: fahrul.perikanan@gmail.com
Lebih terperinciBAB 6 PENUTUP. temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan
BAB 6 PENUTUP Bab ini, secara singkat akan menyimpulkan dan juga saran mengenai temuan penelitian tentang bagaimana pengelolaan sektor kelautan dan perikanan di NTT dan apa faktor penghambat pembangunan
Lebih terperinciVIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN
VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN 8.1. Rekomendasi Kebijakan Umum Rekomendasi kebijakan dalam rangka memperkuat pembangunan perdesaan di Kabupaten Bogor adalah: 1. Pengembangan Usaha Ekonomi Masyarakat, adalah
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wilayah pesisir dan laut merupakan daerah dengan karateristik khas dan bersifat dinamis dimana terjadi interaksi baik secara fisik, ekologi, sosial dan ekonomi, sehingga
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negar
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1307, 2014 KEMEN KP. Investasi. Jangka Menengah. Minapolitan. Program. Penyusunan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2014
Lebih terperinciBUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 28 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI DAN KEWENANGAN BADAN KETAHANAN PANGAN DAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinci5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) pembangunan di urusan lingkungan hidup, urusan pertanian,
urusan perumahan rakyat, urusan komunikasi dan informatika, dan urusan kebudayaan. 5. Arah Kebijakan Tahun Kelima (2018) Pembangunan di tahun kelima diarahkan pada fokus pembangunan di urusan lingkungan
Lebih terperinciMATRIK 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011
MATRIK 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/ LEMBAGA TAHUN 2011 KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN 1 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya KKP Meningkatnya dukungan
Lebih terperinciPerempuan dan Industri Rumahan
A B PEREMPUAN DAN INDUSTRI RUMAHAN PENGEMBANGAN INDUSTRI RUMAHAN DALAM SISTEM EKONOMI RUMAH TANGGA UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN DAN ANAK C ...gender equality is critical to the development
Lebih terperinciBAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL
BAB 5 ARAHAN PENGEMBANGAN USAHA TAPE KETAN SEBAGAI MOTOR PENGGERAK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL Dalam bab ini, akan dijelaskan mengenai temuan studi, kesimpulan serta rekomendasi pengembangan usaha tape
Lebih terperinciKAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT
KAJIAN POTENSI SUMBER DAYA ALAM BERBASIS EKSPORT I. Perumusan Masalah Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang optimal membutuhkan sebuah pemahaman yang luas dimana pengelolaan SDA harus memperhatikan aspek
Lebih terperinciBUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO
BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciURUSAN KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN KEWENANGAN DAERAH PROVINSI Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
KELAUTAN DAN PERIKANAN YANG MERUPAKAN NO 1. Kelautan, Pesisir, Pulau-Pulau Kecil Pengelolaan ruang laut sampai dengan 12 mil di luar minyak gas bumi Penerbitan izin pemanfaatan ruang laut di bawah 12 mil
Lebih terperinciBAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI
BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS, POKOK DAN FUNGSI 1.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Dalam menjalankan tugas dan fungsinya Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Lebih terperinciPOTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN
POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN H. ISKANDAR ANDI NUHUNG Direktorat Jenderal Bina Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian, Departemen Pertanian ABSTRAK Sesuai
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi ketimpangan kesejahteraan antar kelompok masyarakat dan wilayah. Namun
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN TEMPAT PELELANGAN IKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi (BKPM, 2004). Investasi merupakan salah satu motor penggerak serta penopang pertumbuhan
Lebih terperinci10. Pemberian bimbingan teknis pelaksanaan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan pengelolaan kekayaan laut di wilayah laut kewenangan daerah.
II. URUSAN PILIHAN A. BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN SUB BIDANG SUB SUB BIDANG URAIAN 1 2 3 1. Kelautan 1. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan sumber daya kelautan dan ikan di wilayah laut kewenangan 2. Pelaksanaan
Lebih terperinciBUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG, Menimbang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN PENYULUHAN
AN KELAUTAN DAN, DAN SINERGI PENYELENGGARAN AN Oleh : KUSDIANTORO Kepala Bidang Program dan Monev, Pusat Penyuluhan KP Disampaikan pada acara Temu Kelembagaan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciRENCANA AKSI DAERAH PEMANFAATAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI PROVINSI JAMBI
RENCANA AKSI DAERAH PEMANFAATAN DANA CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DI PROVINSI JAMBI Tabel 1 : Program dan Kegiatan untuk Peningkatan Ekonomi Masyarakat 1. Pengembangan Agribisnis. 1. Mengembangkan sarana
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG LARANGAN PENGAMBILAN KARANG LAUT DI WILAYAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.44, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. Industrialisasi. Kelautan. Perikanan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.27/MEN/2012
Lebih terperinci2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera
No.166, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA SUMBER DAYA ALAM. Pembudidaya. Ikan Kecil. Nelayan Kecil. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5719) PERATURAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencerminkan wujud nyata sebagian besar kehidupan sosial dan ekonomi dari rakyat Indonesia. Peran usaha
Lebih terperinciPerkembangan Ekonomi dan Keuangan Daerah Provinsi Maluku Utara BOX 1
BOX 1 LAPORAN HASIL PENELITIAN DASAR POTENSI EKONOMI DAERAH DALAM RANGKA PENGEMBANGAN KOMODITI UNGGULAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI PROVINSI MALUKU UTARA TAHUN 2007 (BASELINE ECONOMIC SURVEY
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 94 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS SEKRETARIAT, BIDANG, SUB BAGIAN DAN SEKSI DINAS PERIKANAN DAN KELAUTAN PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR
Lebih terperinciBAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN
BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN 5.1. Visi Proses Pembangunan Kabupaten Musi Rawas lima tahun ke depan tidak bisa dilepaskan dari capaian kinerja lima tahun terakhir, selain telah menghasilkan
Lebih terperinciLAPORAN HASIL LITBANG
KODE JUDUL : I.227 LAPORAN HASIL LITBANG INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA OLAHAN HASIL LAUT DI KAB. KUPANG NTT KEMENTERIAN/LEMBAGA: LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN
Lebih terperinciINTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM
INTERVENSI PROGRAM UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS UKM Mendorong Pertumbuhan Ekonomi dan Daya Saing Rahma Iryanti Deputi Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Deputi Kepala Bappenas Jakarta, 15 Juni
Lebih terperinciIV.B.10. Urusan Wajib Koperasi dan UKM
10. URUSAN KOPERASI DAN UKM Pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan langkah yang strategis dalam meningkatkan dan memperkuat dasar kehidupan perekonomian dari sebagian
Lebih terperinciBERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO
BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 47 TAHUN : 2010 SERI : E PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka keterpaduan pelaksanaan pengembangan Ekonomi Kreatif, dengan ini
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung
Lebih terperinci