BAB I PENDAHULUAN. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan suatu bangsa tergantung pada keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. Kader merupakan tenaga non kesehatan yang menjadi. penggerak dan pelaksana kegiatan Posyandu. Kader merupakan titik sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ismawati tahun 2010 (dalam Ariyani dkk, 2012), posyandu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan gizi masih menjadi masalah yang serius. Kekurangan gizi

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan partisipasi masyarakat di dalamnya adalah posyandu. Posyandu

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP KADER DENGAN PELAYANAN POSYANDU DI DESA SIDOREJO GODEAN SLEMAN

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar, karena menyangkut pemenuhan kebutuhan yang sangat vital bagi kesehatan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

Oleh : Teti Herawati* *Pegawai Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pendidikan dan pelatihan. Kader posyandu mempunyai peranan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitis yaitu penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Kader Kesehatan Dengan Pelayanan Posyandu

BAB III METODE PENELITIAN. variabel independent dan variabel (Notoatmodjo, 2003). Puskesmas Gubug pada tanggal Agustus 2010.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2012 mengatakan

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEAKTIFAN IBU BALITA DALAM KEGIATAN POSYANDU DUSUN MLANGI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti penting dalam. kehidupan nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAGARA KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMANFAATAN POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KUTA BARO KABUPATEN ACEH BESAR TAHUN 2013 SUSI NOVITA

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang menjadi insan yang berkualitas. sebanyak 20 juta anak balita yang mengalami kegemukan. Masalah gizi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Pada bab ini membahas tentang hasil penelitian terhadap Hubungan Penyuluhan Ibu

BAB III METODE PENELITIAN. adalah penelitian yang mengkaji hubungan antara variable dengan

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kurangnya Kunjungan Anak Balita Di Posyandu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

Oleh : Merlly Amalia ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada partisipasi masyarakat yang bersangkutan (Kemenkes RI,

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keaktifan Ibu Balita Dalam KegiatanPosyandu Di Provinsi Lampung (Analisis Lanjut Data Riskesdas Tahun 2010)

BAB I PENDAHULUAN menjadi 228 kasus pada Angka kematian bayi menurun dari 70

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang rencana strategis kementrian kesehatan tahun Pembangunan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Visi Kementrian Kesehatan adalah mencapai masyarakat yang mandiri

Dinamika Kebidanan vol. 2 no 2. Agustus 2012

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik. penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

tanda keberhasilan pembangunan di Indonesia. Semakin terjadinya peningkatan usia harapan hidup penduduk, dapat mengakibatkan jumlah

HUBUNGAN PELATIHAN PEMBERIAN MAKANAN PADA BAYI DAN ANAK (PMBA) DENGAN KETERAMPILAN KONSELING PADA BIDAN DI WILAYAH KAWEDANAN PEDAN TAHUN 2014

III. METODE PENELITIAN. cross sectional. Pendekatan cross sectional adalah suatu penelitian noneksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang kekurangan gizi dengan indeks BB/U kecil dari -2 SD dan kelebihan gizi yang

BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN. Pada bab ini penelitian menguraikan tentang metode yang digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. memprihatinkan karena mengancam kualitas sumber daya manusia yang akan

BAB III METODE PENELITIAN. antara variabel bebas dan terikat dengan pendekatan cross sectional, artinya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia walaupun indikator program Millennium Development Goals (MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Gelar S 1 Keperawatan. Oleh: WAHYUNI J

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR PERILAKU IBU BALITA DENGAN KUNJUNGAN KE POSYANDU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOKOAU TAHUN 2015

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Rahayu et al.,persalinan Tindakan...

BAB I PENDAHULUAN. target Millenium Depelopment Goals (MDGs) Dimana angka kematian bayi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KINERJA KADER DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTEE BIDARI LHOK NIBONG KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah observasional dengan desain

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

HUBUNGAN PEKERJAAN IBU BALITA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI POSYANDU PRIMA SEJAHTERA DESA PANDEAN KECAMATAN NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2009

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia (Lansia) Di Desa Kedondong Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas

BAB I PENDAHULUAN. manusia, dimulai sejak dari awal kehidupan. Usia lanjut adalah sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. Kuantitas perkembangan jumlah posyandu sangat menggembirakan, karena

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Kayumerah Kecamatan Limboto

Keaktifan Kader Kesehatan dan Partisipasi Ibu dalam Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi 4,9 persen tahun Tidak terjadi penurunan pada prevalensi. gizi kurang, yaitu tetap 13,0 persen. 2

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

Oleh : Suyanti ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG ASI EKSKLUSIF TERHADAP PEMBERIAN PASI PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI BPS NY. DIYAH SIDOHARJO SRAGEN

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Rancangan cross sectional

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU BALITA KE POSYANDU DI DESA NGAMPEL KECAMATAN KAPAS KABUPATEN BOJONEGORO TAHUN 2016

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

Kata Kunci: Pengetahuan, Keaktifan, Perilaku Sehat.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: Pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengurus utama kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat, Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis resiko kesehatan, Jaminan kesehatan nasional dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan benefit serta kendali mutu dan kendali biaya (Renstra, 2015). Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih menghadapi masalah kekurangan gizi, dan masalah kelebihan gizi. Dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJM) 2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan 1

2 menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Tujuan rencana strategis kementerian kesehatan 2015-2019 salah satunya meningkatkan status kesehatan masyarakat. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan salah satunya pada balita. Tujuan indikator yang bersifat dampak (impact atau outcome) dalam peningkatan status kesehatan masyarakat yang dicapai salah satunya meningkatkan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif. Meningkatkan peran serta masyarakat dapat melalui pembentukan kader. Peran kader terhadap peningkatan gizi balita sangat penting dalam meningkatkan fungsi dan kinerja Posyandu yang utama dalam pemantauan pertumbuhan balita dengan melakukan revitalisasi posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya peran kader sangat penting karena bertanggung jawab dalam pelaksanaan program Posyandu bila kader tidak aktif maka pelaksanaan Posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya peningkatan gizi balita tidak baik (Martinah, 2014). Kader merupakan titik sentral dalam pelaksanan kegiatan Posyandu. keikutsertaan dan keaktifan kader diharapkan mampu menggerakkan partisipasi masyarakat. Namun keberadaan kader relative labil karena pasrtispasi bersifat sukarela sehingga tidak ada jaminan untuk tetap menjalankan fungsinya dengan baik seperti yang diharapkan. Jika ada

3 kepentingan keluarga atau kepentingan lainnya maka Posyandu akan ditinggalkan (Syafei, 2010). Berdasarkan laporan Puskesmas Kabupaten Sleman dari data pemantauan status gizi (PSG) tahun 2015, menunjukkan bahwa status gizi buruk dan kurang 7,53%, sangat pendek dan pendek 12,86%, sangat kurus dan kurus 3,57% dan gemuk 6,14%. Dari target Renstra Dinas Kesehatan dalam prevalensi gizi buruk dengan target 9,38 %. Puskesmas Gamping II belum mencapai target yaitu 7,85 %. Pravelensi balita pendek dan sangat pendek rata-rata 12,86 dan target Renstra tahun 2015 yaitu 11.5 %, sedangkan Puskesmas Gamping II telah mencapai target dengan 14,32 %. Prevalensi balita sangat kurus dan kurus rata-rata 3,57 %, dan target Renstra 3,50% tahun 2015, sedangkan Puskesmas Gamping II belum mencapai target dengan 1,47 %. Prevalensi balita gemuk rata-rata 6,14% dan target Renstra 4,8 % dan sebagian besar Puskesmas di Sleman juga masih melebihi target Renstra, salah satunya Puskesmas Gamping II dengan 8,58%. Dari data ini membuktikan bahwa Puskesmas Gamping II dengan wilayah Kerja mencakup Desa Banyuraden, Nogotirto dan Trihanggo dalam peningkatan gizi masih kurang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan survey yang dilakukan peneliti dengan wawancara di Posyandu Desa Banyuraden dari 8 ibu yang mempunyai balita, 5 diantaranya mengatakan bahwa saat pelaksanaan posyandu ibu balita selalu mengikuti dan berat badan balita selalu meningkat, sedangkan 3 ibu yang memiliki balita mengatakan bahwa ibu dan balita tidak

4 rutin mengikuti pelaksanaan posyandu dan 2 diantaranya mengalami penurunan berat badan sedangkan yang 1 mengalami peningkatan berat badan. Pelaksanaan peran kader merupakan salah satu upaya pemerintah dalam memberdayakan masyarakat untuk menurunkan tingkat kematian bayi dan balita, dan meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak balita. Secara teknis tugas kader yang terkait gizi adalah melakukan pendataan balita, melakukan penimbangan serta mencatat dalam Kartu Menuju Sehat (KMS), memberikan makanan tambahan, mendistribusikan vitamin A, melakukan penyuluhan gizi serta kunjungan ke rumah ibu yang menyusui dan ibu yang memiliki balita. Selain itu kader dapat menjadi perantara dengan petugas atau ahli kesehatan dengan masyarakat serta membantu masyarakat mengidentifikasi dan menghadapi kebutuhan kesehatan mereka sendiri. Kader juga dapat menyediakan informasi bagi pejabat kesehatan berwenang yang mungkin tidak dapat mencapai masyarakat langsung, serta mampu mendorong para pejabat kesehatan di sistem kesehatan agar mengerti dan merespons kebutuhan masyarakat (Ismawaranti, 2010). Berdasarkan studi pendahuluan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian Peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut Apakah ada hubungan peran kader terhadap peningkatan gizi pada balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang akan diperoleh dengan adanya penelitian tentang hubungan peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta adalah : 1. Tujuan Umum : Untuk mengetahui hubungan peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui peran kader menurut persepsi ibu di desa Banyuraden Sleman b. Mengetahui status gizi balita di desa Banyuraden Sleman c. Menganalisis hubungan peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian tentang hubungan peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta adalah :

6 1. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan keperawatan, khususnya Keperawatan Komunitas mengenai pentingnya peran kader terhadap peningkatan gizi balita. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk pengembangan kurikulum, pendidikan keperawatan khususnya perawatan masa pertumbuhan balita. 2. Bagi Kader Posyandu Hasil penelitian ini diharapkan sebagai evaluasi tentang peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta serta dapat menjadi masukan kepada kader dalam meningkatkan gizi balita untuk menurunkan angka gizi buruk. 3. Bagi Peneliti Peneliti dapat mengetahui peran kader terhadap peningkatan gizi balita di desa Banyuraden Sleman Yogyakarta E. Keaslian Penelitian Penelitian yang berhubungan dengan peran kader posyandu telah ada sebelumnya, diantaranya adalah : 1. Subagyo dkk (2014), Peran kader dalam memotivasi ibu balita berkunjung ke posyandu di desa Pliken Kabupaten Banyumas. Dengan jenis penelitian Cross Sectional. Responden penelitian ini adalah ibu balita

7 di desa Pliken s.d bulan September 2014 yang terdata di Posyandu setempat. Analisis data menggunakan table frekuensi dan chi-square. Hasil analisis chi-square menunjukkan angka sebesar 17,344 dengan nilai p sebesar 0,031 yang lebih kecil nilai p sebesar 0,05. Persamaan dengan penelitian ini adalah mengetahui peran kader dengan motivasi ibu balita dalam mengikuti program kesehatan di Posyandu. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat, waktu penelitian, variabel penelitian. 2. Setyarini (2011), Hubungan peran serta kader dalam memotivasi keaktifan ibu membawa balita ke posyandu terhadap status kesehatan balita di rw 07 Kelurahan Pasir Biru Cibiru. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif koreasional dan rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling yang berjumlah 28 responden. Dalam penelitian menggunakan analisa univariat berupa distribusi frekuensi untuk data berkategori nominal dan ordinal. Dilanjutkan dengan analisa bivariat dan uji korelasi pearson product moment. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peran kader dalam memotivasi keaktifan ibu-ibu membawa anak balita ke posyandu adalah baik yaitu 23 responden atau 82,2%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0,027. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat, waktu penelitian, variabel. 3. Agnes (2016), Pengaruh pengetahuan dan sikap kader terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali. Penelitian ini menggunakan metode

8 penelitian obsevasional analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini sebanyak 259 responden. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan analisis data menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengetahuan dan sikap kader terhadap perilaku kader dalam penyuluhan gizi balita di posyandu wilayah kerja Puskesmas Ngemplak Kabupaten Boyolali sangat berpengaruh dengan hasil 63,3%. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.000. Perbedaan dengan penelitian ini adalah tempat, waktu penelitian dan variabel penelitian