DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C06. Relawan. Pembangunan BKM. PNPM Mandiri Perkotaan

dokumen-dokumen yang mirip
DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C09 BKM/LKM. Tugas dan Fungsi BKM/LKM. PNPM Mandiri Perkotaan

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

Modul 1 Topik: Orientasi Belajar

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C05. Relawan. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F13. Pelatihan Dasar 2. Membangun BKM/LKM. PNPM Mandiri Perkotaan

Panduan Fasilitasi Musyawarah Pengembangan KSM

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS C14. Tugas dan Fungsi UP. PNPM Mandiri Perkotaan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan

Panduan Fasilitasi Rembug Kesiapan Masyarakat (RKM)

Review Pelaksanaan Siklus

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

Slide 5 Slide 6 Slide 7 Slide 8 Slide 9 Slide 10

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F12. Pelatihan Dasar 2. Pemetaan Swadaya. PNPM Mandiri Perkotaan

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Pendidikan

Panduan Diskusi Refleksi Kemiskinan (RK)

Panduan Fasilitasi PJM Pronangkis

Panduan Fasilitasi Review Partisipatif BKM/LKM, Re-orientasi Pemetaan Swadaya, Re-orientasi PJM Pronangkis, Penyusunan Program Kerja BKM/LKM

Modul 3 Sub Topik: Kegiatan Sosial Berkelanjutan

Tata Cara Siklus PNPM MP

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Kesehatan

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

Panduan Fasilitator Pemetaan Swadaya (PS)

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS) Kajian Ekonomi

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pernyataan Bebas Plagiarisme... Halaman Pengesahan Skripsi... Halaman Pengesahan Ujian... Halaman Motto...

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 1. Proses Pembangunan/Pengembangan KSM

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMBANGUNAN BKM (BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT) LOKASI BARU 2010

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F14. Pelatihan Dasar 2. Pengembangan KSM. PNPM Mandiri Perkotaan

PNPM MANDIRI PERKOTAAN LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF Agustus 2009 April 2010

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

Teknik-teknik Pemetaan Swadaya (PS)

Matrix Pertanyaan Penelitian, Issue, Informan, Metode, Instrumen, dan Data Sekunder Studi Kerelawanan

MATERI PENGUATAN KSM SOSIAL

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

Konsep PNM Mandiri Perkotaan

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

Tahapan Pemetaan Swadaya

PROSEDUR OPERASI BAKU PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAPASITAS MASYARAKAT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

MEDIA WARGA FOTONOVELA 2014 LKM BINA KARYA MANDIRI

BAB I. Keluaran yang diharapkan dari pengelolaan pelatihan masyarakat adalah sebagai berikut:

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Pertanyaan dan jawaban tersebut adalah sebagai berikut : perkotaan yang dilaksanakan di Desa Dagang Kelambir?

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

Modul 1 Topik : Belajar Bersama 1 Kegiatan 1 Perkenalan 2 Kegiatan 2 Penjelasan Kurikulum Pelatihan/GBPP dan Kontrak Belajar 2

Modul 6 Membangun Nilai Dan Aturan Dasar Kelompok

Program Penanggulangan Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

Modul 2 Orientasi Belajar dan Kontrak Belajar

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kompleks yang dihadapi negara Indonesia. Untuk menidak lanjuti masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

Konsep PNPM Mandiri Perkotaan

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

PNPM MANDIRI PERKOTAAN

PETUNJUK TEKNIS PENGEMBANGAN KELOMPOK SWADAYA MASYARAKAT (KSM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI - PERKOTAAN

KERANGKA ACUAN COACHING FASILITATOR : PEMBANGUNAN BKM P2KP II TAHAP 1

Rembuk Kesiapan Masyarakat

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Modul 9 Transformasi Peran Fasilitator

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS FASILITATOR F24. Pelatihan Madya 1. Review Partisipatif. PNPM Mandiri Perkotaan

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN TINJAUAN (REVIEW) PARTISIPATIF

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN RWT (REMBUG WARGA TAHUNAN)

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

LAPORAN UJI PETIK PELAKSANAAN SIKLUS PNPM MANDIRI PERKOTAAN 2009 PENGELOLAAN DANA BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) Bulan Agustus 2009

KUMPULAN PANDUAN PEMANDU

TAHUN : 2005 NOMOR : 06

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

I. KEGIATAN PENGELOLAAN DANA BLM II. CAKUPAN PELAKSANAAN UJI PETIK III. HASIL UJI PETIK. 1. Capaian Umum

Modul 10. POD dan Metode Pelatihan Partisipatif

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

KAJIAN KURIKULUM PELATIHAN FASILITATOR KELURAHAN

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TEMA BAGAIMANA TATA CARA PEMBANGUNAN KSM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

LAPORAN UJI PETIK SIKLUS MASYARAKAT KEGIATAN PEMANFAATAN BLM (BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT)

BAB III METODOLOGI KAJIAN

Transkripsi:

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Direktorat Jenderal Cipta Karya MODUL KHUSUS KOMUNITAS Relawan C06 Pembangunan BKM PNPM Mandiri Perkotaan

Modul 1 Alur dan GBPP OJT Membangun BKM/LKM 1 Kegiatan 1 Curah Pendapat Harapan dan Kekhawatiran 2 Kegiatan 2 Penjelasan Tujuan dan Garis Besar Program Pembelajaran 2 Modul 2 Refleksi Hasil PS 5 Kegiatan 1 Analisa Hasil Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan 6 Modul 3 Konsep BKM/LKM dan Modal Sosial 8 Kegiatan 1 Memahami Konsep BKM/LKM 9 Kegiatan 2 Membangun Kepercayaan dan Modal Sosial 10 Kegiatan 3 Analisa Kasus : BKM/LKM dan Modal Sosial 13 Modul 4 Mengenal Organisasi BKM/LKM 34 Kegiatan 1 Memahami Tugas BKM/LKM 35 Kegiatan 2 Memahami Perangkat Organisasi BKM/LKM 35 Kegiatan 3 Jajak Pendapat Etika BKM/LKM 36 Modul 5 Membangun BKM/LKM 45 Kegiatan 1 Membangun Kesadaran terhadap Prinsip Prinsip Pemilihan Anggota 46 Kegiatan 2 Memahami Langkah Langkah Pembangunan BKM/LKM 47

Modul 6 Sosialisai Pembangunan BKM/LKM 49 Kegiatan 1 Pleno Kelas Sosialisasi Pembangunan BKM/LKM 50 Kegiatan 2 Sosialisasi Proses dan Hasil Pembangunan BKM/LKM 51 Modul 7 Persiapan Pelaksanaan Pembangunan BKM/LKM 53 Kegiatan 1 Membuat Perencanaan Kegiatan Pembangunan BKM/LKM 54 Kegiatan 2 Berlatih Memfasilitasi Pelaksanaan Kegiatan 55

Modul 1 Topik: Alur dan GBPP OJT Membangun BKM/LKM Peserta : 1. Bisa menyampaikan harapan dan kekhawatiran terhadap proses OJT 2. Memahami tujuan OJT 3. Menyepakati alur proses OJT Kegiatan 1: Curah Pendapat Harapan dan Kekhawatiran Kegiatan 2: Penjelasan tujuan dan GBPP 60 Bahan Bacaan - Alur dan GBPP OJT Membangun BKM/LKM Kertas Plano Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 1

Curah Pendapat Harapan dan Kekhawatiran 1) Buka pertemuan dengan salam. Bangun suasana santai dengan para peserta. Sampaikan bahwa selama beberapa hari ini kita akan berdiskusi, berbagi pengalaman dan merumuskan bagaimana Membangun BKM/LKM. Langkah pertama yang akan kita lakukan adalah membangun orientasi belajar sehingga kita semua jelas untuk apa berada di ruangan ini, apa yang akan kita lalui dan apa yang akan kita hasilkan. 2) Tanyakan kepada peserta, sejak peserta menerima undangan hingga hadir bersama di ruangan ini, apa yang menjadi harapan dan kekhawatiran peserta. Minta peserta menuliskan jawabannya dalam kertas metaplan, menggunakan spidol dengan tulisan yang besar-besar sehingga bisa dibaca dari jauh. Sepakati warna metaplan yang digunakan, misalnya biru untuk Harapan dan merah untuk Kekhawatiran. 3) Persilahkan peserta menempelkan metaplan-nya di papan tulis. Kelompokkan jawaban yang sama. 4) Setelah semua selesai, sampaikan isu-isu besar yang muncul dalam harapan dan kekhawatiran peserta. Penjelasan Tujuan & Garis Besar Program Pembelajaran 1) Kegiatan 2 ini pada dasarnya merupakan klarifikasi atas harapan dan kekhawatiran peserta. Sampaikan tujuan OJT ini. Relawan memahami keterkaitan antara siklus RK, PS dan Pembangunan BKM/LKM Relawan memahami konsep, tugas, fungsi, mekanisme pembangunan dan prinsip prinsip BKM/LKM. Relawan mampu memfasilitasi proses pembangunan BKM/LKM dan mensosialisasikannya kepada warga masyarakat 2) Jelaskan bahwa untuk mencapai tujuan tersebut, kita akan melalui proses-proses seperti tergambar dalam Media Bantu Alur OJT Membangun BKM/LKM. Beri penjelasan tambahan menggunakan Media Bantu GBPP OJT Membangun BKM/LKM untuk Relawan. Buka kesempatan tanya jawab. 3) Sepakati waktu istirahat, waktu selesai belajar, dsb. Tutup diskusi dengan menyampaikan kembali kesepakatan yang telah dibangun. 2

Alur dan GBPP OJT Membangun BKM/LKM Pelatihan Pembangunan BKM/LKM untuk Relawan dirancang dalam bentuk On The Job Training (OJT). Artinya keseluruhan proses pelatihan ini terdiri dari pembahasan materi yang sifatnya pengetahuan di dalam ruang kelas dan praktek praktek keterampilan fasilitasi dalam kegiatan nyata di lapangan. Pelatihan Membangun BKM/LKM bagi Relawan ini terdiri dari 8 Modul yang di dalam penyampaiannya dilakukan di dalam ruang kelas, bimbingan di luar kelas dan praktek langsung dalam penerapan kegiatan pembangunan BKM/LKM di lapangan. Khusus untuk modul 8 dibahas setelah pembentukan panitia Pembangunan BKM/LKM. Waktu yang dibutuhkan untuk pembahasan bisa jadi lebih dari waktu minimal karena akan sangat tergantung kepada kondisi di lapangan. Pihak PNPM Mandiri Perkotaan memberikan subsidi untuk setiap kelurahan yang jumlahnya sudah tercantum dalam aturan dana fixed cost bagi kegiatan OJT ini. Swadaya masyarakat dalam kegiatan ini harus terus didorong oleh fasilitator. Swadaya bisa berbentuk tenaga, makanan, ruangan, uang dan sebagainya. GBPP OJT Membangun BKM/LKM Untuk Relawan Modul Tujuan Metode Waktu Alur dan GBPP OJT Peserta : Bisa menyampaikan harapan dan kelhawatiran Memahami Tujuan OJT Menyepakati alur proses OJT Refleksi Hasil PS Peserta memahami dan menyadari : kajian kelembagaan dan kepemimpinan Hubungan siklus RK, PS (kajian kelembagaan dan kepemimpinan) dan Pembangunan BKM/LKM Menganalisa kebutuhan masyarakat mengenai kebutuhan kelembagaan dan kepemimpinan yang berlandaskan nilai nilai kemanusiaan. Konsep BKM/LKM dan Modal Sosial Mengenal Organisasi BKM/LKM Peserta memahami dan menyadari: Pengertian BKM/LKM Pengertian Modal Sosial Fungsi BKM/LKM dalam membangun modal sosial Kepercayaan sebagai dasar modal sosial Peserta memahami dan menyadari: Tugas tugas yang harus dijalankan BKM/LKM Perangkat Organisasi BKM/LKM Etika BKM/LKM dalam menjalankan tugas Curah pendapat Tanya jawab penjelasan Diskusi analisa hasil kajian kelembagaan dan kepemimpinan Permainan Analisa kasus Diskusi Kelompok Diskusi pleno Jajak Pendapat Penjelasan Tanya Jawab 60 135 135 180 3

Membangun BKM/LKM Sosialisasi pembangunan BKM/LKM Peserta memahami dan menyadari: Prinsip prinsip pemilihan anggota BKM/LKM Memahami langkah langkah pembangunan BKM/LKM Memahami mekanisme pemilihan anggota BKM/LKM Peserta memahami dan menyadari Pentingnya mensosialisasikan kegiatan dan hasil BKM/LKM Peserta mampu membuat perencanaan sosialisasi BKM/LKM Diskusi Kelompok Diskusi Pleno Penjelasan Tanya Jawab Penugasan Berlatih menggunakan media 135 135 Persiapan Pelaksanaan Pembangunan BKM/LKM Peserta mampu membuat perencanaan pembangunan BKM/LKM Peserta mempunyai persiapan untuk memfasilitasi masing masing kegiatan yang harus dilakukan Penugasan Simulasi Praktek Sesuai kebutuh an 4

Modul 2 Topik: Refleksi Hasil PS Peserta memahami dan menyadari: 1. Merefleksikan kajian kelembagaan dan kepemimpinan 2. Hubungan siklus RK, PS (kajian kelembagaan dan kepemimpinan) dan Pembangunan BKM/LKM 3. Menganalisa kebutuhan masyarakat mengenai kebutuhan kelembagaan dan kepemimpinan yang berlandaskan nilai nilai kemanusiaan. Kegiatan 1 : Analisa hasil kajian kelembagaan dan kepemimpinan 3 Jpl ( 135 ) Bahan Bacaan: 1. Buku 5 : Seri Siklus PNPM Mandiri Perkotaan Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan 2. Buku 1 : Seri siklus PNPM Mandiri Perkotaan Kertas Plano Kuda-kuda untuk Flip-chart Metaplan Papan Tulis dengan perlengkapannya Spidol, selotip kertas dan jepitan besar 5

Analisa Hasil Kajian Kelembagaan dan Kepemimpinan 1) Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan melakukan analisa hasil PS untuk kajian kelembagaan dan kepemimpinan. Jelaskan tujuan pembahasan modul ini yaitu : Peserta bisa merefleksikan kegiatan kajian kelembagaan dan kepemimpinan Peserta bisa merefleksikan hubungan refleksi kemiskinan, kajian kelembagaan dan kepemimpinan Peserta bisa menganalisa kebutuhan masyarakat mengenai kelembagaan dan kepemimpinan yang berlandaskan nilai nila kemanusiaan. 2) Tanyakan kepada peserta pengalaman apa yang didapat dari proses kajian kelembagaan dan kepemimpinan? Kaji bersama apa yang menurut peserta berhasil dan apa yang belum berhasil? Mintalah mereka untuk menuliskan apa yang sudah berhasil dalam metaplan warna kuning (atau warna lain), dan apa yang belum berhasil dalam metaplan warna lain. 3) Tempelkan secara berkelompok kartu kartu metaplan tersebut berdasarkan warnanya. Bahas bersama a) ukuran keberhasilan/ketidakberhasilan ; b) faktor faktor apa yang mempengaruhi keberhasilan dan ketidakberhasilan. Untuk lebih memudahkan pembahsan bisa menggunakan tabel berikut : Berhasil (ukurannya) Faktor yang mempengaruhi Tidak berhasil (ukurannya) Faktor yang mempengaruhi 4) Cermati dari hasil diskusi dengan peserta, dan bahas lebih jauh : Apakah masyarakat paham mengenai konsep dan siklus PNPM Mandiri Perkotaan? (apa ukurannya kalau mereka paham), seberapa banyak masyarakat yang paham? Apakah masyarakat paham mengenai pentingnya melakukan kajian kelembagaan dan kepemimpinan? Apa ukurannya? Siapa saja yang terlibat dalam kajian kelembagaan dan kepemimpinan? Dari kelompok mana saja (miskin, kaya, laki laki, perempuan). berapa jumlah warga yang terlibat dan apakah sudah cukup representatif untuk mengambil keputusan? Apakah dari hasil kajian tersebut ada kebutuhan warga untuk membangun lembaga yang bercirikan organisasi masyarakat warga untuk menanggulangi kemiskinan? Apakah pelaksanaan kajian kelembagaan dan kepemimpinan dan hasilnya disosialisasikan kepada masyarakat? Bagaimana caranya? Bagaimana hasilnya? Berapa jumlah masyarakat yang bisa terjangkau oleh sosialisasi yang dilakukan, bagaimana untuk kelompok perempuan, kelompok warga miskin, kelompok pemuda dan kelompok lainnya? Apa masalah masalah yang dihadapi? Bagaimana upaya pemecahan masalah yang sudah dilakukan dan bagaimana hasilnya? 6

5) Diskusikan lebih lanjut bersama peserta bagaimana hubungan antara hasil Refleksi kemiskinan dan pemetaan swadaya. Apakah dari hasil tersebut ada kebutuhan untuk membangun lembaga? Lembaga seperti apa yang dibutuhkan oleh masyarakat? dan kepemimpinan seperti apa yang diharapkan? Bahas kembali 4 level penyebab kemiskinan yang sudah dibahas dalam pelatihan dasar dan dihasilkan dalam refleksi kemiskinan. Kemudian jelaskan kembali keseluruhan siklus PNPM Mandiri Perkotaan dan hubungan antara satu siklus dengan siklus yang lainnya. Gunakan lembar balik PNPM Mandiri Perkotaan apabila dibutuhkan. Berdasarkan hasil refleksi kemiskinan, ada 4 level penyebab kemiskinan yaitu yang nampak pada level gejala : masalah masalah yang berhubungan dengan dimensi sosial, dimensi ekonomi, dan lingkungan. Pada level 3 dan 4 adalah masalah kelembagaan dan kepemimpinan. Ke tiga level ini bermuara pada tidak adanya kebersamaan dalam masyarakat akibat munculnya keserakahan, mementingkan diri sendiri atau golongan, ketidak jujuran dan lunturnya nilai nilai kemanusiaan lainnya. Apakah gejala gejala mengenai masalah kelembagaan dan kepemimpinan terdapat di lokasi sasaran?. Kalau memang ada gejala itulah yang dikaji di dalam Pemetaan swadaya melalui proses kajian kelembagaan dan refleksi kepemimpinan. Dari hasil kajian, kemudian dianalisa bersama apakah masyarakat membutuhkan lembaga yang mencerminkan nilai nilai kebersamaan, demokratis, tidak mementingkan golongan tertentu, menjunjung nilai nilai keadilan, dsb?. Dalam lembaga tersebut, harus dipastikan ada yang bertanggung jawab untuk menggerakkan kegiatan dalam mencapai tujuan, yaitu pemimpin. Peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi anggotanya (warga terutama warga miskin, laki laki dan perempuan) akan menumbuhkan kepecayaan dari semua unsur komunitasnya. Perlu dicermati, apakah masyarakat membutuhkan lembaga seperti di atas atas dasar kesadaran kritis mereka ataukah hanya semata mata untuk memenuhi syarat yang ditentukan oleh proyek? Pemahaman masyarakat terhadap kelembagaan dan kepemimpinan sangat penting untuk menjadi dasar dalam pembangunan BKM/LKM dan pemilihan anggotanya. Tanpa kesadaran terhadap kriteria pemimpin seperti apa yang akan mereka pilih, pada proses pemilihan anggota BKM bisa terjadi masyarakat memilih tidak berdasarkan kriteria yang sudah disepakati. Penting diperhatikan juga mengenai peluang perempuan untuk terpilih menjadi pemimpin, bagaimana paradigma masyarakat terhadap pemimpin perempuan. Mestinya apabila proses refleksi kepemimpinan maksimal, masyarakat akan mempunyai kesadaran untuk memilih pemimpin bukan berdasarkan jenis kelamin atau golongan akan tetapi berdasarkan kriteria yang sudah disepakati. Baik laki laki mupun perempuan dari golongan manapun bisa dipilih menjadi pemimpin asalkan memenuhi kriteria yang sudah ditetapkan bersama. Berdasarkan pengalaman tidak semua pemilih ikut di dalam proses kajian kelembagaan dan kepemimpinan, sehingga menjadi penting untuk memberikan penyadaran kepada kelompok masyarakat tersebut dengan cara yang lain, baik itu dengan menggunakan media sebar ( poster, selebaran dan sebagainya) maupun mendorong relawan relaan untuk menyebarkan informasi secara verbal. Penyebaran informasi secara verbal, bahkan akan lebih efektif karena bisa langsung terjadi dialog antara relawan dan masyarakat. 7

Modul 3 Topik: Konsep BKM/LKM dan Modal Sosial Peserta memahami dan menyadari: 1. Pengertian BKM/LKM 2. Pengertian Modal Sosial 3. Fungsi BKM/LKM dalam membangun modal sosial 4. Kepercayaan sebagai dasar modal sosial Kegiatan 1: Memahami konsep BKM/LKM Kegiatan 2: Membangun Kepercayaan dan modal sosial Kegiatan 3: Analisa kasus BKM/LKM dan modal sosial 3 Jpl ( 135 ) Bahan Bacaan: 1. BKM/LKM sebagai Pemimpin Lembaga Kolektif Masyarakat Warga 2. BKM/LKM dan Modal Sosial 3.Buku 1 Seri Siklus PNPM Mandiri perkotaan Hasil RK dan PS Kertas Plano, metaplan, spidol, selotip dan jepitan besar Papan Tulis dengan perlengkapannya 8

Memahami Konsep BKM/LKM 1) Beri salam dan jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mulai membahas modul BKM/LKM dan Modal Sosial, dengan tujuan: Peserta memahami pengertian BKM/LKM Peserta memahami pengertian modal sosial. Peserta memahami dan menyadari fungsi BKM/LKM dalam membangun modal sosial. Peserta memahami dan menyadari kepercayaan sebagai modal sosial 2) Bagikan kepada peserta Bahan Bacaan BKM/LKM dan modal sosial, mintalah mereka membacanya dengan seksama. 3) Setelah mereka selesai membaca, lakukan curah pendapat dengan peserta : Apa yang dimaksud dengan BKM/LKM? Mengapa BKM/LKM diperlukan dalam penanggulangan kemiskinan? Apa hubungan BKM/LKM dengan Organisasi Masyarakat Warga? 4) Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano, dan bahas secara mendalam. Apabila diperlukan gunakan Media Bantu Masyarakat Warga. BKM/LKM merupakan kepemimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga suatu kelurahan yang anggota anggotanya dipilih berdasarkan kriteria kemanusiaan, sehingga berperan secara penuh sebagai pemimpin masyarakat warga. Kolektifitas kepemimpinan ini penting dalam rangka memperkuat kemampuan individu untuk dapat menghasilkan dan mengambil keputusan yang lebih adil dan bijaksana oleh sebab terjadinya proses saling asuh, saling asah dan saling asih antar anggota kepemimpinan yang pada akhirnya akan menjamin terjadinya demokrasi, tanggung gugat, dan transparansi. Di samping itu pola kepemimpinan kolektif juga merupakan desinsentif bagi para pemimpin yang justru ingin mendapatkan kekuatan absolut di satu tangan yang pada gilirannya akan melahirkan tirani dan anarki yang mementingkan diri sendiri dan ketidakadilan. Masyarakat warga adalah terjemahan dari civil society, yaitu himpunan masyarakat yang diprakarsai dan dikelola secara mandiri, yang dapat memenuhi kebutuhan atau kepentingan bersama, memecahkan persoalan bersama dan atau menyatakan kepedulian bersama dengan tetap menghargai hak orang lain untuk berbuat yang sama dan tetap mempertahankan kemerdekaannya (otonomi) terhadap institusi negara, keluarga, agama dan pasar. Dengan demikian BKM/LKM merupakan alternatif pilihan bagi warga masyarakat, sebagai lembaga yang menjadi motor penggerak dalam penanggulangan kemiskinan seperti yang dibutuhkan oleh masyarakat. Karenanya BKM/LKM sebagai dewan pimpinan kolektif adalah milik seluruh penduduk keluarahan yang bersangkutan. 9

Pada dasarnya BKM/LKM adalah lembaga pimpinan kolektif suatu masyarakat warga penduduk kelurahan/desa dengan fungsi utama mengendalikan atau mengemudikan (steering) kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan tersebut jadi harus mampu menjaga posisi pada fungsi kontrol dan fasilitasi serta tidak terlibat dalam kegiatan praktis - pelaksanaan (rowing) karena akan mudah terperangkap pada situasi konflik kepentingan. Sebagai pimpinan kolektif dari masyarakat warga, BKM/LKM harus membangun sikap dan perilaku masyarakat untuk menjadi masyarakat yang saling percaya di antara mereka dan bisa dipercaya pihak luar karena kepercayaan merupakan unsur utama dalam membangun kerjasama. Artinya, BKM/LKM harus membangun modal sosial dengan cara menumbuhkan kembali nilai nilai kemanusiaan, ikatan ikatan sosial dan menggalang kerjasama sesama warga untuk menanggulangi kemiskinan secara mandiri. BKM/LKM harus menjadi motor gerakan solidaritas sosial di masyarakat kelurahan/desa setempat, juga menggalang kepedulian dari pihak luar. Untuk dapat menjadi motor penggerak, maka BKM/LKM harus dapat dipercaya baik oleh warga masyarakat setempat maupun pihak luar. Membangun Kepercayaan dan Modal Sosial 1) Buka pertemuan dengan salam singkat. Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan mendiskusikan mengenai modal sosial, dan akan dimulai dengan diskusi pertama mengenai hubungan sosial dan kerjasama dalam masyarakat. Uraikan maksud dan tujuan dari diskusi ini. 2) Tanyakan kepada peserta apa yang dimaksud dengan komunitas kelurahan/desa dan apa unsur - unsur yang ada di dalamnya?. Tuliskan jawaban peserta dalam kertas plano. Komunitas kelurahan/desa merupakan sekumpulan warga masyarakat yang menyatukan diri dalam wilayah kelurahan/desa, dan menciptakan hubungan hubungan (ikatan) sosial untuk mencapai tujuan bersama. Unsur unsur yang membentuk komunitas kelurahan terdiri dari individu individu dan kelompok kelompok masyarakat dalam wilayah tersebut. 3) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan melanjutkan kegiatan dengan permainan memasukkan pensil ke dalam botol. Sebelum permainan dimulai siapkan terlebih dahulu sebuah botol yang bisa dimasuki pensil. Sebuah pensil yang diikat oleh 4 utas tali rapia, dengan panjang masing masing 2 meter. Tali rapia tersebut harus bisa ditarik ke empat arah yang berbeda. 10

Mintalah 8 orang peserta sebagai sukarelawan, sedangkan peserta lain menjadi pengamat. Tugaskan 8 orang peserta tersebut untuk berpasangan (menjadi 4 pasang), pasangan pasangan tersebut berdiri membentuk lingkaran dimana di tengah tengah lingkaran diletakkan sebuah botol. Salah seorang dari setiap pasangan ditutup matanya dan bertugas untuk memegang tali rapia yang mengikat pensil. Pasangan yang tidak ditutup matanya, berdiri di belakang yang ditutup matanya dan memberikan perintah (aba aba) untuk memasukkan pensil tersebut ke dalam botol. Apabila peserta belum berhasil memasukkan pensil ke dalam botol, mintalah mereka untuk mencoba beberapa kali sampai berhasil. 4) Setelah selesai permainan, tanyakan kepada peserta : Mengapa mereka memilih pasangannya masing masing? Cukup mudahkah atau susah untuk memasukkan pensil ke dalam botol? Kalau mudah apa saja faktor yang mempengaruhi hal tersebut menjadi mudah? Apabila susah, apa saja yang membuat hal tersebut menjadi susah? Apa yang dirasakan oleh pasangan yang matanya ditutup? Adakah interaksi atau komunikasi antara pasangan yang satu dengan pasangan yang lain? Tanyakan kepada para pengamat, apa yang mereka amati selama proses permainan berlangsung? Dari pertanyaan tersebut temukan kata kunci dari peserta : untuk dapat berhasil memasukkan pensil ke dalam botol, memerlukan kerjasama di antara mereka, tanpa kerjasama akan sulit untuk mencapai tujuan bersama. 5) Bahas bersama peserta faktor faktor yang bisa mempengaruhi dan menghambat kerjasama. 6) Kemudian tanyakan kepada peserta apakah selama ini di masyarakat kelurahan/desa mereka terjadi kerjasama antar warga? Apabila ada bentuk kerjasama apa saja yang dilakukan? Mengapa mereka bekerja sama? Apabila tidak, apa alasannya? 7) Jelaskan kepada peserta, bahwa biasanya kerjasama di dalam masyarakat dimulai dalam kelompok kelompok (komunitas) kecil seperti arisan, pengajian, kelompok petani, kelompok nelayan dan sebagainya. Tanyakan kepada mereka, adakah di antara mereka yang bergabung ke dalam kelompok tersebut? Apabila ada, apa alasan mereka bergabung, dan apabila tidak, apa alasan mereka tidak bergabung? 11

Temukan kata kunci: Kerjasama akan terjalin dengan baik apabila dilandasi oleh kepercayaan di antara warga. Kepercayaan inilah yang membentuk ikatan sosial menjadi kuat. 8) Bagi peserta ke dalam 2 kelompok, beri tugas : Kelompok pertama membahas: apa yang akan diberikan dan tidak akan diberikan apabila bergabung dalam kelompok dan anda percaya terhadap sesama anggota kelompok tersebut? Kelompok kedua membahas: apa yang akan diberikan dan tidak akan diberikan apabila bergabung dalam kelompok dan anda tidak percaya terhadap sesama anggota kelompok tersebut? 9) Setelah selesai diskusi kelompok, bahas dalam pleno. Kemudian lanjutkan diskusi pleno dengan membahas faktor faktor apa saja yang mempengaruhi kita untuk mempercayai seseorang? Gunakan kata kata kunci: Mungkinkah kita percaya terhadap orang yang tidak jujur? Mungkinkah orang yang tidak jujur akan transparan ketika mengelola kegitatan? Mungkinkah kita percaya terhadap orang yang tidak peduli? Akankah kita mempercayai orang yang pernah melakukan tindakan tidak adil terhadap kita? Mungkinkah kita percaya terhadap orang yang serakah (pernah merugikan kita)? Mungkinkah orang yang tidak peduli, serakah, tidak jujur akan mempertanggungjawabkan kegiatannya? Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai komunitas disebut modal sosial. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun kelompok masyarakat yang besar seperti negara. Kerjasama yang dilandasi kepercayaan akan terjadi apabila dilandasi oleh kejujuran, keadilan, keterbukaan, saling peduli, saling menghargai, tidak mementingkan diri sendiri,saling menolong, di antara anggota kelompok (warga masyarakat). Pihak pihak luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan kerjasama kepada kelompok apabila kelompok tersebut bisa dipercaya, artinya kepercayaan merupakan modal yang sangat penting untuk membangun jaringan kemitraan (kerjasama) dengan pihak luar. 12

Analisa Kasus : BKM/LKM dan Modal Sosial 1) Jelaskan kepada peserta bahwa kita akan melanjutkan diskusi dengan membahas topik membangun modal sosial di BKM/LKM. Uraikan maksud dan tujuan dari diskusi ini. 2) Bagikan lembar kasus : Penyalahgunaan Pinjaman kepada peserta. Mintalah peserta untuk membaca kasus tersebut, kemudian diskusikan kasus tersebut dengan menggunakan pertanyaan kunci sebagai berikut : Apakah Kepala Dukuh akan dipercaya oleh masyarakat? Apa akibat yang ditimbulkan oleh penyelewengan Kepala Dukuh tersebut? Mengapa KSM tidak mau mengangsur pinjamannya? Bolehkah anggota BKM/LKM meminjamkan kembali kepada kelompok KSM tersebut? Mengapa demikian? 3) Dari kasus tersebut, bahas bersama peserta bahwa kepercayaan tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi butuh proses untuk dibangun secara terus menerus. Tanyakan kepada peserta apa saja kebutuhan dasar untuk menumbuhkan kepercayaan antar warga dalam sebuah komunitas? 4) Jelaskan kepada peserta 4 kebutuhan dasar untuk menumbuhkan kepercayaan yaitu : Penerimaan; harus ada penerimaan dari sesama anggota terhadap anggota yang lainnya sehingga akan tumbuh perasaan aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribuasi dalam kegiatan kelompoknya. Kepercayaan tidak akan tumbuh begitu saja terhadap orang baru.perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku yang berorientasi pada nilai nilai kejujuran, keadilan, kesetiaan dari masing masing anggota dalam waktu yang relatif lama. Apabila salah satu anggota melakukan kecurangan maka kepercayaan terhadap orang tersebut akan luntur. Berbagi informasi dan kepedulian; pertukaran informasi yang diberikan di antara warga haruslah informasi yang jujur dan terbuka (transparan dan dapat dipertanggungjawabkan). Informasi tidak akan berarti apabila dalam hubungan hubungan tadi tidak didasari kepedulian. Menentukan tujuan; Tujuan bersama dan proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan masalah bersama. Pengorganisasian dan Tindakan; Memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk menggerakkan kegiatan untuk mencapai tujuan (Pemimpin). Peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli, terbuka, menghargai hak dan kewajiban anggota dan melindungi anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya. 5) Diskusikan dengan peserta bahwa BKM/LKM mempunyai fungsi sebagai motor penggerak untuk menumbuhkan potensi masyarakat dalam menanggulangi kemiskinan, artinya BKM/LKM harus membangun modal sosial. Diskusikan dengan peserta, pada tataran mana saja harus dibangun modal sosial. 13

Modal sosial yang harus dibangun oleh BKM/LKM: Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di antara anggota BKM/LKM Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM dengan masyarakat Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar kelompok masyarakat Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM, masyarakat dan pihak luar 6) Bagi peserta ke dalam 2 kelompok, beri tugas kelompok untuk mendiskusikan: Kelompok 1: apa yang harus dilakukan oleh BKM/LKM, agar tumbuh 1) kerjasama dan kepercayaan antar anggota BKM/LKM dan 2) kerjasama dan kepercayaan BKM/LKM dengan masyarakat. Kelompok 2: apa yang harus dilakukan oleh BKM/LKM, agar tumbuh 1) kerjasama dan kepercayaan antar kelompok masyarakat, dan 2) kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM, masyarakat dan pihak luar. Bahas hasil diskusi kelompok dalam pleno kelas. Kemudian berikan penegasan pada hal hal yang penting, gunakan Media Bantu yang sudah disiapkan sebelumnya dan bahan bacaan sebagai acuan. 14

Lembar Kasus Penyalah-gunaan Dana Pinjaman Pada Bulan Juni 2004, telah dicairkan pinjaman kepada KSM S di BKM MA, sebesar RP 6.000.000,00. Pencairan pinjaman dilakukan melalui Kepala Dukuh untuk dibagikan kepada anggota KSM sebanyak 15 orang, masing masing sebesar Rp. 400.000,00. Ternyata oleh Kepala Dukuh seluruh dana pinjaman tersebut dibagikan kepada 25 orang, masing masing sebesar RP. 200.000,00., sedangkan sisanya sebanyak Rp 1.000.000,00 digunakan sendiri oleh Kepala Dukuh. Sampai Bulan Maret 2005, 25 orang peminjam tersebut telah mengangsur sebesar RP 2.240.000,00 (pokok) dan RP 428.000,00 (bunga), sedangkan Kepala Dukuh belum pernah mengangsur sama sekali. Dari kejadian tersebut anggota KSM S enggan mengangsur pinjamannya, sehingga tunggakan KSM S per 31 Maret 2005 sebesar RP 3.760.000,00 (pokok) dan Rp 772.000,00 (bunga). 15

Tulislah dalam kertas plano hal hal di bawah ini, sebelum pelatihan dimulai sebagai Media Bantu untuk menjelaskan dan memberikan penegasan kepada peserta Mengapa BKM/LKM diperlukan : Selama ini pembangunan didominasi oleh pihak luar Maka masyarakat tidak terlibat, hanya menjadi objek Masyarakat menjadi lemah Terjadi perpecahan dalam masyarakat ke dalam golongan golongan (kaya miskin, kaum elite, kewilayahan dsb) Setiap golongan mementingkan diri dan kelompoknya masing masing, tidak peduli lagi pada kelompok yang lain Maka lunturlah kebersamaan, kepedulian, dan sebagainya Makin memiskinkan orang miskin, karena golongan ini selalu terpinggirkan termasuk perempuan miskin di dalamnya. Diperlukan motor penggerak untuk menumbuhkan kembali gerakkan kebersamaan Motor penggerak yang berupa kepemimpinan kolektif dan berlandaskan nilai nilai kemanusiaan. Pengertian BKM/LKM BKM/LKM adalah nama generik (umum), jadi namanya bisa dengan nama lain asal mempunyai misi dan fungsi yang sama Boleh merupakan lembaga bentukan baru atau menggunakan lembaga yang ada sejauh prinsip prinsip dan nilainya tidak menyimpang Merupakan pimpinan kolektif dari organisasi masyarakat warga Anggota pimpinan kolektif adalah pribadi pribadi yang dipercaya warga berdasarkan nilai nilai kemanusiaan Anggota BKM/LKM dipilih oleh warga, berdasarkan kriteria sifat sifat baik yang disepakati oleh warga Proses pengambilan keputusan dalam BKM dilakukan secara kolektif dan dilandasi oleh musyawarah Misi BKM/LKM Membangun modal sosial dengan menumbuhkan kembali nilai nilai kemanusiaan. Fungsi BKM/LKM Menjadi motor penggerak gerakkan kolektif (bersama) masyarakat dalam penanggulangan kemiskinan. Apa itu Modal Sosial : Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama Kemampuan ini akan muncul dari kepercayaan umum di dalam masyarakat 16

Modal Sosial yang harus ditumbuhkan oleh BKM/LKM : Kerjasama dan kepercayaan di antara anggota BKM/LKM Kerjasama dan kepercayaan antara anggota BKM/LKM dengan masyarakat Kerjasama dan kepercayaan antar anggota masyarakat Kerjasama antara BKM/LKM dengan pihak luar Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan di antara anggota : Merumuskan semua keputusan bersama, meminimalkan kepentingan individu Menjalin dialog terbuka, saling memberikan informasi, saling menghargai antar anggota Informasi disajikan secara transparan temasuk menyangkut keuangan Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antara BKM/LKM dengan masyarakat : Menjalankan tugas dengan jujur dan adil, prioritas berdasarkan kebutuhan nyata masyarakat Tidak mencari keuntungan pribadi Tidak memihak kepada kelompok tertentu, memberi kesempatan kepada semua warga untuk terlibat (partisipasi) Memberikan informasi kegiatan BKM/LKM, transparansi keuangan dan informasi lain melalui papan info dan media lainnya Mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan dan kegiatan lain (akuntabilitsas), melalui rapat tahunan dan rapat istimewa apabila diperlukan Menumbuhkan kerjasama dan kepercayaan antar warga masyarakat Menumbuhkan kepedulian warga, melibatkan masyarakat dalam setiap tahapan program ( perumusan masalah, perencanaan, pelaksanaan dan monitoring evaluasi) Menggalang kegiatan kegiatan yang bisa menumbuhkan kebersamaan baik melalui KSM atau kepanitiaan. Menumbuhkan kerjasama antara BKM/LKM dengan pihak luar Menginformasikan kegiatan BKM/LKM, UP dan KSM kepada pihak luar Mencari dan bermitra untuk mengembangkan program sesuai PJM Pronangkis dengan pihak luar (Dinas, lembaga swasta, Perguruan Tinggi, LSM dll). Mencari dukungan dana dari pihak luar untuk pelaksanaan PJM Pronangkis Mencari dukungan dari pihak Pemda setempat (kelurahan, Kecamatan, Kabupaten) dengan mendorong diakomodirnya PJM Pronangkis dalam Musrenbang. Bekerjasama dengan BKM/LKM dari Kelurahan/Desa lain dalam Forum BKM/LKM 17

Beberapa Pertanyaan Mengenai BKM /LKM 1) Apakah BKM/LKM itu? Jawab : BKM/LKM adalah dewan pimpinan kolektif masyarakat warga penduduk kelurahan/desa yang menggerakkan penanggulangan kemiskinan di wilayahnya. 2) Apakah hakekat BKM/LKM? Jawab : Sebagai lembaga BKM/LKM adalah representasi masyarakat warga penduduk kelurahan. 3) Siapakah pemilik BKM/LKM? Jawab : BKM/LKM sebagai dewan pimpinan kolektif adalah milik seluruh penduduk kelurahan yang bersangkutan. 4) Apakah bukti atau indikator kepemilikan tersebut Jawab : BKM/LKM didirikan dan anggotanya dipilih oleh warga penduduk kelurahan yang bersangkutan dan bertanggung jawab kepada warga penduduk kelurahan, warga berhak bertanya dan mendapatkan informasi mengenai semua keputusan dan kegiatan BKM/LKM serta situasi keuangan yang di percayakan ke BKM/LKM. 5) Apakah dan bagaimana kedudukan BKM/LKM ditengah masyarakat kelurahan? Jawab BKM/LKM berkedudukan sebagai lembaga pimpinan masyarakat warga penduduk kelurahan dan merupakan lembaga pengendali kegiatan penanggulangan kemiskinan di kelurahan yang bersangkutan, yang posisinya di luar institusi pemerintah, militer, agama, pekerjaan dan keluarga. 6) Siapa saja yang berhak duduk di BKM/LKM Jawab Semua penduduk kelurahan yang bersangkutan, terpilih dan memenuhi kriteria dasar yang telah ditentukan dalam pemilihan anggota BKM/LKM secara berjenjang tanpa pencalonan dan tanpa kampanye. Bukan perwakilan unsur-unsur masyarakat sebab BKM/LKM tidak mengenal partisan, boleh perempuan/laki-laki, tua/muda 7) Anggota BKM/LKM terpilih sebenarnya mewakili apa/siapa? Jawab : Oleh sebab anggota BKM/LKM dipilih berdasarkan sifat-sifat baik yang dimiliki maka sebenarnya yang dia wakili adalah sifat-sifat baik itu sendiri dalam mengendalikan kegiatan penangulangan kemiskinan di kelurahan/desanya. Artinya bila ternyata dalam pelaksanaannya (pada saat dia 18

memerankan fungsinya sebagai anggota BKM/LKM) dia tidak mampu menunjukkan/merepresentasikan sifat-sifat baik tersebut maka dia harus diganti/diturunkan 8) Apakah bentuk organisasi BKM/LKM dan bagaimana legitimasi BKM/LKM Berbentuk dewan-kah dimana tidak ada kekuasaan absolut pada individu (kepala/ketua) sehingga keputusan harus diambil secara kolektif atau hirarki-kah dimana kekuasaan absolut ada pada kepala/ketua dan dari mana BKM/LKM memperoleh legitimasinya Jawab : Berbentuk dewan, jadi tidak ada kekuasaan absolut ditangan satu orang; ketua/kepala/koordinator. Artinya keputusan BKM/LKM merupakan keputusan kolektif lembaga. Anggota BKM/LKM tidak saja dipilih oleh masyarakat penduduk kelurahan masing-masing tetapi juga memperoleh legitimasinya dari masyarakat penduduk kelurahan yang telah memilih dan mempercayai mereka sebagai pimpinan kolektif. 9) Mungkinkah proyek penanggulangan kemiskinan di kelurahan yang ditangani oleh orang-orang yang tidak jujur, tidak adil dan penuh kepentingan pribadi (vested interest), dsb dapat berhasil? Jawab : Tidak mungkin berhasil karena tidak ada ketulusan, dedikasi dan pengabdian karena kepentingan pribadi/golongan diutamakan sehingga yang terjadi adalah kebocoran, salah sasaran, penipuan dgn berbagai dalih, KKN dan ketidak adilan terus menerus 10) Mungkinkah keputusan-keputusan yang tidak dilandasi oleh nilai-nilai luhur membuahkan kebaikan dan bermanfaat untuk si miskin? Jawab : Tidak mungkin karena yang terjadi justru sebaliknya menimbulkan perpecahan yang menyebabkan kehancuran modal sosial sehingga pada gilirannya memperparah kemiskinan 11) Secara umum mungkinkah orang-orang yg tidak menerapkan nilai-nilai luhur dlm hidupnya sehari-hari menghasilkan keputusan yang bernilai luhur, adil, kesetaraan, mengutamakan yang lemah, dsb dan bermanfaat bagi kaum miskin? Jawab : Bila BKM/LKM terdiri dari orang-orang yang tidak menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan mereka sehari-hari maka yang akan terjadi adalah kehancuran karena perbuatan baik yang bukan dilandasi oleh hati nurani yang murni akan dengan cepat luntur sehingga kehancuran hanya soal waktu saja 12) Jadi tantangan kita adalah menemukan orang-orang baik dan murni (ikhlas) tersebut di atas. Coba diskusikan apakah nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh orang-orang baik dan murni ini sebenarnya sudah ada di masyarakat tetapi tertutup oleh polusi asap kehidupan atau harus diperkenalkan dari luar oleh proyek? Jawab : Pada dasarnya manusia adalah baik, diciptakan sempurna sebagai mahluk yang paling luhur oleh Sang Pencipta Yang Maha Agung, tetapi sering kali situasi lingkungan yang dibuat oleh ulah manusia menyebab sifat-sifat baik ini tidak dapat muncul. Artinya bila peluang untuk berbuat baik juga diberikan sama besarnya maka lebih banyak orang baik akan muncul karena pada dasarnya orang memang baik, rindu untuk jadi baik, rindu untuk dikenal sebagai orang baik, jadi tantangan kita menemukan orang baik dan murni (ikhlas) tersebut dengan membuka peluang berbuat baik tersebut seperti misalnya relawan, kepedulian, pengorbanan, dsb. Bukan 19

menciptakan orang baik dan murni (ikhlas) seolah-olah orang baik dan murni (ikhlas) hanya kita. Sering kali juga orang-orang baik dan murni (ikhlas) ini dalam keadaan tidak berdaya untuk mewujudkan kebaikannya, jadi tantangan kita adalah bukan hanya agar orang paham akan nilai moral melainkan juga mampu (kapabel) melakukannya. Sikap yang harus diambil menghadapi situasi ini adalah memberdayakan manusia untuk memulihkan kembali keberdayaan manusia sehingga menjadi manusia seutuhnya yang sarat dengan nilai-nilai luhur universal sebagai pantulan Sang Pencipta dan mampu bertindak mengamalkan nilai-nilai luhur tersebut (moral capability). 13) Lembaga apakah yang sesuai (atau yang sudah ada), yg memberi kesempatan orang-orang berkwalitas yg menerapkan nilai-nilai luhur dalam hidupnya dapat duduk sebagai pimpinan dan menangani penanggulangan kemiskinan sebagai representasi masyarakat serta mendapatkan legitimasi dari masyarakat? Jadi lembaga yang pemilihan anggotanya didasarkan perbuatan baik (rekam jejak) bukan janji. Jawab : Sampai saat ini sistem pemilihan pemimpin suatu lembaga masyarakat yang kecil (seperti kelurahan) lebih didasarkan atas kepentingan elit penguasa, popularitas, kemampuan intelektual dsb yang akhirnya untuk dapat mengoperasikan demokrasi, pemilihan dilakukan dengan pencalonan dan kampanye (janji). Dalam hal BKM/LKM sistem pemilihan anggota BKM/LKM yang didasarkan atas rekam jejak nilai-nilai luhur yang hanya dapat dilihat/dibuktikan dari perilaku sehari-hari dari orang yang akan dipilih, karena memang wilayahnya kecil dan saling kenal. Lebih lanjut lembaga BKM/LKM beroperasi berdasarkan mandat dan legitimasi dari masyarakat dan bukan surat keputusan pejabat yang bila dicabut maka lembaga tersebut juga kehilangan legitimasinya. Dalam tautan BKM/LKM semua bentuk legalisasi hanyalah pengukuhan terhadap legitimasi masyarakat basis kelurahan yang sudah terlebih dahulu diberikan. 20

Badan Keswadayaan Masyarakat dan Modal Sosial Marnia Nes Dalam proses pengorganisasian masyarakat untuk mengenali masalah (kebutuhan) dan melakukan upaya pemecahan masalah, intervensi yang dilakukan PNPM Mandiri Perkotaan adalah dengan menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya membangun organisasi masyarakat warga.organisasi masyarakat yang dimaksud adalah adalah organisasi dan lembaga yang dibangun (ataupun dimampukan) oleh masyarakat yang didorong oleh kebutuhan untuk menanggulangi persoalan bersama yaitu kemiskinan secara terorganisasi dengan melaksanakan kegiatan-kegiatan penanggulangan kemiskinan di wilayah mereka misalnya BKM/LKM, Kelompok Kemitraan, UPK, KSM, Forum BKM/LKM dan lain-lain. Penggunaan istilah pembangunan dimaksudkan bahwa organisasi dan lembaga masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan tersebut terbentuk melalui serangkaian proses kegiatan dan kesepakatan yang dilandasi oleh kesadaran kritis masyarakat terhadap persoalan dan potensi mereka serta pemahaman akan makna organisasi masyarakat warga. Pada dasarnya pengorganisasian masyarakat dalam PNPM Mandiri Perkotaan menganut paham bahwa pengorganisasian masyarakat merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran kritis masyarakat akan kondisi yang dihadapi bersama termasuk persoalan, potensi dan peluangnya, sehingga kalau kemudian masyarakat membangun suatu wadah, maka hal tersebut terjadi akibat masyarakat yang berorganisasi sehingga muncul kebutuhan wadah organisasi. Membangun BKM/LKM Persoalannya wadah organisasi yang bagaimana yang paling cocok dengan tujuan PNPM Mandiri Perkotaan?. Organisasi dalam PNPM Mandiri Perkotaan adalah organisasi masyarakat warga yang dinamai secara generik sebagai BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) atau LKM (Lembaga Keswadayaan Masyarakat). Organisasi masyarakat warga ini dibangun dan dibubarkan atas dasar kesepakatan warga penduduk kelurahan yang bersangkutan sehingga mampu mempertahankan kemerdekaan dan otonominya terhadap berbagai lembaga yang ada. Hal ini penting karena merupakan sifat dasar suatu organisasi masyarakat warga, oleh sebab itu benar-benar dimiliki oleh seluruh warga, dan bukan dimiliki sekelompok unsur/ perwakilan atau pihak-pihak diluar masyarakat. Pembangunan BKM/LKM haruslah didasarkan atas kebutuhan warga masyarakat. PNPM Mandiri Perkotaan mengajak masyarakat belajar menemukan kebutuhan akan organisasi masyarakat melalui refleksi refleksi, yaitu : Refleksi Kemiskinan, untuk menemukenali penyebab kemiskinan termasuk pola pola pengambilan keputusan dalam masyarakat, dan keterlibatan warga miskin di dalamnya. Refleksi Kelembagaan, untuk mengkaji lembaga lembaga masyarakat yang ada apakah sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat memahami substansi Organisasi Masyarakat Warga sebelum organisasi tersebut dibentuk, dimana keputusan masyarakat untuk kebutuhan pembangunan lembaga baru hanya bisa dilakukan apabila masyarakat memahami substansi dan organisasi masyarakat warga termasuk peran strategis, azas dan prinsip serta posisi, tugas dan fungsinya. Ini berarti bahwa sebelum keputusan 21

pembangunan organisasi masyarakat warga, termasuk lembaga-lembaga yang dibutuhkan untuk mengelola organisasi tersebut ditetapkan, telah dilakukan kegiatan sosialisasi secara intensif mengenai makna subtansif Organisasi Masyarakat Warga. Kebutuhan pembangunan organisasi dan lembaga masyarakat harus atas dasar penilaian warga masyarakat sendiri, tidak diatasnamakan atau diwakilkan kepada sekelompok orang atau sekelompok unsur/ perwakilan masyarakat tertentu. Fokus utama penggalian dan penjagaan kebutuhan masyarakat terutama pada aspirasi dari masyarakat miskin dan perempuan. Refleksi kepemimpinan, sebagai penyadaran kritis terhadap kriteria pemimpin yang akan dipilih dan menjadi motor penggerak dalam BKM/LKM dan pembangunan masyarakat kelurahan. Kerangka aturan main disusun bersama oleh warga masyarakat. Konsekuensinya pembahasan aturan main dan tata nilai organisasi masyarakat, misalnya AD/ ART, harus dibahas terlebih dahulu oleh warga masyarakat, karena menyangkut kepentingan dan kebutuhan seluruh warga sendiri. Aturan dasar organisasi masyarakat warga tidak dapat dibicarakan atau disepakati oleh hanya sekelompok orang atau malah perwakilan unsur dengan mengatasnamakan seluruh masyarakat Melibatkan masyarakat seluas mungkin, khususnya masyarakat miskin dan termiskin, dalam keseluruhan proses pembangunan organisasi dan kelembagaan, sejak tahap penilaian lembaga yang ada, pembahasan aturan dasar, pemilihan anggota dan lain-lain. Kriteria dan Pemilihan Pemimpin Kolektif BKM/LKM Dalam menentukan kriteria pemimpin, masyarakat diajak berdiskusi melalui FGD FGD kepemimpinan dengan menggunakan beberapa tools yang sudah disiapkan berupa pertanyaan pertanyaan kritis untuk menemukan bahwa pemimpin dipilih bukan atas golongan, jabatan, jenis kelamin dan lainnya akan tetapi berdasarkan kepada sifat sifat baik. Dari diskusi yang berkembang biasanya masyarakat menemukan bahwa kriteria pemimpin yang diharapkan adalah yang jujur, adil, peduli dan ikhlas sedangkan kriteria yang menyangkut kemampuan intelektual biasanya tidak menjadi prioritas. Orang orang yang mempunyai sifat sifat baik, biasanya ditentukan atau bisa diidentifikasi dari rekam jejak sikap perilakunya sehari hari. Oleh karena itu dalam pemilihan anggota BKM/LKM sebagai pemimpin dari organisasi masyarakat warga dilakukan dari mulai komunitas terkecil seperti RT, karena hanya orang orang yang mengenal dari dekat yang tahu sikap perilaku seseorang sehari hari. Proses pemilihan anggota BKM/LKM juga tidak melalui pencalonan dan kampanye, karena biasanya orang orang yang mempunyai kriteria seperti disebutkan di atas tidak suka menyombongkan diri dan dengan sengaja ingin dipilih. Selain itu kampanye dan pencalonan seringkali tidak memberikan kesempatan yang luas kepada semua warga untuk muncul sebagai pemimpin. Orang yang dicalonkan oleh kelompok tertentu, pada saat terpilih harus menyuarakan aspirasi kelompok yang diwakilinya sehingga menyebabkan ketidakadilan dalam pengambilan keputusan. Anggota kepemimpinan kolektif BKM/LKM bukanlah perwakilan golongan, akan tetapi merupakan perwakilan dari nilai nilai (sifat sifat baik). Dengan demikian mereka bertanggungjawab untuk mengambil keputusan berdasarkan sifat sifat baik tadi,sehingga yang bisa menurunkan mereka dari jabatannya adalah pengingkaran terhadap sifat sifat baiknya. Untuk menjamin orang orang baik yang muncul sebagai pemimpin kolektif, proses pemilihan dilakukan sebagai berikut : Pemilihan di tingkat akar rumput, dilakukan di tingkat RT atau komunitas terkecil. Warga masyarakat yang mempunyai hak pilih (warga dewasa), diminta untuk menuliskan 3 5 22

nama yang menurut mereka sesuai dengan kriteria yang telah disepakati bersama pada saat refleksi kepemimpinan. Apabila sudah selesai maka dilakukan penghitungan suara di depan seluruh pemilih dan ditentukan siapa yang akan masuk ke putaran pemilihan tingkat desa/kelurahan. Penentuan jumlah yang akan masuk ke pemilihan tingkat kelurahan/desa sudah ditentukan sebelumnya dalam proses penyusunan tata tertib pemilihan. Pemilihan di tingkat kelurahan/desa. Semua orang yang sudah terpilih dalam komunitas terkecil menjadi calon di tingkat kelurahan/desa dan mempunyai hak pilih dan dipilih. Masing masing calon diberi hak untuk menuliskan 3 5 nama yang dipilih dari daftar semua calon yang masuk ke tingkat kelurahan/desa. Dengan pemimpin kolektif yang mempunyai kriteria sifat sifat baik, diharapkan akan memunculkan keputusan yang adil dan didasarkan pada keikhlasan dan kejujuran, sehingga menumbuhkan kepercayaan masyarakat kepada lembaga dan pemimpin. Kepercayaan merupakan modal yang sangat berharga bagi BKM/LKM, dengan kepercayaan, swadaya dan keterlibatan masyarakat bisa digalang dengan lebih mudah, di pihak lain juga akan menumbuhkan kepercayaan pihak luar untuk bermitra dan berjaringan dengan BKM/LKM dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Modal Sosial : Modal BKM/LKM dalam Menanggulangi Kemiskinan Apa Ikatan Sosial dan Modal Sosial itu? Sebuah komunitas terbangun karena adanya ikatan ikatan sosial di antara anggotanya. Kita sering mendengar komunitas petani, komunitas tukang becak, perkumpulan nelayan, asosiasi insinyur dan sebagainya. Komunitas warga kelurahan merupakan ikatan sosial di antara semua warga kelurahan yang terdiri dari individu individu dan atau kelompok kelompok yang berinteraksi dalam sebuah hubungan sosial yang didasarkan kepada suatu tujuan bersama. Komunitas masyarakat kelurahan bisa digambarkan sebagai berikut : Semua masyarakat kelurahan satu sama lain pasti saling berhubungan, hanya saja kualitas hubungan di antara masing masing warga akan sangat berlainan. Kualitas ikatan sosial akan 23

terbangun apabila di antara warga saling berinteraksi pada waktu yang relatif lama dan mendalam. Biasanya kualitas ikatan sosial tadi akan lebih baik apabila sesama warga tergabung untuk melakukan kegiatan kegiatan bersama dalam berbagai kelompok atau organisasi atau kegiatan kegiatan yang sifatnya sesaat. Modal dasar dari adanya ikatan sosial yang kuat adalah adanya kerjasama di antara anggota kelompok atau organisasi dalam hal komunitas kelurahan ikatan sosial akan terbangun apabila ada kerjasama di antara semua warga masyarakat. Kerjasama akan terbangun dengan baik apabila berlandaskan kepercayaan di antara para anggotanya. Kemampuan masyarakat untuk bekerjasama demi mencapai tujuan bersama di dalam berbagai kelompok dan organisasi disebut MODAL SOSIAL. Kemampuan bekerjasama muncul dari kepercayaan umum di dalam sebuah masyarakat atau di bagian bagian paling kecil dalam masyarakat. Modal sosial bisa dilembagakan (menjadi kebiasaan) dalam kelompok yang paling kecil ataupun dalam kelompok masyarakat yang besar seperti negara. Masyarakat yang mempunyai modal sosial yang kuat adalah masyarakat yang guyup (Jawa) dan dinamis. Di Indonesia modal sosial yang paling menonjol adalah gotong royong yang dalam masa sekarang terutama di daerah perkotaan sudah mulai luntur. Untuk apa menumbuhkan modal sosial? Kemampuan komunitas atau kelompok kelompok untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan baik di antara anggota anggotanya maupun dengan pihak luar merupakan kekuatan yang besar untuk bekerjasama dan menumbuhkan kepercayaan pihak lain, karena itulah disebut modal sosial. Jika warga masyarakat saling bekerjasama dan saling percaya yang didasarkan kepada nilai nilai universal yang ada, maka tidak akan ada sikap saling curiga, saling jegal, saling menindas dan sebagainya sehingga ketimpangan ketimpangan antara kelompok yang miskin dengan yang kaya akan bisa diminimalkan. Di pihak lain komunitas kelurahan yang kuat dan mempunyai modal yang layak dipercaya akan memudahkan jaringan kerjasama dengan pihak luar. Bagaimana Membangun Kepercayaan? Kepercayaan tidak akan tercapai dengan sendirinya, memerlukan proses untuk membangun kepercayaan secara terus menerus. Untuk menumbuhkan kepercayaan setiap kelompok (komunitas) paling tidak membutuhkan 4 hal yang mendasar, yaitu : Penerimaan Sejak awal hubungan, setiap orang membutuhkan jaminan bahwa mereka diterima sepenuhnya, termasuk rasa aman untuk mengemukakan pendapat dan berkontribusi dalam kegiatan kelompoknya. Membutuhkan suasana saling menghargai untuk tumbuhnya penerimaan dalam kelompok, sehingga kelompok tersebut akan tumbuh menjadi komunitas yang kuat. Dalam perkembangan ikatan sosial sebuah komunitas, saling mengenal dengan baik merupakan awal dari tumbuhnya komunitas tersebut, kepercayaan tidak akan tumbuh terhadap orang baru dengan begitu saja, perlu pembuktian dalam sikap dan perilaku masing masing dalam waktu yang relatif lama. Sikap dan perilaku yang berdasarkan kepada nilai nilai universal yang diyakini sebagai nilai yang berlaku di seluruh tempat di dunia seperti jujur, adil, kesetiaan, saling melindungi di antara sesama 24

semua warga komunitas. Apabila salah satu warga melakukan kecurangan, maka kepercayaan terhadap orang tersebut otomatis akan luntur. Berbagi Informasi dan Kepedulian Setiap orang yang berhubungan dalam satu komunitas, agar bisa memecahkan masalah bersama, membutuhkan informasi mengenai : Kehidupan, pengalaman, gagasan, nilai masing masing. Masalah masalah yang dianggap penting dalam kehidupan mereka. Untuk menumbuhkan kepercayaan,pertukaran informasi yang diberikan di antara warga haruslah informasi yang jujur dan terbuka. Informasi yang diberikan tidak akan berarti apabila dalam hubungan hubungan tadi tidak didasari kepedulian. Setiap warga yang berhubungan dalam masyarakat akan menggunakan dan terlibat untuk memecahkan masalah di lingkungannya apabila ada kepedulian di antara mereka. Apabila warga masyarakat mempunyai kemampuan dan kemauan saling berbagi, saling peduli, maka kepentingan kepentingan individu akan mengalah kepada kepentingan kepentingan komunitas kelompok. Menentukan Tujuan Kebutuhan yang ketiga adalah untuk menentukan tujuan bersama. Setiap anggota (warga) tidak akan tertarik dan memberikan komitmen yang dibutuhkan apabila tidak terlibat dalam perumusan tujuan. Proses pengambilan keputusan akan menentukan komitmen warga dalam pelaksanaan pemecahan masalah bersama. Pengorganisasian dan Tindakan Pada tahap awal dalam menentukan tujuan yang hendak dicapai oleh seluruh anggota (warga masyarakat), memastikan ada yang akan bertanggung jawab untuk menggerakan semua kegiatan untuk mencapai tujuan, untuk itu diperlukan seorang atau sekelompok pemimpin. Dalam organisasi, kelompok, atau komunitas warga masyarakat peranan sikap dan perilaku pemimpin sangat dominan untuk menumbuhkan kepercayaan anggotanya. Perilaku pemimpin yang jujur, adil, peduli dan melindungi anggotanya (warga), akan menumbuhkan kepercayaan dari semua unsur komunitasnya. Setelah tujuan ditetapkan, harus ada perencanaan untuk melaksanakan keputusan keputusan yang sudah dibuat. Adalah penting untuk mengetahui kebutuhan kebutuhan apa yang dirasakan oleh anggotanya untuk memecahkan masalah.untuk itulah perlunya keterlibatan (partisipasi) warga masyarakat dalam proses menemukenali masalah (kebutuhan) mereka yang akan menjadi dasar perencanaan.kebutuhan yang ditentukan oleh pemimpin tanpa melibatkan warga masyarakat, sering tidak menjawab masalah yang sebenarnya ada sehingga dapat menghilangkan kepercayaan warga kepada niat baik pemimpinnya. Untuk memastikan bahwa rencana yang sudah dibuat efektif dalam pelaksanaannya, dan semua orang melaksanakan yang menjadi tanggung jawabnya maka harus dilakukan pemantauan dan evaluasi secara terbuka dengan semua warga. 25