Indonesia. Salak menduduki urutan kelima komoditas buah yang memberikan. nasional. Sentra produksi salak di Indonesia berada di Jawa dengan produksi

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. pangan. Beraneka bahan pangan seperti sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) pada bulan Juli 2009.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendukung pembangunan ekonomi nasional. Namun potensi tersebut. dengan pasokan produk kelautan dan perikanan.

TOPIK 15 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA DI PERSIMPANGAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia berkembang semakin pesat. Perbankan merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB 5 PENUTUP. adopsi dari IFRS for SMEmasih diangap terlalu rumit untuk diterapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya laporan keuangan digunakan oleh perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. ditargetkan terdapat empat pilar standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, perkreditan, kegiatan pemasaran, atau kegiatan lain. Hal ini dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Koperasi sebagai lembaga di mana orang-orang yang memiliki kepentingan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan lembaga pemerintahan. Akuntansi Pemerintahan memiliki

DISCUSSION PAPER REVISI PSAK UNTUK ENTITAS NIRLABA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di Indonesia sendiri telah ditetapkan sebuah peraturan yang mewajibkan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam praktek sederhana pada kehidupan sehari-hari maupun dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

PENDAHULUAN. dengan tujuan untuk memudahkan para penggunanya dalam menerapkan prinsip

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

01FEB AKUNTANSI KEUANGAN MENENGAH I. STANDAR AKUNTANSI DAN AKUNTANSI KEUANGAN Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield Dwi Martani

BAB I PENDAHULUAN. Bruto (PDB) Indonesia, dan berperan penting dalam perekonomian nasional

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu (2011), UKM

BAB I PENDAHULUAN. Akuntabilitas diperlukan sebagai bentuk pertanggungjawaban atas sumber daya yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN PENGAKUAN PENDAPATAN BERDASARKAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK ( SAK ETAP)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penggerak utama kondisi perekonomian negara adalah dari

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

I. PENDAHULUAN. Buah naga merupakan buah yang berkhasiat bagi kesehatan. Beberapa khasiat

BAB I PENDAHULUAN. Koperasi mengandung makna kerjasama. Definisi koperasi Indonesia

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. konsistensi, relevansi, dan keseragaman agar dapat diperbandingkan. dengan laporan keuangan perusahaan lain.

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

Reformasi SAK ETAP dan Akuntansi Nirlaba: Tugas Besar IAI untuk Negeri. Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah termasuk Indonesia. Dalam perkembangan perekonomian Indonesia, bernilai tinggi hingga usaha kecil dan menengah.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. menjamin tercapainya kepuasan konsumen akan produk akhir yang berkualitas,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. dengan menggambarkan atau menjelaskan suatu obyek kelompok secara detail

PENETAPAN KINERJA ( PK ) TAHUN 2013 (REVISI) DINAS PERTANIAN PROVINSI JAWA TIMUR

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Penyajian Laporan Keuangan Koperasi RRKR Berdasarkan SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat, salah satunya adalah sayur-sayuran yang cukup banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

BAB 3 METODE PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKSPOR PISANG INDONESIA SKRIPSI. Oleh : DEVI KUNTARI NPM :

BAB I PENDAHULUAN. penyusunan dan penyajian laporan keuangan entitas. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Usaha di Indonesia saat ini kian marak, sebut saja salah satunya yakni Usaha

I. PENDAHULUAN. Saat ini perikanan tangkap di Indonesia telah mengalami gejala padat tangkap

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, baik dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

ANALISIS PENERAPAN SAK ETAP DALAM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. BPR Ganto Nagari 1954

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

I. PENDAHULUAN. masyarakat bawah. Sarana lembaga keuangan non bank yang mampu memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Saat ini, Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sedang menjadi sorotan publik di

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

3. Standar Akuntansi Syariah Standar Akuntansi Syariah akan diluncurkan dalam tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa Arab.

I. PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang semakin ketat dikarenakan dampak globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. di lereng gunung Merapi kawasan Turi, Cangkringan, Sleman. Didukung

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

BAB I PENDAHULUAN. dipilih pada suatu industri untuk investor domestik maupun investor internasional.

BAB I PENDAHULUAN. keuangan, pemilik perusahaan dapat mengetahui bagaimana kondisi usaha dan

BAB I PENDAHULUAN. dari waktu- kewaktu supaya diketahui kemajuan atau kemundurannya serta perlu

nilai ekonomis cukup tinggi dalam dunia perdagangan (Ruaw, 2011). Kelapa merupakan komoditi strategis karena perannya yang besar sebagai sumber

MOTIVASI ANGGOTA DALAM KEGIATAN KELOMPOK TANI SALAK PONDOH ORGANIK SI CANTIK DI DUSUN LEDOKNONGKO DESA BANGUNKERTO KECAMATAN TURI KABUPATEN SLEMAN

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

BAB I PENDAHULUAN. berbagai jenis tanaman. Karena itu pertanian merupakan salah satu sumber

REGULASI DAN STANDAR TERKAIT AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. sehat (Keputusan Presiden RI No. 99 tahun 1998).

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

BAB AKUNTANSI KOPERASI. orang-orang bukan kumpulan modal sehingga peranan anggota sama menentukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut, aktivitas mikroorganisme atau proses oksidadi lemak oleh udara

PENERAPAN SAK ETAP DALAM LAPORAN KEUANGA N PADA KOPERASI KARYAWAN PT. TATA BUSANA JAKARTA. Dwiyatmoko Pujiwidodo

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

DISCUSSION PAPER REVIU KOMPREHENSIF ATAS SAK ETAP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena para pedagang merasa pasar dalam negeri tidak lagi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi diarahkan untuk mencapai hasil tertentu dan hasil tersebut harus

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan yang sangat pesat dalam dunia bisnis saat ini

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas andalan dan termasuk dalam kelompok

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu buah tropis yang menjadi primadona ekspor Indonesia adalah buah salak. Dari data yang dikumpulkan dalam laporan Statistik Pertanian Hortikultura (SPH), terdapat 26 jenis komoditas buah tropis yang diproduksi di Indonesia. Salak menduduki urutan kelima komoditas buah yang memberikan kontribusi terbesar terhadap total produksi buah tahun 2014 dengan volume produksi sebesar 1.118.953 Ton atau sekitar 5,65% terhadap total produksi buah nasional. Sentra produksi salak di Indonesia berada di Jawa dengan produksi sebesar 655.707 ton atau sekitar 58,60% dari total produksi salak nasional. Provinsi Jawa Tengah adalah penghasil salak terbesar dengan produksi salak 441.841 ton atau sekitar 39,49% dari total produksi salak nasional diikuti oleh Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jawa Barat, dan Jawa Timur (Kementan, 2015). Permintaan salak tidak hanya datang dari pasar domestik tetapi juga pasar mancanegara. Volume ekspor salak di tahun 2012 mencapai 760.227 kg atau apabila dihitung nilainya sebesar 996.952 US$, sedangkan di tahun 2013 volume ekspornya mencapai 747.274 kg atau apabila dihitung nilainya sebesar 1.455.411 US$ (Ditjen PPHP, 2014). Data statistik tersebut cukup menggambarkan komoditas salak merupakan salah satu buah tropis yang sangat potensial. Sebagai salah satu sentra penghasil salak terbesar di Indonesia setelah Provinsi Jawa Tengah, di tahun 2013 Provinsi DIY menyumbang 106.145 ton salak, angka ini mengalami kenaikan dari tahun 2012 dengan besar kenaikan 163,64%. Karena kenaikan produksi yang sangat 2

Berat (ton) 3 besar tersebut salak termasuk kedalam buah dengan produksi terbanyak di DI Yogyakarta tahun 2013 setelah pisang, mangga, dan nangka. Penghasil salak terbesar adalah Kabupaten Sleman dengan total produksi sebanyak 104.500 ton atau 98,45% diikuti Kabupaten Kulon Progo dengan produksi sebanyak 1.634 ton atau sekitar 1,54%. Gambar 1.1 menunjukkan produksi buah tahunan terbanyak di DIY tahun 2012-2013: 2012 2013 Komoditas Gambar 1. 1 Produksi Buah Tahunan Terbanyak di DIY Tahun 2012-2013 (dalam ton). (BPS DIY, 2013) Kecamatan Turi, Tempel, dan Pakem merupakan produsen salak terbesar di Kabupaten Sleman dengan produksi sebesar 97,61% dari total produksi Kabupaten Sleman. Karena alasan tersebut penelitian ini akan berfokus pada ketiga kecamatan itu, khusunya di Kecamatan Turi sebagai kecamatan dengan produksi salak pondoh tertinggi di Kabupaten Sleman. Usaha budidaya salak pondoh merupakan bisnis yang sangat menjanjikan, mengingat permintaan salak pondoh selalu datang dalam jumlah yang besar baik dari pasar domestik maupun pasar mancanegara, namun pendanaan di sektor ini

4 adalah permasalahan yang sulit untuk dipahami dikarenakan karateristik produk yang unik, rantai pasok yang kompleks, produksi yang terpecah-pecah, kurangnya ahli akuntansi dalam sektor tersebut, serta rendahnya kesadaran para pelaku dalam rantai pasok untuk melakukan pencatatan dan pengelolaan keuangan menyebabkan rendahnya visibilitas biaya di masing-masing tier rantai pasok salak. Pencatatan yang terstruktur dan rutin seperti pencatatan kegiatan budidaya harian, pencatatan pembelian sarana budidaya, serta pencatatan order/pesanan merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh petani yang tergabung dalam kelompok tani untuk dapat melakukan registerasi izin ekspor ataupun pengajuan sertifikasisertifikasi penunjang seperti sertifikasi produk prima, sertifikasi registerasi kelompok tani, dan sertifikasi organik. Di tingkat pengepul hingga pedagang pertukaran informasi mengenai permintaan dan pasokan salak menjadi hal yang sangat penting agar tidak ada ketimpalan informasi antara jumlah permintaan di pasar dengan pasokan salak dari petani yang juga akan menjadi dasar penentuan harga pokok pembelian salak. Akuntansi dalam rantai pasok produk segar berbeda dengan akuntansi pada sektor lain. Akuntansi manajemen dapat mendukung pengambilan keputusan secara disiplin dan akuntabel. Namun penerapannya masih terkendala dengan rendahnya visibilitas biaya dan pemahaman mengenai biaya pada level dasar rantai pasok produk segar. Dari hasil observasi dan wawancara di obyek penelitian didapatkan data mengenai kebiasaan mencatat di masing-masing tier yang menunjukkan masih rendahnya minat untuk mencatat oleh para pelaku usaha Salak. di tingkat petani

5 sekitar 88,24% telah melakukan pencatatan namun belum melakukan pelaporan keuangan, hanya ada 11,76% petani yang sudah melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan. Di tingkat pengepul hanya 57,1% yang telah melakukan pencatatan keuangan namun belum melakukan pelaporan keuangan, 14,28% telah melakukan pencatatan keuangan dan pelaporan keuangan, dan 28,62% belum melakukan pencatatan ataupun pelaporan keuangan. Di tingkat pedagang 100% responden tidak melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan secara berkala untuk mengetahui posisi usaha yang mereka lakukan. Serta di tingkat Asosiasi dan Paguyuban sebagai penaung kegiatan ekspor telah dilakukan pencatatan namun pelaporan keuangan hanya disampaikan sebatas arus kas yang masuk dan keluar serta saldo terakhir yang ada di dalam akun Asosiasi maupun Paguyuban. Persentase pelaku tertinggi yang telah melakukan pencatatan ada di tingkat petani, hal ini dikarenakan pencatatan kegiatan budidaya, pembelian fasilitas produksi, serta penjualan menjadi salah satu syarat untuk melakukan registerasi kebun yang dinaungi di bawah Dinas Pertanian. Registerasi ini akan menjadi salah satu syarat kegiatan ekspor salak ke negara-negara pengekspor seperti Cina dan Kamboja. Di tingkat pengepul persentae pelaku yang melakukan pencatatan keuangan menurun, hal ini dikarenakan tidak ada pihak yang mewajibkan pengepul untuk melakukan pencatatan ataupun pelaporan keuangan secara rutin dan berkala. Mereka hanya akan mencatat piutang usaha apabila ada pembeli yang penangguhkan pemnayaran salak. Di tingkat pedagang justru tidak ada sama sekali pelaku yang melakukan pencatatan dan pelaporan keuangan. Mereka melakukan transaksi jual beli harian tanpa ada rekaman transaksi karena pencatatan dianggap

6 merepotkan dan menyita waktu mereka. Di tingkat Paguyuban dan Asosiasi pencatatan order dan pembayaran sudah dilakukan dengan cukup baik namun belum ada pelaporan kaungan yang dapat menfasilitasi mereka untuk mengetahui posisi usaha yang sedang mereka lakukan. Standar Akuntansi yang berlaku di Indonesia antara lain, Standar Akuntansi Keuangan (SAK), Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP), Standar Akuntansi Keuangan Syariah (SAK Syariah), dan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Keempat standar akuntansi tersebut dikeluarkan atau diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). SAK diadopsi dari IFRS (International Financial Reporting Standard) dan digunakan oleh badan usaha yang telah teregisterasi ataupun sedang dalam proses registerasi di pasar modal, sedangkan SAK-ETAP merupakan bentuk penyederhanaan dari SAK dengan tujuan entitas bisnis kecil dan menengah dapat membuat laporan keuangan mereka sendiri namun tetap dapat dipertanggungjawabkan saat dilakukan audit terhadap laporan keuangan tersebut. Dari keempat standar akuntansi yang ada, SAK-ETAP merupakan standar yang paling sederhana namun pada kenyataannya standar yang paling sederhana itu belum dapat diterapkan oleh sasaran utama SAK-ETAP yaitu UKM (Usaha Kecil Menengah). Pelaku pada tiap tier rantai pasok salak pondoh memiliki kebutuhan pencatatan dan pelaporan keuangan yang jauh lebih sederhana daripada UKM, oleh sebab itu perlu adanya pengembangan format pelaporan keuangan yang pada proses penyusunannya tetap mengacu pada standar yang telah digunakan di Indonesia yaitu SAK-ETAP namun juga telah disederhanakan dan disesuaikan dengan

7 kebutuhan di masing-masing tier. Penyusunan format pencatatan dan pelaporan keuangan yang lebih sederhana diharapkan bisa membantu proses pengambilan keputusan sesuai kebutuhan pelaku di masingg-masing tier rantai pasok salak. 1.2. Rumusan Masalah Dari permasalahan yang telah digambarkan di atas maka disusunlah beberapa rumusan masalah yaitu: 1. Bagaimana sistem rantai pasok salak yang terjadi di Kabupaten Sleman? 2. Bagaimana format pelaporan keuangan yang cocok diterapkan di tingkat petani, pengepul, pedagang, serta asosiasi dan paguyuban? 3. Bagaimana penerimaan masing-masing pelaku terhadap format pelaporan keuangan yang telah dikembangkan? 1.3. Batasan Masalah Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan di tiga kecamatan sebagai produsen salak terbesar di Kabupaten Sleman yaitu Kecamatan Turi, Kecamatan Pakem, Kecamatan Tempel. 2. Pengembangan format pelaporan keuangan dilakukan terbatas untuk rantai pasok yang terbentuk di pasar Yogyakarta. 3. Tahapan pengembangan Format laporan keuangan yang dilakukan hanya sampai pengenalan dan pengujian penerimaan pengguna atas format laporan keuangan, belum sampai pada implementasi format laporan keuangan di masing-masing tier.

8 1.4. Tujuan Penelitian 1. Mengidentifikasi rantai pasok salak yang terjadi di Kabupaten Sleman. 2. Mendesain format pelaporan keuangan yang dapat diterapkan oleh pelaku pada masing-masing tier. 3. Melakukan pengujian penerimaan pengguna terhadap format pelaporan keuangan yang dikembangkan. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Mendapatkan gambaran rantai pasok salak yang terjadi di Kabupaten Sleman. 2. Menghasilkan format pencatatan dan pelaporan keuangan untuk masingmasing tier dalam rantai pasok sebagai acuan pengelolaan keuangan.