BAB IV METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI KATA PENGATAR

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Rumusan Masalah

BAB III LANDASAN TEORI. tanah adalah tidak rata. Tujuannya adalah menciptakan sesuatu hubungan yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI KELAYAKAN GEOMETRI JALAN PADA RUAS JALAN SANGGAU - SEKADAU

TINJAUAN GEOMETRIK JALAN PADA RUAS JALAN AIRMADIDI-TONDANO MENGGUNAKAN ALAT BANTU GPS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

Keywords: Road Geometry, Horizontal Alignment, Vertical Alignment, Method Bina Marga 1997

EVALUASI DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JARINGAN JALAN DI DALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

PERENCANAAN GEOMETRIK PADA RUAS JALAN TANJUNG MANIS NILAS KECAMATAN SANGKULIRANG

BAB III METODOLOGI. Pada bagian berikut ini disampaikan Bagan Alir dari Program Kerja.

NOTASI ISTILAH DEFINISI

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang dibutuhkan yang selanjutnya dapat digunakan untuk dianalisa sehingga

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Perhitungan

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

Golongan 6 = truk 2 as Golongan 7 = truk 3 as Golongan 8 = kendaraan tak bermotor

BAB III LANDASAN TEORI. Kendaraan rencana dikelompokan kedalam 3 kategori, yaitu: 1. kendaraan kecil, diwakili oleh mobil penumpang,

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM BENTLEY MX ROAD Rizky Rhamanda NRP:

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

Eng. Ibrahim Ali Abdi (deercali) 1

Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Tanjung Perak Perhitungan Intensitas Maksimum Stasiun Sampang...

BAB II STUDI PUSTAKA

LEMBAR PENGESAHAN. TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN LINGKAR SELATAN SEMARANG ( Design of Semarang Southern Ringroad )

BAB III LANDASAN TEORI. A. Inspeksi Keselamatan Jalan

ANALISIS KAPASITAS, TINGKAT PELAYANAN, KINERJA DAN PENGARUH PEMBUATAN MEDIAN JALAN. Adhi Muhtadi ABSTRAK

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PADA PROYEK PENINGKATAN JALAN BATAS KABUPATEN TAPANULI UTARA SIPIROK (SECTION 2)

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

AUDIT KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN (STUDI KASUS GEOMETRIK JALAN M.T. HARYONO KOTA SAMARINDA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (HSKB 250) Lengkung Geometrik

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu Penelitian yaitu pada jam-jam sibuk sekitar jam 06:00 sampai jam

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA, SEPTEMBER 2012

254x. JPH = 0.278H x 80 x 2.5 +

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

Oleh : ARIF SETIYAFUDIN ( )

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Geometrik. Tabel 5.1 Spesifikasi data jalan berdasarkan TCPGJAK.

Gambar 5.1. Geometrik Tinjauan Titik I Lokasi Penelitian.

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Lingkar Barat Metropolitan Surabaya Jawa Timur

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

terjadi, seperti rumah makan, pabrik, atau perkampungan (kios kecil dan kedai

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Bagan Alir Penelitian. Secara umum tahapan-tahapan dalam penelitian ini dijelaskan dengan bagan alir sebagai berikut:

I Dewa Made Alit Karyawan*, Desi Widianty*, Ida Ayu Oka Suwati Sideman*

PENGANTAR PERENCANAAN JALAN RAYA SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

BAB III PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

ABSTRAKSI EVALUASI GEOMETRIK JALAN RUAS JALAN R. A. KARTINI, KOTA KUPANG, PROVINSI NTT (STA STA 0+400)

Kelandaian maksimum untuk berbagai V R ditetapkan dapat dilihat dalam tabel berikut :

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN PENGHUBUNG PERKEBUNAN PT. JEK (JABONTARA EKA KARSA) BERAU-KALIMANTAN TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan secara matematis untuk meratakan kesalahan (koreksi), kemudian

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. A. Klasifikasi Jalan

IV. DATA PENELITIAN. Beberapa data primer yang diperoleh melalui survei langsung di lapangan meliputi kondisi

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. A. Perlintasan Sebidang

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Bagan Alir

BAB IV METODE PENELITIAN

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. membandingkan perhitungan program dan perhitungan manual.

KATA HANTAR. hitungan dan data Binamarga dan di dalam perencanaanya kita harus mengetahui

BAB V PENUTUP I FC 30 20, '1" II FC 50 17, '7" III FC 50 66, '1" IV FC 50 39, '6" V FC 50 43, '8"

BAB 3 METODOLOGI. a. Dimulai dengan tinjauan pustaka yang berguna sebagai bahan dari penelitian.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

xxi DAFTAR DEFINISI, ISTILAH DAN SIMBOL Ukuran kinerja umum NOTASI ISTILAH DEFINISI

BAB 3 METODOLOGI Metode Pengamatan

LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR EVALUASI DAN PERANCANGAN PENINGKATAN JALAN SELATAN-SELATAN CILACAP RUAS SIDAREJA - JERUKLEGI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. pengamatan untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari Senin dan

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN LAYOUT SIMPANG JALAN LINGKAR LUAR BARAT KOTA SURABAYA

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mengumpulkan data akan dilaksanakan pada hari senin, hari kamis dan hari

EVALUASI GEOMETRIK JALAN PADA JENIS TIKUNGAN SPIRAL- CIRCLE-SPIRAL DAN SPIRAL-SPIRAL (Studi Kasus Jalan Tembus Tawangmangu Sta Sta

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

HADIRANTI 1, SOFYAN TRIANA 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Jalan. Jalan secara umum adalah suatu lintasan yang menghubungkan lalu lintas

Transkripsi:

37 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 TAHAPAN PENELITIAN Penelitian ini di bagi menjadi 2 tahap: 1. Pengukuran kondisi geometri pada ruas jalan Ring Road Selatan Yogyakarta Km. 36,7-37,4 untuk mengkorfirmasi hasil analisis Wasta (2014). 2. Pengembangan alternatif design geometri untuk mengoreksi geometri tersebut sehingga memenuhi standar Bina Marga. Kondisi geometri yang akan dikonfirmasi ada pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Analisis Tugas Akhir Wasta, 2014 Jenis Analisis Standar Bina Marga Lapangan Satuan Keterangan Lebar Jalur 3,5 3-4 Meter Rata Rata Terpenuhi Lebar Bahu 1,25 0-3 Meter Kurang Terpenuhi Lebar Medan 1-2,5 0,9-2,2 Meter Terpenuhi 79052 SMP/Hari Hari Sabtu VLHR 73925 SMP/Hari Hari Minggu 76768 SMP/Hari Hari Selasa Jenis Jalan Table 3.1 76581,67 SMP/Hari Arteri Kelas I Kecepatan 80 79 Km/jam Cukup Terpenuhi Jarak Pandang Henti 124,9876 82,5 Meter Kurang Terpenuhi Jarak Pandang Mendahului 482,7 82,5 Meter Kurang Terpenuhi Ruang Bebas Samping 13,44 dan 9,45 3,5 dan 6 Meter Terpenuhi Super Elevasi 18,36 4,5 % Tidak Terpenuhi 103,5 dan 6 3,4 % Tidak Terpenuhi Lengkung Vertikal 70 32,0688 Meter Tidak Terpenuhi Jarak Antar Tikungan 20 5,023 Meter Tidak Terpenuhi

38 Lanjutan Tabel 4.1 Rekapitulasi Hasil Tugas Akhir Wasta, 2014. Jenis Analisis Tipe Horizontal (SCS) Satuan Rc 143 Meter Δ 68,879 Ls 40 Meter θs 8,0118 Δc 52,896 Lc 131,919 Meter Xc 39,922 Meter Yc 1,862 Meter p 0,466 Meter k 19,987 Meter Ts 118,372 Meter Es 30,96 Meter Rc 205 Meter Δ 62,467 Ls 70 Meter θs 9,779 Δc 42,9 Lc 153,509 Meter Xc 69,796 Meter Yc 3,975 Meter p 0,995 Meter k 34,966 Meter Ts 159,89 Meter Es 35,915 Meter Sumber: Wasta (2014) Keterangan Tikungan 1 Tikungan 2 4.2 DATA PRIMER Pada penelitian ini data primer merupakan data yang didapat dari pengukuran secara langsung di lapangan yaitu data LHR, lebar bahu, lebar lajur, jari-jari tikungan, kecepatan di lapangan, dan superelevasi.

39 4.2.1 Sumber dan Jenis Data 1. Data Umum Data umum meliputi penentuan segmen, dan data identifikasi segmen. Yang dimaksud segmen itu sendiri adalah panjang jalan yang mempunyai karekteristik yang hampir sama. Sedangkan yang dimaksud dengan data identifikasi segmen adalah data-data umum yang meliputi tanggal, propinsi, nama kota, nama jalan, kode segmen, tipe daerah, panjang segmen, dan tipe jalan. 2. Data Lalu Lintas Data ini berupa data kecepatan dilapangan, jenis kendaraan dan volume kendaraan. Data ini diperlukan untuk menghitung volume lalu lintas harian rata-rata sehingga dapat diketahui jenis atau fungsi jalan dan kelas jalan. 3. Kondisi Geometrik Kondisi geometrik meliputi situasi dan penampang melintang jalan yang harus diamati yaitu lebar bahu, lebar jalur, jari-jari tikungan, dan superelevasi pada kedua sisi atau arah. 4.2.2 Teknik Pengambilan Data Penelitian ini mempunyai beberapa teknik pengambilan data dalam pelaksanaannya yaitu sebagai berikut ini. 1. Data lebar lajur, lebar bahu, dan lebar median didapat dari pengukuran di lapangan. 2. Mencari jarak pandang henti dan jarak pandang mendahului dihitung berdasarkan kecepatan yang diukur di lapangan, untuk jarak pandang henti bisa menggunakan Persamaan 3.2 dan Tabel 3.3, sedangkan untuk jarak pandang mendahului menggunakan Persamaan 3.3 sampai dengan Persamaan 3.8. dan Tabel 3.4. Pengukuran jarak pandang henti dan jarak pandang mendahului dilakukan secara berkala dimulai pada pagi hari diperkirakan pukul 05.00 WIB dikarenakan masih sedikitnya aktivitas lalu lintas pada saat itu, adapun kegiatan pengukuran JPH adalah sebagai berikut ini.

40 a. Kegiatan ini dilakukan lebih dari satu orang, satu orang (A) melihat dengan ketinggian mata pengemudi 105 cm atau 1,05 meter, satu orang lagi (B) membawa kotak sebagai objek pandangan pengemudi dengan ketinggian 15 cm atau 0,15 meter, dengan sebelumnya ukur benang sepanjang JPH pada Tabel 3.3. b. Setiap pengamat sudah tidak jelas melihat objek tersebut maka catat panjang benang tersebut. c. JPH tidak perlu dicatat lagi apabila pengamat bisa melihat objek tersebut lebih dari panjang benang, ini menandakan bahwa JPH di titik tersebut sudah terpenuhi. d. Apabila kurang dari panjang benang pengamat sudah tidak jelas melihat objek tersebut maka catat jarak benang antara pengamat sampai dengan objek tersebut. Sedangkan jarak pandang mendahului dilakukan dengan teknik yang sama dengan ketentuan panjang JPM untuk panjang benang sesuai dengan Tabel 3.4. Penjalasan tentang keadaan jalan dapat dilihat pada Gambar 4.1. Keterangan: E = Ruang Bebas Samping (m) Rc = Jari-jari Tikungan (m) Gambar 4.1 Jarak Pandang Kendaraan (Sumber: Hendarsin, 2000)

41 A B = Titik Melihat Ketinggian Pengemudi = Titik Objek Pandangan 3. Kecepatan kendaraan di lapangan diperoleh dengan cara menghitung waktu tempuh kendaraan yang melewati ruas jalan sepanjang jalan tikungan gabungan Ring Road SelatanYogyakartadari Km 36,7 sampai Km 37,4. 4. Metode Pemetaan yang dilakukan yaitu survey pemetaan dengan alat theodolit. Dengan menggunakan patok di pinggir jalan dapat sebagai penentuan titik stationer. Agar mengurangi resiko kecelakaan suveyor dan mengurangi resiko rusak nya alat theodolit didirikan dipinggir jalan. Sebelum melakukan pembidikan tentukan dulu tempat-tempat yang akan dibidik, dan hasil akhir dari metode ini adalah elevasi yang dibidik, titik tersebut dihubungkan menggunakan garis dan diperoleh gambar tampak dari atas ruas jalan Ring Road Selatan. Pelaksaan pemasangan alat yaitu sebagai berikut ini. a. Persiapkan alat-alat praktikum. b. Tentukan titik alat yang akan digunakan sebagai penyetingan awal dalam pemasangan theodolit. c. Dirikan tripod diatas titik alat dan letakan theodolit diatas tripod, kunci theodolit serta setting theodolit tepat di atas titik alat menggunakan optical plummet telescope. d. Nivo kotak diatur sampai gelembung tepat berada di tengah lingkaran. Pengaturan nivo kotak tersebut dengan cara mengatur tiga sekrup yang terdapat tepat membentuk tiga titik sudut segitiga pada theodolit, mengatur secrup I vertikal agar posisi gelembung berada di tengah dengan memutar secrup A dan B secara bersamaan dan berlawanan arah. Mengusahakan posisi gelembung satu garis dengan secrup C, setelah itu putar sekrup C agar gelembung masuk dalam lingkaran, detail dari penjelasan di atas dapat dilihat pada Gambar 4.2.

42 Gambar 4.2 Nivo Kotak (Sumber: Wasta, 2014) e. Kemudian mengatur sumbu II Horizontal agar posisi gelembung berada di tengah. Hal ini dilakukan tiga kali di setiap sisi antar sekrup secara berurutan. Pertama pada posisi A-B lalu B-C lalu C-A. Cara memutar hanya menggunakan satu sekrup saja. Bila memutar sekrup pada bagian kiri, maka nivo tabung diputar ke arah bidang sebelah kirinya. Gambar 4.3 Nivo Tabung (Sumber: Wasta, 2014)

43 f. Kunci alat, naik sekrup penggerak horizontal dan vertikal. g. Memasang kompas pada bagian atas theodolit hingga menemukan tepat arah utara. h. Nyalakan layar dengan menekan tombol power. i. Setting sudut horizontal dengan 0 00 00 dengan menekan tombol (0 sel) sebanyak dua kali. j. Tambahkan pembacaan sudut vertikal dengan menekan tombol (v/%). k. Maka theodolit siap digunakan membaca sudut vertikal, horizontal, batas atas, batas bawah, batas tengah, sudut biasa dan luar biasa. l. Catat tinggi alat dari permukaan tanah. m. Tentukan letak rambu-rambu ukur. n. Arahkan theodolit pada rambu ukur dan baca rambu tersebut. o. Kemudian catat data yang diperlukan seperti batas benang atas, benang bawah, sudut vertikal, sudut horizontal. Adapun pelaksanaan pembidikan lintasan trase jalan dilapangan dengan metode pemetaan adalah sebagai berikut ini. a. Tentukan titik stasiun pada jalan tersebut, untuk jarak antar stasiun pada jalan lurus adalah 50 m dan untuk jarak antar stasiun pada tikungan adalah 20 m. b. Tentukan titik alat di lapangan, karena pertimbangan banyaknya faktor penghalang pandangan pada saat penembakan crosection (potongan melintang), maka penentuan titik alat ditentukan ± tiga titik alat dengan syarat ada hubungan antara satu titik alat ke titik alat selanjutnya, berikut letak titik alat pada lintasan trase jalan dapat dilihat pada Gambar 4.4.

44 Gambar 4.4 Sketsa Penempatan Alat di Lokasi (Sumber: Wasta, 2014) c. Pasang alat theodolit pada titik alat yang telah ditentukan. d. Setelah alat dipasang, bidik crosection (potongan melintang) pada jalan tersebut setiap titik stasiun yang telah di tentukan, Gambar 4.5 berikut menunjukan titik bidik pada crosection (potongan melintang). Gambar 4.5 Titik Bidik Pada Crosection (Potongan Melintang) (Sumber: Wasta, 2014) e. Apabila sudah dibidik, catat data yang diperlukan seperti batas benang atas, benang bawah, sudut vertikal, dan sudut horizontal.

45 5. Jari-jari tikungan dan superelevasi Jari-jari tikungan didapat dari hasil metode penelitian, setelah di plot ke program autocad analisis jari-jari tikungan ini dicoba menggunakan trial sehingga didapat jari-jari tikungan yang paling mendekati. Untuk analisis superelevasi didapatkan dari pengecekan potongan melintang jalan, dan nantinya sesuai atau tidak superelevasi jalan sesuai dengan standar Bina Marga. 6. Medan jalan didapatkan dengan cara mengukur elevasi menggunakan GPS dan theodolit. 7. LHR dan VLHR digolongkan berdasarkan jenis kendaraan yang lewat yaitu sebagai berikut ini. a. Sepeda motor (MC) b. Kendaraan tak bermotor (UM) c. Kendaraan ringan/kecil (LV) d. Kendaraan sedang (MHV) e. Kendaraan berat/besar (LB-LT) Pengumpulan data diadakan 3x24 jam pukul 08.00 sampai tiga hari kedepan dengan menghitung waktu interval tiap 15 menit sepanjang tikungan gabungan jalan Ring Road Selatan Yogyakarta dari Km 36,7 sampai Km 37,4. 4.3 DATA SEKUNDER Pada penelitian ini data sekunder berasal dari buku Direktorat Jenderal Bina Marga, dan bisa jadi menggunakan referensi di luar dari Direktorat Jenderal Bina Marga berguna untuk memperlancar penelitian ini. 4.4 PERALATAN YANG DIBUTUHKAN Penelitian ini mempunyai beberapa alat dalam pelaksanaannya yaitu sebagai berikut ini. 1. Alat tulis (pensil, pena, kertas, penggaris, penghapus, tip x) 2. Alat ukur panjang (roll meter) 3. Stopwatch

46 4. Perangkat theodolit 5. Kalkulator 6. Kendaraan motor 7. Komputer dengan programnya (Autocad, Paint, land desktop, Miscrosoft Excel, dan Microsoft Word) 8. Alat dokumentasi kegiatan (kamera) 4.5 METODE ANALISIS DATA Dalam metode analisis data ini peneliti menggunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut ini. 1. Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) a. Dari data pengumpulan LHR pada tiap-tiap titik di lapangan kemudian direkapitulasi sehingga didapat nilai Satuan Mobil Penumpang (SMP) pada tiap-tiap titik tikungan. b. Selanjutnya cari nilai VLHR dengan menggunakan Persamaan 3.17. c. VLHR yang didapat pada persamaan tersebut cocokan dengan Tabel 3.1 untuk mendapatkan jenis atau fungsi jalan dan kelas jalan. d. Setelah didapat fungsi dan kelas jalan, maka lebar bahu dan lebar jalur lalu lintas jalan bisa diketahui dengan menggunakan Tabel 3.6 dan Tabel 3.7. Kemudian dicocokan dengan hasil pengukuran dilapangan. 2. Kecepatan Lapangan a. Rekapitulasi data yang sudah di lapangan dan waktu tempuh sepanjang jalan tikungan gabungan Ring Road Selatan dari Km 36,7 sampai Km 37,4 ditotal, dan diperoleh total waktu arah barat dan waktu arah timur. b. Dari analisis yang didapat maka kecepatan sebenarnya dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 3.1. 3. Jarak Pandang Henti (JPH) a. Setelah didapatkan kecepatan rencana di lapangan, Jarak Pandang Henti minimum didapatkan menggunakan Persamaan 3.2. b. Setelah diperoleh JPH minimum dari Persamaan 3.2 maka cocokan hasil pengukuran JPH di lapangan.

47 c. Lakukan pengukur jarak pandang di tikungan dari sumbu lajur sebelah dalam. 4. Jarak Pandang Mendahului (JPM) Kecepatan rencana juga menjadi penentu dalam mendapatkan nilai JPM minimum dengan Persamaan 3.3, Persamaan 3.4, Persamaan 3.5, Persamaan 3.6, Persamaan 3.7, Persamaan 3.8. dan juga menggunakan Tabel 3.4. 5. Analisis Daerah Bebas Samping Daerah Bebas Samping pada tikungan dapat dihitung menggunakan Persamaan 3.9 dan Persamaan 3.10. 6. Analisis Lengkung Horizontal a. Dari pengukuran di lapangan sudah didapatkan titik-titik penting sepanjang jalan. Gambar tampak atas jalan menggunakan program land desktop. b. Tentukan titik PI dan sudut tikungan Δ dengan menggambar garis garis tangen jalan. c. Trial lengkung tikungan sehingga didapatkan detail tikungan yang sesuai dengan hasil pengukuran di lapangan. 7. Analisis Lengkung Vertikal a. Elevasi pada setiap titik jalan dihasilkan dari pengukuran di lapangan. b. Kemudian cari nilai kelandaian g1 sampai gn dengan menggunakan Persamaan 3.15. 4.6 CARA PENELITIAN Pelaksanaan penelitian ini bagan alir yang terdapat pada Gambar 4.6 seperti berikut.

48 Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data 1. Survei lalu-lintas untuk mendapatkan VLHR 2. Survei lebar lajur, lebar bahu, lebar meidan 3. Survei jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap 4. Survei kecepatan di lapangan 5. Survei daerah bebas samping 6. Survei pengukuran lintasan trase jalan (pemetaan) Data YA TIDAK Analisis Data 1. Analisis lalu lintas untuk mendapatkan VLHR 2. Analisis lebar lajur, lebar bahu, lebar median 3. Analisis jarak pandang henti dan jarak pandang menyiap 4. Analisis kecepatan di lapangan 5. Analisis daerah bebas samping 6. Analisis lengkung horizontal 7. Analisis lengkung vertikal Hasil dan Pembahasan Sesuai Standar Bina YA Redesign Geometri TIDAK 1. Alinyemen Horizontal 2. Alinyemen Vertikal Hasil Perencanaan Geometri Jalan Kesimpulan Selesai Gambar 4.6 Bagan Alir Penelitian