BAB I PENDAHULUAN. pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata

dokumen-dokumen yang mirip
PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT NELAYAN DI KEL. MALALAYANG 1 TIMUR KEC. MALALAYANG KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. (PUMP) Perikanan Budidaya sebagai salah satu upaya untuk menanggulangi

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB I PENDAHULUAN. karena kendala tersebut sehingga pendapatan nelayan dan petani tambak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. ikan atau nelayan yang bekerja pada subsektor tersebut.

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 1 PENGUATAN PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT)

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara kepulauan/bahari. Dua pertiga luas wilayah

PERAN MANAJER RUMAH TANGGA SEBAGAI STRATEGI DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PESISIR DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara dengan garis pantai terpanjang ke-4 di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan (archipelagic state) terluas di

BAB I PENDAHULUAN. perikanan skala kecil. Menurut Hermawan (2005) cit. Rahmi,dkk (2013), hanya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Ni Made Ratmini. Jurusan Pendidikan Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dari laut pesisir, laut lepas, teluk dan selat. Dari luas laut sebesar itu di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. mampu bertahan dan terus berkembang di tengah krisis, karena pada umumnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG

RENCANA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2018

BAB I PENDAHULUAN. penangkapan ikan dan binatang air lainnya (suyitno, 2012). Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dimasukan kedalam kelompok Negara mega-biodiversity yang merupakan dasar dari

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia, mulai hal yang terkecil dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut pernyataan Menteri Kelautan dan Perikanan RI (nomor kep.

2015 KEHIDUPAN MASYARAKAT NELAYAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN CIREBON

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan proses untuk. ini juga merupakan proses investasi sumberdaya manusia secara efektif dalam

Peningkatan Pemberdayaan Masyarakat Perikanan Budidaya Melalui PUMP Perikanan Budidaya Sebagai Implementasi PNPM Mandiri Kelautan Dan Perikanan

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat, dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu,indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

BAB V PEMBAHASAN. mengkaji hakikat dan makna dari temuan penelitian, masing-masing temuan

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2012, No.416.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

RUMUSAN RAPAT KERJA TEKNIS KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2014

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG

NASKAH REKOMENDASI KEBIJAKAN 2 PENINGKATAN EFEKTIVITAS KINERJA PENYALURAN BLM PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN BUDIDAYA (PUMP-PB)

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia terbentang sepanjang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaidar Syaefulhamdi Ependi, 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak kawasan pesisir yang kaya dan sangat produktif, tetapi

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. biasa disebut faktor sosial seperti pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Masalah kemiskinan yang melanda sebagian besar

II. LANDASAN TEORI. A. Keadaan Umum Kemiskinan Masyarakat Pesisir

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. usaha akan mendukung pemulihan ekonomi indonesia, menciptakan lapangan

Upaya Pemberantasan Kemiskinann Masyarakat Pesisir MEMBERI NELAYAN KAIL, BUKAN UMPANNYA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pangan, dimana kebutuhan protein dunia dapat dipenuhi oleh sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk mewujudkan sistem pemerintahan yang baik

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan 25,14 % penduduk miskin Indonesia adalah nelayan (Ono, 2015:27).

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PEMBIAYAAN PERTANIAN TA. 2014

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. setelah Provinsi DKI Jakarta. Luas wilayah administrasi DIY mencapai 3.185,80

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dilakukan apabila

BAB IV. DINAMIKA KABUPATEN/KOTA PESISIR DALAM UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PEMP

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah yang telah mengalami perubahan menjadi Undang-

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan daerah Lampung memiliki luas daratan ,80 km², kota

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. pendapatan asli daerah Sulawesi Selatan. Potensi perikanan dan kelautan meliputi

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. pembangunan di berbagai sektor. Pemuda, sebagian besar memiliki kesempatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara geografis, Indonesia terdiri dari beribu pulau yang sebagian besar

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL

1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain itu, Indonesia juga merupakan negara dengan garis pantai

LAPORAN KINERJA (LAKIP) TAHUN 2015

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

BAB I PENDAHULUAN. udang, kakap, baronang, tenggiri, kerang, kepiting, cumi-cumi dan rumput laut yang tersebar

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari yang terdapat di daratan hingga di lautan. Negara Kesatuan Republik

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum masyarakat nelayan desa pesisir identik dengan kemiskinan,

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBERDAYAAN NELAYAN KECIL DAN PEMBUDIDAYA-IKAN KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Pera

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan secara optimal dapat menjadi penggerak utama (prime mover)

BAB I PENDAHULUAN. daratannya. Selain itu, Indonesia juga merupakan Negara dengan garis

I. PENDAHULUAN. kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Jumlah penduduk. akan menjadi faktor penyebab kemiskinan (Direktorat Jenderal

LAPORAN PENDAMPINGAN RZWP3K PROVINSI RIAU 2018

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. peningkatan penduduk dari tahun 2007 sampai Adapun pada tahun 2009

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari daerah perairan yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Unisba.Repository.ac.id

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bekerja sama dengan pemerintah Republik Indonesia dalam kegiatan sosial,

BAB I PENDAHULUAN. adalah Pulau Nias. Luasnya secara keseluruhan adalah km 2. Posisinya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROGRAM DAN KEGIATAN DANA DEKONSENTRASI TAHUN 2016

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Berbagai pembangunan di Indonesia selama ini telah dilakukan oleh pemerintah. Meskipun sempat menggoreskan prestasi, akan tetapi ternyata berbagai pembangunan tersebut belum dapat menuntaskan masalah kemiskinan (masalah kesejahteraan) terhadap semua/seluruh kelompok masyarakatnya, yaitu dengan masih banyak ditemui kelompok masyarakat di Indonesia yang masih hidup miskin (belum sejahtera). Disisi lain, proses pembangunan yang dirancang selama ini bahkan mempunyai efek negatif berupa ketimpangan antara kelompok si kaya dan si miskin (Sulistiyani, 2004:7). Dengan masih banyak ditemui kelompok masyarakat di Indonesia yang masih hidup miskin (belum sejahtera) tersebut, berarti dapat dikatakan bahwa selama ini masih banyak kelompok masyarakat di Indonesia yang masih tersisih (termarjinalkan) dari akomodasi pembangunan pemerintah. Salah satu kelompok masyarakat miskin (belum sejahtera) di Indonesia yang masih tersisih (termarjinalkan) dari akomodasi pembangunan pemerintah tersebut adalah kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai merupakan kelompok masyarakat miskin (belum sejahtera) yang tinggal di dalam kawasan desa pesisir pantai dan hanya menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan potensi perikanan laut disamping pertanian. Oleh sebab itu, pada kelompok 1

masyarakat miskin (belum sejahtera) tersebut hidup dengan mata pencaharian terbesar sebagai nelayan dan tani. Menurut Solihin (2005:17), kemiskinan (belum sejahtera) yang terjadi pada kelompok masyarakat tersebut bukanlah suatu hal yang mandiri (independent), melainkan akibat kebijakan masa lalu yang terlalu terkonsentrasi pada pembangunan wilayah daratan (continental orientatition) serta melupakan pembangunan wilayah kelautan (maritime orientation) sehingga menjadikan kelautan dan perikanan sebagai sektor pinggiran (peripheral). Problem yang dihadapi oleh kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai sangatlah kompleks. Mulai dari yang bermuara pada masih minimnya produksi hasil tangkap ikan, tingkat pendapatan/penghasilan kelompok maupun anggotanya, hingga berujung pangkal (ujung-ujungnya) adalah pada masih minimnya tingkat kesejahteraan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Oleh karena itu, seperti halnya kelompok masyarakat lain yang masih tersisih (termarjinalkan), keadaan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai masih tercekik jerat kemiskinan (belum sejahtera) yang menyerupai lingkaran setan (Wahyono dkk, 2004:2). Sedangkan menurut Dahuri (2001:5), apabila selama ini telah ada pembangunan ekonomi kelautan, pembangunan ekonomi kelautan selama ini juga hanya menghasilkan 25 % bagian/anggota dari kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang tergolong maju dan makmur, selebihnya masih terlilit derita kemiskinan (belum sejahtera). 2

Disamping problem kemarjinalan, secara faktual menurut Kusnadi (2006:4), ada dua faktor yang menyebabkan keadaan kemiskinan (belum sejahtera) yang terjadi pada kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai, yaitu faktor alamiah dan non-alamiah. Faktor alamiah disebabkan karena struktur alamiah sumberdaya ekonomi desa dan fluktuasi musim tangkap ikan. Sementara faktor non-alamiah berhubungan dengan: masih lemahnya dana/modal, masih lemahnya pengorganisasian ataupun belum berfungsinya kelembagaan, keterbatasan sarana/alat/teknologi penangkapan ikan, tidak adanya jaminan jiwa bagi anggotanya, ketimpangan dalam sistem bagi hasil antara majikan dan buruh kapal, serta belum memihaknya lembaga keuangan formal yang ada selama ini terhadap kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai (pro poor). Selain itu, disebabkan karena dampak negatif orientasi produktivitas yang dipacu oleh kebijakan motorisasi perahu dan modernisasi peratan tangkap (revolusi biru) yang telah berlangsung sejak tiga dasawarsa terakhir (Kusnadi, 1998:3). Sesungguhnya, keadaan kemiskinan (belum sejahtera) yang dihadapi atau melanda kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai tersebut adalah sesuatu hal yang ironis dan menyedihkan, mengingat kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai tersebut sebenarnya/seharusnya bisa hidup dan bekerja pada sektor yang memiliki sumberdaya alam yang melimpah. Versi Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) 2010, sekitar 6,26 juta ton ikan laut per-tahun berpotensi bisa ditangkap di dalam lautan Indonesia yang dapat dimanfaatkan dan dikelola secara lestari. Namun kenyataannya, dari potensi tersebut secara signifikan belum dapat memberikan kekuatan serta peran yang 3

lebih kuat terhadap peningkatan kesejahteraan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai dikarenakan belum termanfaatkan dan terkelola secara maksimal, apalagi lestari. Kehidupan yang penuh keterbatasan mengakibatkan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai masih terperangkap dalam kemiskinan dan ketidakberdayaan. Kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang sebagian besar penduduknya miskin (belum sejahtera), hidup menderita di dalam kantong-kantong kemiskinan struktural yang potensial. Kesulitan mengatasi masalah kemiskinan (kesejahteraan) telah menjadikan kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai harus menanggung masalah kehidupan (beban kehidupan) yang tidak dapat dipastikan kapan masa berakhirnya. Bahkan, selain tingkat pendapatan bagian/anggota-nya hanya kecil, menurut Made dalam Kusumastanto (2003:12), dalam memenuhi kebutuhan melautnya banyak juga bagian/anggota dari kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang masih dominan berhubungan dengan lembaga non-formal seperti ponggawa dan pelepas uang, walaupun bunga pinjamannya sangat tinggi, yakni 30%. Menghadapi problematika-problematika yang terjadi pada kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai seperti itu, maka menurut Dahuri (2001:7), sangat diperlukan suatu terobosan/gebrakan program terbaru dari pemerintah yang dapat meningkatkan akses kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai terhadap dana/modal sebagai kunci utamanya yang disertai dengan fasilitas penguatan kapasitas dan kelembagaan melalui pendampingan dan pembinaan dalam ranah/koridor program 4

pemberdayaan. Sehingga, diharapkan dari terobosan/gebrakan program terbaru yang dikembangkan pemerintah tersebut akan dapat mengentaskan/mengurangi kemiskinan (meningkatkan kesejahteraan) terhadap kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Oleh karena itu mulai tahun 2011 sampai tahun 2014, dalam rangka mengakomodasi dan mempercepat pengentasan/pengurangan kemiskinan khususnya yang diderita oleh kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai serta sejalan dengan Misi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI Tahun 2010-2014, yaitu "Mensejahterakan Masyarakat Kelautan dan Perikanan", maka salah satu strategi untuk mencapai misi tersebut, pemerintah pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) lewat Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI telah mengeluarkan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014. Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 tersebut dikeluarkan juga hasil penyelarasan antara Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2010-2014. Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 tersebut juga merupakan salah satu komponen kegiatan dari Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Kelautan Perikanan 2011-2014, dan juga sebagai salah satu komponen kegiatan kelanjutan PNPM Mandiri Kelautan Perikanan tahun 2009-2010, dalam rangka pengentasan kemiskinan (peningkatan kesejahteraan) terhadap salah satu masyarakat kelautan dan 5

perikanan, yaitu kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai lewat pemberian dana/modal Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUMP Perikanan Tangkap 2011-2014. Secara khusus, program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 tersebut memiliki tujuan dan sasaran. Tujuan dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP- PT) 2011-2014 tersebut, diantaranya: (1) meningkatkan pendapatan nelayan melalui kegiatan pengembangan usaha nelayan skala kecil di perdesaan; (2) menumbuhkembangkan kewirausahaan nelayan di perdesaan; dan (3) meningkatkan fungsi kelembagaan ekonomi nelayan menjadi mitra lembaga keuangan dalam rangka akses permodalan. Sedangkan, sasaran dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 adalah berkembangnya usaha Kelompok Usaha Bersama (KUB) penerima Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUMP Perikanan Tangkap (Dirjen Perikanan Tangkap, 2011-2014). Sepaket keluaran (output) yang diharapkan dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014, meliputi: (1) tersalurkannya dana BLM PUMP kepada KUB sebagai modal usaha produktif penangkapan ikan; (2) terlaksananya fasilitasi sebagai penguatan kapasitas dan kelembagaan KUB melalui pendampingan dan pembinaan; serta (3) termanfaatkannya BLM PUMP Perikanan Tangkap untuk kegiatan usaha produktif (Dirjen Perikanan Tangkap, 2011-2014). Sedangkan, sepaket hasil (outcome) yang diharapkan dari program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan 6

Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014, meliputi: (1) meningkatnya pendapatan nelayan anggota KUB; (2) berkembangnya kelembagaan KUB; dan (3) berkembangnya kewirausahaan nelayan (Dirjen Perikanan Tangkap, 2011-2014). Berdasarkan sasaran, sepaket keluaran, serta sepaket hasil dari program tersebut dapat diketahui bahwa program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 adalah merupakan suatu program pengentasan/pengurangan kemiskinan (peningkatan kesejahteraan) yang dikhususkan bagi kelompok sasarannya, yaitu kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai yang telah berubah wujud menjadi suatu wujud/bentuk tersendiri bernama Kelompok Usaha Bersama (KUB). Kelompok Usaha Bersama (KUB) adalah badan usaha non badan hukum ataupun yang sudah berbadan hukum yang berupa kelompok yang telah dibentuk oleh seluruh anggota kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai berdasarkan hasil kesepakatan atau musyawarah seluruh anggota yang dilandasi oleh keinginan bersama untuk berusaha bersama dan dipertanggungjawabkan secara bersama guna meningkatkan pendapatan anggota. Pembentukan KUB tersebut telah dikerangkai oleh pranata-pranata dan jaringan sosial yang dimiliki oleh kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai. Eksistensi pranata-pranata dan jaringan sosial tersebut juga sangatlah berarti dan strategis bagi anggota kelompok nelayan kecil (miskin) di perdesaan pesisir pantai (Kusnadi, 2007:17). Kelompok sasaran (KUB) seperti inipun sudah ada sejak adanya bantuan dari PNPM Kelautan dan Perikanan tahun 2009-2010. 7

Secara nasional, mengenai implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 tersebut juga dirancang dan dilakukan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI. Akan tetapi, dalam pelaksanaan secara nasionalnya diserahkan (dilaksanakan) lewat salah satu bagian dari Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Kementrian Kelautan dan Perikanan RI yaitu Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan (PUPI) dengan membentuk Pokja Perikanan Tangkap RI. Dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat/secara nasional tersebut mengacu pada Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: Kep. 27/DJ-PT/2011, Kep. 32/DJ-PT/2012, Kep. 37/DJ-PT/2013, dan Kep. 32/DJ- PT/2014 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Bidang Perikanan Tangkap 2011-2014. Sedangkan, mengenai implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota tetap diserahkan kepada para pelaksana (implementor) pada tingkat kabupaten/kota di seluruh Indonesia, yang terdiri dari: Tim Teknis dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, Penyuluh/Pendamping (PPTK) Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia, serta Tim Pembina dari Dinas Kelautan dan Perikanan tingkat wilayah/propinsi di seluruh Indonesia. Dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota tersebut juga diharuskan oleh pemerintah pusat (Direktorat Pengembangan Usaha 8

Penangkapan Ikan (PUPI) KKP RI/Pokja Perikanan Tangkap RI) untuk memakai/mengacu pada Keputusan Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Nomor: Kep. 27/DJ-PT/2011, Kep. 32/DJ-PT/2012, Kep. 37/DJ-PT/2013, dan Kep. 32/DJ-PT/2014 Tentang Pedoman Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Bidang Perikanan Tangkap 2011-2014. Sebagai upaya serius pemerintah pusat pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) dalam rangka mengakomodasi dan mempercepat penanggulangan/pengurangan kemiskinan (peningkatan kesejahteraan) terhadap Kelompok Usaha Bersama (KUB) tersebut, pemerintah pusat (Kementrian Kelautan dan Perikanan RI) lewat Direktorat Pengembangan Usaha Penangkapan Ikan (PUPI) KKP RI/Pokja Perikanan Tangkap RI telah mengalokasikan anggaran dana/modal BLM secara nasional kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia agar dilakukan implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota. Total alokasi anggaran nasional dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia, dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini: 9

Tabel 1. Total Alokasi Anggaran Nasional Dana/Modal BLM untuk Implementasi Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Tingkat Kabupaten/Kota Kepada Kabupaten/Kota pada Seluruh Wilayah/Propinsi di Indonesia No Tahun Total Alokasi Anggaran Nasional Dana/Modal BLM yang Telah Dialokasikan 1 2011 110.600 jt 2 2012 370.000 jt 3 2013 110.600 jt 4 2014 200.000 jt Jumlah Total Alokasi Anggaran Nasional Dana/Modal BLM yang Telah Dialokasikan 791.200 jt Sumber: Dit. PUPI Dirjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011. Dari tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa total alokasi anggaran nasional dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia tersebut adalah Rp. 791.200.000.000,- (Srialdoko, 2011:7-15). Semua total alokasi anggaran nasional dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota kepada kabupaten/kota pada seluruh wilayah/propinsi di Indonesia tersebut merupakan salah satu bagian dari total alokasi anggaran dana PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan 2011-2014 yang tentunya juga bersumber dari dana APBN tahun 2011-2014. Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), merupakan salah satu wilayah/propinsi di Indonesia yang telah menjadi fokus agar/untuk dilakukan implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap 10

(PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota. Pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang akan/siap mengikuti untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota tersebut terdiri dari 3 kabupaten, yakni: Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo, serta Kabupaten Gunung Kidul. Tabel 2. Total Alokasi Anggaran Dana/Modal BLM untuk Implementasi Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Tingkat Kabupaten/Kota pada Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) No Kabupaten Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 1 Bantul 600 jt 1.300 jt 600 jt 200 jt 2 Kulon Progo 600 jt 1.300 jt 600 jt 200 jt 3 Gunung Kidul 400 jt 1.800 jt 400 jt 200 jt Jumlah total alokasi anggaran dana/modal BLM yang telah dialokasikan 1.600 jt 4.400 jt 1.600 jt 600 jt Sumber: Dit. PUPI Dirjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011. Tabel 2 di atas adalah tentang total alokasi anggaran dana/modal BLM yang telah dialokasikan untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Total alokasi anggaran dana/modal BLM yang telah dialokasikan untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2010-2014 di tingkat kabupaten/kota pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam empat tahun tersebut adalah sejumlah Rp. 8.200.000.000,-. Pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), ternyata Kabupaten Bantul adalah merupakan satu-satunya kabupaten yang telah dialokasikan dengan 11

proporsi lebih maksimal, bahkan paling maksimal dibandingkan kabupatenkabupaten lainnya dalam total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota pada wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini: Tabel 3. Jumlah Kabupaten, Jumlah Desa, dan Jumlah Alokasi KUB PUMP-PT dalam Total Alokasi Anggaran Dana/Modal BLM untuk Implementasi Program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Tingkat Kabupaten/Kota pada Wilayah DIY No Kabupaten Jumlah Desa Nelayan Pesisir Pantai yang Dimiliki Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT 2011 2012 2013 2014 Jumlah Alokasi Anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi Anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi Anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan Jumlah Alokasi KUB PUMP- PT Jumlah Alokasi anggaran Dana/Mo dal BLM yang Telah Dialokasi kan 1 Bantul 5 desa 6 KUB 600 jt 13 KUB 1.300 jt 6 KUB 600 jt 2 KUB 200 jt 2 Kulon Progo 10 desa 6 KUB 600 jt 13 KUB 1.300 jt 6 KUB 600 jt 2 KUB 200 jt 3 Gunung Kidul 15 desa 4 KUB 400 jt 18 KUB 1.800 jt 4 KUB 400 jt 2 KUB 200 jt Jumlah 15 desa 16 KUB 1.600 jt 44 KUB 4.400 jt 16 KUB 1.600 jt 2 KUB 200 jt Sumber: Dit. PUPI Dirjen Perikanan Tangkap KKP RI, 2011. Dari tabel 3 di atas, dapat diketahui bahwa proporsi total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul yang telah dialokasikan dalam empat tahun tersebut/kedepan adalah sejumlah Rp. 2.700.000.000,-. Padahal, di Kabupaten Bantul hanya memiliki 5 (lima) desa 12

nelayan pesisir pantai saja. Keadaan tersebut sangat jauh berbeda dibandingkan dengan proporsi total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota yang telah dialokasikan kepada kabupatenkabupaten lainnya pada wilayah DIY. Dari sejumlah total alokasi anggaran dana/modal Rp. 2.700.000.000 yang telah dialokasikan kepada Kabupaten Bantul tersebut harus sampai untuk 27 KUB di Kabupaten Bantul agar dapat dimanfaatkan/dibelanjakan oleh mereka untuk kegiatan usaha produktif. Pada alokasi untuk 27 KUB di Kabupaten Bantul tersebut, sesuai aturan yang ada setiap KUB mendapat jatah dana/modal BLM sejumlah Rp. 100.000.000,- per KUB. Menurut hasil wawancara dengan salah satu anggota Tim Pembina pelaksanaan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 pada wilayah DIY, bahwa implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul akan menjadi ukuran atau menjadi barometer terhadap implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota pada wilayah DIY. Hal tersebut terjadi dikarenakan berdasarkan dari uraian-uraian sebelumnya, bahwa Kabupaten Bantul merupakan satu-satunya kabupaten yang telah dialokasikan dengan proporsi lebih maksimal, bahkan paling maksimal dibandingkan kabupaten-kabupaten lainnya dalam total alokasi anggaran dana/modal BLM untuk implementasi program Pengembangan Usaha Mina 13

Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di tingkat kabupaten/kota pada wilayah DIY (Wawancara dengan Bpk. Woro Sihono, S.Sos. selaku anggota Tim Pembina pada Sie Teknis Tangkap Bidang Perikanan DKP Propinsi DIY, 4 April 2011). Oleh karena itu, berdasarkan target serta harapan dari Tim Pembina pelaksanaan program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di wilayah DIY tersebut diatas, maka para pelaksana (implementor) pada Kabupaten Bantul yang terdiri dari: Tim Teknis pelaksanaan program PUMP-PT 2011-2014 pada Kabupaten Bantul, Penyululuh/Pendamping (PPTK) pada Kabupaten Bantul, serta Tim Pembina pelaksanaan program PUMP- PT 2011-2014 pada Wilayah DIY sendiri mempunyai tanggung jawab besar terhadap implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. Bentuk nyata tanggung jawab yang diharapkan dari para pelaksana (implementor) pada Kabupaten Bantul terhadap implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul tersebut adalah keberhasilan dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. Agar kita dapat mengetahui bagaimana keberhasilan/berjalannya implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul tersebut, sangat diperlukan sekali penelitian mengenai/tentang implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. Oleh 14

karena itu, dalam penelitian ini akan membahas mengenai implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul, dan juga disertai faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil pencarian penulis/peneliti selama ini, penelitian akademis maupun praktis sebelumnya yang membahas mengenai/tentang implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 selama ini belum pernah dilakukan. Disamping itu, penelitian akademis maupun praktis yang dilakukan oleh pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah tentang implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di daerah termasuk di Kabupaten Bantul selama ini juga belum pernah dilakukan. Hal tersebut terjadi dikarenakan jika dilihat dari umur implementasi program, implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) secara nasional baru dimulai tahun 2011 serta akan berakhir di akhir tahun 2014. Oleh karena itu, hasil penelitian ini juga bisa menjadi rujukan/bermanfaat secara akademis bagi semua pihak yang membutuhkan, khususnya bisa menjadi rujukan/bermanfaat secara akademis maupun praktis bagi para pelaksana (implementor) program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 pada Kabupaten Bantul. Berdasarkan uraian-uraian tersebut diatas, maka penulis/peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang implementasi program Pengembangan Usaha 15

Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. Judul yang diangkat dalam penelitian ini adalah: IMPLEMENTASI PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA MINA PERDESAAN PERIKANAN TANGKAP (PUMP-PT) 2011-2014 DI KABUPATEN BANTUL. I.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dihasilkan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimanakah implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul? 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul? 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul? I.4. Manfaat/Hasil yang Diharapkan Manfaat/hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 16

1. Mendeskripsikan serangkaian proses/kegiatan dalam implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul, hasil, dan kondisinya. 2. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi para pelaksana (implementor) terkait implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. 3. Mendeskripsikan permasalahan yang dihadapi kelompok sasaran (KUB pada Kabupaten Bantul) terkait implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. 4. Mendeskripsikan bentuk interverensi yang berpotensi mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. 5. Mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi program Pengembangan Usaha Mina Perdesaan Perikanan Tangkap (PUMP-PT) 2011-2014 di Kabupaten Bantul. 17