ANALISIS KANDUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA PADI SAWAH DI DESA MPUYA SELATAN SATU KECAMATAN DUMOGA UTARA Ninik Rusma*, Odi R Pinontoan*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme pengganggu lainnya. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian sebagian besar kasus keracunan pstisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang yang 20.000 diantaranya berakibat fatal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kandungan kadar cholinesterase pada petani penyemprot pestisida padi sawah di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara. Jenis penelitian adalah onservasional analitik berbasis laboratorium. Kandungan kadar cholinesterase darah diperoleh dengan menggunakan foto meter microlab 300. Sampel diambil secara purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi dengan total 32 petani. Hasil penelitian menunjukkan dari pemeriksaan laboratorium melalui uji Foto Meter Microlab 300 di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 1 petani (3,13%) yang kandungan kadar cholinesterasenya kurang dari nilai normal, terdapat 26 petani (81, 25%) yang kandungan kadar cholinesterasenya normal dan terdapat 5 petani (15,62) yang kandungan kadar cholinesterasenya melebihi nilai normal. Dapat disimpulkan, perlu diadakan penyuluhan tentang cara penyemprotan pestisida yang baik dan benar, pemakaian APD yang sesuai saat melakukan penyemprotan untuk meminimalisir resiko terpaparnnya pestisida terhadap petani penyemprot pestisida padi sawah. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah ABSTRACK Pesticides as a substance use to prevent, exterminate to reject or disagreeable pest as a animal, plant and microorganism. according of WHO data and UNEP program, 1-5 milions worker in agricultur sector was poisoned of pesticide in this case was occur in developing country there was 20.000 being dead. the purpose of research is to measure cholinesterase level of spraying pesticide of farmer rece plant in South One Village, South Dumuga. The type of research is analitic observasional there was based on laboratory. Blood cholinesterase level obtain use microlab 300 fotometer. Sample was taken by using purposive sampling in inclusive criteria and eksklusive farmer farmer total 32 person. Result of research was show laboratory a examination through microlab fotometer 300 at Public Health Service of North Sulawesi there was 1 farmer (3,13%) cholinesterase level less than normal, 26 farmer (81,25%) cholinesterase level was normal and 5 farmer (16,62%) cholinesterase level more than normal. The results there fore must have counselling about the correct method to spray the pesticide, and also how to use APD when doing the spray to minimaize contaminate of pesticide through spraying pesticides farmer rice plant. Keywords: Cholinesterase Blood Level, Spraying Pesticide of Farmer Rice Plant. 1
PENDAHULUAN Pertanian hingga saat ini merupakan satu-satunya cara yang sesungguhnya untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Hingga saat ini, semaju apapun ilmu dan teknologi telah dicapai oleh suatu peradaban, belum ada teknologi yang mampu menyintesis bahan pangan dalam arti yang sesunguhnya (Sudarsono, 2015). Kontaminasi pestisida pada manusia yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh penderita dan dapat diamati oleh orang lain. Namun, masyarakat pada umumnya menganggap enteng gejala-gejala yang timbul pada diri mereka setelah melakukan aplikasi pestisida. Mereka tidak mengecek atau periksa ke rumah sakit atau tenaga kesehatan terkait dengan gejala-gejala yang timbul yang mengakibatkan tidak terdeteksinya kasus keracunan pestisida di masyarakat sehingga efek kronis tidak dapat dicegah (Djojosumarto 2008). Gejala dan tanda keracunan bervariasi tergantung pada sifat pestisida dan dapat meliputi sakit kepala, kelemahan atau keletihan menyeluruh, berkeringat, muntah, pandangan kabur dan kejang (Widyastuti, 2006). Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian sebagian besar kasus keracunan pstisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang yang 20.000 diantaranya berakibat fatal (Novizan, 2002). Kabupaten bolaang mongondow adalah sentra produksi padi di propinsi sulawesi utara, sebagian besar luas wilayah adalah persawahan dimana merupakan salah satu daerah yang cukup potensial untuk pengembangan komoditi padi sawah, karena agroekosistemnya yang menunjang. Desa Mopuya Selatan Satu, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan sebuah desa dengan mayoritas penduduknya adalah petani. Di desa ini petani menggunakan pestisida dengan metode aplikasi penyemprotan (spraying) yang merupakan pekerjaan yang paling sering menimbulkan kontaminasi, baik kontaminasi melalui kulit, inhalasi ataupun yang lainnya. Berdasarkan wawancara dengan seorang petani di Desa Mopuya Selatan Satu, Petani mengetahui bahaya akan pestisida namum mereka tidak memperdulikan akibatnya, banyak petani yang bekerja menggunakan pestisida tanpa memakai alat pelindung diri seperti masker penutup hidung dan mulut, 2
baju berlengan panjang, celana panjang, kaca mata, sepatu boot, dan topi. Oleh Karena itu penting untuk diteliti analisisi kandungan kadar cholinesterase pada petani penyemprot pestisida padi sawah di Desa Mopuya Selatan Satu, Kecamatan Dumoga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik berbasis laboratorium dengan pemeriksaan kandungan kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida padi sawah dengan menggunakan foto meter microlab 300. tempat penelitian ini dilakukan di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara, pada bulan Mei-Oktober 2006. populasi dalam penelitian ini adalah petani yang tinggal di Desa Mopuya Selatan Satu sebanyak 330 petani berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Besar sampel ditentukan sebanyak 32 orang petani, untuk memenuhi kriteria besar sampel. sampel diambil secara Purposive Sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan di laboratorium, diolah dengan menggunakan bantuan komputer yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis ini dapat menggambarkan kandungan kadar kolinesterase darah pada petani penyemprot pestisida padi sawah berdasarkan distribusi frekuensi dan persentasenya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara, dan dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemeriksaan kadar cholinesterase pada petani di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara yang berjumlah 32 petani dengan menggunakan metode foto meter microlab 300 melalui pemeriksaan laboratorium di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 1 petani (3,13%) yang kadar cholinesterase kurang dari nilai normal, terdapat 26 petani (81,25%) yang kadar cholinesterase normal dan terdapat 5 petani (15,62%) yang kadar cholinesterase melebihi nilai normal 3
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadar Cholinesterase Darah NO Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Darah Keterangan 1 9,0 ku/l Normal 2 8,0 ku/l Normal 3 11,2 ku/l Normal 4 8,8 ku/l Normal 5 9,2 ku/l Normal 6 9,8 ku/l Normal 7 15,0 ku/l Normal 8 13,2 ku/l Normal 9 11,2 ku/l Normal 10 8,6 ku/l Normal 11 8,5 ku/l Normal 12 11,5 ku/l Normal 13 6,7 ku/l Normal 14 9,0 ku/l Normal 15 11,5 ku/l Normal 16 13,4 ku/l Normal 17 3,9 ku/l Normal 18 11,3 ku/l Normal 19 9,0 ku/l Normal 20 10,2 ku/l Normal 21 7,0 ku/l Normal 22 8,0 ku/l Normal 23 11,5 ku/l Normal 24 11,0 ku/l Normal 25 9,2 ku/l Normal 26 12,0 ku/l Normal 27 9,0 ku/l Normal 28 11,0 ku/l Normal 29 9,0 ku/l Normal 30 15,0 ku/l Normal 31 10,0 ku/l Normal 32 7,0 ku/l Normal a. Karakteristik Responden Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2016. Responden yang diambil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 petani, dengan karakteristik umur mulai dari 19-75 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan pada petani penyemprot pestisida padi sawah yang berumur 19-75 yang di kategorikan dalam 5 kelompok umur. Kelompok umur petani yang paling sedikit adalah <29, 50-59 tahun yaitu 4 petani, dan pada kelompok umur >60 tahun mempunyai jumlah terbanyak yaitu 9 petani. b. Sebelum Penyemprotan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian lembar checklist yang dilakukakan pada 32 petani, menunjukkan bahwa petani sebelum 4
melakukan penyemprotan didapatkan petani yang berjumlah (87,50%) yang tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan perlakuaan terhadap pestisida seperti membuka kemasan pestisida ataupun saat mencampur pestisida. Sebelum digunakan atau disemprotkan, petani penyemprot biasanya mencampur pestisida terlebih dahulu ke dalam wadah sebelum dimasukkan ke alat penyemprot. Pencampuran ini dilakukan untuk melarutkan atau mencampur pestisida sesuai dengan dosis dan takaran yang dianjurkan. c. Saat Penyemprotan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian lembar checklist yang dilakukan pada 32 petani saat melakukan penyemprotan, petani yang memperhatikan arah angin sebanyak 25 petani (78,13%), Penyemprotan yang baik bila petani menghadap searah dengan tiupan angin pada saat melakukan penyemprotan. Petani yang melakukan penyemprotan melawan arah angin akan mendapatkan paparan pestisida lebih banyak sehingga lebih mudah terjadi keracunan. Perhatian terhadap arah angin sangat penting karena menyemprot menentang arah angin dapat menyebabkan drift membalik dan mengenai diri sendiri (Djojosumarto, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh prasetya, wibawa dan enggarwati, (2010) dengan judul hubungan faktor-faktor paparan pestisida terhadap kadar cholinesterase pada petani penyemprot tembakau di Desa Karangjati Kabupaten Ngawi. Dari hasil analisis statistik didapatkan Nilai Pearson corelation sebesar positif 0,499 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada derajat kepercayaan 99% antara pemilihan arah angin terhadap kadar cholinesterase. Hubungan positif dan sedang menunjukkan bahwa semakin baik pemilihan arah angin maka semakin tinggi pula kadar cholinesterase. Pemilihan arah angin yang salah dapat mempengaruhi kadar cholenestrase karena ketika menyemprot pestisida dengan melawan arah angin atau sembarang arah maka pestisida akan terbawa angin dan terhirup oleh responden terutama jika APD tidak lengkap. Sehingga dengan melakukan penyemprotan dengan searah arah angin akan mengurangi resiko keracunan akibat pestisida terhirup, mengenai mata atau kulit kita. APD yang paling banyak dipakai petani adalah menggunakan topi sebanyak 31 petani (96,88%), menggunakan baju lengan panjang sebanyak 31 petani (96,88%), 5
menggunakan celana panjang sebanyak 28 petani (87,50%), menggunakan masker sebanyak 22 petani (68,75%) namun, masker yang mereka pakai adalah baju yang dililit untuk menutupi mulut dan hidung mereka, menggunakan kacamata sebanyak 11 petani (34,38%), menggunakan sarung tangan sebanyak 6 (18,75%). Dan yang mengunakan sepatu boot sebanyak 5 petani (15,63%). APD yang seharusnya digunakan saat melakukan penyemprotan adalah topi, masker, baju lengan panjang, celana panjang, sarung tangan, sepatu boot, kaca mata. Pemakaain APD dkatakan lengkap jika memakai APD lebih dari 1, sedangkan jika tidak memakai APD atau hanya memakai 1 jenis APD saat penyemprotan maka termasuk tidak lengkap. Hasil analisis pemakaian APD saat melakukan penyemprotan pestisida diketahui bahwa petani terbanyak adalah memakai APD lengkap yaitu sebanyak 32 petani (100%). Didapatkan petani yang memiliki kadar cholinesterase darah kurang dari nilai normal dikarenakan petani tersebut tidak menggunakan APD pada saat penyemprotan pestisida padi di sawah. Tetapi setelah mengetahui bahaya dari pestisida yang mengakibatkan keracunan, petani tersebut telah menggunakan APD. Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karena itu penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangatlah penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat terkurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Martiana (2004), di dapatkan Hasil uji Fisher s diperoleh nilai p=0,557, sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pemakaian APD dengan kadar kolinesterase pada petani penyemprot padi di Desa Sumberejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. d. Sesudah Penyemprotan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian lembar checklist yang dilakukan pada 32 petani sesudah melakukan penyemprotan didapatkan yg menimbun wadah obat pestisida yang habis terpakai didalam tanah sebanyak 8 petani (25,00%) dan yang membersihkan diri setelah melakukan penyemprotan sebanyak 31 petani (96,88%). Berdasarkan wawancara dengan petani di Desa Mopuya Selatan satu penyemprotan pestisida biasa kebanyakan dilakukan di pagi hari 6
setelah selesai melakukan penyemprotan petani tidak langsung pulang ke rumah tetapi masih melanjutkan aktivitas di sawah. Hal ini yang membuat mereka rentan terpapar pestisida, pakaian yang mereka pakai tidak langsung dicuci tetapi masih dikenakan untuk aktivitas selanjutnya dan selesai penyemprotan biasanya mereka makan, minum, serta merokok. Petani enggan untuk membawa air bersih dan sabun dari rumah. Petani biasanya hanya mencuci tangan di tempat air kalenan tanpa memakai sabun, untuk kemudian melanjutkan aktivitasnya. e. Hasil uji kandungan kadar cholinesterase darah Berdasarkan uji foto meter microlab 300 yang di lakukan di laboratorium Dinas Provinsi Sulawesi Utara dari 32 sampel darah petani yang diperiksa secara kualitatif, terdapat 1 petani yang kadar cholinesterase kurang dari nilai normal, terdapat 26 petani yang kadar cholinesterase normal dan terdapat 5 petani yang kadar cholinesterase melebihi nilai normal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Martiana, (2014) dengan judul pengaruh faktor karakteristik petani dan metode penyemprotan terhadap kadar kolinesterase. pemeriksaan kadar kolinesterase pada penelitian ini menggunakan metode spectrophotometer, terdapat 2 kelompok kadar kolinesterase yaitu kelompok normal dan abnormal. Kelompok keracunan berat berada pada kadar kolinesterase < 5100 U/L, keracunan ringan berada pada kadar antara 5100 U/L sampai 11700 U/L, sedangkan normal apabila >11700 U/L. hasil analisis kadar kolinesterase menujukkan bahwa setiap responden memiliki kadar kolinesterase yang berbeda dengan nilai kadar kolinesterase terendah adalah 5602 U/L dan tertinggi adalah 15668 U/L. Terdapat 36 orang (90%) termasuk kelompok kadar kolinesterase keracunan ringan. Pemeriksaan cholinesterase darah bertujuan mengetahui tingkat pemaparan akibat pemakaian pestisida. Dampak terhadap kesehatan dari pestisida penggunaan secara terus-menerus akan mengakibatkan keracuanan. Selanjutnya, banyak laporan penelitian yang menunjukan bahwa paparan pestisida pada manusia telah mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dalam jangka panjang seperti gangguan pernapasan, sakit ingatan, sakit kulit, depresi, keguguran dan kanker (Hasibuan, 2015). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Mopuya Selatan 7
Satu Kecamatan Dumoga Utara, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat 1 petani (3,13%) yang kandungan kadar cholinesterase kurang dari nilai normal 2. terdapat 26 petani (81,25%) yang kandungan kadar cholinesterase normal 3. terdapat 5 petani (15,62%) yang kandungan kadar cholinesterase melebihi nilai normal. SARAN 1. Perlu diadakan penyuluhan tentang cara penyemprotan pestisida yang baik dan benar kepada petani penyemprot pestisida padi sawah. 2. Perlu adanya pemeriksaan cholinesterase secara berkala pada petani yang dikoordinir oleh Puskesmas Desa Mopuya serta menganjurkan petani yang memiliki status kesehatan yang kurang baik untuk tidak melakukan penyemprotan. 3. Pemakaian APD yang sesuai saat melakukan penyemprotan untuk meminimalisir resiko terpaparnya pestisida terhadap petani penyemprot pestisida padi sawah. DAFTAR PUSTAKA Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta :Agromedia Pustaka. Hasibuan, Rosma. 2015. Insektisida. Yogyakarta :Plantaxia. Novizan, A. 2002. Petunjuk pemakaian pestisida cetakan pertama. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka. Prasetya dkk. 2010. Hubungan Faktor-Faktor Paparan Pestisida Terhadap Kadar Cholinesterase Pada Petani Penyemprot Tembakau Di Desa Karangjati, Kabupaten Ngawi.(Online), (http://biomedika.setiabudi.ac.i d/images/files/hubungan% 20FAKTOR.pdf). Diakses 2 Juli 2016. Rahmawati dan Martiana. 2014. Pengaruh Faktor Karakteristik Petani dan Metode Penyemprotan Terhadap Kadar Kolinesterase. The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. (Online), Vol. 1, No. 1. (http://journal.unair.ac.id/down load-fullpaperskklk95ff2217582full.pdf). Diakses 6 September 2016. 8
Sudarsono H. 2015. Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Yogyakarta : Plantaxia Widyastuti, P. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jakarta : EGC 9