*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

KUESIONER PENELITIAN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

mengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap

PENGARUH FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI DAN METODE PENYEMPROTAN TERHADAP KADAR KOLINESTERASE

BAB 1 PENDAHULUAN. ayat (1) yang menyatakan bahwa Penggunaan pestisida dalam rangka

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

THE BEHAVIOR IN USING OF PESTICIDES ON RICE FARMERS AT RJ VILLAGE BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

ABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pestisida adalah zat untuk membunuh atau mengendalikan hama. Food

Oleh: Wini Anggraini 1, Halinda Sari Lubis 2, Kalsum 2. Universitas Sumatera Utara, Medan, 20155, Indonesia

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida merupakan salah satu teknologi pengendalian organisme

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

KHALIMATUS SAKDIYAH NIM : S

BAB I PENDAHULUAN. memperkirakan bahwa sekitar satu juta orang keracunan insektisida secara

Diana Mayasari Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura di Desa Gisting Atas

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PAPARAN PESTISIDA PADA PEKERJA CHEMIS (PENYEMPROTAN)

Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD

HUBUNGAN RIWAYAT PAPARAN PESTISIDA DENGAN TEKANAN DARAH PADA PETANI PENYEMPROT DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

Faktor Determinan Aktivitas Kholinesterase Darah Petani Holtikultura di Kabupaten Majalengka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR PAPARAN PESTISIDA TERHADAP KADAR CHOLINESTERASE PADA PETANI PENYEMPROT TEMBAKAU DI DESA KARANGJATI, KABUPATEN NGAWI

Kata kunci: Status Tempat Tinggal, Tempat Perindukkan Nyamuk, DBD, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

Suparjan Petasule NIM Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo.

Jurnal Riset Sains dan Teknologi Volume 1 No. 1 Maret 2017

KUESIONER PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE DARAH PETUGAS PENYEMPROT PESTISIDA JENIS MALATHION DI KOTA MEDAN

Kata kunci : Malaria, penggunaan anti nyamuk, penggunaan kelambu, kebiasaan keluar malam

Unnes Journal of Public Health

HUBUNGAN PERILAKU TENAGA KESEHATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DI PUSKESMAS MOPUYA KECAMATAN DUMOGA UTARA KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

IDENTIFIKASI BAHAYA B3 DAN PENANGANAN INSIDEN B3

2. Pesticide Type Depends on the pesticide type, Herbisida, Fungisida, or Insektisida (see Products attachment).

BAB I PENDAHULUAN. Bidang pertanian saat ini masih merupakan aktivitas perekonomian

ARTIKEL. Irnawati Marsaulina,* Arlinda Sari Wahyuni**

PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) DAN KADAR HEMOGLOBIN PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA RIANG GEDE, KECAMATAN PENEBEL, TABANAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang optimal yang setinggi-tingginya sebagai investasi sumber daya manusia yang produktif

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN (APD) ALAT PELINGDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA CURUT KEC.

No. kuesioner. I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Pendidikan : 4. Lama Bekerja : 5. Sumber Informasi :

ARTIKEL. OLEH: AFNI ROICHATUL MUFIDAH a001 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO UNGARAN 2016

DETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

SELENIUM ASPARTAT SELENIUM ASPRATATE

PENCEGAHAN KERACUNAN SECARA UMUM

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN PESTISIDA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF GANGGUAN KULIT PADA PETANI DI DESA PAKUREJO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2016

GAMBARAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PETANI PENYEMPROT PESTISIDA DI DESA MINASA BAJI KAB. MAROS

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGGUNAKAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA

STUDI PREVALENSI KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA MENDONGAN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB 4 METODE PENELITIAN

FAKTOR RISIKO DALAM PENGGUNAAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PADA PETANI DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO 2014

Oleh : Rani Angreani Walangitan

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

Lama Bertani dan Hubungannya dengan Cholinesterase Darah Petani Hortikultura di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo

Transkripsi:

ANALISIS KANDUNGAN KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA PADI SAWAH DI DESA MPUYA SELATAN SATU KECAMATAN DUMOGA UTARA Ninik Rusma*, Odi R Pinontoan*, Rahayu H. Akili* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pestisida sebagai zat atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak atau memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme pengganggu lainnya. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian sebagian besar kasus keracunan pstisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang yang 20.000 diantaranya berakibat fatal. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kandungan kadar cholinesterase pada petani penyemprot pestisida padi sawah di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara. Jenis penelitian adalah onservasional analitik berbasis laboratorium. Kandungan kadar cholinesterase darah diperoleh dengan menggunakan foto meter microlab 300. Sampel diambil secara purposive sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi dengan total 32 petani. Hasil penelitian menunjukkan dari pemeriksaan laboratorium melalui uji Foto Meter Microlab 300 di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 1 petani (3,13%) yang kandungan kadar cholinesterasenya kurang dari nilai normal, terdapat 26 petani (81, 25%) yang kandungan kadar cholinesterasenya normal dan terdapat 5 petani (15,62) yang kandungan kadar cholinesterasenya melebihi nilai normal. Dapat disimpulkan, perlu diadakan penyuluhan tentang cara penyemprotan pestisida yang baik dan benar, pemakaian APD yang sesuai saat melakukan penyemprotan untuk meminimalisir resiko terpaparnnya pestisida terhadap petani penyemprot pestisida padi sawah. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah ABSTRACK Pesticides as a substance use to prevent, exterminate to reject or disagreeable pest as a animal, plant and microorganism. according of WHO data and UNEP program, 1-5 milions worker in agricultur sector was poisoned of pesticide in this case was occur in developing country there was 20.000 being dead. the purpose of research is to measure cholinesterase level of spraying pesticide of farmer rece plant in South One Village, South Dumuga. The type of research is analitic observasional there was based on laboratory. Blood cholinesterase level obtain use microlab 300 fotometer. Sample was taken by using purposive sampling in inclusive criteria and eksklusive farmer farmer total 32 person. Result of research was show laboratory a examination through microlab fotometer 300 at Public Health Service of North Sulawesi there was 1 farmer (3,13%) cholinesterase level less than normal, 26 farmer (81,25%) cholinesterase level was normal and 5 farmer (16,62%) cholinesterase level more than normal. The results there fore must have counselling about the correct method to spray the pesticide, and also how to use APD when doing the spray to minimaize contaminate of pesticide through spraying pesticides farmer rice plant. Keywords: Cholinesterase Blood Level, Spraying Pesticide of Farmer Rice Plant. 1

PENDAHULUAN Pertanian hingga saat ini merupakan satu-satunya cara yang sesungguhnya untuk memenuhi kebutuhan pangan manusia. Hingga saat ini, semaju apapun ilmu dan teknologi telah dicapai oleh suatu peradaban, belum ada teknologi yang mampu menyintesis bahan pangan dalam arti yang sesunguhnya (Sudarsono, 2015). Kontaminasi pestisida pada manusia yang masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan tanda dan gejala yang dapat dirasakan oleh penderita dan dapat diamati oleh orang lain. Namun, masyarakat pada umumnya menganggap enteng gejala-gejala yang timbul pada diri mereka setelah melakukan aplikasi pestisida. Mereka tidak mengecek atau periksa ke rumah sakit atau tenaga kesehatan terkait dengan gejala-gejala yang timbul yang mengakibatkan tidak terdeteksinya kasus keracunan pestisida di masyarakat sehingga efek kronis tidak dapat dicegah (Djojosumarto 2008). Gejala dan tanda keracunan bervariasi tergantung pada sifat pestisida dan dapat meliputi sakit kepala, kelemahan atau keletihan menyeluruh, berkeringat, muntah, pandangan kabur dan kejang (Widyastuti, 2006). Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan program Lingkungan Persatuan Bangsa-Bangsa (UNEP), 1-5 juta kasus keracunan pestisida terjadi pada pekerja di sektor pertanian sebagian besar kasus keracunan pstisida tersebut terjadi di negara sedang berkembang yang 20.000 diantaranya berakibat fatal (Novizan, 2002). Kabupaten bolaang mongondow adalah sentra produksi padi di propinsi sulawesi utara, sebagian besar luas wilayah adalah persawahan dimana merupakan salah satu daerah yang cukup potensial untuk pengembangan komoditi padi sawah, karena agroekosistemnya yang menunjang. Desa Mopuya Selatan Satu, Kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolaang Mongondow merupakan sebuah desa dengan mayoritas penduduknya adalah petani. Di desa ini petani menggunakan pestisida dengan metode aplikasi penyemprotan (spraying) yang merupakan pekerjaan yang paling sering menimbulkan kontaminasi, baik kontaminasi melalui kulit, inhalasi ataupun yang lainnya. Berdasarkan wawancara dengan seorang petani di Desa Mopuya Selatan Satu, Petani mengetahui bahaya akan pestisida namum mereka tidak memperdulikan akibatnya, banyak petani yang bekerja menggunakan pestisida tanpa memakai alat pelindung diri seperti masker penutup hidung dan mulut, 2

baju berlengan panjang, celana panjang, kaca mata, sepatu boot, dan topi. Oleh Karena itu penting untuk diteliti analisisi kandungan kadar cholinesterase pada petani penyemprot pestisida padi sawah di Desa Mopuya Selatan Satu, Kecamatan Dumoga Utara, Kabupaten Bolaang Mongondow. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasional analitik berbasis laboratorium dengan pemeriksaan kandungan kadar cholinesterase darah pada petani penyemprot pestisida padi sawah dengan menggunakan foto meter microlab 300. tempat penelitian ini dilakukan di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara, pada bulan Mei-Oktober 2006. populasi dalam penelitian ini adalah petani yang tinggal di Desa Mopuya Selatan Satu sebanyak 330 petani berjenis kelamin laki-laki dan perempuan. Besar sampel ditentukan sebanyak 32 orang petani, untuk memenuhi kriteria besar sampel. sampel diambil secara Purposive Sampling dengan menggunakan kriteria inklusi dan eksklusi. Data yang didapatkan dari hasil pemeriksaan di laboratorium, diolah dengan menggunakan bantuan komputer yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat. Analisis ini dapat menggambarkan kandungan kadar kolinesterase darah pada petani penyemprot pestisida padi sawah berdasarkan distribusi frekuensi dan persentasenya. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara, dan dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa pemeriksaan kadar cholinesterase pada petani di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara yang berjumlah 32 petani dengan menggunakan metode foto meter microlab 300 melalui pemeriksaan laboratorium di Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara terdapat 1 petani (3,13%) yang kadar cholinesterase kurang dari nilai normal, terdapat 26 petani (81,25%) yang kadar cholinesterase normal dan terdapat 5 petani (15,62%) yang kadar cholinesterase melebihi nilai normal 3

Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Kandungan Kadar Cholinesterase Darah NO Hasil Pemeriksaan Cholinesterase Darah Keterangan 1 9,0 ku/l Normal 2 8,0 ku/l Normal 3 11,2 ku/l Normal 4 8,8 ku/l Normal 5 9,2 ku/l Normal 6 9,8 ku/l Normal 7 15,0 ku/l Normal 8 13,2 ku/l Normal 9 11,2 ku/l Normal 10 8,6 ku/l Normal 11 8,5 ku/l Normal 12 11,5 ku/l Normal 13 6,7 ku/l Normal 14 9,0 ku/l Normal 15 11,5 ku/l Normal 16 13,4 ku/l Normal 17 3,9 ku/l Normal 18 11,3 ku/l Normal 19 9,0 ku/l Normal 20 10,2 ku/l Normal 21 7,0 ku/l Normal 22 8,0 ku/l Normal 23 11,5 ku/l Normal 24 11,0 ku/l Normal 25 9,2 ku/l Normal 26 12,0 ku/l Normal 27 9,0 ku/l Normal 28 11,0 ku/l Normal 29 9,0 ku/l Normal 30 15,0 ku/l Normal 31 10,0 ku/l Normal 32 7,0 ku/l Normal a. Karakteristik Responden Penelitian ini dilaksanakan di Desa Mopuya Selatan Satu Kecamatan Dumoga Utara dilaksanakan pada bulan Mei-Oktober 2016. Responden yang diambil berjenis kelamin laki-laki sebanyak 32 petani, dengan karakteristik umur mulai dari 19-75 tahun. Hasil penelitian yang dilakukan pada petani penyemprot pestisida padi sawah yang berumur 19-75 yang di kategorikan dalam 5 kelompok umur. Kelompok umur petani yang paling sedikit adalah <29, 50-59 tahun yaitu 4 petani, dan pada kelompok umur >60 tahun mempunyai jumlah terbanyak yaitu 9 petani. b. Sebelum Penyemprotan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian lembar checklist yang dilakukakan pada 32 petani, menunjukkan bahwa petani sebelum 4

melakukan penyemprotan didapatkan petani yang berjumlah (87,50%) yang tidak menggunakan sarung tangan saat melakukan perlakuaan terhadap pestisida seperti membuka kemasan pestisida ataupun saat mencampur pestisida. Sebelum digunakan atau disemprotkan, petani penyemprot biasanya mencampur pestisida terlebih dahulu ke dalam wadah sebelum dimasukkan ke alat penyemprot. Pencampuran ini dilakukan untuk melarutkan atau mencampur pestisida sesuai dengan dosis dan takaran yang dianjurkan. c. Saat Penyemprotan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian lembar checklist yang dilakukan pada 32 petani saat melakukan penyemprotan, petani yang memperhatikan arah angin sebanyak 25 petani (78,13%), Penyemprotan yang baik bila petani menghadap searah dengan tiupan angin pada saat melakukan penyemprotan. Petani yang melakukan penyemprotan melawan arah angin akan mendapatkan paparan pestisida lebih banyak sehingga lebih mudah terjadi keracunan. Perhatian terhadap arah angin sangat penting karena menyemprot menentang arah angin dapat menyebabkan drift membalik dan mengenai diri sendiri (Djojosumarto, 2008). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh prasetya, wibawa dan enggarwati, (2010) dengan judul hubungan faktor-faktor paparan pestisida terhadap kadar cholinesterase pada petani penyemprot tembakau di Desa Karangjati Kabupaten Ngawi. Dari hasil analisis statistik didapatkan Nilai Pearson corelation sebesar positif 0,499 dengan sig (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan pada derajat kepercayaan 99% antara pemilihan arah angin terhadap kadar cholinesterase. Hubungan positif dan sedang menunjukkan bahwa semakin baik pemilihan arah angin maka semakin tinggi pula kadar cholinesterase. Pemilihan arah angin yang salah dapat mempengaruhi kadar cholenestrase karena ketika menyemprot pestisida dengan melawan arah angin atau sembarang arah maka pestisida akan terbawa angin dan terhirup oleh responden terutama jika APD tidak lengkap. Sehingga dengan melakukan penyemprotan dengan searah arah angin akan mengurangi resiko keracunan akibat pestisida terhirup, mengenai mata atau kulit kita. APD yang paling banyak dipakai petani adalah menggunakan topi sebanyak 31 petani (96,88%), menggunakan baju lengan panjang sebanyak 31 petani (96,88%), 5

menggunakan celana panjang sebanyak 28 petani (87,50%), menggunakan masker sebanyak 22 petani (68,75%) namun, masker yang mereka pakai adalah baju yang dililit untuk menutupi mulut dan hidung mereka, menggunakan kacamata sebanyak 11 petani (34,38%), menggunakan sarung tangan sebanyak 6 (18,75%). Dan yang mengunakan sepatu boot sebanyak 5 petani (15,63%). APD yang seharusnya digunakan saat melakukan penyemprotan adalah topi, masker, baju lengan panjang, celana panjang, sarung tangan, sepatu boot, kaca mata. Pemakaain APD dkatakan lengkap jika memakai APD lebih dari 1, sedangkan jika tidak memakai APD atau hanya memakai 1 jenis APD saat penyemprotan maka termasuk tidak lengkap. Hasil analisis pemakaian APD saat melakukan penyemprotan pestisida diketahui bahwa petani terbanyak adalah memakai APD lengkap yaitu sebanyak 32 petani (100%). Didapatkan petani yang memiliki kadar cholinesterase darah kurang dari nilai normal dikarenakan petani tersebut tidak menggunakan APD pada saat penyemprotan pestisida padi di sawah. Tetapi setelah mengetahui bahaya dari pestisida yang mengakibatkan keracunan, petani tersebut telah menggunakan APD. Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karena itu penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangatlah penting untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat terkurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Martiana (2004), di dapatkan Hasil uji Fisher s diperoleh nilai p=0,557, sehingga dapat diketahui bahwa tidak ada hubungan antara pemakaian APD dengan kadar kolinesterase pada petani penyemprot padi di Desa Sumberejo Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. d. Sesudah Penyemprotan Berdasarkan hasil wawancara dan pengisian lembar checklist yang dilakukan pada 32 petani sesudah melakukan penyemprotan didapatkan yg menimbun wadah obat pestisida yang habis terpakai didalam tanah sebanyak 8 petani (25,00%) dan yang membersihkan diri setelah melakukan penyemprotan sebanyak 31 petani (96,88%). Berdasarkan wawancara dengan petani di Desa Mopuya Selatan satu penyemprotan pestisida biasa kebanyakan dilakukan di pagi hari 6

setelah selesai melakukan penyemprotan petani tidak langsung pulang ke rumah tetapi masih melanjutkan aktivitas di sawah. Hal ini yang membuat mereka rentan terpapar pestisida, pakaian yang mereka pakai tidak langsung dicuci tetapi masih dikenakan untuk aktivitas selanjutnya dan selesai penyemprotan biasanya mereka makan, minum, serta merokok. Petani enggan untuk membawa air bersih dan sabun dari rumah. Petani biasanya hanya mencuci tangan di tempat air kalenan tanpa memakai sabun, untuk kemudian melanjutkan aktivitasnya. e. Hasil uji kandungan kadar cholinesterase darah Berdasarkan uji foto meter microlab 300 yang di lakukan di laboratorium Dinas Provinsi Sulawesi Utara dari 32 sampel darah petani yang diperiksa secara kualitatif, terdapat 1 petani yang kadar cholinesterase kurang dari nilai normal, terdapat 26 petani yang kadar cholinesterase normal dan terdapat 5 petani yang kadar cholinesterase melebihi nilai normal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Martiana, (2014) dengan judul pengaruh faktor karakteristik petani dan metode penyemprotan terhadap kadar kolinesterase. pemeriksaan kadar kolinesterase pada penelitian ini menggunakan metode spectrophotometer, terdapat 2 kelompok kadar kolinesterase yaitu kelompok normal dan abnormal. Kelompok keracunan berat berada pada kadar kolinesterase < 5100 U/L, keracunan ringan berada pada kadar antara 5100 U/L sampai 11700 U/L, sedangkan normal apabila >11700 U/L. hasil analisis kadar kolinesterase menujukkan bahwa setiap responden memiliki kadar kolinesterase yang berbeda dengan nilai kadar kolinesterase terendah adalah 5602 U/L dan tertinggi adalah 15668 U/L. Terdapat 36 orang (90%) termasuk kelompok kadar kolinesterase keracunan ringan. Pemeriksaan cholinesterase darah bertujuan mengetahui tingkat pemaparan akibat pemakaian pestisida. Dampak terhadap kesehatan dari pestisida penggunaan secara terus-menerus akan mengakibatkan keracuanan. Selanjutnya, banyak laporan penelitian yang menunjukan bahwa paparan pestisida pada manusia telah mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan dalam jangka panjang seperti gangguan pernapasan, sakit ingatan, sakit kulit, depresi, keguguran dan kanker (Hasibuan, 2015). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Desa Mopuya Selatan 7

Satu Kecamatan Dumoga Utara, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat 1 petani (3,13%) yang kandungan kadar cholinesterase kurang dari nilai normal 2. terdapat 26 petani (81,25%) yang kandungan kadar cholinesterase normal 3. terdapat 5 petani (15,62%) yang kandungan kadar cholinesterase melebihi nilai normal. SARAN 1. Perlu diadakan penyuluhan tentang cara penyemprotan pestisida yang baik dan benar kepada petani penyemprot pestisida padi sawah. 2. Perlu adanya pemeriksaan cholinesterase secara berkala pada petani yang dikoordinir oleh Puskesmas Desa Mopuya serta menganjurkan petani yang memiliki status kesehatan yang kurang baik untuk tidak melakukan penyemprotan. 3. Pemakaian APD yang sesuai saat melakukan penyemprotan untuk meminimalisir resiko terpaparnya pestisida terhadap petani penyemprot pestisida padi sawah. DAFTAR PUSTAKA Djojosumarto P. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta :Agromedia Pustaka. Hasibuan, Rosma. 2015. Insektisida. Yogyakarta :Plantaxia. Novizan, A. 2002. Petunjuk pemakaian pestisida cetakan pertama. Jakarta: PT. Agro Media Pustaka. Prasetya dkk. 2010. Hubungan Faktor-Faktor Paparan Pestisida Terhadap Kadar Cholinesterase Pada Petani Penyemprot Tembakau Di Desa Karangjati, Kabupaten Ngawi.(Online), (http://biomedika.setiabudi.ac.i d/images/files/hubungan% 20FAKTOR.pdf). Diakses 2 Juli 2016. Rahmawati dan Martiana. 2014. Pengaruh Faktor Karakteristik Petani dan Metode Penyemprotan Terhadap Kadar Kolinesterase. The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. (Online), Vol. 1, No. 1. (http://journal.unair.ac.id/down load-fullpaperskklk95ff2217582full.pdf). Diakses 6 September 2016. 8

Sudarsono H. 2015. Pengantar Pengendalian Hama Tanaman. Yogyakarta : Plantaxia Widyastuti, P. 2006. Bahaya Bahan Kimia pada Kesehatan Manusia dan Lingkungan. Jakarta : EGC 9